Você está na página 1de 13

PENGEMBANGAN KOMIK KEBENCANAAN ALAM

TERINTEGRASI IPA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA


DAN LITERASI SAINS SISWA

Artikel
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika

oleh
Rofiqul Irfan Bahroni
4201409023

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016

ii

PENGEMBANGAN KOMIK KEBENCANAAN ALAM TERINTEGRASI IPA


UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN LITERASI SAINS SISWA
Bahroni, Rofiqul Irfan
Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Semarang
Semarang, Indonesia
e-mail : rofiqulbahroni@gmail.com

ABSTRAK
Kata kunci : komik, minat baca, literasi sains.
Pendidikan kebencanaaan alam adalah mitigasi bencana yang efektif dan dapat
dilakukan dengan mengintegrasikan materi bencana dalam IPA. Bahan ajar pendidikan
kebencanaan dapat berupa komik kebencanaan alam terintegrasi IPA yang memiliki cerita
menarik dan gambar berwarna. Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1) mendapatkan
komik kebencanaan alam terintegrasi IPA, (2) menguji tingkat kelayakannya, (3) menguji
tingkat keterbacaannya, (4) mengetahui peningkatan minat baca siswa, dan (5) mengetahui
peningkatan literasi sains siswa. Penelitian dilaksanakan menggunakan pendekatan
Penelitian dan Pengembangan dengan desain uji coba pretest posttest control group
design. Prosedur penelitian terbagi tiga tahap yaitu studi pendahuluan, perancangan, dan
pengembangan. Komik diuji kelayakan dan keterbacaan dengan menggunakan angket dan
tes rumpang. Data minat baca dan literasi sains siswa diperoleh dari pretest dan posttest.
Hasil penelitian mendapatkan (1) komik kebencanaan alam terintegrasi IPA, (2) persentase
kelayakan komik sebesar 86,15% (sangat layak), (3) persentase keterbacaan sebesar
84,29% (mudah dipahami), (4) hasil analisis minat baca menggunakan uji gain pada
kelompok eksperimen adalah 0,55 (sedang), sedangkan kelompok kontrol mendapat 0,16
(rendah), dan (5) hasil analisis literasi sains menggunakan uji gain pada kelompok
eksperimen adalah 0,53 (sedang), sedangkan kelompok kontrol mendapat 0,29 (rendah).
ABSTRACT
Keywords: comic, reading interest, science literacy.
The natural disaster education is an effective disaster mitigation and can be applied
by integrating the natural disasters topics in science. The science integrated natural
disaster comic with interesting stories and colorful pictures can be used as a material of
natural disaster education. The objectives of this research are: (1) to obtain a science
integrated natural disaster comic, (2) to test the feasibility level, (3) to test the legibility
level, (4) to increase students reading interest, and (5) to increase students science
literacy. This study was conducted using Research and Development approach with pretest
posttest control group design. The research procedure was divided into three stages,
namely preliminary study, designing process, and development process. The natural
disaster comics feasibility and legibility were tested the using questionnaires and cloze
tests. Moreover, the data of students reading interest and students science literacy were
derived from the pretest and posttest. The results showed that (1) it was obtained the
science integrated natural disaster comic, (2) the percentage of the comics feasibility was
1

