Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Fedwarto Ndruru
Albertson Dee
Resa Rukmana
Dina Siagian
Ruth Theresia
Donny Alexander L
Tamrin Sitompul
Tresiani Herawan
Esterina Banu
KATA PENGANTAR
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan pendahuluan ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi penggunaan tata bahasa dan tata tulisan, sehingga kiranya masih
banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan penulian laporan
pendahuluan ini.
Besar harapan penulis, semoga apa yang penulis sajikan dalam laporan pendahuluan ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi diri sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
2
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang..............................................................................................................
Tujuan Peneliatian.........................................................................................................
Metode Penelitian.........................................................................................................
Sistemaktika Penulisan.................................................................................................
1
2
2
3
Definisi Parkinson......................................................................................................
Etiologi Parkinson......................................................................................................
Patofisiologi Parkinson...............................................................................................
Tanda dan Gejala........................................................................................................
Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................
Penatalaksanaan..........................................................................................................
Kemungkinan data fokus............................................................................................
Analisa Data..............................................................................................................
Diagnosa Keperawatan...............................................................................................
Rencana Asuhan Keperawatan...................................................................................
4
4
5
7
7
7
9
14
16
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan gerontik atau keperawatan gerontologik adalah spesialis keperawatan
lanjut usia yang menjalankan peran dan tanggung jawabnya teradap tatanan pelayanan
kesehatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan,
tekhnologi dan seni dalam merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia
3
satu
tangan,
akhirnya
akan
mengenai
tangan
lainnya,
lengan
dantungkai.Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.
Penderita penyakit parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan
danterjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh
orang lain,maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan
sakit otot dan kelelahan.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mempelajari secara langsung tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus parkinson deases.
b. Tujuan Khusus
2
D.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Parkinson
Parkinson merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik,
bredikinesia, kekuatan otot, an hilangnya reflek-reflek postural (Muttaqin, 2008).
Penyakit gangguan syaraf kronis dan progresif yang mengenai pusat otak yang
bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan (Suzanne & Smaltzer,
2001).
B. Etiologi Parkinson
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Penyakit Parkinson
C. Patofisiologi Parkinson
Faktor predisposisi lesi di substansia nigra: faktor usia, faktur, aterosklreotik, post ensafalitis, induksi obat, dan keracunan logam berat
Impuls globus palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis
Gangguan N. VIII
Manifestasi otonom
Ragiditas deserebrasi
Manifestasi psikiatrik
5
Tremor ritmi
bradikaresia
Perubahan otot wajah
dan sikap tubuh
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, dan
konfusi akut.
Kesulitan menelan
Hambatan mobilitas
fisik.
Kognitif menurun,
persepsi menurun, akut
menurun.
-
Perubahan gaya
berjalan, kekakuan
dalam beraktifitas.
Gangguan
pemenuhan nutrisi
Kurang perawatan
diri
Kerusakan
komunikasi
verbal
Koping individu
tidak efektif
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas
dan menjadi kaku pada bentuk semua gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai, mempertahankan, dan membentuk aktivitas
motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal (Muttaqin, 2008).
Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor, seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain,
dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. karakteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasisupinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari. Keadaan ini meningkat bila pasien sedang
berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul pada saat klien istirahat (Muttaqin, 2008).
Karakteristik penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya
ekstremitas kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot, wajah mengalami sedikit ekspresi di mana saat
bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas (Muttaqin, 2008).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit
kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau
menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness. Perawatan pada penderita penyakit parkinson
bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat
dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
7
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit Parkinson (Muttaqin, 2008; Suzanne & Smaltzer, 2001; Brugham & JoAnn,
2000):
a) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk
mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala.
c) Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
d) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor. Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida, digunakan untuk mengurangi
kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
e) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
f) Obat-obat antidepresan
Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan
penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat
akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.
2.
Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan
di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan
program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada
rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga
8
dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas,
memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
G.
Walaupun penyakit Parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetic yang jelas tetapi pengkajian adanya anggota generasi
terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat
mempercepat progresifnya penyakit.
f) Pengkajian psikososiospritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakita yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadapa dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan
hubungan dan peran karna klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
Peubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk
penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis,
demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.
2. Pemeriksaan fisik
Klien dengan penyakit Parkinson umunya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan tanda-tanda vital, meliputi
bradikardia, hipotensi dan penurunan frekuensi pernafasan.
a) B1 Breathing
Gangguan fungsi pernafasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran nafas.
1) Inspeksi umum. Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum,
sesak nafas dan penggunaan otot bantu nafas.
2) Palpasi. Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi. Adanya suara resonal pada seluruh lapangan paru.
