Você está na página 1de 69

TUGAS 2 SURVEY GNSS

GNSS DAN APLIKASINYA

Oleh :
Arizal Achmad Fauzi

(15114027)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2016
1. Sistem Global Positioning System (1)

GPS
GPS adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan
penyelarasan sinyal satelit. Menurut Buku Location Based Service GPS sistem navigasi yang
menggunakan satelit yang didesain agar dapat menyediakan posisi secara instan, kecepatan
dan informasi waktu di hampir semua tempat di muka bumi, setiap saat dan dalam kondisi
cuaca apapun. Sedangkan alat untuk menerima sinyal satelit yang dapat digunakan oleh
pengguna secara umum dinamakan GPS Tracker atau GPS Tracking, dengan menggunakan
alat ini maka dimungkinkan user dapat melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil
dalam keadaan Real-Time.

Cara Kerja GPS


Bagian yang paling penting dalam sistem navigasi GPS adalah beberapa satelit yang
berada di orbit bumi atau yang sering kita sebut di ruang angkasa. Satelit GPS saat ini
berjumlah 24 unit yang semuanya dapat memancarkan sinyal ke bumi yang lalu dapat
ditangkap oleh alat penerima sinyal tersebut atau GPS Tracker. Selain satelit terdapat 2
sistem lain yang saling berhubungan, sehingga jadilah 3 bagian penting dalam sistem GPS.
Ketiga bagian tersebut terdiri dari: GPS Control Segment (Bagian Kontrol), GPS Space
Segment (bagian angkasa), dan GPS User Segment (bagian pengguna).

1) GPS Control Segment


Control segment GPS terdiri dari lima stasiun yang berada di pangkalan Falcon Air
Force, Colorado Springs, Ascension Island, Hawaii, Diego Garcia dan Kwajalein.
Kelima stasiun ini adalah mata dan telinga bagi GPS. Sinyal-sinyal dari satelit diterima

oleh bagian kontrol, kemudian dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke satelit. Data
koreksi lokasi yang tepat dari satelit ini disebut data ephemeris, yang kemudian
nantinya dikirimkan ke alat navigasi yang kita miliki.
2) GPS Space Segment
Space Segment adalah terdiri dari sebuah jaringan satelit yang tediri dari beberapa
satelit yang berada pada orbit lingkaran yang terdekat dengan tinggi nominal sekitar
20.183 km di atas permukaan bumi. Sinyal yang dipancarkan oleh seluruh satelit
tersebut dapat menembus awan, plastik dan kaca, namun tidak bisa menembus benda
padat seperti tembok dan rapatnya pepohonan. Terdapat 2 jenis gelombang yang hingga
saat ini digunakan sebagai alat navigasi berbasis satelit. Masing-masingnya adalah
gelombang L1 dan L2, dimana L1 berjalan pada frequensi 1575.42 MHz yang bisa
digunakan oleh masyarakat umum, dan L2 berjalan pada frequensi 1227.6 Mhz dimana
jenis ini hanya untuk kebutuhan militer saja.
3) GPS User Segment
User segment terdiri dari antenna dan prosesor receiver yang menyediakan
positioning, kecepatan dan ketepatan waktu ke pengguna. Bagian ini menerima data dari
satelit-satelit melalui sinyal radio yang dikirimkan setelah mengalami koreksi oleh
stasiun pengendali (GPS Control Segment).

Fungsi dan Kegunaan GPS


Untuk apa tujuan Amerika Serikat membuat sistem GPS yang notabene telah memakan
biaya sangat besar untuk biasa pembuatan, pengoperasian dan perawatan. Tentunya bukan
tanpa manfaat, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari sistem navigasi GPS bagi
masyarakat seluruh dunia dan khususnya bagi pemerint Amerika Serikat itu sendiri.
Beberapa fungsi dan kegunaan GPS tersebut bisa dibagi kepada 5 poin, yaitu:
1) GPS untuk Militer
GPS dapat dimanfaatkan untuk mendukung sistem pertahanan militer. Lebih jauh
dari itu bisa memantau pergerakan musuh saat terjadi peperangan, juga bisa menjadi
penuntun arah jatuhnya bom sehingga bisa lebih tertarget.
2) GPS untuk Navigasi
Dalam kebutuhan berkendara sistem GPS pun sangat membantu, dengan adanya
GPS Tracker terpasang pada kendaraan maka akan membuat perjalanan semakin
nyaman karena arah dan tujuan jalan bisa diketahui setelah GPS mengirim posisi
kendaraan kita yang diterjemahkan ke dalam bentuk peta digital.
3) GPS untuk Sistem Informasi Geografis

GPS sering juga digunakan untuk keperluan sistem informasi geografis, seperti
untuk pembuatan peta, mengukur jarak perbatasan, atau bisa dijadikan sebagai
referensi pengukuran suatu wilayah.
4) GPS untuk Sistem Pelacakan Kendaraan
Fungsi ini hampir sama dengan navigasi, jika dalam navigasi menggunakan
perangkat penerima sinyal GPS berikut penampil titik koordinatnya dalam satu
perangkat, sedangkan untuk kebutuhan sistem pelacakan adalah alat penampil dan
penerima sinyal berbeda lokasi. Contohnya kita bisa mengetahui lokasi kendaraan
yang hilang dengan melihat titik kordinat yang dihasilkan dari alat yang terpasang
dalam kendaraan tersebut, untuk melihatnya bisa melalui media smartphone atau alat
khusus lainnya.
5) GPS untuk Pemantau Gempa
Saat ini teknologi GPS yang terus ditingkatkan menghasilkan tingkat ketelitian dan
keakuratan yang sangat tinggi sehingga GPS dapat dimanfaatkan untuk memantau
pergerakan tanah di bumi. Dengan hal itu maka para pakar Geologi dapat
memperkirakan kemungkinan terjadinya gempa di suatu wilayah.

2. Sistem Global Positioning System (2)

GPS
Global Positioning System (GPS) adalah sistem navigasi berbasis satelit yang dibuat dari
sebuah jaringan 24 satelit yang ditempatkan pada orbitnya oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat. GPS pada awalnya ditujukan untuk aplikasi militer, tetapi pada tahun
1980-an, pemerintah Amerika membuat sistem GPS untuk penggunaan sipil. GPS bisa

bekerja dalam kondisi cuaca apapun, di manapun diseluruh dunia, dan 24 jam sehari. Tidak
dikenakan biaya langganan atau biaya setup apapun untuk menggunakan GPS.

