Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Pengertian Chiller
Chiller adalah mesin refrigerasi yang memiliki fungsi utama mendinginkan air
pada sisi evaporatornya. Air dingin yang dihasilkan selanjutnya didistribusikan ke
mesin penukar kalor ( FCU / Fan Coil Unit ).
B. Mekanisme Kerja Chiller
Penarikan panas atau kalor dimulai pada evaporator. Heat Exchanger disini
adalah sebuah pipa yang ada pipa lain didalamnya, berfungsi untuk mengalirkan air
pada pipa besar sedangkan pip didalamnya berfungsi mengalirkan udara atau
refrigeran. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah:
Dari AHU dengan blower besar menyalurkan udara dingin, yang diperoleh
dari hembusan melalui pipa-pipa aliran air dingin unit utama diatas, keruangan
yang akan dikondisikan. Udara dingin yang masuk kedalam ruangan dari AHU
ini diatur dengan diffuser yang ada disetiap ruangan, Atau kadang-kadang
dengan pipa-pipa langsung keruangan melalui alat kipas koil (Fan coil unit)
atau disingkat FCU.
Pendinginan air melalui menara air (cooling tower), dalam desain
gedung perlu diperhatikan aliran udara yang diperoleh dari kipas udara. Aliran
udara dan aliran air didalam menara pendingin ini dapat berlawanan arah
(counter flow), arah melintang (cross flow), aliran paralel (paralel flow) aliran
melalui dek atau aliran pancar.
Salah satu cara tertua untuk melakukan pendinginan suatu ruangan secara
mekanis adalah teknologi absorbsi (absorption technology). Kelihatan tak masuk akal
dengan membakar sesuatu untuk menghasilkan pendinginan, tetapi hal itu yang terjadi
dalam
suatu
chiller
absorpsi.
Teknologi
absorbsi
ini
sebenarnya
mudah
pengoperasiannya maupun pemeliharaannya, tetapi pada masa kini teknologi ini mulai
hampir tidak digunakan karena tidak fleksibel penggunaannya.
Refrigeran yang digunakan oleh chiller jenis ini adalah sebenarnya air, karena
perubahan fase yang terjadi dan yang memberi dampak pendinginan adalah melalui
media air. Fluide kedua yang mengatur proses ini adalah garam, yang dikatakan
sebagai Litium Bromida (lithium bromide). Panas dibutuhkan untuk memisahkan
kedua fluida ini, yang kemudian dipertemukan kembali dalam lingkungan yang
hampir vakum. Air ini mengalami perubahan fase pada waktu dicampur kembali
dengan garam pada suhu yang sangat rendah. (pada tekanan atmosfir yang normal, air
menguap pada suhu 212F, dalam suatu alat absorbsi, air menguap cukup dingin untuk
menghasilkan air dingin pada 46F.
Karena suhu air dingin yang dihasilkan oleh chiller absorbsi paling rendah
adalah 46F, maka chiller jenis ini tidak dapat digunakan dalam penerapan refrigerasi
dengan suhu rendah. Peralatan tata udara dengan Sistem absorbsi ini sebenarnya
sangat efisien dan pemeliharaanya mudah, tetapi bila ada kerusakan pada peralatan ini
perbaikannya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar. Bahkan untuk kerusakan
9
tertentu, maka seluruh unit tidak dapat difungsikan kembali. Ini menyebabkan
penggunaan peralatan pengkondisian udara dengan sistem absorbsi ini kurang
diminati.
Pendingin penyerapan mendinginkan air menggunakan energi yang disediakan
oleh sumber panas.Mereka berbeda dari konvensional sistem (kompresi uap)
pendinginan dalam dua cara.Proses penyerapan termokimia di alam, sebagai lawan
mekanik.Juga, pendingin penyerapan beredar air sebagai pendingin bukan
chlorofluorocarbons atau chlorofluorocarbons hidro (CFC atau HCFC, yang juga
dikenal sebagai Freon). Sistem chiller penyerapan standar menggunakan air, sebagai
pendingin, dan bromida lithium, sebagai penyerap, dalam siklus.Bromida lithium
memiliki afinitas yang tinggi untuk air.Proses ini berlangsung dalam ruang hampa,
memungkinkan refrigerant (air) mendidih pada suhu yang lebih rendah dan tekanan
daripada biasanya akan, membantu untuk mentransfer panas dari satu tempat ke
tempat lain. Perumahan berukuran unit-unit kecil menggunakan amonia sebagai
refrigeran, dan air sebagai penyerap.
D. Aplikasi
Selain menjadi langsung dipecat oleh gas alam, pendingin penyerapan dapat
menjalankan off air panas, uap, atau limbah panas, membuat mereka merupakan
bagian integral dari sistem kogenerasi atau ke mana pun limbah panas dalam bentuk
apapun yang tersedia. Pendingin penyerapan umumnya digunakan di mana tingkat
kebisingan dan getaran yang menjadi masalah, terutama di rumah sakit, sekolah, dan
gedung perkantoran.