10
4) Auskultasi. Binyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronki pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
b) B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh
system persarafan otonom. Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri : otot-otot lelah karena rigiditas.
c) B3 (Brain)
Inspeksi umum : didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh
gerakan.
Pengkajian tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada aliran darah serebrial regional menurun yang
mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
Pengkajian fungsi serebral
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif,
penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pemeriksaan saraf kranial
Pengkajian saraf cranial meliputi pemeriksaan saraf cranial I-XII.
1) Saraf I. Pada cidera tulang belakang, biasanya klien tidak memiliki kelainan dan gangguan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Tes ketajaman penglihayan mengalami perubahan, dimana sesuai tingkat usia yang tua biasanya klien dengan
penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
3) Saraf III, IV dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konfergensi penglihatan menjadi kabur karena
tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata. Gerakan kedua bola untuk menetapkan mata pada sesuatu
tidak selalu berjalan searah, melainkan bisa juga berjalan kearah berlawanan. Gerakan bola mata yang sinkron dengan
arah yang berlawanan hanyalah gerakan kedua bola mata kearah nasal. Dalam gerakan itu, bola mata kini bergerak ke
11
kanan dan bola mata kanan bergerak ke kiri. Gerakan kedua bola mata kea rah nasal dinamakan gerakan konvergen, yang
terjadi karena kedua otot rektus medialis (interbus) berkontraksi.
4) Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya didapatkan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatan otot
wajah maka terlihat ekspresi wajah mengalami penurunan dimana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan
mata).
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
6) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis dan penurunan aliran darah regional,
adanya ketidakseimbangan tubuh.
7) Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan.
8) Saraf XII. Tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal.
Penyajian sistem motorik
1) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh
gerakan. Klien seringmengalami rigiditas deserebrasi.
2) Tonus otot ditemukan meningkat.
3) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karenaadanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada
gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
Pengkajian refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan
dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan(salah satunya
kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Pengkajian sistem sensorik
12
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
Penurunan sensorik yang adamerupakan hasil dari neuropati.
d) B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin
mengalami inkontinensia urine,ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periodeini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
e) B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurangkarena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan
adanya tremor menyeluruh. Kliensering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
f) B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada
seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.Adanya gangguan keseimbangan
dan koordinasi dalam melakukan pergerakankarena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan
memberikanrisiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
H. Analisa Data
Data
Etiologi
Tremor ritmi bradikaresia
Data subjektif:
-
Klien
mengatakan
badanya menurun
Klien mengatakan
berat
kesulitan
Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan nutrisi
Data objektif:
13
terdengar.
Penurunan berat badan dari
yang sebelumnya.
Otot wajah tampak kaku.
Klien tampak pucat dan lemah.
Data subjektif:
- Klien mengatakan sulit untuk
Gangguan N. VIII
menggerakkan tubuhnya
- Klien mengatakan merasa lemah
Data objektif:
- Kekuatan otot menurun, dinilai
Ragiditas deserebrasi
dengan 1
Pemeriksaan
kesadaran
GCS
motorik, dinilai 2
- Klien terlihat pucat dan lemah
- Tremor saat melakukan aktivitas
Data subjektif:
- Klien mengatakan tidak dapat
melakukan
aktivitas
sendiri
Data subjektif:
-
Gangguan N. VIII
Ragiditas deserebrasi
Perubahan gaya berjalan,
kekakuan dalam beraktifitas.
Kurang perawatan diri
Aliran darah serebral regional
menurun
14
Data objektif:
-
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, dan
konfusi akut.
Kognitif menurun, persepsi
menurun, akut menurun.
Data subjektif:
- Klien mengatakan
labil
Klien mengatakan takut jika
terjadi kecacatan
Klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan
Data objektif:
-
menurun
Manifestasi psikiatrik
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, dan
konfusi akut.
Kognitif menurun, persepsi
menurun, akut menurun.
Koping individu tidak efektif
15
I.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan tremor dan perlambatan dalam proses makan, serta
kesulitan mengunyah dan menelan.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakan
otot-otot wajah.
5. Koping individu inefektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
16
kurang
kebutuhan
berhubungan
tubuh
dari Setelah
Intervensi
1. Kaji kemampuan makan klien
dilakukan
tindakan
gangguan
menyebabkan
pemenuhan
mengalam
badan.
3. Fungsi sistem gstrointestinal sang
waktu
kebutuhan
klien
badan.
Rasional
1. Mulut yang kering, penurunan reflek
3x24
nutrisi
jam
klien
meliputi
terpenuhi.
suara
bising
usus,
Kriteria hasil:
pergerakan usus.
4. Manajemen kemampuan menelan.
4. Meningkatkan
kemampuan
klie
mencegah kelelahan.