Cara Kerja GPS


Satelit GPS mengelilingi bumi dua kali sehari pada orbit yang sangat tepat dan
mengirimkan sinyal informasi ke bumi. Receiver GPS mengambil informasi ini dan
menggunakan triangulasi untuk menghitung lokasi yang tepat dimana user berada. Pada
dasarnya, receiver GPS membandingkan waktu saat sinyal ditransmisikan oleh satelit
dengan waktu saat sinyal tersebut diterima receiver. Perbedaan waktu itu memberitahu
receiver GPS seberapa jauh jarak satelit tersebut. Kemudian, dengan pengukuran jarak
dari beberapa satelit lagi, receiver dapat menentukan dimana posisi user dan
menampilkannya pada peta digital.
Sebuah receiver GPS setidaknya harus terkunci ke sinyal dari tiga satelit untuk
menghitung posisi 2D (garis lintang dan bujur) dan melacak pergerakan (tracking).
Dengan terkunci ke sinyal dari empat satelit atau lebih, receiver GPS dapat menentukan
posisi 3D (lintang, bujur, dan ketinggian). Setelah posisi user ditentukan, perangkat GPS
dapat menghitung informasi lainnya, seperti kecepatan, jalur, jarak perjalanan, jarak ke
tujuan, waktu matahari terbit dan terbenam, dan masih banyak lagi.

Akurasi GPS
Saat ini receiver GPS sudah sangat akurat, hal ini karena desain multi-channel paralel
yang mereka gunakan. Contoh, 12 penerima saluran paralel pada Garmin sangat cepat
untuk mengunci satelit ketika pertama kali dihidupkan dan mereka mempertahankan
kuncian tersebut dengan kuat, bahkan untuk di area dedaunan yang lebat atau di area
perkotaan dengan gedung-gedung tinggi. Faktor atmosfer dan sumber kesalahan lainnya
dapat mempengaruhi akurasi penerima GPS. Akurasi receiver GPS Garmin rata-rata 15
meter.

Pada receiver GPS Garmin yang baru dengan menggunakan teknologi WAAS (Wide
Area Augmentation System) dapat meningkatkan akurasi hingga rata-rata kurang dari tiga
meter. Tidak ada peralatan tambahan atau biaya yang diperlukan untuk mendapatkan
manfaat dari WAAS. Pengguna juga bisa mendapatkan akurasi yang lebih baik dengan
Differential GPS (DGPS), yang mengoreksi sinyal GPS hingga rata-rata 3-5 meter.
Penjaga Pantai Amerika Serikat bekerja paling umum pada layanan koreksi DGPS.

Sistem ini terdiri dari jaringan menara yang menerima sinyal GPS dari satelit dan
mengirimkan sinyal yang sudah dikoreksi oleh pemancar pada mercusuar. Untuk
mendapatkan sinyal yang sudah dikoreksi ini, pengguna harus memiliki penerima
mercusuar diferensial dan antena mercusuar selain GPS mereka.

3. Sistem Global Positioning System (3)

GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi
yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di
seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan.
Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang
aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang
teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa
millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter.

Kemampuan GPS
Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi tentang posisi,
kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa
tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem navigasi
ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan
handal seperti itu. Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian
posisinya, beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk
ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa
faktor yaitu metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan metode
pengolahan datanya.

Produk yang diberikan GPS


Secara umum produk dari GPS adalah posisi, kecepatan, dan waktu. Selain itu ada
beberapa produk lainnya seperti percepatan, azimuth, parameter attitude, TEC (Total
Electron Content), WVC (Water Vapour Content), Polar motion parameters, serta
beberapa produk yang perlu dikombinasikan dengan informasi eksternal dari sistem lain,
produknya antara lain tinggi ortometrik, undulasi geoid, dan defleksi vertikal.

Prinsip penentuan posisi dengan GPS


Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi jarak,
dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang telah
diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki empat parameter
yang harus ditentukan : yaitu 3 parameter koordinat X,Y,Z atau L,B,h dan satu parameter
kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan jam di receiver
GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak ke empat satelit.

Tipe alat (Receiver) GPS


Ada 3 macam tipe alat GPS, dengan masing-masing memberikan tingkat ketelitian
(posisi) yang berbeda-beda. Tipe alat GPS pertama adalah tipe Navigasi (Handheld,
Handy GPS). Tipe nagivasi harganya cukup murah, sekitar 1 - 4 juta rupiah, namun
ketelitian posisi yang diberikan saat ini baru dapat mencapai 3 sampai 6 meter. Tipe alat
yang kedua adalah tipe geodetik single frekuensi (tipe pemetaan), yang biasa digunakan
dalam survey dan pemetaan yang membutuhkan ketelitian posisi sekitar sentimeter
sampai dengan beberapa desimeter. Tipe terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi
yang dapat memberikan ketelitian posisi hingga mencapai milimeter. Tipe ini biasa
digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti pembangunan jaring titik kontrol,
survey deformasi, dan geodinamika. Harga receiver tipe geodetik cukup mahal, mencapai
ratusan juta rupiah untuk 1 unitnya.

Sinyal dan Bias pada GPS


GPS memancarkan dua sinyal yaitu frekuensi L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60
MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P
(Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap
satelit mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (receiver GPS) dapat
mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur Anti-Spoofing diaktifkan,
maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y.
Ketika sinyal melalui lapisan atmosfer, maka sinyal tersebut akan terganggu oleh
konten dari atmosfer tersebut. Besarnya gangguan di sebut bias. Bias sinyal yang ada
utamanya terdiri dari 2 macam yaitu bias ionosfer dan bias troposfer. Bias ini harus
diperhitungkan (dimodelkan atau diestimasi atau melakukan teknik differencing untuk
metode diferensial dengan jarak baseline yang tidak terlalu panjang) untuk mendapatkan

solusi akhir koordinat dengan ketelitian yang baik. Apabila bias diabaikan maka dapat
memberikan kesalahan posisi sampai dengan orde meter.

Error Source pada GPS


Pada sistem GPS terdapat beberapa kesalahan komponen sistem yang akan
mempengaruhi ketelitian hasil posisi yang diperoleh. Kesalahan-kesalahan tersebut
contohnya kesalahan orbit satelit, kesalahan jam satelit, kesalahan jam receiver, kesalahan
pusat fase antena, dan multipath. Hal-hal lainnya juga ada yang mengiringi kesalahan
sistem seperti efek imaging, dan noise. Kesalahan ini dapat dieliminir salah satunya
dengan menggunakan teknik differencing data.

Metoda penentuan posisi dengan GPS


Metoda penentuan posisi dengan GPS pertama-tama terbagi dua, yaitu metoda absolut,
dan metoda diferensial. Masing-masing metoda kemudian dapat dilakukan dengan cara
real time dan atau post-processing. Apabila obyek yang ditentukan posisinya diam maka
metodenya disebut Statik. Sebaliknya apabila obyek yang ditentukan posisinya bergerak,
maka metodenya disebut kinematik. Selanjutnya lebih detail lagi kita akan menemukan
metoda-metoda seperti SPP, DGPS, RTK, Survei GPS, Rapid statik, pseudo kinematik,
dan stop and go, serta masih ada beberapa metode lainnya.