E. Peralatan Pilihan
Pendingin penyerapan bisa dipecat langsung maupun tidak langsung, dan
dapat tunggal-efek atau efek ganda.Pendingin langsung dipecat menggunakan panas
dari sumber lain, sedangkan pendingin langsung dipecat menggunakan kompor gas
alam untuk daya siklus.Efek ganda pendingin mendaur ulang beberapa limbah panas
yang dihasilkan selama siklus, dan dengan demikian lebih efisien per unit input
panas;Efisiensi ini datang pada biaya yang membutuhkan input panas seperti uap atau
gas alam. Ukuran peralatan berkisar dari 4,5 ton pendinginan hingga beberapa ratus
ton pendinginan.
10
F. Sumber Daya
1. Equipment Manufacturer database
2. Gas AC Konsorsium
G. Cara Kerja Chiller Absorpsi
Efek siklus penyerapan tunggal menggunakan air sebagai pendingin dan
bromida lithium sebagai penyerap. Ini adalah afinitas kuat bahwa dua zat tersebut
memiliki satu sama lain yang membuat pekerjaan siklus. Seluruh proses terjadi di
hampir vakum lengkap.
Solusi Pompa: Sebuah solusi bromide encer lithium (konsentrasi 63%) dikumpulkan
di bagian bawah shell absorber. Dari sini, pompa solusi kedap udara bergerak solusi
melalui shell dan tube heat exchanger untuk pemanasan.
Generator: Setelah keluar dari penukar panas, solusi encer bergerak ke shell atas.
Solusinya mengelilingi bundel tabung yang membawa baik uap atau air panas. Uap
atau air panas transfer panas ke dalam kolam larutan encer lithium bromide. Solusinya
bisul, mengirim uap refrigeran ke atas ke kondensor dan meninggalkan bromida
lithium terkonsentrasi. Solusi lithium bromide terkonsentrasi bergerak ke penukar
panas, di mana ia didinginkan oleh larutan lemah yang dipompa ke generator.
Kondensor: Uap refrigeran bermigrasi melalui eliminator kabut dengan bundel
tabung kondensor. Uap refrigeran mengembun pada tabung. Panas dihapus oleh air
pendingin yang bergerak melalui bagian dalam tabung. Sebagai refrigeran
mengembun, itu terkumpul dalam palungan di bagian bawah kondensor.
Evaporator: Bergerak cairan pendingin dari kondensor dalam shell atas sampai ke
evaporator dalam shell yang lebih rendah dan disemprotkan di atas bundel tabung
evaporator. Karena vakum ekstrim dari shell yang lebih rendah [6 mm Hg (0,8 kPa)
tekanan absolut], cairan pendingin mendidih pada sekitar 39 F (4 C), menciptakan
efek pendingin. (Vakum ini diciptakan oleh tindakan higroskopis - bromida afinitas
lithium yang kuat memiliki air - di Absorber langsung di bawah.)
Absorber: Sebagai uap refrigeran berpindah ke absorber dari evaporator, solusi
lithium bromide yang kuat dari generator disemprotkan dari atas bundel tabung
absorber. Solusi lithium bromide yang kuat sebenarnya menarik uap refrigeran ke
dalam larutan, menciptakan vakum ekstrim dalam evaporator. Penyerapan uap
11
lithium
bromide
pemakaian
dan
perawatannnya.
Biaya awal lebih rendah dan murah.
besar.
Kesulitan dalam mengatur temperature dan kelembaban dari ruangan yang
sedang dikondisikan, karena beban kalor dari ruangan yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
Pada dasarnya sistim pengaturan untuk sistim saluran tunggal menyangkut
12
Dalam keadaan dimana beban kalor dari beberapa ruangan yang akan
dilayani ini berbeda-beda, boleh dikatakan tidak mungkin mempertahankan udara
ruangan pada suatu temperature tertentu, kecuali bagi beberapa ruangan utama
saja. Jadi masalah tersebut dapat dipecahkan dengan melayani ruangan dengan
beban kalor yang sama oleh satu pengolah udara secara sentral.
Sistim saluran udara tunggal yang lain adalah sistim pemanasan ulang,
dimana udara segar yang mengalir didalam saluran utama tersebut dapat
dipertahankan konstan, pada temperature yang rendah. Kemudian udara tersebut
masuk kedalam ruangan melalui alat pemanas yang dipasang pada saluransaluran cabang masing-masing. Pemanas tersebut memanaskan udara dan diatur
sedemikian rupa sehingga diperoleh temperature udara tang sesuai dengan
temperature udara ruangan yang di inginkan. Sistim ini dinamakan sistim
pemanasaan ulang terminal dan banyak digunakan untuk melayani beberapa
ruangan pribadi yang ada didalam gedung perkantoran umum.
Ada pula sistim saluran tunggal yang bekerja dengan volume variable
dimana jumlah aliran udara dapat diubah sesuai dengan beban kalornya, jadi,
volume aliran udara akan berkurang dengan turunnya beban kalor dari ruangan
yang harus dilayani.pengaturab volume aliran udara dilakukan dengan mengatur
posisi damper atau dengan unit volume variable damper. Ada beberapa macam
unit volume variable damper. Salash satu diantaranya seperti gambar dibawah ini
13
Pada hal tersebut terakhir terdapat dua saluran; satu saluran menyalurkan
jumlah udara yang minimal diperlukan, sedangkan saluran lainnya menyalurkan
jumlah udara sesuai dengan pembukaan katup udara yang diatur oleh thermostat.