86,15% (very feasible), (3) the percentage of its legibility was 84,29% (legible), (4) the
analysis result of students reading interest using gain test in experimental group was 0,55
(average), whereas the control group got 0,16 (low), and (5) the analysis result of
students science literacy using gain test in experimental group was 0,53 (average),
whereas the control group got 0,29 (low).
Pendahuluan
Indonesia adalah negeri yang rawan bencana alam dengan intensitas bencana yang
kian meningkat seiring waktu. Banyaknya bencana alam yang terjadi tidak terlepas dari
keadaan geografis, keadaan geologi, dan perkembangan perilaku manusia terhadap alam.
Penanganan khusus prabencana agar masyarakat paham terhadap bencana alam, tahu cara
menyikapinya, dan dapat melakukan tindakan pencegahan serta penyelamatan mutlak
diperlukan.
Masyarakat berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana (UU RI No.24). Pemberdayaan masyarakat
melalui pendidikan kebencanaan merupakan salah satu penerapan nyata undang-undang
tersebut. Pendidikan kebencanaan di sekolah akan membuat siswa mampu memberikan
peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup dan perlindungan anggota masyarakat
saat terjadi bencana (Honesti & Djalil, 2012).
Pendidikan kebencanaan alam dapat dilakukan melalui pengintegrasian dengan
mata pelajaran yang sudah ada (Rusilowati et al., 2012). Mata pelajaran IPA (sains)
sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk menanamkan pengetahuan, konsep,
kepedulian, dan ketrampilan ilimiah merupakan salah satu mata pelajaran yang cocok
diembani misi mitigasi bencana tersebut.
Pelajaran IPA (sains) yang berpadukan materi kebencanaan akan memberikan
siswa pengetahuan tentang (1) kecintaan terhadap lingkungan dan menumbuhkan rasa
menjaga lingkungan; (2) sikap bersahabat dengan alam; dan (3) asal-usul serta penyebab
bencana alam. Sayangnya, Programme for International Student Assesment (PISA)
mengisyaratkan hal yang kurang memuaskan mengenai kemampuan siswa Indonesia pada
pelajaran sains (Honesti & Djalil, 2012).
PISA merupakan program yang memonitor keluaran (output) sistem pendidikan
dengan melihat capaian siswa dalam ranah membaca, matematika, dan sains (Thomson &
Bortoli, 2008). Data PISA 2009 menjelaskan literasi sains siswa Indonesia mendapatkan
nilai 383, jauh di bawah rata-rata semua partisipan yang besarnya 501. Siswa Indonesia
juga mendapat nilai 402 untuk kemampuan membaca dengan nilai rata-rata partisipan

sebesar 493 (OECD, 2010). Ini memperlihatkan rendahnya kemampuan siswa Indonesia
pada ranah literasi sains dan membaca.
Membaca dan literasi sains merupakan dua hal yang berkaitan. Kemampuan
seseorang untuk mempelajari ilmu pengetahuan diawali dari proses membaca. Selain itu,
membaca merupakan salah satu aktivitas belajar yang efektif untuk memperoleh ilmu dan
pengetahuan (Hardianto, 2011). Kebiasaan membaca tidak hanya berkaitan dengan proses
belajar mengajar saja, tetapi juga dapat membentuk kepribadian individu dengan
menghayati hasil bacaannya (Siswati, 2010). Norris & Phillips (Wright et al., 2015)
menjelaskan literasi sains dalam dua pengertian, yakni pengertian pokok dan turunan.
Pengertian pokok literasi sains mencakupi kemampuan untuk membaca, menulis, dan
mengutarakan masalah yang berkaitan dengan sains secara ilmiah. Adapun pengertian
turunan literasi sains meliputi pemahaman dan penerapan gagasan sains dalam kehidupan
sehari-hari dengan menyatukan konsep sains, prosedur sains (prosedur ilmiah), teknologi,
masyarakat, lingkungan alam, dan relevansi dengan masalah sosial
Komik merupakan salah satu instumen yang tepat untuk menggugah minat dan
motivasi karena gambar memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara ringkas
dan lebih mudah diingat (Beaulieu, 2008). Komik juga merupakan media yang sangat
populer di kalangan remaja (Yang, 2003). Bahkan, komik sains dapat mengajak dan
mengedukasi remaja yang tidak tertarik dengan pelajaran sains sehingga tertarik dengan
kandungan sains (Spiegel et al., 2013). Mayer and Sims seperti yang dikutip Green (2013)
menyimpulkan komik menggabungkan antara gambar dengan teks, antara melihat dan
membaca, sehingga menstimulasi kegiatan analisis dan kreatif dalam otak, sebuah proses
yang diketahui meningkatkan pemahaman seseorang.
Tujuan dari penelitian ini adalah adalah : (1) mendapatkan komik kebencanaan
alam terintegrasi IPA, (2) menguji tingkat kelayakan, (3) menguji tingkat keterbacaan, (4)
mengetahui peningkatan minat baca siswa, dan (5) mengetahui peningkatan literasi sains
siswa. Adapun sistematika artikel ini meliputi : (1) judul dan abstrak, (2) pendahuluan, (3)
metode penelitian, (4) hasil dan pembahasan, (5) penutup, serta (6) daftar pustaka.
Metode Penelitian
Penelitian pengembangan ini menggunakan desain uji coba true experimental
design dengan jenis pretest posttest control group design . Tempat uji coba di SMP Negeri
40 Semarang. Subjek uji coba skala kecil adalah 20 siswa kelas IX-E. Adapun subjek uji
coba skala luas adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-D.