Ketelitian Posisi yang diperoleh dari Sistem GPS


Untuk aplikasi sipil, GPS memberikan nilai ketelitian posisi dalam spektrum yang
cukup luas, mulai dari meter sampai dengan milimeter. Sebelum mei 2000 (SA on)
ketelitian posisi GPS metode absolut dengan data psedorange mencapai 30 - 100 meter.
Kemudian setelah SA off ketelitian membaik menjadi 3 - 6 meter. Sementara itu Teknik
DGPS memberikan ketelitian 1-2 meter, dan teknik RTK memberikan ketelitian 1-5
sentimeter. Untuk posisi dengan ketelitian milimeter diberikan oleh teknik survai GPS
dengan peralatan GPS tipe geodetik dual frekuensi dan strategi pengolahan data tertentu.

Aplikasi-aplikasi Teknologi GPS


GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi yang paling populer
dan paling banyak diaplikasikan di dunia pada saat ini, baik di darat, laut, udara, maupun
angkasa. Disamping aplikasi-aplikasi militer, bidang-bidang aplikasi GPS yang cukup
marak saat ini antara lain meliputi survai pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi,
geofisik, transportasi dan navigasi, pemantauan deformasi, pertanian, kehutanan, dan
bahkan juga bidang olahraga dan rekreasi. Di Indonesia sendiri penggunaan GPS sudah
dimulai sejak beberapa tahun yang lalu dan terus berkembang sampai saat ini baik dalam
volume maupun jenis aplikasinya
a) Pelacak kendaraan

Kegunaan lain GPS adalah sebagai Pelacak kendaraan, dengan bantuan GPS
pemilik kendaraan/pengelola jasa sewa mobil bisa mengetahui ada di mana saja
kendaraan/aset bergeraknya berada saat ini.
b) Navigasi
GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis
kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu navigasi dengan
menambahkan peta, sehingga dapat digunakan untuk memandu pengendara
mengetahui jalur yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c) Militer
GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau
mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui teman
dan lawan untuk menghindari salah target ataupun menentukan pergerakan pasukan.
d) Pemantau Gempa
Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau
pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun. Pemantauan pergerakan
tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik
ataupun tektonik.
e) Sistem Informasi Geografis
Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam
pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan ataupun sebagai referensi
pengukuran.

Cara Kerja GPS


Bagaimana GPS bekerja, kita bisa bagi menjadi 5 tahapan atau konsep GPS itu bekerja
sebagai berikut :
1. Dasar dari GPS adalah konsep triangulasi dari beberapa satelit. Metode triangulasi
merupakan metode penentuan titik menggunakan prinsip-prinsip segitiga
2. Untuk melakukan proses triangulasi, receiver GPS mengukur jarak dengan dasar
waktu yang diperlukan oleh sinyal radio untuk melakukan perjalanan dari transmitter
yang ada di satelit ke receiver GPS kita.
3. Untuk mengukur lamanya waktu perjalanan, GPS memerlukan waktu yang sangat
akurat dimana dicapai dengan melakukan beberapa trik atau cara.
4. Seiring dengan jarak, Kita juga harus mengetahui secara tepat dimana posisi satelit
GPS berada. Kuncinya adalah mengetahui tinggi orbit satelit GPS dan memantau
satelit GPS itu dalam orbital.

5. Terakhir, Anda harus mengkoreksi untuk setiap keterlambatan sinyal radio GPS
setelah melewati perjalanan melalui lapisan Atmospere

Dasar Kerja GPS


GPS harus memiliki setidaknya 3 satelit untuk hitung posisi 2D dan pergerakannya.
Dengan 4 satellites, GPS kita dapat menghitung posisi 3D position (latitude, longitude &
ketinggian). Dengan informasi posisi, GPS dapat menghitung data lain seperti :
kecepatan, arah, lintasan, jarak tempuh, jarak ke tujuan, matahari terbit & terbenam dan
lain-lain

4. Sistem Global Positioning System (4)

GPS (Global Positioning System)


GPS adalah sebuah sistem navigasi berbasiskan radio yang menyediakan informasi
koordinat posisi, kecepatan, dan waktu kepada pengguna di seluruh dunia. Jasa penggunaan
satelit GPS tidak dikenakan biaya. Pengguna hanya membutuhkan GPS receiver untuk dapat
mengetahui koordinat lokasi. Keakuratan koordinat lokasi tergantung pada tipe GPS
receiver.
GPS terdiri dari tiga bagian yaitu satelit yang mengorbit bumi (Satelit GPS mengelilingi
bumi 2x sehari), stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan GPS receiver (alat penerima
GPS). Satelit GPS dikelola oleh Amerika Serikat. Alat penerima GPS inilah yang dipakai
oleh pengguna untuk melihat koordinat posisi. Selain itu GPS juga berfungsi untuk
menentukan waktu.

Satelit GPS memancarkan dua sinyal yaitu frekuensi L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60
MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected)
dan kode C/A (coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit
mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (GPS Receiver) dapat mengidentifikasi
sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur Anti-Spoofing diaktifkan, maka kode P akan
dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y. Penghitungan posisi
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan kode C/A dan kode P(Y). GPS receiver menghitung
jarak antara GPS receiver dengan satelit (pseudorange)
Ada tiga jenis alat GPS. Tipe pertama adalah GPS Navigasi, GPS Navigasi biasanya
memiliki tingkat kesalahan dibawah 10 m (rata-rata GPS tipe ini memiliki kesalahan 3
sampai dengan 6 meter), Harga GPS Navigasi berkisar dari Rp 750 ribu sampai dengan Rp
10 juta-an). Tipe kedua adalah tipe GPS Geodesi single frekuensi, GPS Geodesi single
frekuensi biasanya digunakan untuk pemetaan, tingkat kesalahan dibawah 1 m, GPS
Geodesi tipe ini dijual sekitar 20 -30 jutaan. GPS tipe terakhir adalah GPS tipe Geodetik
dual frekuensi, GPS ini memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dan tingkat kesalahannya di
bawah 1 cm. GPS Geodesi dual frekuensi digunakan untuk mengukur pergerakan tanah.
GPS receiver tipe navigasi sudah cukup untuk pemula. GPS receiver paling murah adalah
tipe GPS receiver dengan bluetooth, perangkat ini sekitar Rp 700.000 dan harus memiliki
PDA/Ponsel/Komputer/Laptop yang memiliki koneksi bluetooth serta software seperti
GarminXT, nusamap, mapking atau nokiamap.
GPS tipe handheld seperti GPSMap 76CSx biasanya digunakan untuk orang yang hobi
memancing di laut. Sayangnya GPSMap 76CSx ini cenderung kehilangan sinyal bila sedang
berada di bawah pohon/di dalam gedung. Bagi pemancing, hal ini tidak perlu dirisaukan

