Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan muskuloskeletal. (Towarto, Wartonal. 2007).
Selain aktivitas,setiap orang juga membutuhkan istirahat dan tidur agar
mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur
dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur
terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh
memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut
cukup, maka jumlah energi yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan
mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi.
Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat dan
tidur lebih dari biasanya. Istrahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak
harus dipenuhi oleh semua orang. Denganistirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru
dapat berfungsi secara optimal, istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang
berbeda pada setiap individu. Secara umum,istirahat berarti suatu keadaan
tenang,rileks,santai,tanpa tekanan emosional dan bebasdari perasaan gelisah. Jadi,
istirahat bukan berarti tidak melakukan aktifitas sama sekali. Terkadang jalan-jalan di
taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Namun, sebelum
melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas serta istirahat, perawat
ttelbeih dahulu harus mempelajari tentang konsep-konsep mobilisasi dan istirahat
tidur.
B. Rumusan masalah
1. Apa defenisi dari aktivitas atau mobilisasi ?
2. Nilai-nilai normal aktivitas atau mobilisasi ?
3. Jenis-jenis mobilisasi dan faktor yang mempengaruhi mobilisasi ?
4. Apa saja toleransi aktivitas ?
5. Apa imobilitas serta perubahan sistem tubuh akibat imobilitas ?
6. Pengertian istirahat tidur ?
7. Bagaimana fisiologi tidur dan tahapan tidur ?
8. Bagaimana siklus tidur ?
9. Apa saja fungsi tidur ?
10. Bagaimana kebutuhan tidur dan pola tidur normal ?
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mobilitas
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 2
Page 3
Kategori
Mampu merwat diri sendiri secara penuh
Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan pengawasan orang lain dan
peralatan
Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan
(Towarto, Wartonal. 2007).
C. Jenis-jenis mobilisasi
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas,mudah dan teratur dengantujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya. Jenis mobilitas :
a. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalaankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh are
tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagaian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelasdan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Mobilitas sebagaian dibagi menjadi 2 bagaian yaitu :
Mobilitas sebagaian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara.
Contohnya dislokasi sendi dan tulang,
Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap.
contohnya hemiplegi pada stroke dan paraplegi pada kerusakan
tulang belakang. (Alimul H, A Aziz. 2006).
D. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi
Mobilisasi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
Page 4
2. Imobilitas
A. Defenisi imobilitas
Page 5
Page 6
bervariasi, perubahan pada proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap
stimulus eksternal. Beberapa stimulus linkan, seperti alarm detektor asap, biasanya
akan membangunkan orang yang sedang tidur, sementara suara bising lain tidak akan
membangunkannya. Tampaknya bahwa individu berespons terhadapstimulus
bermakna saat tidur dan mengabaikan stimulus yang tidak bermakna secara selektif.
(Koizier,2010)
B. Fisiologi tidur
Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat yang terletak di
bagaian bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan terjaga, sehingga
menyebabkan tidur. Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian
dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. (Koizier,2010)
Irama Sirkadian
Bioritme (jam biologis yang ritmik) terdapat pada tanaman, hewan, dan
manusia.pada manusia, bioritme ini dikendalikan dari dalam tubuh dan disesuaikan
dengan faktor lingkungan, sperti stimulus terang dan gelap, gravitasi, dan
elektromagnetik. Bioritme yang paling dikenal adalah irama sirkadian. Irama
sirkadian di ambil dari bahasa Latin circa dies, yang artinya sekitar atau hari. Tidur
merupakan irama biologis yang kompleks. Apabila jam biologis seseorang bersamaan
dengan pola terjaga dan tidur, orang tersebut dikatakan berada dalam sinkronisasi
sirkadian, yaitu seseorang terjaga saat irama fisiologis dan psikologis paling aktif dan
tertidur saat irama fisiologis dan psikologis tidak aktif. (Koizier,2010)
Keteraturan sirkadian dimulai pada minggu ketiga kehidupan dan dapat
diwarisi. Bayi paling sering terbangun di awal pagi dan menjelang malam. Setelah
berusia 4 bulan, bayi memasuki siklus 24 jam yang membuat mereka tidur di malam
hari. Pada akhir bulan kelima atau keenam, pola bangun tidur bayi hampir menyerupai
pola bangun tidur orang dewasa. (Koizier,2010)
Irama sirkadian, termasuk siklus tidur-bangun harian, dipengaruhi oleh cahay
dan suhu serta juga faktor-faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan rutinitas
pekerjaan. Semua orang mempunyai jam yang sinkron dengan siklus tidur mereka.