Pemasukan udara diatur oleh tekanan udara yang bekerja pada tirai dari alat
pengatur volume konstan dan gaya pegas. Pemasukan udara minimum harus
diatur supaya distribusi udara didalam ruangan dapat berlangsung sebaik-baiknya,
dengan jumlah ventilasi udara yang minimal. Jumlah udara masuk akan berkurang
dengan turunnya beban kalor, sehingga apabila jumlah udara masuk menjadi lebih
kecil daripada jumlah udara masuk yang minimal, maka temperature udara masuk
akan berubah. Dalam sistim volume variable, putaran atau sudu isap dari kipas
udara dapat diatus sesuai dengan perubahan pemasukan udara yang diinginkan.
Sistim pengaturan kipas udara tersebut diatas memungkinkan penghematan daya
listrik yang diperlukan untuk menggerakan kipas udara pada beban parsial.
b. Sistim Dua Saluran
Selain sistim saluran tunggal, terdapat pula sistim dua saluran yang dapat
menutupi kekurangan daru sistim saluran tunggal. Sistim ini kebanyakan
digunakan di gedung-gedung besar, dalam hal tersebut udara panas dan udara
dingin dihasilkan secara terpisah oleh mesin penyegar udara yang bersangkutan.
Kedua jenis udara itupun disalurkan melalui saluran yang terpisah satu sama lain.
Tetapi kemudian dicampur sedemikian rupa sehingga tercapai tingkat keadaan
yang sesuai dengan beban kalor dari ruangan yang akan disegarkan. Sesudah itu
disalurkan kedalam ruangan yang bersangkutan. Sistim ini dinamakan sistim dua
saluran.
Dalam sistim ini, alat yang diperlukan untuk mencampur udara panas dan
udara dingin
memperoleh kondisi akhir yang diinginkan, dinamai alat pencampur. Sistim dua
saluran dapat memberikan hasil pengaturan yang lebih teliti. Tetapi memerlukan
lebih banyak energi kalor dan lebih tinggi harga awalnya. Ada dua jenis sistim dua
saluran, yaitu sistim volume konstan dan sistim volume variabel.
14
tinggi di alirkan melalui beberapa nosel. Selanjutnya dengan efek induksi secara
primer, udara ruangan terisap masuk kedalam unit dan didinginkanoleh koil udara,
kemudian disirkulasikan kembali kedalam ruangan.
Contoh Water Cool Chiller
Unit Chiller yang digunakan pada sistim ini merupakan jenis Water Cooled
Water Chiller dengan menggunakan kompresor jenis sentrifugal 3 tahap / 3 stage
centrifugal compressor ( Kompresor sentrifugal 3 tingkat ), yang diproduksi oleh
salah satu pabrikan unit AC yang cukup terkenal yaitu Trane Company. Unit ini
berkapasitas 320 Ton Refrigerant / 320 TR, dengan menggunakan sistim negative
pressure, dimana jika terjadi kebocoran pada unit Chiller maka refrigerant yang
terdapat didalamnya tidak akan terbuangan ke udara, melainkan udara luar yang
akan masuk kedalam sistim. Didalam sistim Chiller sendiri terdapat satu unit
pembuang udara yang masuk saat terjadi kebocoran tadi yang dinamakan Purging
Unit. cara kerja purging seperti ini : saat Chiller mengalami kebocoran, maka
udara luar akan masuk kedalam sistim chiller sehingga refrigerant atau freon akan
bercampur dengan udara luar yang mengandung uap air, sensor pada purging unit
akan membaca perbedaan tekanan pada sistim dan kelembaban refrigerant pada
sistim sehingga akan mengaktifkan purging unit tersebut.
Saat purging unit bekerja, Chiller tetap beroperasi sebagaimana mestinya
tanpa terganggu. Udara yang terhisap masuk kedalam sistim akan di tekan keluar
oleh purging unit, sehingga tekanan pada sistim mengalami kondisi stabil barulah
unit Chiller dapat di perbaiki. Untuk media pendingin yang digunakan oleh unit
Chiller yaitu refrigerant jenis R 123 dan untuk Purging unit berjenis R 134 A,
kedua sudah ramah lingkungan.
16
hotel cukup jauh. Sedangkan untuk sistim air pendinginan hanya di gunakan satu
buah pompa sirkulasi, mengingat jarak ruang pompa dan unit Cooling Tower
cukup dekat.