karena di tengah laut, langit tidak ada halangan (kecuali sedang mendung). Keunggulan
GPSMap 76CSx adalah kemampuannya untuk mengapung, hal ini mungkin dibutuhkan saat
alat secara tidak sengaja terjatuh ke laut.
Pengguna kendaraan roda 4 sering membutuhkan panduan jalan, terutama di tempat yang
belum pernah dikunjungi. Penggunaan peta sangat kurang praktis dan mengganggu
perjalanan. Untuk keperluan penunjuk arah jalan umumnya digunakan Garmin Nuvi yang
sudah dilengkapi dengan city navigator. Pendaki gunung / hobi berburu di hutan dapat
menggunakan Garmin etrex Vista tipe HCx atau Garmin Rino 530 HCx. Garmin etrex Vista
HCx dijual dengan harga +/- Rp 3.850.000 dilengkapi dengan peta gratisan dalam memori
mikro sd 256 MB. Garmin Rino 530 HCx dilengkapi dengan 2 way radio dan bisa mengirim
dan menerima posisi sesama pengguna Rino, harganya sekitar Rp 4.600.000. Kode H
menunjukkan alat tersebut high sensitif, C artinya layar berwarna. Kode x mungkin artinya
alat ini bisa menggunakan expandable memori (memori SD mikro). Kedua alat ini
dilengkapi dengan gasket yang melindungi alat dari benturan dan air (IPX7). Bagi pembeli
alat GPS di Indonesia perlu memperhatikan basemap-nya, Basemap yang digunakan adalah
Pacific recreational routeable basemap, bukan America recreational
GPS yang built in pada ponsel seperti nokia N95 biasanya kurang sensitif sehingga untuk
lock satelit diperlukan waktu yang lama dan harus dilakukan di tempat yang agak terbuka.
Salah satu masalah bagi pengguna GPS adalah kurang lengkapnya peta, peta asli misalnya
city navigator jasamarine memiliki kelebihan dalam detail dan rute. Peta gratisan yang
didapatkan di internet (misalnya dari navigasi.net, catatan: pada tanggal 17 agustus 2008
kabarnya Bos Buyung dkk akan merelease peta indonesia yang lebih lengkap dan routeable
di www.navigasi.net) biasanya kurang lengkap dan tidak routeable. Pengguna GPS harus
mengeluarkan uang sekitar Rp 700.000 Rp 1.000.000 untuk membeli peta asli.

5. GLONASS (1)

GLONASS (Transliterasi Globalnaya navigatsionnaya sputnikovaya sistema), atau


"Global Navigation Satellite System", adalah ruang berbasis sistem navigasi satelit yang
beroperasi di dinas navigasi radio-satelit dan digunakan oleh Angkatan Pertahanan
Aerospace Rusia. GLONASS adalah alternatif GPS dan sistem navigasi alternatif kedua
dalam operasi dengan cakupan global dan kemampuan presisi yang cukup baik. Pada
awalnya, pengembangan GLONASS dimulai di Uni Soviet pada tahun 1976. Pada 12
Oktober 1982, banyak peluncuran roket menambahkan satelit ke sistem sampai konstelasi
selesai pada tahun 1995. Setelah penurunan kapasitas selama akhir 1990an, pada tahun
2001, di bawah presiden Vladimir Putin, pemulihan sistem itu dibuat prioritas pemerintah
atas dan pendanaan substansial meningkat. GLONASS adalah program yang paling mahal
dari Federal Space Agency Rusia yang memakan sepertiga dari anggaran tahun 2010. Pada
tahun 2010, GLONASS telah mencapai cakupan 100% dari wilayah Rusia dan bulan
Oktober 2011, konstelasi orbital 24 satelit dipulihkan, sehingga memungkinkan cakupan
global secara penuh. Desain satelit GLONASS telah mengalami beberapa pembaharuan,
dengan versi terbaru yang GLONASS K.

Sejarah Glonnas
1. Permulaan dan desain
Satelit berbasis sistem navigasi radio pertama yang dikembangkan di Uni Soviet
adalah Tsiklon, yang bertujuan untuk memberikan posisi yang lebih akurat pada kapal
selam balistik. Antara 1967 dan 1978, 31 satelit Tsiklon diluncurkan. Dari peluncuran
itu, sayangnya terdapat masalah utama pada sistemnya. Ya, meskipun Tsiklon memiliki
keakuratan yang bagus pada kapal stasioner atau lambat bergerak, namun dibutuhkan
beberapa jam agar observasi dengan stasiun penerima bisa memperbaiki posisi,
sehingga tidak dapat digunakan untuk banyak keperluan navigasi dan untuk
pembinaan generasi baru rudal balistik.
Antara tahun 19681969, sistem navigasi baru, tidak hanya mendukung angkatan
laut, tetapi juga udara, tanah dan bahkan ruang pasukan. Persyaratan formal
diselesaikan pada tahun 1970 pada tahun 1976, pemerintah membuat keputusan untuk
memulai pembangunan dari "Bersatu Ruang Sistem Navigasi GLONASS". Tugas
merancang GLONASS diberikan kepada sekelompok spesialis muda di NPO PM di
kota Krasnoyarsk26 (sekarang:Zheleznogorsk). Di bawah kepemimpinan Vladimir
Cheremisin, mereka mengembangkan proposal yang berbeda, dari mana lembaga
direktur Grigory Chernyavsky dipilih yang terakhir.