Instrumen penelitian ini menggunakan tes isian model rumpang, tes pilihan ganda,
angket kelayakan, dan angket minat baca siswa. Tes isian model rumpang digunakan untuk
mengetahui tingkat keterbacaan komik dan diberikan pada subjek uji coba skala kecil.
Adapun angket kelayakan diberikan kepada dua dosen pembimbing dan tiga guru IPA
fisika SMP Negeri 40 Semarang untuk mengetahui tingkat kelayakan komik. Besar
perbedaan peningkatan minat baca dan literasi sains siswa di analisis dengan uji gain dan
uji t.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
1. Purwarupa (Prototype) Komik Kebencanaan Alam
Komik kebencanaan alam merupakan bahan ajar pendamping yang disajikan dalam
bentuk komik. Komik ini berisi tentang cerita bencana banjir dan tanah longsor yang
diintegrasikan ke dalam materi IPA yaitu hukum Newton dan Energi. Komik ini disusun
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Proses pembuatan komik kebencanaan alam diawali dengan pembuatan story board.
Isi story board berupa alur cerita, gambar tokoh, latar cerita, dan percakapan tokoh dalam
bentuk sederhana. Selanjutnya story board digambar, dipindai dan diolah dengan
perangkat lunak Adobe Photoshope, Corel Draw, dan Paint Tool SAI . Komik yang dibuat
memiliki tiga tokoh utama dan dua tokoh pendamping. Komik kebencanaan alam ini
terdiri atas dua seri dan menggunakan jenis huruf (font) Comic Sans MS dengan ukuran 13.
Komik seri pertama bertemakan bencana banjir terdiri atas 21 halaman. Adapun seri kedua
bertemakan bencana tanah longsor terdiri atas 17 halaman. Setiap seri dibagi atas tiga
bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian akhir.
2. Kelayakan Komik Kebencanaan Alam
Hasil uji kelayakan komik kebencanaan alam teritegrasi dalam IPA disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Analisis Dimensi Kelayakan Komik Kebencanaan Alam
Dimensi Kelayakan
Tampilan
Bahasa
Materi
Persentase Total

Persentase (%)
88,00
82,67
88,89
86,15

Kriteria
Sangat Layak
Layak
Sangat Layak
Sangat Layak

3. Keterbacaan Komik Kebencanaan Alam


Hasil analisis uji keterbacaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Analisis Uji Keterbacaan
Kode Responden
Jumlah Jawaban Benar
IX/E-1
28
IX/E-2
30
IX/E-3
35
IX/E-4
28
IX/E-5
30
IX/E-6
28
IX/E-7
34
IX/E-8
29
IX/E-9
26
IX/E-10
31
IX/E-11
31
IX/E-12
25
IX/E-13
35
IX/E-14
25
IX/E-15
25
IX/E-16
33
IX/E-17
26
IX/E-18
29
IX/E-19
28
IX/E-20
34
Persentase Total
Kriteria

Persentase (%)
80,00
85,71
100,00
80,00
85,71
80,00
97,14
82,86
74,29
88,57
88,57
71,43
100,00
71,43
71,43
94,29
74,29
82,86
80,00
97,14
84,29
Mudah Dipahami

4. Minat Baca Siswa


Hasil angket minat baca pretest dan posttest untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Angket Minat Baca Siswa
Hasil Tes
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Peningkatan (Uji Gain)
Keterangan

Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
57,50
77,50 55,00
65,00
85,00
100,00 87,50
90,00
74,80
88,70 73,10
77,50
0,55
0,16
Sedang
Rendah

Analisis data menggunakan uji t memperoleh harga t hitung = 6,452, sedangkan


harga t tabel untuk =5% dengan dk = 31-2 = 29 adalah 1,699. Harga t hitung berada pada
daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata secara

signifikan minat baca siswa dilihat dari nilai posttest kelas eksperimen dan kelas control.
Grafik hasil angket minat baca siswa per aspek disajikan pada Gambar 1.
115
110
105
100

Kontrol

95

Eksperimen

90
85
Perasaan
Senang

Tertarik

Perhatian

Partisipasi

Gambar 1 Grafik Hasil Angket Minat Baca per Aspek


5. Literasi Sains Siswa
Hasil angket minat belajar pretest dan posttest untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Tes Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Pretest Posttest
Nilai Terendah
43,00
66,00
Nilai Tertinggi
80,00
97,00
Nilai Rata-Rata
60,65
81,75
0,53
Peningkatan (Uji Gain)
Sedang
Katerangan
Hasil Tes