18
19
Pada AC Split pada bagian indoor unit AC Split umumnya terdapat komponen
utama yaitu :
a. Evaporator
Pada mesin pendingin AC Split evaporator terbuat dari pipa tembaga
dengan panjang dan diameter tertentu yang di bentuk berlekuk lekuk agar
menghemat tempat dan lebih efektif menyerap panas dari udara ruangan yang
bersirkulasi melaluinya. Karena pipa evaporator dilewati refrigerant yang
memiliki suhu yang sangat rendah, maka suhu evaporator mejadi rendah
(dingin) dengan kisaran suhu hingga mencapai 5C dengan begitu, suhu udara
ruangan akan menjadi rendah (dingin) ketika melewati evaporator.
b. Motor Blower & Motor Pengatur Aliran Udara (motor stepper)
Motor Blower berfungsi untuk mensirkulasikan udara dalam ruangan,
sehingga udara ruangan dapat bersirkulasi melewati evaporator, setelah udara
melewati evaporator aliran udara di arahkan ke ruangan oleh pengatur aliran
udara (motor Stepper). Blower akan bekerja sampai temperatur udara ruangan
sesuai keinginan. Dengan kata lain blower akan berhenti kerja (Off) ketika
temperatur udara ruangan mencapai suhu yang kita inginkan (setting suhu
pada pengaturan remote kontrol AC Split).
c. Saringan ( filter ) Udara
Pada Indoor AC Split Saringan (filter udara) berfungsi menyaring
udara yang melewati evaporator, sehingga udara yang bersirkulasi dalam
ruangan menjadi lebih bersih. Pada unit AC Split model baru juga dilengkapi
dengan filter anti bakteri atau anti racun untuk menangkal bibit penyakit dan
menyaring polutan berbahaya bagi tubuh manusia yang terbawa melalui udara
ruangan.
21
2. Bagian outdoor
Pada bagian outdoor AC Split secara umum terdapat komponen utama, yaitu :
a. Kondensor
Ketika refrigeran keluar melewati bagian indoor AC Split (evaporator),
kalor (panas) udara ruangan yang terbawa akan dilepaskan di bagian
kondensor. Serupa dengan evaporator, kondensor terbuat dari pipa tembaga
yang dibuat berkelok kelok dan dilengkapi sirip sirip yang bertujuan untuk
melepas kalor udara berjalan dengan efektif dan kalor (panas) udara yang
terbawa oleh refrigerant (Freon) lebih cepat dilepaskan atau dibuang ke udara
bebas (luar ruangan).
b. Kipas (fan)
Pada bagian kondensor AC Split juga dilengkapi dengan kipas (fan).
Fungsinya adalah membuang panas pada condensor ke udara bebas.
c. Accumulator
Accumulator pada mesin pendingin berfungsi sebagai penampung
sementara refrigeran cair bertemperatur rendah dan campuran minyak pelumas
evaporator. Selain itu, accumulator berfungsi mengatur sirkulasi aliran bahan
refrigeran agar bisa keluar-masuk melalui saluran isap kompresor. Untuk
mencegah agar refrigeran cair tidak mengalir ke kompresor, accumulator
mengkondisikan wujud refrigeran yang masuk ke kompresor tetap dalam
wujud gas. Sebab, ketika wujud refrigeran berbentuk gas akan lebih mudah
masuk ke dalam kompresor dan tidak merusak bagian dalam kompresor.
d. Kompresor
Kompresor AC Split berfungsi mensirkulasikan aliran refrigeran. Dari
kompresor refrigerant (Freon) akan dipompa dan dialirkan menuju komponen
utama AC Split yaitu : kondenser, pipa kapiler, evaporator dan kembali lagi ke
kompresor. Refrigeran secara terus menerus melewati 4 komponen utam AC.
e. Saringan Refrigeran (strainer)
Setelah melepaskan kalor (panas) di kondensor, refrigeran akan
dipompa oleh kompresor menuju ke filter (strainer) Agar kotoran yang
terbawa oleh refrigeran tidak ikut terbawa ke pipa kapiler. Jika kotoran
( seperti karat atau serpihan logam ) terbawa kedalam pipa kapiler, bisa
menyebabkan kerusakan kompresor dan penyumbatan yang menyebabkan
sistem pendingi tidak bekerja optimal.
22
f. Pipa Kapiler
Pipa Kapiler / Katup ekspansi pada unit AC Split berfungsi
menurunkan tekanan refrigeran sehingga merubah wujud refrigerant cair
menjadi uap ketika zat pendingin meninggalkan katup ekspansi / pipa kapiler
dan memasuki evaporator.
B. Sirkulasi Refrigeran (bahan pendingin / Freon) di dalam AC Split
Pada AC Split Refrigeran (Freon) merupakan zat atau bahan yang bersikulasi
secara terus menerus melewati komponen utama sistem pendingin (kompresor,
kondenser, pipa kapiler, dan evaporator). Bahan pendingin atau refrigeran tidak akan
berkurang selama tidak terjadi kebocoran pada sitem pendingin. Saat melewati
komponen utama pendingin, refrigeran akan mengalami perubahan wujud, temperatur
dan tekanananya. Sirkulasi refrigeran dalam unit AC disebut siklus refrigerasi kopresi
uap. Sekarang mari kita tinjau sirkulasi refrigeran pada komponen utama AC. Dari
skema kerja refrigeran, ada empat tahapan proses kerja.