Pekerjaan itu selesai pada akhir tahun 1970 sistem ini terdiri dari 24 satelit yang
beroperasi pada ketinggian 20.000 kilometer (12.000 mil) di orbit melingkar
menengah. Ini akan dapat segera memperbaiki posisi stasiun penerima ini berdasarkan
sinyal dari empat satelit, dan juga mengungkapkan kecepatan dan arah objek. Satelit
akan diluncurkan tiga pada waktu di angkat berat Proton roket. Karena jumlah besar
satelit yang diperlukan untuk program ini, NPO PM didelegasikan pembuatan satelit
untuk PO Polyot di Omsk, yang memiliki kemampuan produksi yang lebih baik.
Awalnya, GLONASS dirancang dengan ketepatan akurasi 65 meter (213 kaki), namun
pada kenyataannya GLONASS justru memiliki akurasi 20 meter (66 kaki) untuk sinyal
keperluan sipil dan 10 meter (33 kaki) untuk sinyal keperluan militer. Generasi
pertama satelit GLONASS adalah 7,8 meter (26 kaki), memiliki lebar 7,2 meter (24
kaki), diukur di panel surya mereka, dan massa dari 1.260 kilogram (2.780 lb).
2. Mencapai konstelasi orbital penuh
Pada awal 1980an, NPO PM menerima satelit prototipe pertama dari PO Polyot
untuk tes tanah. Banyak bagian yang diproduksi dengan kualitas rendah sehingga
membuat insinyur NPO PM harus melakukan redesain besar, yang berakibat ke
penundaan. Tanggal 12 Oktober 1982, ditunjuklah tiga satelit: Kosmos1413, Kosmos1414, dan Kosmos-1415 diluncurkan atas sebuah roket Proton.
Karena hanya ada satu satelit GLONASS yang siap pada waktunya untuk
peluncuran bukannya diharapkan tiga, diputuskan untuk memulai itu bersama dengan
dua mockup. Media Amerika Serikat melaporkan acara sebagai peluncuran satu satelit
dan "dua benda rahasia." Untuk waktu yang lama, Amerika Serikat tidak bisa
mengetahui sifat dari orangorang "benda". The Telegraph Agency Uni Soviet (TASS)
melakukan peluncuran tertutup yang menggambarkan GLONASS sebagai sistem
"dibuat untuk menentukan posisi pesawat penerbangan sipil, transportasi laut dan
nelayankapal dari Uni Soviet".
Dari 1982 hingga April 1991, Uni Soviet berhasil meluncurkan total 43 satelit yang
berhubungan dengan GLONASS ditambah lima satelit tes. Ketika Uni Soviet hancur
pada tahun 1991, dua belas satelit GLONASS di dua pesawat operasional cukup
untuk memungkinkan penggunaan yang terbatas dari sistem (untuk menutupi seluruh
wilayah Uni, 18 satelit akan diperlukan). Federasi Rusia mengambil alih kontrol dari
konstelasi dan meneruskan perkembangannya. Pada tahun 1993, sistem yang sekarang
terdiri dari 12 satelit, secara resmi dinyatakan operasional dan pada bulan Desember
1995 itu dibawa ke konstelasi beroperasi penuh 24 satelit. Ini membawa ketepatan
GLONASS setara dengan sistem GPS buatan Amerika Serikat, yang telah mencapai
operasi penuh pda tahun sebelumnya.
3. Upaya baru dan modernisasi
Pada tahun 2000an, di bawah presiden Vladimir Putin, ekonomi Rusia pulih dan
keuangan negara membaik. Putin sendiri mengambil minat khusus di GLONASS dan

pemulihan sistem dibuat menjadi salah satu prioritas utama pemerintah. Untuk tujuan
ini, pada Agustus 2001, Federal Target Program "Sistem Global Navigation" 20022011
(Keputusan Pemerintah No. 587) diluncurkan. Program ini diberi anggaran dari $
420.000.000 dan bertujuan memulihkan konstelasi penuh oleh 2.009. Pada tanggal 10
Desember 2003, desain satelit generasi kedua, GLONASSM, diluncurkan untuk
pertama kalinya. Itu massa sedikit lebih besar dari GLONASS awal, berdiri di 1.415
kilogram (3.120 lb), tapi itu tujuh tahun hidup, empat tahun lebih lama dari seumur
hidup dari satelit GLONASS asli, penurunan tingkat penggantian yang diperlukan.
Satelit baru juga memiliki akurasi yang lebih baik dan kemampuan untuk menyiarkan
dua sinyal tambahan sipil.
Pada tahun 2006, Menteri Pertahanan Sergey Ivanov memerintahkan salah satu
sinyal (dengan akurasi 30 meter (98 kaki)) harus dibuat tersedia untuk pengguna sipil.
Putin, bagaimanapun, tidak puas dengan ini, dan menuntut agar seluruh sistem harus
dibuat sepenuhnya tersedia untuk semua orang. Akibatnya, pada 18 Mei 2007, semua
pembatasan dicabut. Keakuratan sebelumnya hanya militer sinyal dengan presisi 10
meter (33 kaki), sejak itu telah bebas tersedia untuk pengguna sipil. Selama
pertengahan dekade pertama abad ke21, ekonomi Rusia meledak dan mengakibatkan
peningkatan substansial dalam anggaran ruang negara. Pada tahun 2007, pembiayaan
program GLONASS itu pun meningkat pesat anggaran lebih dari dua kali lipat.
Sementara pada tahun 2006 GLONASS telah menerima $ 181.000.000 dari
anggaran federal, pada tahun 2007 jumlah tersebut meningkat menjadi $ 380.000.000.
Pada akhirnya, 140100000000 rubel ($ 4700000000) dihabiskan pada program 20012011, sehingga proyek terbesar Roscosmos dan memakan sepertiga dari anggaran
2010 yang 84,5 miliar rubel. Untuk periode 20122020 320 miliar rubel ($ 10 miliar)
dialokasikan untuk mendukung sistem.

4. Memulihkan kapasitas penuh


Pada bulan Juni 2008, sistem terdiri dari 16 satelit, 12 dari yang beroperasi penuh
pada saat itu. Pada titik ini, Roscosmos bertujuan memiliki konstelasi penuh 24 satelit
di orbit pada tahun 2010, satu tahun kemudian dari yang direncanakan sebelumnya.
Pada bulan September 2008, Perdana Menteri Vladimir Putin menandatangani sebuah
dekrit mengalokasikan tambahan 67 miliar rubel ($ 2600000000) untuk GLONASS
dari anggaran federal.
5. Finishing konstelasi
Tujuan Rusia finishing konstelasi tahun 2010 mengalami kemunduran ketika
peluncuran Desember 2010 dari tiga satelit GLONASSM gagal. The ProtonM roket itu
sendiri dilakukan dengan sempurna, tapi tahap atas Blok D M3 (versi baru yang
membuat penerbangan perdananya) penuh dengan terlalu banyak bahan bakar karena