5. Penggunaan
alat-alat
khusu
keadaan
nutrisi
yan
dibutuhkan klien.
tindakan
otot.
dilakukan
meminimalkan
gangguan
motorik.
2. Lakukan
mobilitas fisik.
program
latihan
dilakukan
tindakan
mampu
melaksanakan
4. Ajarkan teknik berjalan khusus.
2. Meningkatkan
koordinasi
da
melawa
dan
leh
Kriteria hasil:
5. Anjurkankan mandi hangat dan
masase otot.
kemampua
kemampuannya.
kekuatan
tingkat
kecenderungan
1. Mengetahui
dan
klien
mengakibatkan kekakuan.
6. Untuk memelihara fleksibilitas otot.
perawatan
diri
sesuai
toleransi.
7. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien.
3
Defisit
perawatan
berhubungan
tremor
motorik.
dan
dengan Setelah
dilakukan
gangguan keperawatan
mengalami
tindakan
klien
defisit
melakukan ADL
tidak
perawatan
diri.
intervensi
beraktivitas
klien
mampu
dala
ekstremitas
dp
tim fisioterapis.
1. Kemampuan klien dalam melakuka
membantu
klien
meningkatka
perawatan diri
4. Lingkungan klien membantu klie
kemampuan
beraktivitas
mobilisasi
kemampuan
perawatan diri
3. Dukungan terhadap aktivitas klie
Tujuan khusus:
Setelah
7. Peningkatan
pemenuhan
kebutuha
merawat diri
5. Terapi okupasi dapat membantu klie
terpenuhinya
4.
Kerusakan
verbal
dilakuakan
klien
tindkan
untuk
berkomunikasi.
mampu
ketidak
mengerakan
wajah.
mampuan
otot-otot Tujuan khusus:
Setelah
dilakukan
seperti
meningkatkan
kemmpuan
berkomunikasi.
mempertahankan
kontak
membuat
kontak
klien
mata
interes
aka
selam
Kriteria:
-
mereka katakan.
2. Mempertahankan
yang ada.
klien.
3. Kateter
3. Pertimbangkan bentuk komunikasi
bila terpasang intravenus kateter.
17
intravena
yang
terpasan
penjelasan
cara
dengan
segera.
Penuhi
dengan
klien
selam
memberikan keperawatan.
6. Rekaman pembicaraan klien dalam pi
18
mempertahankan
seperti
merasakan
konta
kehadira
perasaan kaku.
8.
Ahli terapi
membantu
untuk
bahasa
dalam
peningkatan
membantu
wicara
latihan
petugas
dap
membentu
perckapan
kesehatan
emngembangkan
da
dala
metod
Koping
efektif
dengan
disfungsi
individu
berhubungan Selama
depresi
dilakukan
dan
hubungandengajan
derajat
ketidakmampuan.
2. Dukung kemampuan koping klien.
klien.
1. Menentukan bantuan individual dala
menyusun
rencana
perawatan
ata
pemilihan intervensi.
2. Kepatuhan terhadap program latihan da
perkembangan penyakit.
Tujuan khusus:
Setelah
dilakukan
aktivitas
melalui
ketekuna
tindakan
Kriteria:
diberikan
sekarat
menyatakan
ketika
atau
klien
menyatakan
mengingkari
dan
dengan
mempertahanka
partisipasi aktif.
3. Mendukung penolakan terhadap bagia
mampu
4. Pernyataan
menyatakan
pengakuan
penolakan
tubuh,
kembali
fakta
mengakui,
realitas
bahwa
danmenggabungkan
terhadap
mengingatkan
kejadian
tentang
masih
dapat
menyeluruh.
7. Buat
20
rencana
program
aktivitas
kehidupan.
koping
dengan
yan
kebutuha
untuk
keamanan
sewak
orang
mengizinkan
terdekat
klien
untuk
melakukan
kemampuan koping.
8. Menghidupkan
kembali
kemandirian
perkembangan
dan
harga
perasaa
memban
diri
ser
Depresi
terjadiny
umumnya
terja
11. Kolaborasi
rujuk
pada
ahli
lebih lanjut.
11. Dapat memfasilitasi perubahan pera
yang
penting
perasaan.
psikoterapi,
untuk
Kerjasam
terapi
perkembanga
fisioterap
obat-obatan,
da
22
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit
Parkinson
merupakan
penyakit
kronis
yang
membutuhkan
penanganan
secaraholistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakitini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan
yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu
belum bisadihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan
menemanisepanjang hidupnya.Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress
hingga terjadi totaldisabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general,
dan dapat menyebabkan kematian.Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbedaberbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat
parah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca. B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Brougham, Diane C. & JoAnn, Hackley. C. (2000). Keperawata Medical Bedah : Buku saku
untuk Bruner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Muttaqin, Arief. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC
24