1. Proses kompresi
Proses kompresi pada mesin pendingin dimulai ketika refrigeran
meninggalkan evaporator (Proses 12). Masuknya refrigeran (bahan pendingin /
freon) kedalam kompresor melalui pipa masukan kompresor (intake). Dilihat dari
wujud, suhu, dan tekanan, ketika akan masuk kedalam kompresor , refrigeran
berwujud gas atau uap, bertemperatur rendah dan bertekanan rendah. Selanjutnya,
melalui kompresor, refrigeran dikondisiskan tetap berwujud gas, tetapi memiliki
tekanan dan suhu tinggi. Hal tersebut bisa dilakukan karena kompresor dapat
mengisap gas dan mengkompresi refrigeran hingga mencapai tekanan kondensasi.
Setelah tekanan dan suhu refrigeran diubah, selanjutkan refrigeran dipompa dan di
alirkan menuju kondenser.
2. Proses kondensi
23
refrigeran
dimulai
ketika
refrigeran
25
26
27
Gambar 18. Contoh distribusi konsumsi energi listrik di suatu gedung komersial
Untuk gedung yang beban total listriknya di luar HVAC yang kecil, koneksi
ke sistem listrik sentral atas kelebihan produksi listriknya sangat perlu dilakukan
sehingga sistem HVAC pada gedung yang punya sistem kogenerasi dapat beroperasi
tanpa adanya chiller mekanikal. Dengan demikian kapasitas pembangkit listrik sentral
dengan efisiensi rendah dapat dikurangi. Semua ini akan berdampak pada
penghematan penggunaan energi fosil dan mengurangi emisi gas ke atmosfir.
B. Sistem Kogenerasi dan Pembangkitan Daya Mandiri
Aplikasi kogenerasi yang lazim digunakan adalah pembangkitan energi listrik
dan pemanfaatan energi termal. Energi listrik digunakan sebagai catu daya bagi
peralatan kelistrikan, sedangkan energi termal yang berupa panas sisa dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan uap, penyediaan air panas, atau pemanfaatan
langsung gas buang untuk memanaskan generator chiller absorpsi. Sistem yang
memanfaatkan panas dan daya listrik ini juga dikenal dengan nama sistem Combined
Heat Power (CHP).
Bandara udara merupakan obyek yang menarik untuk penerapan sistem
kogenerasi karena kebutuhan listrik yang besar dan sistem Heating, Ventilation, dan
Air-Conditioning
(HVAC)
yang
juga
besar.
Dengan
luas
gedung
yang
berpengondisian udara di atas 100.000 m2, kebutuhan energi listriknya yang cukup
besar dan berada di atas 5000 kWe. Bandara udara yang masuk dalam rentang tersebut
banyak terdapat di Indonesia. Dengan ukuran yang besar ini, penerapan pembangkitan
daya kogenerasi diharapkan lebih efektif dari aspek teknis dan keuntungan ekonomis
yang berarti mungkin dapat diperoleh. Bandara udara besar dengan luas jauh lebih
besar dari angka tersebut di atas akan membutuhkan energi yang lebih besar lagi.
Sistem pembangkitan daya kogenerasi mandiri dapat mengurangi kebutuhan daya
yang harus dihasilkan oleh pembangkit sentral. Pembangkitan tenaga listrik Indonesia
masih bergantung pada energi fosil dan kinerja konversi energi juga rendah perlu
diatasi dengan paradigma yang tepat. Rencana pemerintah sebagaimana tertuang
dalam Kepmen ESDM RI No.0074.K/21/MEM/2015 tentang pengesahan rencana
28
usaha penyediaan tenaga listrik PT PLN tahun 2015 2024. Dalam rencana tersebut
pembangunan pembangkit listrik dari periode 2015 - 2019 sebesar 35.000 MWe.
Sistem kogenerasi belum menjadi bagian rencana penyediaan tenaga listrik Indonesia
serta belum mendapat perhatian ataupun insentif untuk pengembangannya. Walaupun
demikian keputusan politik harus mendukung pertumbuhan sistem kogenerasi yang
bisa memaksimalkan pemanfaatan bahan bakar.
Kogenerasi turbin gas memiliki perkembangan yang cepat akhir-akhir ini
karena besar ketersediaan gas alam di negara-negara maju, kemajuan teknologi yang
cepat, penurunan biaya pemasangan yang cukup berarti, dan dampak ke lingkungan
yang lebih kecil. Masa persiapan untuk pengembangan sebuah proyek lebih pendek
dan peralatan dapat dikirim dengan cara modul. Turbin gas memiliki waktu start-up
yang pendek dan memberi fleksibilitas operasi yang berubah-ubah. Walaupun turbin
gas tersebut memiliki efisiensi rendah dalam pemanfaatan bahan bakar khususnya
untuk kapasitas kecil, karena panas buangnya bertemperatur tinggi dapat
dimanfaatkan kembali sehingga juga menarik untuk diterapkan. Kemajuan teknologi
chiller absorpsi dengan kinerja lebih tinggi dari 1,2 untuk efek ganda dan tripel juga
mengindikasi mampu bersaing dengan teknologi chiller mekanikal. Jika keluaran
panas buang kurang dari kebutuhan, pembakaran tambahan gas alam dimungkinkan
dengan cara mencampurkan bahan bakar tambahan terhadap gas buang yang masih
kaya dengan oksigen untuk meningkatkan temperatur keluaran dalam pemenuhan
kebutuhan dalam chiller sudah diakomodasi dalam beberapa teknologi chiller.