kegagalan sensor. Akibatnya, tahap atas dan tiga satelit jatuh ke Samudera Pasifik.
Kommersant memperkirakan bahwa kegagalan peluncuran biaya hingga $ 160 juta.
Presiden Rusia Dmitry Medvedev memerintahkan audit penuh dari seluruh program
dan penyelidikan kegagalan. Berikut kecelakaan itu, Roscosmos diaktifkan dua satelit
cadangan dan memutuskan untuk membuat pertama ditingkatkan GLONASSK satelit,
yang akan diluncurkan pada bulan Februari 2011, bagian dari konstelasi operasional
bukan terutama untuk pengujian sebagai awalnya direncanakan. Ini akan membawa
jumlah total satelit untuk 23, memperoleh cakupan di seluruh dunia hampir selesai.
GLONASSK 2 awalnya dijadwalkan akan diluncurkan pada tahun 2013, namun
pada 2012 diperkirakan tidak akan diluncurkan sampai 2015. Pada tahun 2010,
Presiden Dmitry Medvedev memerintahkan pemerintah untuk menyiapkan program
baru yang ditargetkan federal untuk GLONASS, yang meliputi tahun 20122020. Asli
2001 Program dijadwalkan akan berakhir pada tahun 2011. Pada Juni 22, 2011,
Roscosmos mengungkapkan bahwa badan tersebut sedang mencari pendanaan dari
402 miliar rubel ($ 14350000000) untuk program tersebut. Dana akan digunakan
untuk menjaga konstelasi satelit, mengembangkan dan memelihara peta navigasi serta
pada mensponsori teknologi tambahan untuk membuat GLONASS lebih menarik bagi
pengguna.
Pada Oktober 2, 2011 satelit 24 dari sistem, GLONASSM, berhasil diluncurkan dari
Kosmodrom Plesetsk dan sekarang dalam pelayanan. [27] Hal ini membuat konstelasi
GLONASS sepenuhnya pulih, untuk pertama kalinya sejak tahun 1996. Pada tanggal 5
November 2011 ProtonM penguat berhasil menempatkan tiga unit GLONASSM di
orbit final. Pada hari Senin 28 November 2011, sebuah Soyuz roket, diluncurkan dari
Kosmodrom Plesetsk Space Centre, menempatkan satelit GLONASSM tunggal ke
orbit dalam Pesawat 3. Pada tanggal 26 April 2013, satelit GLONASSM tunggal
disampaikan ke orbit oleh roket Soyuz dari Kosmodrom Plesetsk, memulihkan
konstelasi 24 satelit operasional, minimum untuk menyediakan cakupan global.
Pada 2 Juli 2013 roket ProtonM, membawa 3 satelit GLONASSM, jatuh saat lepas
landas dari Baikonur Cosmodrome. Ini menyimpang dari jalur hanya setelah
meninggalkan pad dan terjun ke hidung tanah pertama. Roket mempekerjakan DM03
booster, untuk pertama kalinya sejak peluncuran pada Desember 2010, ketika
kendaraan juga telah gagal, mengakibatkan hilangnya lain 3 satelit. Namun, pada
2014, sementara sistem selesai dari sudut pandang teknis, sisi operasional masih belum
ditutup oleh Departemen Pertahanan dan status formal masih "dalam pengembangan".
Pada 7 Desember 2015, sistem secara resmi diumumkan selesai.

6. GLONASS (2)

GLONASS adalah sistem navigasi terbesar yang memungkinkan Anda untuk melacak
lokasi berbagai objek. Proyek, yang diluncurkan pada tahun 1982, masih aktif
dikembangkan dan ditingkatkan. Selain itu, pekerjaan yang sedang dilakukan seperti di atas
GLONASS dukungan teknis, dan infrastruktur yang memungkinkan untuk menggunakan
sistem yang lebih dan lebih banyak orang. Jadi, jika tahun pertama navigasi kompleks
melalui satelit yang digunakan terutama dalam memecahkan tugas militer, hari ini
GLONASS - alat positioning teknologi, yang telah menjadi suatu keharusan dalam
kehidupan jutaan pengguna sipil.Sistem navigasi satelit global
Karena kompleksitas teknologi dari pelaksanaan proyek-proyek dari posisi satelit global
saat sepenuhnya sesuai dengan nama ini bisa menjadi hanya dua sistem - GLONASS dan
GPS.Yang pertama adalah Rusia, dan yang kedua - hasil pengembang Amerika. Dari sudut
pandang teknis, GLONASS - satu set peralatan hardware khusus terletak dan di orbit dan di
tanah. Untuk berkomunikasi dengan satelit menggunakan sensor khusus dan penerima
membaca sinyal dan membentuk dasar data lokasi mereka.Untuk menghitung parameter
waktu yang jam atom khusus.Mereka melayani untuk menentukan posisi obyek berdasarkan
siaran gelombang radio dan pengolahan.Pengurangan kesalahan memungkinkan untuk
memberikan perhitungan yang dapat diandalkan data posisi.

fungsi navigasi satelit


Kisaran tugas sistem navigasi satelit global termasuk menentukan lokasi yang tepat
dari fasilitas permukaan.Selain geografi, sistem satelit navigasi global memungkinkan
untuk memperhitungkan jalur waktu untuk mengikuti, kecepatan dan parameter
lainnya.Menyadari tujuan tersebut melalui satelit di berbagai titik di permukaan bumi.
Aplikasi navigasi global tidak hanya digunakan di sektor transportasi.Satelit
membantu dalam operasi pencarian dan penyelamatan, pelaksanaan pekerjaan geodesi
dan konstruksi serta mereka tidak bisa tanpa koordinasi dan layanan stasiun dan
kendaraan ruang angkasa lainnya.Cabang militer dan dibiarkan tanpa dukungan GPS.

GLONASS navigator untuk tujuan tersebut memberikan sinyal aman ditujukan khusus
untuk peralatan resmi Departemen Pertahanan.

Perbedaan antara GLONASS dan GPS


Antara sistem navigasi mengalokasikan beberapa perbedaan. Secara khusus, ada
perbedaan dalam karakter gerakan dan penempatan satelit di orbit. Bersama-sama mereka
bergerak GLONASS di tiga pesawat (delapan satelit di masing-masing), dan sistem GPS
memberikan enam pesawat kerja (sekitar empat per pesawat). Dengan demikian, sistem
Rusia menyediakan cakupan yang lebih luas dari luas lahan, yang tercermin dalam
akurasi yang lebih tinggi. Namun, dalam praktiknya istilah "hidup" satelit domestik tidak
memungkinkan potensi penuh dari sistem GLONASS. GPS, pada gilirannya,
mempertahankan akurasi tinggi karena jumlah yang berlebihan dari satelit. Namun
kompleks Rusia teratur memperkenalkan satelit baru untuk penggunaan yang
dimaksudkan atau sebagai dukungan cadangan.
Juga menggunakan metode yang berbeda dari pengkodean sinyal - Amerika
menggunakan kode CDMA, seperti dalam GLONASS yang - FDMA. Ketika menghitung
penerima data untuk posisi sistem satelit Rusia menyediakan model yang lebih kompleks.
Akibatnya, perlu untuk menggunakan konsumsi energi yang tinggi GLONASS, yang
tercermin dalam ukuran perangkat.

