Você está na página 1de 4

Konsep Ketuhanan dalam Islam

Dalam The Worldview of Islam, konsep Tuhan adalah masalah yang paling sentral.
Secara sederhana,The Worldview of Islam adalah pandangan hidup berdasarkan Islam. Ajaran
Islam yang komprehensif membuat setiap Muslim memiliki pandangan hidup yang khas. Karena
Islam melahirkan sebuahworldview/pandangan hidup, maka seorang Muslim merespon masalah
dengan cara yang unik. Unik di sini berarti bahwa seorang Muslim berpikir dengan cara yang
berbeda dengan orang kafir.
The Worldview of Islam lebih dikenal dengan istilah Islamic Worldview, tapi sebenarnya
istilah ini kurang pas. Islamic Worldview secara harfiah berarti worldview yang Islami,
seolah-olah dimungkinkan ada yang Islami di luar Islam. The Worldview of Islam artinya
worldview-nya Islam. Ini bersifat definitif. Artinya ia cuma milik Islam.
Mengapa konsep Tuhan itu penting dalam membentuk pandangan hidup? Pertama, kita
harus tahu bahwa kata Tuhan dipahami dengan cara yang berbeda oleh masing-masing
agama. Kedua, konsep Tuhan itulah yang akan membentuk cara kita memahami tujuan hidup
kita. Umat Kristiani, misalnya, ketika menyebut kata Tuhan, membayangkan sebuah konsep
unik dalam benak mereka. Tuhan dalam bayangan mereka adalah subyek trinitas,
mengirimkan anaknya untuk disalib untuk menebus dosa manusia. Konsep Tuhan dalam
Islam lain lagi. Demikian pula dengan agama-agama lainnya, saling berlainan.
Beberapa filsuf Yunani kuno berpendapat bahwa tuhan itu ada dan mencipta, namun
setelah mencipta, tuhan diam saja. Artinya, dalam pandangan mereka, tuhan tidak terlibat
dalam kehidupan di alam semesta setelah ia menciptakannya. Oleh karena itu, dalam segala hal,
mereka berfilsafat. Sebab tuhan mereka tidak membimbing dengan wahyu. Tuhan mereka hanya
diam.
Ketika Nabi Ibrahim a.s menghancurkan berhala-berhala kaumnya, secara tidak
langsung ia menggugat konsep Tuhan mereka. Mengapa tuhan-tuhan mereka terbuat dari
batu, kayu, dan sebagainya? Kenapa tuhan mereka hanya bisa diam, lalu kenapa tuhan seperti
itu disembah? Itukah konsep Tuhan yang benar?
Dalam Islam, ada 1 surah di juz 30 yang sangat ringkas, tapi efektif menjelaskan konsep
Tuhan, yaitu Surah Al-Ikhlash: Qul huwallaahu ahad (Allah itu hanya satu). Allaahush-shamad,
(Allah tempat bergantung segala sesuatu). Lam yalid wa lam yuulad, (Allah tidak beranak dan
tidak diperanakkan). Wa lam yaqun lahuu kufuwan ahad, (Tidak ada sesuatu pun yang serupa
dengan-Nya).
Ayat pertama langsung memperkenalkan konsep tauhidullaah, yaitu keesaan Allah. Allah
itu satu. Apanya yang satu? Dzat-Nya sudah pasti cuma satu. Dia-lah satu-satunya Dzat yang
bernama Allah. Para ulama berpendapat bahwa tauhidullah jauh lebih dalam daripada sekedar
menjelaskan tunggalnya Dzat Allah. Selain tunggal Dzat-Nya, Allah pun tunggal dari segi sifat
dan perbuatan-Nya. Artinya, sifat Allah hanya milik Allah, dan perbuatan Allah hanya milik

