Você está na página 1de 28

LAPORAN KASUS UJIAN

PLASENTA PREVIA TOTALIS

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo Slawi

Disusun oleh:
Aema Yunita Amir
030.10.010
Pembimbing:
dr. Ratna Trisiyani, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN


DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I : Pendahuluan...........................................................................................1
BAB II : Status Pasien..........................................................................................3
BAB III : Analisis Kasus.......................................................................................12
BAB IV : Tinjauan Pustaka...................................................................................14
BAB V : Kesimpulan............................................................................................27
BAB VI : Daftar pustaka.......................................................................................28

ii

BAB I
PENDAHULUAN

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan


diatas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur
kehamilan diatas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan
pada trimester ketiga.1
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut yaitu perdarahan yang
ada hubungannya dengan kehamilan yaitu plasenta previa, solusi plasenta,
perdarahan pada plasenta letak rendah, pecahnya sinus marginalis dan vasa previa.
Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan yaitu pecahnya
varices vagina, perdarahan polip serviks, perdarahan perlukan seviks, perdarahan
karena keganasan serviks. 1
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua
persalinan. Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh
kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum plasenta previa merupakan
penyebab terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum,
kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu.1,2
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan
yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan
syok yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa. Oleh karena itu,
keadaan ini perlu diantisipasi seawal-awalnya sebelum perdarahan belum sampai
ke tahap yang membahayakan ibu dan janin. Pada umumnya penyakit ini
berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang
mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak
tertentu, tanpa trauma. Sering disertai dengan kelainan letak janin atau pada
kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk ke dalam panggul, tetapi masih
mengambang diatas pintu atas panggul. Wanita yang menderita plasenta previa

harus dibawa ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan pemeriksaan dalam karena
tindakan tersebut dapat memprovokasi perdarahan berlangsung cepat dan deras. 3

BAB II
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SOESELO SLAWI

Nama Mahasiswa

: Aema Yunita Amir

NIM

: 030.10.010

Dokter Penguji

: dr. Ratna Trisiyani, Sp.OG

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. H
Usia
: 36 tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
: Sunter Agung RT 009/001, Tanjung Priok

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Nusa Indah


Pengawasan RSUD dr. Soeselo Slawi pada tanggal 29 Agustus 2016 pukul
14.00 WIB:
a. Keluhan Utama : Pasien datang ke Poli Kebidanan RSUD Dr. Soeselo
Slawi dengan keluhan terdapat bercak darah dari jalan lahir
b. Keluhan Tambahan : c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kebidanan RSUD Dr. Soeselo Slawi pada
tanggal 29 Agustus 2016 dengan G3P1A1 36 tahun Hamil 37 minggu 5
hari dengan plasenta previa totalis.
Pasien mengakui keluar darah dari jalan lahir berupa bercak sejak
bulan kelima kehamilannya, sudah berobat ke klinik kandungan dan di
diagnosis sebagai plasenta previa.
Pasien mengatakan bahwa melakukan tes kehamilan dan hasilnya
positif kira-kira 5 minggu setelah hari pertama haid terakhir. Pasien
mengaku merasakan gerakan janinnya pertama kali pada saat
kehamilannya berusia kira-kira 20 minggu dan saat ini dirinya dapat
merasakan gerakan janin yang aktif. Pasien merasakan keluhan mual dan
muntah di awal-awal umur kehamilannya sekitar bulan ke-2 hingga bulan
ke-3 kehamilannya. Pasien mengaku tanggal HPHT nya yaitu 9
Desember 2015, sehingga taksiran hari lahirnya adalah tanggal 18
September 2016. ANC di posyandu dan bidan teratur.
Pasien mengatakan bahwa berat badan sebelum hamil adalah 47 kg
sedangkan berat badan saat ini adalah 54 kg dan pasien mengatakan
tinggi badannya 155 cm Pasien menyangkal ada nyeri saat janin
bergerak. Tidak ada demam, tidak ada keputihan, tidak ada rasa sakit
didaerah kemaluan, tidak ada sakit kepala. BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Pasien mengaku terakhir berhubungan saat pasien hamil 2
bulan. Riwayat trauma disangkal.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal adanya suatu penyakit menyertai kehamilan
sebelumnya. Riwayat hipertensi, DM, asma, penyakit jantung, alergi, dan
trauma disangkal. Riwayat adanya penyakit ginekologi juga disangkal.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengakui adanya riwayat hipertensi dan hamil kembar pada
keluarga. Riwayat DM, penyakit jantung, asma, dan alergi pada keluarga
disangkal.
f. Riwayat Haid
Menarche usia 12 tahun, lama haid 7 hari, siklus haid 28 hari (teratur),
volume 120 cc, nyeri haid (-). Hari pertama haid terakhir yaitu 9
Desember 2015.
g. Riwayat Pernikahan
Saat ini merupakan pernikahan yang pertama dengan suaminya. Pasien
menikah pada usia 29 tahun, dan sudah menikah selama 7 tahun.
h. Riwayat Obstetri (G3P1A1)
1. Anak pertama, meninggal pada usia 5 tahun, lahir spontan tahun 2009,
lahir cukup bulan di bidan dengan jenis kelamin Laki-laki BBL 2,7 Kg
2. Anak kedua, 2012, abortus.
3. Hamil ini
i. Riwayat ANC
Pasien sudah 8 kali memeriksakan kandungan di bidan dan posyandu,
serta sudah mendapat imunisasi TT sebanyak 1 kali.
j. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Pasien sebelumnya pernah menggunakan KB suntik dan pil.
k. Riwayat kebiasaan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan jamu, serta tidak
merokok.
l. Riwayat sosial ekonomi
Pasien saat ini tinggal bersama suami. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga sedangkan suami bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya hidup
sehari-hari ditanggung oleh pasien dan suami.
m. Riwayat operasi
Pasien mengaku tidak pernah menjalani operasi.