Beberapa orang dapat tertidur pada pukul 8 malam, sementara yang lain tidur pada
tengah malam atau ini hari. (Koizier,2010)
C. Pengaturan tidur
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh
integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan
dalam sistemsaraf periferal, endokrin, kardiovaskular, pernapasan dan muskular
(Robinson, 1993)
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 7
Tiap rangkaian di identifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas
otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengatur aktivitas listrik
dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan
elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi
struktur aspek fisiologis tidur. (Koizier,2010)
Kontorl dan pengaturan tidur bergantung pada hubungan antara dua
mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak
tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan
terjaga, dan yang lainnya menyebabkan tertidur. (Koizier,2010)
Sistem aktivasi retikular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR
dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.
SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivitas korteks
serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun
merupakan hasil dari neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti
norepinefrin (Sleep Research Society, 1993).
Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam
sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut
daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchoronizing region, BSR). Apakah seseorang
tetap terjaga atau tertidur tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari
pusat yang lebih tinggi(mis. Pikiran), reseptor sensori perifer (mis. Stimulus bunyi
atau cahaya) dan sistem limbik (emosi). (Koizier,2010)
Ketika seseorang mencobatertidur, mereka akan menutup mata dan berada
dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka
aktivitas SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih,
yang menyebabkan tertidur. (Koizier,2010)
D. Tahapan tidur
Elektroensefalogram (EEG) memberikan gambaran jelas mengenai apa yang
terjadi selama tidur. Elektorda di pasang di berbagai bagian kulit kepala orang yang
sedang tidur. Elektroda menyalurkan energi listrik dari korteks serebral ke pena yang
mencatat gelombang otak pada kertas grafik.
Ada dua tipe tidur yang telah diidentifikasi : tidur NREM (non-REM) dan
tidur REM (rapid eye movement (pergerakan mata cepat)). (Koizier,2010)
Tidur NREM
Tidur NREM juga disebut sebagi tidur gelombang lambat karena gelombang
otak orang yang sedang tidur lebih lambat dibandingkan gelombang alfa dan beta
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 8
orang yang sedag bangun dan terjaga. Kebanyakan tidur di malam hari adalah tidur
NREM. Tidur NREM adalah tidur yang dalam dan tenang dan menurunkan beberapa
fungsi fisiologis. Pada dasarnya, semua proses metabolik yang meliputi tanda-tanda
vital, metabolisme, dan kerja otot menjadi lambat. Bahkan menelan dan produksi
saliva juga berkurang. (Orr,2000).
Tidur NREM dibagi menjadi empat tahap. Tahap I adalah tahap tidur sangat
ringan. Selama tahap ini, individu merasa mengantuk dan relaks, bola mata bergerak
dari satu sisi ke sisi lain, dan denyut jantung serta frekuensi pernapasan sedikit
menurun. Orang yang tidur dapat dibangunkan dengan cepat dan tahap ini hanya
berlangsung selama beberapa menit. (Koizier,2010)
Tahap II adalah tahap tidur ringan dan selama tahap ini proses tubuh terus
menerus menurun. Mata secara umum tetap bergerak dari satu sisi ke sisi lain, denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sedikit menurun, dan suhu tubuh menurun. Tahap II
hanya berlangsung sekitar 10-15 menit tetapi merupakan 40%-45% bagian dari tidur
total. (Koizier,2010)
Selama tahap III, denyut jantung dan frekuensi pernapasan,serta proses tubuh
lain terus menurun karena dominasi sistem saraf parasimpatik. Orang yang tidur
menjadi lebih sulit bangun. Individu tidak tergantung dengan stimulus sensorik, otot
rangka menjadi sangat relaks, refleks menghilang, dan dapat menjadi dengkuran.