Allah. Tidak ada makhluk yang memiliki sifat seperti Allah, dan tak ada makhluk yang mampu
berbuat seperti Allah.
Lihat perbuatan Nabi Ibrahim a.s. Berhala-berhala itu sifatnya sama seperti benda mati,
bahkan tak mampu berbuat apa-apa. Itukah konsep Tuhan yang benar? Maka, ayat pertama
dalam Surah Al-Ikhlash telah secara jitu menjelaskan konsep tauhidullaah. Inilah konsep Tuhan
yang khas milik Islam. Bukan milik yang lain.
Ayat kedua menjelaskan apa pekerjaan Allah. Kepada Allah-lah tempat bergantung
segala sesuatu. Tidak seperti orang Yunani kuno yang percaya bahwa tuhan cuma diam, Islam
percaya bahwa Allah senantiasa dalam kesibukan. Allah-lah yang membuat keputusan atas
segala sesuatunya di dunia ini. Karena itu, kita meminta kepada-Nya. Kita beribadah pada-Nya
dan meminta pertolongan pada-Nya.Iyyaaka nabuduu wa iyyaaka nastaiin. Di sini, kita dapat
melihat perbedaan pandangan antara Islam dan kepercayaan Yunani kuno tadi. Tuhan yang
diam versi para filsuf Yunani itu tidak bisa dimintakan pertolongan. Sebab maunya cuma diam.
Dalam kepercayaan dewa-dewi ala Yunani yang lebih kuno lagi, tuhan malah perlu disogok
dan dirayu. Kalau tidak diadakan pemujaan dan persembahan macam-macam, dewa-dewi
Yunani tidak peduli pada manusia.
Dalam Islam, kita diajarkan untuk berdoa dan meminta pada Allah. Sebab semuanya
bergantung pada Allah. Kalau kita menganggap bahwa prestasi kita adalah hasil kerja keras
kita sendiri, maka itulah hamba Allah yang sombong. Jangankan kita, para Nabi dan Rasul saja
berdoa. Siapa yang lebih saleh daripada mereka?
Setelah menegaskan ketunggalan Allah, ayat ketiga menjelaskan bahwa Allah itu tak
punya keturunan dan bukan anak siapa-siapa. Sebab, bisa jadi orang menyangka bahwa Allah
itu memang satu, tapi Dia punya anak yang mewarisi kehebatannya. Jika kita katakan bahwa
Hanya ada 1 orang yang bernama X, maka bisa jadi si X punya anak bernama si Y. Dan Y
sejenis dengan X. Sebagaimana Zeus itu cuma 1, tapi anaknya banyak. Ini bukan konsep Tuhan
ala Islam. Dalam kepercayaan dewa-dewi Yunani, Zeus jadi dewa terkuat setelah
menggulingkan ayahnya, Kronos. Kronos pun sebelumnya telah menggulingkan ayah
kandungnya sendiri.
Dengan demikian, jelaslah bahwa Allah hanya 1 dan takkan ada pesaing yang sejenis
dengan-Nya. Tapi, kalau berhenti di sini, bisa jadi ada orang berpikir bahwa Allah hanya ada
satu, tapi ada pengganti yang mirip. Sama saja seperti kita punya pisau, tapi juga
punya cutter yang bisa menjalankan fungsi yang mirip dengan pisau.
Ayat terakhir menuntaskan konsep tauhidullaah. Allah hanya satu, dan tak ada yang
serupa dengan-Nya. Ayat terakhir ini juga penting untuk menjelaskan dua konsep tauhidullaah,
yaitu ketunggalan sifat dan perbuatan-Nya. Apa pun yang bisa kita bayangkan, itu bukanlah
Allah. Karena Allah berbeda dari segalanya. Karena itu, Islam tidak mengenal penggambaran
Dzat Allah. Jika umat Kristiani dan Hindu menggambarkan sosok tuhan mereka, maka Islam
tidak menggambarkan sosok Allah.Allah Maha Melihat, kita pun dapat melihat. Tapi
penglihatan kita berbeda dengan Allah. Tidak ada yang serupa dengan-Nya. Burung dan lalat
bisa terbang, pesawat pun bisa. Tapi burung dan lalat itu berbeda dengan pesawat.