n. Riwayat Dirawat
Sebelumnya pasien pernah di rawat di RSUD dr. Soeselo Slawi pada
tanggal 1 Juli 2016 karena perdarahan dari jalan lahir berwarna merah
segar sebanyak 250 cc, tidak disertai nyeri.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 76x/menit
Frekuensi nafas : 18x/menit
Suhu
: 36 C
Status Antropometri
BB
: 54 kg
TB
: 155 cm
Status Generalisata
Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam, distribusi merata
Mata
: Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, edema palpebra -/Hidung : Bentuk normal, deformitas (-), deviasi septum (-), concha eutrofi,
sekret -/Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen -/-, nyeri tekan -/-, liang telinga
Mulut

lapang
: Bibir tidak kering, tidak pucat, uvula letak ditengah, tidak

Leher

hiperemis
: Tidak didapatkan adanya pembesaran KGB- kelenjar tiroid. JVP

5+2 H2O
Thorax :
Inspeksi
: Kulit sawo matang, efloresensi bermakna (-), bentuk
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
- Jantung
- Paru
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

normal, tipe pernafasan torakoabdominal


: Gerak nafas simetris, vocal fremitus sama kuat
: Sonor kedua lapang paru
:
: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/:
: Dinding perut tidak tegang, bekas luka operasi (-), tampak
striae gravidarum.
: Supel, massa (-), hepar lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
: Bagian pekak dikelilingi dengan bagian timpani

Ekstremitas

: Akral Hangat pada ke 4 ekstremitas, oedem (+)


Ekstremitas bawah

Status Obstetrik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2016
1. Abdomen
Inspeksi: Tampak perut membesar disertai striae gravidarum.
Palpasi:
- Leopold I : TFU 29 cm. Teraba bagian bulat dan lunak, kesan bokong
- Leopold II :
o Kanan: teraba bagian-bagian kecil, kesan ekstremitas
o Kiri : teraba bagian yang rata dan memanjang, kesan punggung
- Leopold III
: Teraba bagian bulat, keras, melenting, kesan kepala
- Leopold IV
: Bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.
- His (-)
Auskultasi : DJJ: Terdengar 1 denyut jantung janin jelas dan teratur dibagian kiri
perut ibu dengan jumlah 137x/menit.
2. Genitalia
Vulva, vagina dalam keadaan tenang, oedem labia (-), lendir (-), darah (+) sedikit.
VT : tidak dilakukan
3. Inspekulo
Tampak darah yang keluar dari ostium uteri
4. Pemeriksaan Panggul
Tidak dilakukan pemeriksaan panggul
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium 29 Agustus 2016 jam 23:34 WIB
Pemeriksaan