Kelas Kontrol
Pretest Posttest
46,00
57,00
77,00
89,00
63,13
73,73
0,29
Rendah

Analisis data menggunakan uji t memperoleh harga t hitung = 4,023, sedangkan


harga t tabel untuk = 5% dengan dk = 31-2 = 29 adalah 1,699. Harga t hitung berada
pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
secara signifikan literasi sains siswa dilihat dari nilai posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Hasil tes literasi sains per aspek disajikan pada Gambar 2 dengan mendasarkan pada
teori aspek literasi sains menurut Chiapetta et al. dalam Rusilowati et al.(2015). Teori
tersebut membagi literasi sains dalam empat aspek meliputi (1) pengetahuan sains (the
knowledge of science); (2) penyelidikan hakikat sains (the investigative nature of science);
(3) sains sebagai cara berpikir (science as a way of thinking); dan (4) interaksi sains

lingkungan, teknologi, dan masyarakat (interaction of science environment, technology,


and society).
100.00
80.00
60.00

Kontrol
40.00

Eksperimen

20.00
0.00
Aspek 1

Aspek 2

Aspek 3

Aspek 4

Gambar 2 Grafik Hasil Tes Literasi Sains per Aspek


Pembahasan
Pengembangan komik kebencanaan alam terintegrasi IPA disusun sebagai bahan
ajar pendamping siswa kelas VIII SMP. Bahan ajar pendamping berfungsi untuk
menyampaikan pesan pembelajaran kebencanaan alam. Pesan pembelajaran akan tercapai
maksimal jika pesan disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Komik kebencanaan
alam ini berisi tentang bencana banjir dan tanah longsor. Siswa dapat mengetahui dan
memahami bencana alam secara ilmiah serta dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Uji kelayakan komik kebencanaan dilakukan oleh tiga guru IPA fisika SMP Negeri
40 Semarang sebagai validator pengguna serta dua dosen pembimbing sebagai validator
pakar. Uji kelayakan yang dilakukan meliputi dimensi tampilan, bahasa, dan materi. Uji
kelayakan menunjukkan komik kebencanaan secara keseluruhan sangat layak berdasarkan
tingkat kelayakan bahan ajar menurut Sugiyono (2013).
Uji keterbacaan komik kebencanaan dilakukan dengan memberikan tes isian model
rumpang pada 20 siswa kelas IX-E yang telah membaca komik. Analisis data uji
keterbacaan menunjukkan komik kebencanaan mudah dipahami menurut kriteria Bormuth
(Widodo, 1995).
Analisis data minat baca dengan uji gain dan uji t menunjukkan bahwa komik
kebencanaan mampu meningkatkan minat baca siswa. Hasil penelitian komik kebencanaan
ini sejalan dengan penelitian Spiegel et al. (2013) yang juga menunjukkan bahwa komik
mampu meningkatkan dan membangkitkan keinginan membaca bagi siswa. Adapun