Allah ciptakan segalanya dari ketiadaan, sedangkan manusia hanya bisa menciptakan
benda-benda dari bahan baku yang Allah sediakan. Sifat Allah pun berbeda dengan manusia
dan makhluk-makhluk lainnya. Manusia, misalnya, marah jika kepentingannya dilanggar. Allah
murka bukan karena alasan yang sama, karena Allah tak butuh apa-apa dari kita. Dia tidak
pernah merasa dirugikan. Jadi, kemurkaan Allah berbeda dengan kemarahan manusia. Maka,
ekspresinya pun berbeda. Adakalanya, Allah murka pada seorang hamba yang durhaka,
lantas ia malah dibiarkan hidup bergelimang kenikmatan. Semua itu hanya menambah
kedurhakaannya, dan kelak ia akan disiksa di neraka. Itulah salah 1 bentuk murka Allah. Apa
manusia bisa melakukan hal yang sama? Marah kepada orang lain, lantas malah
menyenangkannya? Tidak!
Allah murka bukan karena merasa rugi. Allah melarang bukan karena takut. Kita
melarang orang masuk ke pekarangan kita tanpa izin karena takut akan disakiti orang tak
dikenal atau takut orang tersebut merampok rumah kita. Tapi Allah melarang manusia untuk
memikirkan Dzat-Nya bukan karena takut. Memang manusia bisa apa?
Dengan konsep Tuhan yang demikian, kita terbebas dari materialisme. Kebenaran tidak
diukur dari kenikmatan duniawi. Sebaliknya, kita justru memandang kenikmatan duniawi
sebagai cobaan. Itu konsekuensi dari konsep Tuhan ala Islam.
Di cerita-cerita vampir ala Barat, banyak yang memperlihatkan konsep Tuhan seolaholah Tuhan sedang berperang dengan Iblis. Dalam Islam, Allah tidak berperang melawan siapasiapa. Memang siapa yang bisa memerangi Allah?
Ada seorang non-Muslim yang pernah berkata bahwa semakin banyak berdoa, iman
kita makin lemah. Inilah tandanya konsep Tuhan kita berbeda. Dalam Islam, Allah-lah yang
memerintahkan manusia untuk berdoa. Jika ada orang tidak berdoa itu tandanya orang
tersebut tak beriman. Hanya hamba yang angkuh yang tidak meminta kepada-Nya. Dengan
tidak berdoa, seolah-olah kita mampu berdiri sendiri tanpa Allah. Hal ini bertentangan dengan
Surah Al-Ikhlash dan Al-Fatihah.
Non-Muslim tersebut kemudian mengatakan bahwa yang banyak berdoa itu rewel
kepada Tuhan. Konsep Tuhan-nya memang beda. Dalam Islam, Allah tidak keberatan kalau
manusia banyak berdoa. Mungkin, dalam pandangan non-Muslim tersebut, Tuhan akan jengkel
dan merasa direpotkan. Dalam Islam, Allah tak pernah merasa kerepotan. Mintalah apa saja
pada-Nya, Dia sanggup mengabulkannya dan senantiasa mendengarkan doa-doa kita.
Non-Muslim tersebut berkata lagi bahwa yang bersatu dengan Tuhan tak bicara padaNya. Konsep bersatu dengan Tuhan (wihdatul wujud) memang berbahaya. Karena merasa
bersatu dengan Tuhan, lantas merasa dirinya sudah sama dengan Tuhan. Lama-lama, ia pun
merasa tak perlu beribadah lagi. Padahal, manusia paling saleh yaitu Rasulullah s.a.w saja
selalu berdoa. Siapa lagi yang lebih dekat dengan Allah selain dirinya? Berdoa mengajarkan
kita untuk memahami posisi kita di hadapan Allah. konsep Tuhan yang diutarakan non-Muslim
tersebut memang berbeda.
Beda agama, beda konsep Tuhan-nya. Beda konsep Tuhan, tentu berbeda pula
pandangan hidupnya. Biarkanlah non-Muslim tersebut dengan agamanya, itu urusan dia. Tapi

seorang Muslim tidak semestinya mengikutinya. Untuk sementara cukup sampai disini artikel
kali ini. Semoga kita semakin mengenal Allah, sesuai konsep Tuhan dalam ajaran Islam. Aamiin.
Sjafril,Akmal.2015. Konsep Ketuhanan dalam Islam. Lampuislam.org
(diakses pada 25-08-2016 14.29)

Você também pode gostar