(Koizier,2010)
Tahap IV menandai tidur yang dalam, disebut tidur delta. Denyut jantung dan
frekuensi pernapasan orang yang tidur menurun sebesar 20%-30% dibandingkan
denyut jantung dan frekuensi pernapasan selama jam terjaga. Orang yang tidur sangat
relaks, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan. Tahapa IV diduga memulihkan tubuh
secara fisik. Selama tahap ini, mata biasanya berputar dan terjadi mimpi.
(Koizier,2010)
Tidur REM
Tidur REM biasanya kembali terjadi sekitar setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5 menit sampai 30 menit. Tidur REM tidak setenang tidur NREM dan mimpi
paling paling sering terjadi selama tidur REM. Lebih jauh, mimpi ini biasanya
diingat ; yaitu, mimpi tersebut dimasukkan ke dalam memori. (Koizier,2010)
Selama tidur REM, otak sangat aktif dan metabolisme otak dapat meningkat
sebesar 20%. Tipe tidur ini juga disebut tidur paradoksikal karena tampaknya
bertentangan (paradoks) bahwa tidur dapat terjadi secara simultan dengan tipe
aktifitas otak ini. Pada fase ini, individu yang sedang tidur dapat sulit dibangunkan
atau dapat dibangunkan secara spontan, tonus otak ditekan, sekresi lambung
meningkat, dan denyut jantung serta frekuensi pernapasan sering kali tidak teratur.
(Koizier,2010)
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 9
E. Siklus Tidur
Secaranormal, pada orag dewasa,pola tidur rutin dimulai dean periode
sebelum tidur , selama seseorang terjaga hanya pada rasa ngantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit,
tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu
jam atau lebih. (Koizier,2010)
Ketika seseorang tertidur, biasaya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap
siklus tidur terdiri 4tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola
siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ketahap 4 NREM, diikuti kebalikan
tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya
mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur. (Koizier,2010)
Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memndek dan
memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama
akhir silkus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke
tahap tidur yang biasa. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi. Perubahan
tahap ke tahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur
yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak
cenderung bertahap (Closs,1988).
Jumlah siklus tidur tergantung pada jumlah total waktu yang klien gunakan
untuk tidur.
Tahapan Siklus Tidur NREM
Tahap 1 : NREM
Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
Tahap berakhir beberapa menit
Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti
suara
Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
Tahap 2 : NREM
Tahap 2 merupakan tidur bersuara
Kemajuan relaksasi
Untuk terbangun masih relatif mudah
Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
Tahap 3 : NREM
Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 10
Page 11
Bayi baru lahir tidur 16 sampai 18 jam sehari biasanya dibagai menjadi sekitar
7 periode tidur. Tidur NREM ditandai dengan pernapasan teratur, mata tertutup, dan
tubuh dan mata tidak bergerak. Tidur REM terlihat dari pergerakan mata cepat yang
dapat di pantau melalui kelopak mata yang tertutup, pergerakan tubuh, dan
pernapasan tidak teratur. Sebagain besar waktu tidur dihabiskan dalam tahap 3 dan 4
dari NREM. Hampir 50% dari tidur REM.
Bayi
Beberapa bayi tidur selama 22 jam perhari, bayi lain tidur selama 12-14 jam
per hari. Sekitar 20% -30% tidur adalah tidur REM. Pada bulan ke 4 sebagian besar
bayi tidur sepanjang malam dan menetapkan pola tidur siang yang bervriasi pada
setiap individu. Namun mereka umumnya terbangun lebih awal di pagi hari. Di akhir
tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak 1-2 kali sehari dan tidur 14
jam tiap 24 jam. Sekitar setengah dari waktu tidur bayi dihabiskan dalam tahap tidur
ringan. Selama tidur ringan bayi melakukan sebagain besar aktifitas, seperti bergerak,
berleguk, dan batuk. Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia
5-9 bulan. Bagi orang tua yang merasa bahwa hal tersebut adalah masalah, perawat
pernah mengkaji pola tidur total bayi dan membandingkannya dengan jadwal tidur
orang tua. Orang tua perlu ditenangkan bahwa tidak ada cara yang benar-benar tepat
untuk mengatasi situasi ini. Solusi yang terbaik adalah memberikan lingkungan sehat
secara berkelanjutan bagi bayi dan orang tua.