1. Pembangkoitan Daya Kogenerasi Turbin Gas Mandiri
Sistem pembangkit daya kogenerasi mandiri sangat menarik untuk dikaji
bila kebutuhan listrik, panas ataupun dingin terjadi bersama-sama. Sistem ini
butuh dukungan sumber energi primer untuk dapat beroperasi. Dengan memilih
sistem n+1 untuk pembangkitan daya, maka turbin gas generator dioperasikan
dengan jumlah n buah operasi untuk faktor beban 1 dan ditambah sebuah turbin
gas generator juga dioperasikan sehingga faktor beban kurang dari 1 dan bila
terjadi gangguan pada sebuah turbin gas generator, black out tidak akan terjadi
sepanjang pasokan sumber gas itu handal. Di samping itu sebuah turbin gas
generator juga standby dan akan dioperasikan bila salah satu dari sistem n+1
mengalami kerusakan. Sesuai dengan fokus pada topik ini untuk bandara udara,
masalah lahan untuk sistem pembangkit tidak akan menjadi masalah penting.
29
Masalah yang lain adalah ketersediaan bahan bakar untuk sistem pembangkit juga
dianggap tidak ada. Untuk kepraktisan dan lingkungan yang bersih ketersediaan
bahan bakar gas sudah menjadi suatu keharusan untuk pembangunan sistem
pembangkit mandiri untuk bandara.
Green airport harus diwujudkan dari berbagai aspek baik itu arsitek,
konstruksi bangunan maupun utilisasi energi di gedung, terminal, perkantoran
yang ada di bandara udara. Untuk utilisasi energi secara umum di bandara, sistem
kogenerasi sangat penting untuk dikaji dari berbagai aspek baik kehandalan, serta
efisiensi pemanfaatan bahan bakar dan tingkat emisi lingkungan yang mungkin
ditimbulkan serta dari aspek keekonomiannya. Untuk layanan yang sama,
konsumsi energi yang berkurang akan secara langsung akan mengurangi biaya
bahan bakar dan emisi lingkungan.
C. Proses Kogenerasi Turbin Gas Dengan Penggunaan Chiller
Ilustrasi untuk pemanfaatan bahan bakar untuk menghasilkan daya listrik dan
menghasilkan air dingin untuk dialirkan ke AHU (Air Handling Unit) dan FCU (Fan
Coil Unit) dan juga untuk aplikasi pendinginan udara masuk kompresor turbin dan
juga generator diberikan pada Gambar 2. Pemanfaatan gas buang langsung oleh
chiller untuk sistem pendinginan air dilakukan langsung. Untuk kasus kebutuhan air
dingin sistem HVAC masih ada banyak sisa dari potensi yang dimiliki, air dingin
digunakan juga pendinginan sistem turbin gas sehingga daya yang dihasilkan bisa
lebih besar dan menaikkan efisiensi dan daya keluaran turbin gas. Bila inlet air
cooler belum terpasang, maka kapasitas pendinginan dapat diatur dengan mengatur
bukaan damper. Chiller akan memproduksi air dingin untuk dialirkan ke sistem
header dan sirkulasi air dingin yang dialirkan ke FCU dan AHU untuk mendinginkan
udara yang dialirkan ruangan yang dikondisikan dan juga ke pendingin udara masuk
sistem turbin gas. Damper dan cerobong dipasang antara turbin dan chiller untuk
mengatur aliran gas ke chiller dan dapat disesuaikan dengan beban pendinginan yang
dialami. Pendingin udara masuk untuk pendinginan generator dan untuk pendinginan
udara yang masuk ke kompresor sistem turbin gas. Bila chiller tidak bekerja, maka
gas buang dapat di-bypass langsung ke cerobong.
30
Gambar 19. Sistem kogenerasi turbin gas dengan kegunaan air dingin alternatif.
Harga Listrik
Parameter*
1400
Nilai
Unit
Rp/kWh
2.
Harga Air
15000
Rp/m3
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
91000
10400000
6500000
90
4550000
10400000
2000000
1750000
25
30
Rp/MMBtu
Rp/kWe
Rp/kWe
Rp/kWh
Rp/TR
Rp/TR
Rp/TR
Rp/TR
Rp/TR-jam
Rp/TR-jam
13.
14.
listrik)
OpHar Chiller Sentrifugal (kecuali listrik)
Harga Gedung Mesin
65
4000000
Rp/TR-jam
Rp/m2
31
15.
16.
17.
18.