tinjauan per aspek dari angket minat baca menunjukkan aspek perasaan senang mendapat
nilai tertinggi, sedangkan aspek partisipasi mendapatkan nilai terendah di kedua kelas
penelitian. Meski demikian, pembelajaran dengan menggunakan komik kebencanaan
mampu meningkatkan aspek partisipasi siswa di kelas ekperimen dibandingkan pada kelas
kontrol.
Analisis data literasi sains dengan uji gain dan uji t menunjukkan bahwa komik
kebencanaan mampu meningkatkan literasi sains siswa. Aspek nomor 4 mendapatkan nilai
tertinggi, sedangkan aspek nomor 3 mendapatkan nilai terendah. Ini seiring dengan
penelitian PISA yang menyiratkan kemampuan proses literasi sains siswa Indonesia masih
perlu dibenahi lebih lanjut (OECD, 2010). Komik kebencanaan alam sendiri dibuat dengan
memberikan porsi dominan pada aspek sains sebagai cara berpikir. Meski demikian, aspek
tersebut mendapat hasil yang kurang memuaskan. Ini kemungkinan disebabkan karena
komik kebencanaan belum menyisipkan pertanyaan-pertanyaan yang mampu memicu cara
berpikir ilmiah siswa, melainkan hanya rangkuman materi pada bagian akhir komik.
Komik sebagai bahan ajar dalam pembelajaran memiliki kemampuan memacu
siswa yang enggan sains untuk berminat mempelajari sains (Spiegel et al., 2013). Komik
memadukan teks dengan gambar dan warna sehingga menarik bagi siswa. Rasa tertarik
tersebut mampu menghapus kebosanan dan rasa intimidasi yang ditimbulkan materi
sains berbentuk esai. Gambar memang pada dasarnya memiliki keunggulan dalam
menyampaikan pesan secara ringkas dan mudah diingat (Beaulieu, 2008). Selain itu
penelitian Hardianto (2011) menyimpulkan bahwa buku dengan karakter bahasa yang sulit
dipahami, tata letak yang kurang menarik, serta teks ilmiah kaku dan membosankan
membuat seseorang enggan membaca walaupun orang dewasa sekalipun. Maka
memasukkan komik dalam kelas memungkinkan pendidik mengambil keuntungan dari
fantastic motivating power of comic books yang dimiliki komik (Yang, 2003). Penelitian
Spiegel et al. (2013) pun mengungkapkan bahwa siswa yang belajar materi sains dengan
komik memiliki minat membaca lima kali lebih besar dibandingkan dengan siswa yang
membaca materi sains dalam bentuk esai.
Membaca bukan sekadar kegiatan pengiriman ilmu pengetahuan saja, namun
merupakan bagian mendasar dalam kemajuan ilmiah seseorang (Wright et al., 2015).
Seseorang yang gemar membaca memperoleh wawasan dan pengetahuan baru yang akan
meningkatkan kecerdasannya, sehingga lebih mampu menjawab tantangan hidup di masamasa mendatang. Di sinilah letak esensi keterkaitan antara membaca dan literasi sains.

Literasi sains memerlukan pemahaman mengenai konsep ilmiah, kemampuan menerapkan


sudut pandang ilmiah, dan berpikir secara ilmiah berdasarkan fakta/bukti (OECD, 2010).
Kegiatan membaca menyediakan cikal bakal yang diperlukan literasi sains tersebut yaitu
berupa pengetahuan-pengetahuan dan wawasan ilmiah yang akan membentuk pola pikir
dan sikap seseorang terhadap suatu masalah ilmiah. Tidak hanya dalam cakupan individu
namun juga cakupan sebagai warga negara yang memedulikan lingkungan (OECD, 2010).
Penelitian Rusilowati et al. (2012) mengemukakan bahwa pembelajaran
kebencanaan alam terintegrasi IPA bervisi SETS cocok diterapkan di sekolah dasar
maupun menengah. Pembelajaran bervisi SETS membawa pesan bahwa untuk
menggunakan sains (science) ke bentuk teknologi (technology) dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat (society) diperlukan pemikiran tentang berbagai dampak
pengaruhnya pada lingkungan (environment) secara fisik maupun mental (Rusilowati et
al., 2012). Penelitian pengembangan komik kebencanaan alam terintegrasi IPA ini juga
mengarah ke sana. Menggugah kesadaran ilmiah siswa dalam menanggapi bencana alam
dengan bertolak pada konsep sains melalui bahan ajar komik yang menarik bagi siswa.
Siswa diajak memahami bencana banjir dan tanah longsor dengan berpangkal pada
konsep sains hukum Newton dan Energi. Hal ini diharapkan akan mestimulus pola pikir
siswa tentang penerapan konsep sains lainnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
membuka cakrawala berpikir ilmiah siswa terhadap masalah terkait isu ilmiah yang
dihadapi.
Penutup
Simpulan
Penelitian menghasilkan komik kebencanaan alam yang terintegrasi IPA pada
materi hukum Newon dan Energi yang berjumlah dua seri. Komik ini dimaksudkan
sebagai bahan ajar pendamping dalam kegiatan belajar siswa dengan tujuan meningkatkan
minat baca dan literasi sains siswa. Uji kelayakan komik kebencanaan alam mendapati
nilai 86,15% dari keseluruhan indikator penilaian yang diberikan sehingga komik
berpredikat sangat layak. Adapun uji keterbacaan yang dilakukan terhadap komik
kebencanaan alam sebagai prasyarat sebuah bahan ajar mendapati nilai sebesar 84,29%
sehingga komik dinyatakan mudah dipahami.
Hasil analisis minat siswa pada kelas eksperimen memperlihatkan adanya
peningkatan minat baca siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan komik
kebencanaan. Hasil analisis minat siswa dengan uji gain pada kelas eksperimen