Batita (Todler)
Kebutuhan tidur batita menurun menjadi 10-12 jam sehari. Sekitatar 20%-30%
tidur berupa tidur REM. Siklus bangun tidur normal batita biasanya ajeg pada usia 2
atau 3 tahun. Batita dapat memberikan penolakan besar untuk tidur. Orang tua perlu
ditenangkan bahwa jika anak mendapatkan cukup perhatian dari mereka selama siang
hari, mempertahankan pendekatan yang konsisten berkenaan dengan waktu tidur akan
meningkatkan kebiasaan tidur yang baik untuk seluruh keluarga. Anak yang
terbangun di malam hari mungkin takut gelap atau memiliki pengalaman buruk di
malam hari atau mimpi buruk.
Pra Sekolah
Anak pra sekolah biasaya memerlukan 11-12 jam tidur per malam, terutama
jika anak sudah masuk pra sekolah. Kebutuhan tidur berfluktuasi terkait dengan
aktifitas dan lonjakan pertumbuhan. Banyak anak-anak usia ini tidak menyukai waktu
tidur dan enggan tidur dengan meminta di bacakan cerita lain, permainan lain, atau
menonton acara televisi. Anak usia 4-5 tahun dapat menjadi gelisah dan mudah marah
jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi. Anak-anak diusia ini tetap memerlukan ritual
waktu tidur. Orang tua dapat membantu anak-anak yang tidak mau tidur dengan
mengingatkan mereka bahwa waktu tidur sudah mendekat dan terus menggunakan
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 12
ketegasan yang sama. Dan pendekatan yang konsisten yang disarankan untuk batita.
Anak pra sekolah lebih sering terbangun di malam hari. Tidur REM tetap 20%-30%
lebih lama dibandingkan waktu tidur orang dewasa namun waktu tidur tahap 1 lebih
sedikit.
Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah tidur anatara 812 jam per malam tanpa tidur siang. Anak
usia 8 tahun minimal memerlukan 10 jam tidur setiap malam. Saat anak mendekati
usia 11 atau 12 tahun, dibutuhkan tidur yang lebih sedikit dan waktu tidur dapat telat
sampai jam 10 malam. Tidur REM pada anak di usia ini walaupun beberapa anak
tetap bangun dimalam hari karena mimpi buruk, masalah ini terus menerus menurun
seiring dengan pertambahan usia.
Remaja
Sebagian besar remaja memrlukan 8-10 jam waktu tidur setiap malam untuk
mencegah keletihan yang tidak perlu dan kerentanan terhadap infeksi. Perubahan pola
tidur biasanya terjadi pada remaja. Anak-anak yang tadinya bangun tidur lebih awal
kini mulai tidur malam di pagi hari dan kadang-kadang tidur siang. Alasan tidur siang
tidak sepenuhnya di pahami, tetapi mungkin itu merupakan hasil kematangan fisik
dan pengurangan tidur di waktu malam. Sekitar 20% tidur pada usia ini berupa tidur
REM.
Selama remaja, remaja putra mulai mengalami emisi nokturnal (orgasme dan
emisi semen selama tidur), dikenal dengan mimpi basah, beberapa kali setiap bulan
remaja putra perlu di beri informasi mengenai perkembangan normal ini untuk
mencegah rasa malu dan takut.
Dewasa Muda
Siklus bangun tidur sangat penting bagi orang dewasa muda. Mereka biasanya
memiliki gaya hidup aktif dan diperkirakan memerlukan 7-8 jam setiap malam tetapi
biasa kurang dari waktu tersebut.