15
20
0,12
365
tahun
tahun
hari
Parameter
Total Daya Listrik (Max)
Kapasitas Total Chiller Sentrifugal
Beban Pendinginan Maksimum
Beban Pendinginan Menara Pendingin
Kapasitas Total Menara Pendingin
Daya Listrik Chiller Sentrifugal
Daya Listrik HVAC (AHU, FCU, sirkulasi air
Nilai
7328
6400
5000
6800
8000
0,65
0,2
Satuan
kWe
TR
TR
TR
TR
kW/TR
kW/TR
8
9
10
11
12
dingin)
Daya Listrik Menara Pendingin
Total Daya Listrik HVAC (Max)
Total Daya Listrik non HVAC (Max)
Air Penambah Menara Pendingin
Luas Ruang Mesin
0,085
4828
2500
0,25
336
kW/TR
kW
kW
lpm/TR
m2
Rincian Biaya
Biaya Chiller Sentrifugal
Biaya Investasi Menara Pendingin
Biaya Investasi HVAC (kecuali
Rp
29.120.000.000
14.000.000.000
10.000.000.000
LCC tahunan, Rp
4.275.521.859
2.055.539.355
1.468.242.396
Chiller+Menara Pendingin)
Biaya Investasi Genset (backup)
47.632.000.000
6.993.532.183
33
5
6
7
8
9
36.019.776.800
22.036.875.000
2.398.050.000
5.707.359.000
1.344.000.000
36.019.776.800
22.036.875.000
2.398.050.000
5.707.359.000
179.933.080
81.134.829.673
Parameter
Daya Listrik non HVAC
Daya Listrik Total
Beban Pendinginan Maksimum
Daya Listrik Chiller Absorpsi
Daya Listrik Chiller Sentrifugal
Daya Listrik HVAC (AHU, FCU, loop air dingin)
Daya Listrik Menara Pendingin
Air Penambah Menara Pendingin
Nilai
2500
5045
5000
0,03
0,65
0,2
0,085
0,25
Satuan
kWe
kWe
TR
kW/TR
kW/TR
kW/TR
kW/TR
lpm/TR
Tabel 5 merupakan data-data yang digunakan dalam kajian ekonomi. Datadata ini merupakan hasil iterasi untuk pemenuhan beban dan tetap mengacu pada data
dan spesifikasi produk yang ada di pasaran serta data teknis lainnya. Koreksi atas
beban parsial dan kondisi operasi ketika dioperasikan juga dimasukkan dalam proses
ini. Dengan unit turbin gas yang telah dipilih dalam perhitungan ini, unit gas turbin
generator dengan beban 57%, sedangkan chiller absorpsi beroperasi pada kapasitas
pendinginan 100% dengan pemanfaatan gas buang kondisi 57%. Dengan cara ini
investasi chiller dapat dikurangi serta chiller standby yang ditetapkan adalah chiller
sentrifugal yang juga investasi yang lebih murah.
34
Parameter
Turbin Gas + Generator (Operasi)
Nilai
3
Unit
Unit
Unit
Daya Generator
3500
kWe/Unit
4
5
6
7
8
9
10
3
0
1000
2
1
1000
0,265
Unit
Unit
TR/Unit
Unit
Unit
TR/Unit
11
12
13
14
0,85
0,57
0,85
5100
TR
15
Absorpsi
Kapasitas Total Menara Pendingin Chiller
3750
TR
16
17
Sentrifugal
Daya Listrik HVAC
Konsumsi Bahan Bakar
18
2543
422024
588
kWe
MMBtu/tahu
n
m2
Rincian Biaya
Rp
LCC tahunan,
Rp
1
2
3
4
5
6
7
Pendingin)
Investasi Menara Pendingin
Investasi Turbin Gas + Generator
Biaya Bahan Bakar
OpHar Turbin Gas + Generator (kecuali bahan
8
9
10
chiller
Menara
bakar)
OpHar HVAC (kecuali listrik dan bahan bakar)
Biaya Air Penambah
Investasi Ruang Mesin
Total
33.000.000.000
13.650.000.000
10.000.000.000
4.845.199.908
2.004.150.871
1.468.242.396
8.926.487.500
145.600.000.000
38.404.174.420
2.949.962.850
1.310.624.740
21.377.609.293
38.404.174.420
2.949.962.850
1.630.002.277
6.378.813.000
2.352.000.000
1.630.002.277
6.378.813.000
178.673.009
80.547.452.764
H. Analisis
Hasil kajian dua sistem tersebut menunjukkan bahwa sistem kogenerasi turbin
gas mempunyai keunggulan dari efisiensi pemanfaatan bahan bakar. Hasil
perbandingan yang lebih rinci diberikan pada Tabel 7. Sistem n+1 telah menjadi
sistem kogenerasi tidak butuh backup 100% genset Diesel. Berbeda dengan sistem
konvensional yang masih membutuhkan sistem backup genset Diesel, sistem
kogenerasi turbin gas n+1 sudah dapat menjamin listrik tidak akan pernah padam
sepanjang ada pasokan bahan bakar gas dan efisiensi pemanfaatan bahan bakarnya
cukup tinggi sekitar 80% dan jauh lebih besar dari unit pembangkitan sistem PLGU
yang dimiliki PLN ataupun yang dioperasikan Indonesia Power. Chiller mekanikal
masih dibutuhkan pada sistem kogenerasi turbin gas sebesar 40% untuk operasi
normal. Chiller yang standby dengan kapasitas 20% beban maksimum adalah chiller
mekanikal. Potensi gas buang yang dimanfaatkan lebih kecil dari kebutuhkan ini
memberikan konsekuensi kapasitas chiller absorpsi tidak mencukupi. Bagaimanapun
juga komponen peralatan yang harus dioperasikan menjadi lebih banyak serta
investasi awal menjadi lebih mahal.