Hasil

Nilai rujukan

Leukosit

14.900 u/l

3.600 - 11.000 u/l

Eritrosit

3.100 juta/ul

3.80 - 5.20 juta/ul

Hemoglobin

10,1 g/dL

11,7 - 16,6 g/dL

Hematokrit

29%

35 - 47%

300 u/l

150.000 - 450.000 u/l

1,10 %

2,00 4,00 %

0,20%

01%

Trombosit
Eosinofil

Basofil
Netrofil

79.80%

50 70 %

Limfosit

12.50%

25 40 %

Monosit

6.40%

28%

APTT TEST

31.8 detik

25.2 42.1 detik

PT TEST

10.2 detik

9,7 18,1 detik

Golongan darah

O Rhesus factor (+)

Gula darah sewaktu

75 mg/dL

75 140 mg/dL

Ureum

19.1 mg/dL

17.1 42.8 mg/dL

Creatinin

0.84 mg/dL

0.4 1.00 mg/dL

10 U/L

13 33 U/L

SGPT

6 U/L

6.0 30.0 U/L

HbsAg

Non reaktif

Non reaktif

SGOT

2. USG (tgl 29 Agustus 2016 di poliklinik kebidanan)


UK: 37 minggu
Plasenta previa totalis
AK cukup
IV. RESUME
Pasien datang ke Poli Kebidanan RSUD Dr. Soeselo Slawi pada tanggal 29
Agustus 2016 dengan G3P1A1 36 tahun Hamil 37 minggu 5 hari dengan plasenta
previa totalis.
Pasien mengakui keluar darah dari jalan lahir berupa bercak sejak bulan kelima
kehamilannya, sudah berobat ke klinik kandungan dan di diagnosis sebagai plasenta
previa.
Pasien mengatakan bahwa melakukan tes kehamilan dan hasilnya positif kira-kira
5 minggu setelah hari pertama haid terakhir. Pasien mengaku merasakan gerakan
janinnya pertama kali pada saat kehamilannya berusia kira-kira 20 minggu dan saat
ini dirinya dapat merasakan gerakan janin yang aktif. Pasien merasakan keluhan
mual dan muntah di awal-awal umur kehamilannya sekitar bulan ke-2 hingga bulan
ke-3 kehamilannya. Pasien mengaku tanggal HPHT nya yaitu 9 Desember 2015,
sehingga taksiran hari lahirnya adalah tanggal 18 September 2016. ANC di
posyandu dan bidan teratur.
Pasien mengatakan bahwa berat badan sebelum hamil adalah 47 kg sedangkan
berat badan saat ini adalah 54 kg dan pasien mengatakan tinggi badannya 155 cm
Pasien menyangkal ada nyeri saat janin bergerak. Tidak ada demam, tidak ada

keputihan, tidak ada rasa sakit didaerah kemaluan, tidak ada sakit kepala. BAK dan
BAB tidak ada keluhan. Pasien mengaku terakhir berhubungan saat pasien hamil 2
bulan. Riwayat trauma disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, Nadi 76x/mnt,
Suhu 360 C, dan Pernafasan 18x/menit.

Pada pemeriksaan status obstetrik

didapatkan TFU 29 cm, janin I intrauterine, kepala berada di bagian bawah, namun
belum masuk pintu atas panggul, DJJ 137x/menit regular, his (-) dan terdapat bercak
darah pada genitalia. Pada pemeriksaan inspekulo tampak darah yang keluar dari
ostium uteri eksternum.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium tanggal 29 Agustus 2016 didapatkan
Leukosit 14.900, eritrosit 3.100, hemoglobin 10.1, hematokrit 29, HbsAg non
reaktif. Pada hasil ultrasonografi didapatkan UK 37 minggu, plasenta previa totalis,
presentasi janin letak kepala, dan volume cairan amnion yang berada dalam batas
normal..
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini maka diagnosis pasien
adalah G3P1A1 36 tahun hamil 37 minggu 5 hari, Janin tunggal hidup intrauterin
dengan plasenta previa totalis.
VI. DIAGNOSIS

Diagnosa Masuk
G3P1A1 36 tahun hamil 37 minggu 5 hari, Janin tunggal hidup intrauterin dengan
plasenta previa totalis
Diagnosa Akhir
P2A1 36 th post SC + IUD a/i Plasenta previa totalis

VII. PENATALAKSANAAN
-

Rencana SC elektif

Inf. RL 20tpm

Monitor KU, TTV, His, DJJ

VIII. PROGNOSIS
-

Ibu:
o Ad vitam: ad bonam
o Ad fungsionam: ad bonam
o Ad sanationam: dubia ad bonam
9

Janin:
o Ad vitam: dubia ad bonam

BAB III
ANALISIS KASUS
Analisis Diagnosis
Plasenta previa menurut definisnya adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Pada kasus ini diagnosa plasenta previa ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa pasien berusia 36 tahun,
memiliki riwayat abortus, serta pasien mengeluh keluar bercak darah dari jalan lahir
berwarna merah segar dan tidak disertai nyeri. Keluhan sudah dialami oleh pasien semenjak
kehamilan pada bulan kelima kehamilannya. Pasien menyangkal adanya trauma.