Dewasa Usia Pertengahan
Orang dewasa usia pertengahan biasanya mempertahankan pola tidur yang
dibentuk pada usia lebih muda. Mereka biasanya tidur 6-8 jam per malam. Sekitar
20% tidur berupa tidur REM. Jumlah terbangun tidur meningkat dan jumlah tidur
tahap 4 mulai menurun.
Lansia
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 13
Lansia tidur sekitar 6 jam setiap malam. Sekitar 20%-25% tidur berupa tidur
REM. Tidur tahap 4 menurun dengan mencolok dan pada beberapa keadaan, tidak
terjadi tidur pada tahap 4. Periode tidur REM pertama berlangsung lebih lama.
Banyak lansia terbangun lebih sering di malam hari dan sering kali mereka
memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali tidur. Karena perubahan tidur
dalam tahap 4, lansia mengalami tidur pemulihan yang lebih sedikit.
Beberapa lansia dapat dikatakan mengalami sindrom sundowner. Walaupun
bukan merupakan gangguan tidur secara langsung, sindrom tersebut merjuk pada
keadaan kebingungan yang cenderung muncul pada petang hari (sesuai dengan
namanya) dan dapat terjadi karena perubahan irama sirkadian (perubahan siklus
bangun tidur). Penurunan stimulasi sensorik di petang hari, kondisi mental seperti
penyakit alzaemer.
(Koizer,2010)
H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
Sakit
Sakit yang menyebabkan nyeri atau gangguan fisik dapat menyebabkan
masalah tidur. Orang yang sakit memerlukan tidur yang lebih banyak di bandingkan
keadaan normal dan irama tidur dan bangun yang normal sering kali terganggu. Orang
yang kurang mendapatkan waktu tidur REM pada akhirnya menghabiskan lebih
banyak waktu tidur dibandingkan orang normal pada tahap tidur ini.
Kondisi pernapasan dapat mengganggu tidur individu. Napas pendek
seringkali membuat sulit tidur dan orang yang mengalami sumbatan hidung atau
drainase sinus dapat mengalami masalah pernapasan dan kemuadian dapat
membuatnya sulit tidur.
Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan pengurangan tahap 3 dan 4 tidur
NREM dan tidur REM. Kebutuhan untuk berkemih di malam hari juga mengganggu
tidur dan orang yang terbangun dimalam hari untuk berkemih kadang kala mengalami
kesulitan untuk dapat tidur kembali.
Lingkungan
Lingkungan dapat mempercepat atau memperlambat tidur. Setiap perubahan
misalnya, suara bising di lingkungan dapat menghambat tidur. Tidur tahap 1 adalah
tidur yang paling ringan dan tidur tahap 3 dan 4 adalah tidur yang paling dalam
hasilnya, suara yang lebih keras dibutuhkan untuk membangunkan orang yang berada
dalam tidur tahap 3 dan 4. Namun, jika waktu telah berlebihan seseorang dapat
menjadi terbiasa tehadap suara bising sehingga tingkat suara tidak lagi berpegaruh.
Page 14
Stress Emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur. Seseorang yang pikirannya
dipengaruhi dengan masalah pribadi mungkin tidak mampu relaks dengan cukup
untuk dapat tidur. Ansietas meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui
stimulasi sitem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu
tidur tahap 4 NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur
lain dan lebih sering terbangun.
Stimulan dan Alkohol
Minuman yang mengandung kafein bekerja sebagai stimulan sistem saraf
pusat, sehingga memepengaruhi tidur. Orang yang minum alkohol dalam jumlah
berlebihan sering kali mengalami gangguan waktu tidur. Alkohol yang berlebihan
mengganggu tidur REM, walaupun dapat mempercepat awitan tidur. Sementara
mengganti kehilangan waktu tidur REM setelah beberapa efek yang disebabkan oleh
alkohol menghilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk. Orang yang toleran
terhadap alkohol mungkin tidak mampu tidur dengan baik dan akibatnya menjadi
mudah marah.