Tabel 7. Perbandingan parameter teknis, operasi dan kinerja operasi normal
36
Sistem Daya
Konvensional
Kogenerasi
Chiller
Chiller
Efisiensi
Absorpsi
Mekanikal
Bahan Bakar
0%
60%
100%
40%
max 50%
80%
Komponen
Genset
100%
140%
Butuh
Tidak
Turbin Gas
Lahan
100%
130%
Rumah Mesin
100%
135%
Air
Daya
Penambah
Listrik
100%
120%
100%
69%
Komposisi atas komponen biaya pada LCC tahunan dengan mengacu pada
data-data yang diberikan pada Tabel 1 diperlihatkan pada Gambar 5. Demikian juga
jumlah air penambah yang dibutuhkan untuk chiller menjadi lebih banyak karena ada
2 pendinginan pada absorpsi pendingin yaitu kondensor dan absorber. Kebutuhan
energi listrik pada sistem kogenerasi dengan adanya separuh chiller absorpsi daya
listrik yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit.
37
Tabel 9. Pengaruh harga listrik dan bahan bakar gas pada LCC tahunan
Sistem Konvensional
Harga Listrik,
LCC Tahunan,
Rp/kWh
1000
Rp
64.547.214.873
Rp/MMBtu
50000
Rp
63.244.473.080
1100
1200
1300
1400
1500
1600
68.694.118.573
72.841.022.273
76.987.925.973
81.134.829.673
85.281.733.373
89.428.637.073
60000
70000
80000
90000
100000
110000
67.464.712.028
71.684.950.975
75.905.189.922
80.125.428.869
84.345.667.816
88.565.906.764
1700
1800
1900
2000
2100
2200
2300
2400
2500
93.575.540.773
97.722.444.473
101.869.348.173
106.016.251.873
110.163.155.573
114.310.059.273
118.456.962.973
122.603.866.673
126.750.770.373
120000
130000
140000
150000
160000
170000
180000
190000
200000
92.786.145.711
97.006.384.658
101.226.623.605
105.446.862.552
109.667.101.500
113.887.340.447
118.107.579.394
122.327.818.341
126.548.057.289
Sesuai amanat dengan UU RI No. 30 tahun 2007 tentang Energi pasal 25,
pemerintah wajib melakukan tindakan insentif dan disinsentif untuk mendukung
konservasi energi. Hal ini juga telah dijabarkan dalam PP RI no. 70 tahun 2009
tentang konservasi energi. Dari hasil kinerja sistem kogenerasi yang pemanfaatan
bahan bakarnya 80%, harus mendapat dukungan dalam kebijaksanaan pemerintah.
Bila harga listrik yang berlaku di Indonesia dikritisi, harga dihitung dengan aturan
yang berlaku dan harga itu juga ditentukan oleh semua jenis bahan bakar termasuk
juga PLTU, bila pajak energi yang sangat murah, maka harga listrik yang murah itu
38
tidak akan mendukung implementasi sistem kogenerasi turbin gas walaupun efisiensi
pemanfaatan bahan bakar jauh lebih tinggi dan penggunaan sistem sejalan dengan
aturan yang berlaku. Oleh karena itu kebijaksanaan pajak energi yang besar atas
produksi listrik PLTP dan PLTA diperlukan sebagai kontribusi atas pemanfaatan
sumber energi alam. PLTU batubara juga butuh pajak besar atas dampak lingkungan
yang diberikannya. Kebijaksanaan dan peraturan harga listrik sedapat mungkin
menghasilkan harga listrik lebih mahal dari ongkos produksi listrik yang berbasiskan
bahan bakar gas alam sehingga sistem-sistem kogenerasi yang ramah lingkungan
dapat berkembang pesat dan penghematan konsumsi gas nasional dapat tercapai serta
kehandalan listrik dapat ditingkatkan.
I. Kesimpulan
Dari kajian kelayakan implementasi kogenerasi turbin gas yang telah
dilakukan, beberapa kesimpulan dapat dihasilkan antara lain :
LCC tahunan untuk kogenerasi turbin gas hanya sedikit lebih murah mengacu
pada harga listrik dan bahan bakar gas yang sedang berlaku pada industri.
Kebijaksanaan pajak energi yang besar atas produksi listrik PLTP, PLTU batu
bara, dan PLTA diperlukan dan harga listrik sedapat mungkin mengacu pada
ongkos produksi listrik yang berbasiskan bahan bakar gas alam sehingga
sistem sistem kogenerasi yang ramah lingkungan dapat berkembang pesat dan
penghematan konsumsi gas nasional dapat tercapai.
39
DAFTAR PUSTAKA
I Made Astina dan Arief Hariyanto. 2015. Kajian Kelayakan Sistem Kogenerasi Turbin
Gas Bandara Udara. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Indra.
2012.
Sistem
Kerja
AC
Split.
(Online,
40
2013.
Cara
Kerja
AC
Central.
http://hamparanmandiri.blogspot.co.id/2013/12/cara-kerja-ac-central.html,
(Online,
diakses
Tio.
Mesin
Pendingin
Chiller.
(Online,
41