Penerima Gabungan
Ekspansi Teritorial navigasi satelit menyebabkan penggabungan dua sistem dari
perspektif konsumen. Dalam prakteknya, aparat sering dilengkapi GPS GLONASS dan
sebaliknya, yang meningkatkan akurasi posisi dan waktu. Secara teknis, ini direalisasikan
dengan cara dua sensor terintegrasi ke dalam satu browser. Atas dasar ide ini dan
menghasilkan penerima terpadu, berjalan bersamaan dengan sistem GLONASS, GPS dan
peralatan terkait.
Selain meningkatkan keakuratan penentuan koordinat geografis simbiosis ini
memungkinkan pelacakan lokasi saat satelit adalah salah satu mesin tertangkap. Jumlah
minimum benda orbital, "visibilitas" yang diperlukan untuk mengoperasikan navigator,
adalah tiga unit. Jadi jika, misalnya, program GLONASS menjadi tidak tersedia, itu akan
datang ke bantuan satelit gps.

Sistem navigasi satelit lainnya


Pengembangan proyek serupa di lingkup dengan GLONASS dan GPS, bergerak dalam
Uni Eropa, serta India dan China. European Space Agency berencana untuk menerapkan
sistem Galileo, yang terdiri dari 30 satelit yang akan memastikan akurasi yang tak

tertandingi. India berencana untuk meluncurkan sistem IRNSS, yang beroperasi melalui
tujuh satelit. Sistem navigasi difokuskan pada penggunaan domestik. Sistem kompas dari
pengembang Cina harus terdiri dari dua segmen. Pertama akan terdiri dari 5 satelit dan
yang kedua - 30. Dengan demikian, proyek ini mencakup dua format layanan.

7. Galileo (1)

Satelit Galileo merupakan sistem satelit navigasi global Eropa yang pertama dengan
tingkat akurasi yang tinggi dan dikontrol dan dikelola oleh pihak sipil Uni Eropa. Adapun
tujuan Uni Eropa untuk menciptakan satelit baru ini adalah untuk mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian GPS dan untuk dapat bersaing dalam dunia persatelitan
dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu secara kontinyu di
seluruh dunia tanpa bergantung pada waktu dan cuaca kepada banyak orang secara
simultan. Satelit ini masih baru dan mulai diluncurkan pada tahun 2005, dan akan
beroperasi secara penuh pada tahun 2008. Pada prinsipnya penentuan posisi dengan satelit
Galileo hampir sama dengan penentuan posisi dengan GPS. Kedua satelit navigasi ini hanya
berbeda pada spesifikasi dan kemampuannya.

Komponen Sistem Satelit Galileo


Secara umum ada tiga komponen penyusun sistem Galileo yaitu komponen angkasa
(space segment), komponen kontrol bumi (ground segment), dan komponen pengguna
(user segment). Segmen angkasa Galileo terdiri dari 30 satelit, dimana terdapat 27 satelit
yang aktif dan 3 satelit cadangan (spare) dalam Medium Earth Orbit (MEO) pada
ketinggian 23600 km. Satelit akan melakukan perjalanan sepanjang tiga orbit sirkular
pada inklinasi 56. Dengan waktu orbit 14 jam, konfigurasi dari konstelasi akan
menjamin sekurang-kurangnya 10 satelit yang kelihatan akan memberikan informasi
posisi dan waktu untuk semua lokasi, termasuk daerah kutub. Wahana Satelit Galileo
diharapkan akan dapat bertahan selama 10 tahun.

Segmen angkasa akan diatur lewat dua stasiun kontrol yang dipilih di suatu tempat di
Eropa, yang didukung oleh 20 stasiun sensor Galileo (GSS). Pertukaran data antara
stasiun kontrol dan satelit akan dikerjakan melalui stasiun penghubung khusus. Sebanyak
15 stasiun penghubung akan dipasang di sekitar permukaan bumi untuk memudahkan
dalam hal transfer data. Sebagai komponen kontrol bumi (ground segment), stasiun
kontrol akan bertanggungjawab memanajemen satelit, mengintegrasikan sinyal, dan
sinkronisasi jam atom pada satelit.
Segmen pengguna terdiri dari para pengguna satelit Galileo, baik di darat, laut, udara,
maupun di angkasa. Dalam hal ini alat penerima sinyal Galileo diperlukan untuk
menerima dan memproses sinyal -sinyal dari satelit Galileo untuk digunakan dalam
penentuan posisi, kecepatan dan waktu. Komponen utama dari suatu receiver Galileo
secara umum adalah antena dengan pre-amplifier, bagian RF dengan pengidentifikasi
sinyal dan pemroses sinyal, pemroses mikro untuk pengontrolan receiver, data sampling
dan pemroses data ( solusi navigasi ), osilator presisi , catu daya, unit perintah dan
tampilan, dan memori serta perekam data.

Sinyal Satelit Galileo


Satelit Galileo akan menstransmisikan 10 sinyal yang berbeda. Dari sini, 6 sinyal akan
digunakan untuk keperluan sipil (Open Service) dan Safety of Life Service, 2 sinyal
untuk keperluan komersial dan sisanya 2 untuk keperluan Public Regulated Service.
Selain pelayanan navigasi dan transmisi waktu, Galileo akan menyediakan informasi
mengenai akurasi dan status sinyal tersebut.

Tipe Receiver Satelit Galileo


Mengenai receiver Galileo, belum ada keputusan akhir tentang spesifikasi dan
kemampuan receiver Galileo melainkan sekarang sedang dikembangkan untuk dapat
bersaing dengan GPS. Analisis pasar memberikan klasifikasi pendahuluan tentang tipe
receiver Galileo yaitu: Tipe konsumen, Tipe profesional, dan Tipe Safety of Life. Tipe
konsumen sendiri terdiri dari dua jenis yaitu A1 dan A2. Jenis A1 berdiri sendiri yang
merupakan receiver navigasi utama Galileo, dan A2 digunakan untuk bantuan komunikasi
(NAV/COM). Tipe profesional terdiri dari empat jenis yaitu B1 (Single frequency
ditambah Local Element (LE)), B2 (Dual frequency ditambah LE), B3 (Triple frequency
ditambah LE), dan B4 (Single frequency ditambah bantuan komunikasi). Sementara itu
Tipe Safety of Life terdiri dari dua jenis yaitu C1 dan C2. Jenis C1 merupakan receiver
yang memiliki spesifikasi Dual frequency plus LE (+EGNOS) with integrity. Jenis C2
memiliki spesifikasi Triple frequency plus LE (+EGNOS) with integrity.