Diet
Penuran berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan waktu tidur total
serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Disisi lain, pertambahan berat
badan tampak berhubungan dengan peningkatan total waktu tidur, berkurangnya tidur
yang terputus, dan bangun tidur lebih lama. L-triptofan dalam makanan misalnya,
dalam keju dan susu dapat menginduksi tidur, sebuah bukti yang mungkin dapat
menjelaskan mengapa susu hangat membantu seseorang untuk tidur.
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 15
Merokok
Nikotin memiliki efek stimulun pada tubuh, dan perokok lebih sulittertidur
dibandingkan bukan perokok. Perokok biasanya mudah terbangun dan sering kali
menggambarkan diri mereka sebagai orang tidur di waktu fajar. Dengan tidak
merokok setelah makan malam, seseorang biasanya dapat tidur dengan lebih baik,
terlebih lagi banyak orang yang dahulunya perokok melaporkan bahwa pola tidur
mereka membaik setelah mereka berhenti merokok.
Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga sering kali dapat mengatasi rasa letih seseorang.
Misalnya, seseorang yang sudah lelah mungkin dapat tetap terjaga saat menghadiri
konser yang menarik sebaliknya saat seseorang mengalami rasa bosan dan tidak
termotivasi untuk tetap terjaga, tidur sering kali terjaga dengan cepat.
Obat-Obatan
Beberapa obat mempengaruhi kualitas tidur. Hipnotik dapat memengaruhi
tahap 3 dan tahap 4 tidur NREM dan menekan tidur REM. Penyekat beta diketahui
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Narkotik seperti demerol dan morfin,
diketahui menekan tidur REM dan menyebabkan sering terbangun dan rasa ngantuk.
Obat penenang dapat mempengaruhi tidur REM. Amvetamin dan anti depresan
menurunkan tidur REM secara tidak normal. Seorang klien yang putus obat dari
setiap obatan-obatan ini mendapatkan lebih banyak tidur REM dibandingkan biasanya
dan akibatnya dapat mengalami mimpi buruk yang mangganggu.
(Koizer,2010)
Page 16
Insomnia
Insomnia, gangguan tidur yang paling sering terjadi, adalah ketidak mampuan
untuk tidur dengan jumlah atau kualitas yang tidak cukup. Individu yang menderita
insomnia tidak merasa segar pada saat bangun tidur. Terdapat tiga tipe insomnia :
1. Sulit tidur (insomnia awal)
2. Sulit untuk tetap tertidur karena sering terbangun atau terbagun dalam
waktu lama (insomnia intermiten berkala atau insomnia pemeliharaan)
3. Terbangun pada dini hari atau terbangun sebelum waktunya (insomnia
terminal)
Insomnia dapat terjadi akibat ketidaknyamanan fisik tetapi lebih sering terjadi
akibat stimulasi mental yang berlebihan karena ansietas. Individu yang terbiasa
dengan menggunakan obat-obatan atau minum alkohol dalam jumlah besar cenderung
menderita insomnia. Penanganan insomnia sering kali mengharuskan klien untuk
membentuk pola perilaku yang menginduksi tidur. Kegunaan obat tidur masih
diragukan. Obat-obatan tersebut tidak mengatasi penyebab masalah dan penggunaan
yang berkepanjangan dapat menciptakan ketergantungan obat.
Hipersomnia
Hipesomnia, kebalikan dari insmonia, adalah tidur berkelebihan, terutama
disiang hari. . Individu yang mengalami hipersomnia sering kali tidur sampai tengah
hari dan banyak tidur siang selama siang hari. Hipersomnia dapat disebabkan oleh
kondisi medis, misalnya, kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan ginjal, hati, atau
metabolik tertentu, seperti asidosis diabetakum dan hipotirodisme. Pada beberapa
kondisi, seseorang menggunakan hipersomnia sebagai sebuah mekanisme koping
untuk menghindari dari tanggungjawab selama siang hari.
Narkolepsi
Narkolepsi dari bahasa Yunani narco, artinya mati rasa, dan lepsis, artinya
serangan adalah gelombang rasa ngantuk yang berlebihan secara mendadakn yang
terjadi di siang hari, sehingga narkolepsi juga disebut sebagai serangan tidur.