10

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri adalah 29 cm dan tidak
dirasakan adanya his, sedangkan berdasarkan auskultasi didapatkan denyut jantung janin
137x/menit. Pada pemeriksaan genitalia didapatkan darah (+) sedikit, serta pada pemeriksaan
inspekulo tampak darah yang kelua dari ostium uteri.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
ultrasonografi dan didapatkan hasil yaitu: UK 37 minggu, plasenta previa totalis, presentasi
janin letak kepala, dan volume cairan amnion yang berada dalam batas normal.
Analisis Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui
dengan pasti. Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan endometrium
yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi
desidua. Pada kasus ini diduga penyebab plasenta previa adalah umur lanjut (diatas 35 tahun),
dimana pasien berusia 36 tahun serta memiliki riwayat abortus. Keadaan endometrium yang
kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan
janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri internum
Analisis Penatalaksanaan
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, dirawat
di rumah sakit tanpa periksa dalam.
Jika kehamilan telah 37 minggu, kehamilan dapat diakhiri dengan cara vaginal atau
seksio sesaria. Dengan cara vaginal dimaksudkan untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada
plasenta). Dengan seksio sesaria dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim
dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesaria juga mencegah terjadinya
robekan serviks yang agak sering pada persalinan pervaginam.
Pada kasus dilakukan seksio sesaria, hal ini dipertimbangkan dengan tujuan untuk
melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dan menghentikan
perdarahan, menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri jika janin
dilahirkan pervaginam, tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu,
bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan
vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.

11

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri internum.3
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah bawah
rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala
12

satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini
berpengaruh pada derajat atau klasifikasi plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik
dalam masa antenatal maupun masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun
pemeriksaan digital. Oleh karena itu pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala
dalam asuhan antenatal maupun intranatal.3

Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen
bawah rahim.3
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan endometrium yang
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada :2,4,5
1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta.
Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (> 20 batang/hari).

13

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh


menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan
mendekati atau menutupi ostoum uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat
implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat ostium uteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas seperti pada
eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multiple.2
Insiden
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari
seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa merupakan penyebab terbanyak.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dari pada usia diatas 30
tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.2,3

Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal,
karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetap
tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa
dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous placenta
adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang
lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun
tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.3,6

14

Gambar Klasifikasi plasenta Previa:

Faktor Risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah:1
1. Umur penderita
Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual
Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
Pada keadaan malnutrisi

Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga
lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tampak plasenta terbentuk dari jaringan
maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan
melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di
situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak
plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation)
ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena

15

fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun
pasti kan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan
kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh darah pada
tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi
pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen
bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan
mengulang kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab
lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).3
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah
yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah
perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan
pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih
separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan
terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir
keluar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan
lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian
sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.3
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat
pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta
yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta
previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah
bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena
plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.3

16

Gejala Klinis
1. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri.2
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh.
Hal ini disebabkan oleh:
Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari

abortus.
Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan

dinding rahim.
2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.2
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa
lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa
lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah,
robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.2

Diagnosis
Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik, pemeriksaan
khusus, dan pemeriksaan penunjang.1
1. Anamnesa plasenta previa1
a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
2. Pada inspeksi dijumpai:1
a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
3. Pemeriksaan fisik ibu1
a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
- Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
- Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
- Daerah ujung menjadi dingin
- Tampak anemis
4. Pemeriksaan khusus kebidanan.1
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
17

Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur

kehamilan
Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai

kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
- Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan. Tujuan pemeriksan dalam untuk:
- Menegakkan diagnosis pasti
- Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau
hanya memecahkan ketuban
4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Mengurangi pemeriksaan dalam
- Menegakkan diagnosis
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) yang diterapi ekspektatif
ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan pemeriksaan USG transabdominal ketepatan
diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal atau transperineal (translabial),
ketepatannya akan lebih tinggi lagi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat
dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk plasenta previa.2,3
Dengan bantuan USG, diagnosis plasenta previa/plasenta letak rendah sering kali
sudah dapat ditegakkan sejak dini sebelum kehamilan trimester ketiga. Namun dalam
perkembangannya dapat terjadi migrasi plasenta. Sebenarnya bukan plasenta yang berpindah
tetapi dengan semakin berkembangnya segmen bawah rahim, plasenta (yang berimplantasi di
situ) akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.2

Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium dan
merupakan porte dentre yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien biasanya anemis karena
perdarahan sehingga daya tahannya lemah. 2
Bahaya plasenta previa adalah : 2,3
1.

Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim terjadi


secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat

18

berulang dan semakin banyak dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat
dicegah.
2. Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan
invasinya menorobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium
dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta.
Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi
vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium. Walaupun tidak seluruh
permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi
dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang
sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih
sering terjadi pada uterus yang yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan
plasenta akreta terjadi sampai 10%-35% pada pasien yang pernah seksio
sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila telah seksio sesaria tiga kali.

3.

Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu
harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada
waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun
waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh
salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan caracara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi
a.uterina, ligasi a.ovarika, pemasangan tampon atau ligasi a.hipogastrika maka
pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan

19

histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan


4.

komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.


Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa

5.

lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.


Kehamila premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena tindakan
terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk mengetahui
kematangan paru-paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat

6.
7.
8.
9.

pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.


Solusio plasenta
Kematian maternal akibat perdarahan
Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Infeksi sepsis

Penatalaksanaan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua atau
trimester ketiga harus dirawat di dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat baring dan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan factor Rh. Jika rhesus
negative RhoGam perlu diberikan pada pasien yang belum pernah mengalami sensitisasi.
Jika kemudian ternyata perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan
sehat dan janin masih premature, dibolehkan pulang dan dilanjutkan dengan rawat rumah
atau rawat jalan dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup dengan pihak
keluarga agar dengan segera kembali kerumah sakit bila terjadi perdarahan ulang,
walaupun kelihatannya tidak mencemaskan. Dalam keadaan yang stabil tidak keberatan
pasien untuk di rawat di rumah atau rawat jalan. Pada kehamilan antara 24-34 minggu
diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Dengan rawat
jalan pasien lebih bebas dan kurang stress serta biaya dapat ditekan. Rawat inap kembali
diberlakukan bila keadaan menjadi lebih serius.3
. Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga,
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Jika ada gejala hipovolemia seperti hipotensi
dan takikardi pasien tersebut mungkin telah mengalami perdarahan yang cukup berat,
lebih berat dari pada penampakannya secara klinis. Bila pasien dalam keadaan syok
karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian infus atau tranfusi darah. 3,7
Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan:2

20

1. Terminasi
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa
maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan
janin mati (tidak selalu).
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada
plasenta, yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah
yang terbuka (tamponade pada plasenta).
b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim
hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio
sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering
terjadi pada persalinan pervaginam.
2. Ekspektatif
Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia luar baginya kecil sekali.
Sikap ekspektatif hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
Penderita plasenta previa juga harus diberikan terapi antibiotic mengingat
kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakantindakan intrauterine. Jenis persalinan yang kita pilih pada pengobatan plasenta previa dan
kapan melaksanakan tergantung pada:2
a. Perdarahan banyak atau sedikit
b. Keadaan ibu dan anak
c. Besarnya pembukaan
d. Tingkat plasenta previa
e. Paritas
Perdarahan yang banyak, pembukaan yang kecil, nullipara dan tingkat plasenta previa
yang berat mendorong kita melakukan seksio sesaria. Sebaliknya perdarahan yang
sedang/sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang
ringan dan anak yang mati cenderung untuk dilahirkan pervaginam.2
Pada perdarahan yang sedikit dan anak masih belum matur dipertimbangkan terapi
ekspektatif, dengan syarat keadaan ibu dan anak baik, Hb normal dan perdarahan tidak
banyak. Pada terapi ekspektatif pasien di rawat di rumah sakit sampai berat anak 2500 gram
atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk
menentukan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum
ibu. Jika kehamilan telah 37 minggu, kehamilan dapat diakhiri dengan cara vaginal atau
seksio sesaria. Dengan cara vaginal dimaksudkan untuk mengadakan tekanan pada plasenta,

21

yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada
plasenta). Dengan seksio sesaria dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim
dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesaria juga mencegah terjadinya
robekan serviks yang agak sering pada persalinan pervaginam.2
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap
dilaksanakan. Adapun tujuan dari seksio sesaria adalah:8

Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dan menghentikan

perdarahan.
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin

dilahirkan pervaginam.
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks
uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas
tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya

perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.


Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan
keseimbangan cairan masuk-keluar.
Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling

banyak dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti:1,2


a. Cunam Willet Gausz
- Bertujuan untuk mengadakan tamponade plasenta pada kepala.
- Menjempit kulit kepala bayi pada placenta previayang ketubannya telah
-

dipecahkan.
Memberikan pemberat sehingga pembukaan dipercepat.
Diharapkan persalinan spontan.
Sebagian besar dilakukan pada janin telah meninggal.

b. Versi Braxton Hicks


- Bertujuan untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan untuk
-

menghentikan perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu.


Dilakukan versi ke letak sunsang.
Satu kaki dikeluarkan sebagai tampon dan diberikan pemberat untuk

mempercepat pembukaan dan menghentikan perdarahan.


Diharapkan persalinan spontan.
Janin sebagian besar akan meninggal.

22

c. Pemasangan Kantong Karet Metreurynter


Kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan mempercepat
pembukaan sehingga persalinan dapat segera berlangsung.1
Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan, narkosa, pemberian transfusi, dan
cairan maka tatalaksana pertolongan perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk:1
-

Memecahkan ketuban
Melskuksn seksio sesarea
Untuk bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat pertolongan yang
cepat dan tepat.

Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena:2


-

Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak

menekan pada plasenta.


Plasenta tidak tertahan lagioleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding
rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.

Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di
samping ketersedian transfusi darah dan infus cairan telah ada di hamper semua rumah sakit
kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah
melahirkan dengan seksio sesaria atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan.
Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialissasi
program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian
banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun nasib janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran premature baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio
sesaria. Karena kelahiran premature belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan
konservatif dilakukan. Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif maka mortalitas
dan morbiditas ibu dan bayi tinggi. Sekarang penanganan bersifat operasi dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun.3,4,9

23

BAB V
KESIMPULAN
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut yaitu perdarahan yang ada
hubungannya dengan kehamilan yaitu plasenta previa, solusi plasenta, perdarahan pada
plasenta letak rendah, pecahnya sinus marginalis dan vasa previa.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah
membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah proksimal
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri
yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas
permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini maka diagnosis pasien
adalah Ny. H, G3P1A1 36 tahun hamil 37 minggu 5 hari dengan keluhan terdapat bercak darah
pada jalan lahir. Pasien mengatakan HPHT 9 Desember 2015. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, Nadi 76x/mnt, Suhu 360 C, dan Pernafasan
18x/menit. Pada pemeriksaan status obstetrik didapatkan TFU 29 cm, janin I intrauterine,
kepala berada di bagian bawah, namun belum masuk pintu atas panggul, DJJ 137x/menit

24

regular, his (-) dan terdapat bercak darah pada genitalia. Pada pemeriksaan inspekulo tampak
darah yang keluar dari ostium uteri eksternumDiagnosis awal masuk pada pasien ini adlah
G3P1A1 36 tahun Hamil 37 minggu 5 hari dengan plasenta previa totalis. Sedangkan diagnosis
akhir pada pasien ini adalah P2A1 36 tahun post SC + IUD atas indikasi plasenta previa
totalis.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1.

Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk

2.

Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC; 1998. hal. 253-7


Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II. Jakarta. EGC;

3.

2005. hal. 83-91


Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono

4.
5.

Prawirohardjo; 2009. hal. 495-502


Rustam Mochtar, Dr, Prof, Snopsis Obstetri, Edisi Ke-2, Jilid I, Jakarta 1998 : 269-279.
Yoon Y, Placenta previa, Available at http://www.emedicine.com/emerg/topic427.html.

6.

Accessed on August 30, 2016


Dinata F. Plasenta previa. Available from URL:http//www.google.com/. Accessed on

7.

August 30, 2016.


Hanafiah M.T. Plasenta Previa. Available from URL:http//www.emedicine.com/.

8.

Accessed on August 16, 2016


Anonymous.
Placenta

Previa.

Available

from

URL:http://www.pennhealth.com/health_info/pregnancy/labordelivery/articles/placenta
previa.html. Accessed on August 30, 2016

25

9.

Winkjosastro, Hanifa, dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 362-76 ; 606-22.

26

Você também pode gostar