10

memperlihatkan adanya peningkatan dengan kriteria sedang . Uji gain pada kelas kontrol
memperlihatkan adanya peningkatan pada kriteria rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
komik kebencanaan alam dapat meningkatkan minat baca siswa. Uji t juga
memperlihatkan peningkatan minat baca yang dialami kelas eksperimen dapat
dikategorikan signifikan.
Hasil analisis literasi siswa pada kelas eksperimen menggambarkan adanya
peningkatan literasi sains antara sebelum dan sesudah penggunaan komik kebencanaan.
Uji gain memperlihatkan adanya peningkatan pada kelas eksperimen dalam kriteria sedang
dan kriteria rendah untuk kelas kontrol. Adapun uji t literasi sains kelas eksperimen
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa komik
kebencanaan alam dapat meningkatkan literasi siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti hendak menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. komik kebencanaan alam perlu dikembangkan untuk meningkatkan minat baca dan
literasi sains siswa,
2. komik kebencanaan alam perlu memperdalam aspek sains sebagai cara berpikir (science
as a way of thinking),
3. penelitian di masa mendatang perlu memperhitungkan dan memperbandingkan
kecepatan baca siswa dengan jumlah halaman komik kebencanaan alam agar tidak
menganggu proses pembelajaran,
4. komik kebencanaan alam perlu memuat contoh latihan soal dan pertanyaan-pertanyaan
yang mampu memicu cara berpikir ilmiah pada siswa.
Daftar Pustaka
Beaulieu, D. 2008. Teknik-Teknik yang Berpengaruh di Ruang Kelas. Jakarta : PT Indeks.
Green, M. J. 2013. Teaching with Comics: A Course for Fourth-Year Medical Students.
Springer-J Med Humanit, 34(4):471476.
Hardianto, D. 2011. Studi tentang Minat Baca Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
Majalah Ilmiah Pembelajaran, 7(1):108-112.
Honesti, L. & N. Djalil. 2012. Pendidikan Kebencanaan di Sekolah Sekolah di Indonesia
Berdasarkan Beberapa Sudut Pandang Disiplin Ilmu Pengetahuan. Jurnal
Momentum, 12(1):51-56.
OECD. 2010. PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do: Student Performance
in Reading, Mathematics and Science (Volume I). Tersedia di
http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-en [diakses 03-05-2015].

11

Rusilowati, A., S.E. Nugroho, & S.M.E. Susilowati. 2015. Pengembangan Buku Ajar IPA
Terpadu Berbasis Literasi Sains sebagai Upaya Menyejajarkan Kemampuan Siswa
di Kancah Internasional. Laporan Penelitian. Semarang : LP2M Unnes.
Rusilowati, A., Supriyadi, A. Binadja, & S.E.S. Mulyani. 2012. Mitigasi Bencana Alam
Berbasis Pembelajaran Kebencanaan Alam Bervisi Science Environment
Technology and Society Terintegrasi dalam Beberapa Mata Pelajaran. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 8(1):51-60.
Siswati. 2010. Minat Membaca pada Mahasiswa Studi Deskriptif Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Undip Semester I. Jurnal Psikologi Undip, 8(2):124-134.
Spiegel, A. N., J. McQuillan, P. Halpin., C. Matuk, & J. Diamond. 2013. Engaging
Teenagers with Science Through Comics. Springer-Res Sci Educ, 43(6): 2309
2326.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung : Alfabeta.
Thomson,S. & L.D. Bortoli, 2008. Exploring Scientific Literacy: How Australia Measures
Up: The Pisa 2006 Survey of Students Scientific, Reading and Mathematical
Literacy Skills. Camberwell-Victoria : Acer Press.
UU RI No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Tersedia di http://www.bnpb.
go.id/ [diakses 09-06-2015].
Widodo, T. 1995. Modifikasi Tes Rumpang untuk Bahan Ajar MIPA. Semarang: Lembar
Penelitian Unnes.
Wright, K. L., A. D. Franks, L. Kuo, E. M. McTigue, & J. Serrano. 2015. Both Theory and
Practice: Science Literacy Instruction and Theories of Reading. Springer- Int J of
Sci and Math Educ,1(1):1-18.
Yang, G. L. 2003. Comics in Education. Tersedia di http://www.humblecomics.com/
comicsedu/index.html [diakses 03-05-2015].

Você também pode gostar