Penyebabnya tidak diketahui, walau diyakini bahwa narkolepsi terjadi karena
kurangnya hipokretin kimia dalam sistem saraf pusat yang mengatur tidur. Awitan
gejala cenderung terjadi antara usia 15 dan 30 tahun. Pada serangan narkoleptik, tidur
dimulai dengan fase REM. Walaupun individu yang menderita narkolepsi tidur
dengan baik di malam hari, mereka tidur beberapa kali selama siang hari bahkan saat
berbicara dengan orang lain atau saat mengendarai mobil. Narkolepsi menurut riwayat
telah dikendalikan oleh stimulan dan anti depresan sistem saraf pusat tetapi sebuah
obat yang telah diakui oleh Food and Drunk adminstration America Serikat tahun
1999, modafinil, meningkatkan kewaspadaan tanpa menstimulasi sitem tubuh lain
atau mengganggu tidur di waktu malam.
Page 17
Apnea Tidur
Apnea tidur adalah henti napas secara periodik selama tidur. Gangguan ini
perlu dikaji oleh seorang ahli di bidang tidur tetapi apnea tidur sering kali dicurigai
terjadi pada orang yang berdengkur dengan keras, sering terjaga di waktu malam,
mengalami rasa ngantuk berlebihan disiang hari, insomnia, sakit kepala di pagi hari,
kemunduran intelektual, irabilats atau perubahan kepribadian lain, serta perubahan
fisologis seperti hipertensi dan aritmia jantung. Apnea tidur paling sering terjadi pada
pria berusia lebih dari 50 tahun dan pada wanita pasca menopause.
Periode apnea, yang berlangsung dari 10 detik-2 menit, terjadi selama tidur
REM atau tidur NREM. Frekuensi periode apnea berkisar dari 50-600 kali per malam.
Episode apnea ini menyedot energi seseorang dan dapat menyebabkan rasa ngantuk
berlebihan di siang hari.
Tiga tipe apnea tidur yang umum adalah apnea obstruktif, apnea pusat, dan
apnea campuran. Apnea obstruktif terjadi saat struktur faring atau rongga mulut
menyumbat aliran udara. Individu terus berupaya untuk bernapas yaitu, otot dada dan
abdomen bergerak. Pergerakan diafrgama menjadi lebih kuat adan lebih kuat sampai
obstruksi disingkirkan. Pembesaran tongsil, deviasi sektum nasal, polip hidung, dan
kegemukan dapat menjadi penyebab apnea obstruktif pada klien.
Apnea pusat diduga melibatkan defek di pusat pernapasan di otak. Setiap
upaya pernapasan, seperti pergerakan dada dan aliran udara, menurun. Klien yang
mengalami cedera batang otak dan distrofi otot, misalnya seringkali mengalami apnea
tidur pusat pada saat ini, tidak ada obatnya. Apnea campuran merupakan kombinasi
dari apnea pusat dan apnea obstruktif.
Episode apnea tidur biasanya dimulai dengan dengkuran : setelah itu
pernapasan berhenti, diikuti dengan dengusan yang jelas saat pernapasan.menjelng
akhir setiap episode apnea. Peningkatan kadar kadar karbon dioksida dalam darah
menyebabkan klien terbangun.
Penangan untuk apnea tidur dapat di tujukan pada penyebab apnea misalnya,
pengangkatan pembesaran tonsil. Prosedur bedah lain, termasuk pengangkatan
jaringan berlebih di dalam faring dengan menggunakan laser, mengurangi atau
mengihilangakan dengkuran dan dapat efektif dalam merdeakan apnea.
Deprivasi Tidur
Gangguan berkepanjangan dalam jumlah, kualitas, dan konsistensi tidur dapat
memicu sebuah sindrom yang disebut deprivasi (kurang) tidur. Ini bukan merupakan
gangguan tidur tetapi merupakan akibat dari gangguan tidur. Deprivasi tidur
menimbulkan beragam gejala fisologis dan perilaku, keparahannya tergantung pada
tingkat deprivasi. Dua tipe utama deprivasi tidur adalah deprivasi REM dan deprivasi
NREM. Kombinasi kedua deprivasi tersebut dapat meningkatkan keparahan gejala.
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 18
Page 19
dapat dibuat oleh klien yang tidur di rumah dan harus terus dibuat minimal 1 minggu.
Sebuah buku harian tidur dapat mencakup semua atau beberapa aspek tertentu
mengenai informasi yang berkenaan dengan masalah spesifik klien berikut :
Mencatat pada buku harian seperti itu dapat menimbulkan stres bagi beberpa
klien dan selanjutnya dapat semakin memengaruhi tidur mereka. Perawat perlu
menyarankan klien untuk meminta bantuna pasangannya menulis dibuku catatan
harian atau berhenti enulis ika terjadi sutu masalah. Apabila buku harian telah diisi
secara lengkap, perawat dan klien dapat membuat bagan atau grafikyang akan
membantu mengatur data dan mengidentifikasi masalah tertentu.(Koizier,2010)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klien mencakup pemantauan penampakkan wajah, perilaku, dan
tingkat energi klien. Area kehitaman disekitar mata, kelopak mata yang membengkak,
konjungtiva memerah, mata berkaca-kaca atau tamak mengkilap, dan ekspresi wajah
datar adalah tanda-tanda kurang tidur. Perilaku seperti mudah marah, gelisah, tidak
perhatian, berbicara lambat, postur tubuh tidak tegap, tremor tangan, menguap,
menggosok mata, menarikdiri, kebingungan, dan tidak terkoordinasi juga merupakan
petunjuk adanya masalah tidur. Kurang energi dapat dilihat dengan memantau apakah
klien tampak lemah, letargi, atau letih secara fisik.
Selain itu, perawat mengkaji apakah klien mengalamidevisiasi septum nasal,
pembesaran leher, atau mengalami kegemukan. Temuan ini dapat dihubungkan
dengan apnea tidur obstruktif atau mendengkur.(Koizier,2010)
Intervensi
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur klien
melibatkan banyak upaya non farmakologi. Upaya ini terdiri atas penyuluhan
kesehatan mengenai kebiasaan tidur, dukungan terhadap ritual waktu tidur,
penyediaan lingkungan yang tenang, upaya khusus untuk meningkatkan kenyamanan
dan relaksasi, dan pertimbangan penting mengenai penggunaan obat tidur.
Page 20
Untuk klien yang dirawat di rumah sakit, masalah tidur sering kali
dihubungkan dengan lingkungan rumah sakit atau penyakit mereka. Membantu klien
untuk tidur pada keadaan tersebut dapat menjadi tantangan bagi seorangperawat, yang
sering kali mencakupmenjadwalkan aktivitas, memberikan analgesik, dan
memberikan lingkungan pendukung. Penjelasan dan hubungan suportif sangat penting
bagi klien yang ketakutan atau cemas.(Koizier,2010)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kesehatannya.
2. Jenis-jenis mobilisasi :Mobilitas penuh,mobilitas Mobilitas sebagian,
3. factor factor yang mempegeruhi mobilisasi: gaya hidup, proses penyakit dan
injuri,kebudayaan, tingkat energy, usia dan status perkembangan.
4. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktifitas),
misalnya mengalami trauma tulang belakang cedera otak berat disertai fraktur
pada ekstremitas , dan sebaginya.
5. Imobilisasi fisik,Imobilitas intelektual, Imobilitas emosional,Imobilitas sosial,
6. Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagaisistim
antara lain : Masalah
musculoskeletal,
Masalah
urinary,
Masalah
gastrointestinal, Masalah respirai, Masalah kardiofaskuler.
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta.
Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983,Fundamental of Nursing, california Addison
Weslypublishing Division.
Potter & perry ,2006, Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses dan praktis, edisi
4,Volume 2, Jakarta : EGC
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2010. Fundamentals of Nursing : konsep,
proses dan praktis, edisi 7,Volume 2, Jakarta : EGC
Aktivitas dan istirahat tidur
Page 22
orr,W.C. (2000).Editorial : sleep and functional bowel disorders bowels cause bad dream
journalof Gastroneterology, 95, 1118-1121.
Page 23