Kemampuan layanan Sistem Satelit Galileo

Ada 5 macam layanan atau jasa yang rencananya akan diberikan sistem satelit Galileo ini,
yaitu:
1) Pelayanan Terbuka (Open Service atau OS)

2)
3)
4)
5)

Pelayanan Keselamatan Hidup (Safety of Life Service atau SLS)


Pelayanan Komersial (Commercial Service atau CS)
Pelayanan Publik (Public Regulated Service atau PRS)
Layanan Pencarian dan Pertolongan (Search and Rescue Service atau SAR)

Aplikasi Teknologi Satelit Galileo


Sistem Satelit Galileo dibangun mirip dengan sistem GPS, oleh karenanya aplikasi
dari sistem Galileo akan menyerupai aplikasi dari sateli GPS. Gambaran umum yang
diberikan sistem satelit Galileo untuk bidang aplikasi diantaranya diperuntukan bagi
kepentingan transportasi, keperluan penerbangan (aviation), aplikasi maritim, pekerjaan
teknik sipil, perikanan, pertanian (precise farming), monitoring lingkungan. referensi
waktu dan telekomunikasi. Bidang-bidang lainnya yang menjadi aplikasi sistem Galileo,
sama halnya dengan sistem GPS yaitu: survai pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi,
geofisik, pemantauan deformasi, , dan bahkan juga bidang olahraga dan rekreasi

8. Galieo (2)

Galileo adalah sistem navigasi satelit yang sedang dikembangkan oleh Uni Eropa dan
European Space Agency. Proyek bernilai 3,4 miliar ini dibuat untuk menyediakan alternatif
dari Global Positioning System Amerika Serikat dan GLONASS Rusia. Pada 30 November
2007, 27 menteri transportasi Uni Eropa setuju untuk mengaktifkan Galileo selambatnya
pada 2013. Sistem Galileo diperkirakan akan lebih akurat dari GPS dan GLONASS, lebih
akurat di ketinggian yang tinggi, dan dapat membantu Eropa pada saat perang, karena sistem
GPS dan GLONASS dapat saja dimatikan oleh Amerika Serikat dan Rusia. Dan seperti
GPS, pemakaiannya juga akan gratis.
Pada September 2003, Republik Rakyat Tiongkok bergabung ke projek Galileo. China
akan menginves 230 juta (ASD 296 juta) dalam projek ke beberapa tahun mendatang. Pada

Juli 2004, Israel menandatangani persetujuan dengan UE untuk menjadi partner dalam
projek Galileo. Pada 3 Juni 2005, UE dan Ukrania mengadakan persetujuan awal bagi
Ukraina untuk bergabung dalam projek tersebut. Pada 7 September 2005, India
menandatangani persetujuan untuk mengambil bagian dalam projek tersebut dan mendirikan
sistem augmentasi regional berdasarkan atas EGNOS. Pada November 2005, Maroko dan
Arab Saudi juga turut bergabung dalam program. Ada spekulasi bahwa negara lain juga akan
bergabung dalam projek Galileo, termasuk Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Chili,
Jepang, Malaysia, Mexico, Norway, Pakistan, Russia, dan South Korea.

Kelebihan dan Keuntungan Sistem Satelit Galileo


Galileo ini merupakan satelit yang dirancang khususnya untuk keperluan non-militer.
Bila dibandingkan dengan satelit navigasi lainnya seperti GPS dan GLONASS, satelit
Galileo ini mempunyai beberapa keuntungan dan kelebihan antara lain:

Satelit Galileo didesain dan dikembangkan untuk aplikasi non-militer, sebaliknya GPS
didesain terutama untuk aplikasi militer.
Galileo didasarkan pada teknologi yang sama seperti GPS dan menyediakan informasi
posisi dan waktu dengan tingkat presisi yang lebih tinggi.
Galileo lebih dapat dipercaya meliputi suatu signal pesan yang memberitahu user
dengan seketika apabila terjadi suatu kesalahan
Satelit Galileo terbuka dan meluas ke seluruh pasar yang meliputi seluruh dunia dan
perusahaan-perusahaan komersil Eropa
Galileo memberikan pelayanan nyata bagi publik seperti pemberian garansi yang
kontinyu yang ditetapkan untuk aplikasi khusus
Galileo telah menciptakan 140 000 job dan mampu menggerakkan pasar yang
diperkirakan mencapai 9 billion per tahun. Ini lebih rendah dibandingkan
ketergantungan Eropa terhadap GPS untuk keperluan ekonomi.

9. Compass (1)

Negara-negara terus melengkapi dan meningkatkan kemampuan GNSS (Global


Navigation Satellite System) sehingga dapat di gunakan oleh negara-negara di seluruh dunia.
GNSS telah dimanfaatkan untuk tujuan militer, transportasi/angkutan, baik darat, laut,
maupun udara, dan digunakan untuk penentuan geografis, pemantauan gunung berapi dan
penelitian Sistem satelit navigasi global GNSS terdiri dari segmen antariksa, segmen
pengendali dan segmen pengguna. Segmen antariksa (satelit) memancarkan sinyal navigasi
kepada segmen pemakai, yang dikendalikan stasiun pengendali di Bumi. Satelit navigasi
terdiri dari konstelasi satelit dengan cakupan global. Fungsi satelit- satelit tersebut mengirim
sinyal ke receiver yang dipasang di pesawat terbang, kapal laut, kendaraan bermotor dan
manusia, untuk dapat menentukan posisi-posisi mereka.
Satelit navigasi mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi tentang posisi
lokasi geografis dan sinkronisasi waktu dalam penggunaan sinyal real time dari satelit
navigasi yang mengorbit. Posisi yang ditentukan terdiri dari 4 (empat) dimensi yaitu garis
bujur, garis lintang, ketinggian, dan waktu (Justin Borton, 2010).
Satelit navigasi juga digunakan dalam berbagai sektor yaitu penelitian/survey, precision
farming/ketelitian dalam pertanian, mendukung pencarian dan penyelamatan, ilmu
kebumian,
manajemen
transportasi,
pergantian
waktu
yang
tepat,
manajemen/pelacakan/anti pencurian. Sistem GNSS terus berkembang dan kemudian juga
digunakan dalam berbagai sektor, seperti pengangkutan, keamanan, pengawasan, dan
industri. Satelit navigasi global memancarkan sinyal navigasi penentuan posisi kepada
pengguna yang dikendalikan dari stasiun pengendali di Bumi. Penentuan posisi dapat
dilakukan berdasarkan 4 (empat) dimensi, yaitu berdasarkan garis bujur, garis lintang,
ketinggian dan waktu. Saat ini negara-negara mengembangkan sistem satelit navigasi global
Global Navigation Satellite Systems (GNSS). GNSS yang telah dikembangkan antara lain:
Global Positioning System (GPS) milik Amerika Serikat, di mana secara efektif telah
menyediakan layanan global, dan Global Navigation Satellite System (GLONASS) milik
Rusia (Uni Soviet), juga telah efektif menyediakan layanan global. Sedangkan GNSS yang
sedang dikembangkan adalah Sistem Galileo milik Eropa yang dikembangkan Uni Eropa
bekerjasama dengan European Space Agency (ESA), Sistem navigasi regional Beidou,
dikembangkan Cina, Sistem navigasi India Regional Navigational Satellite System (IRNSS)
dikembangkan oleh India, dan Quasi-Zenith System Satellite (QZSS) akan dikembangkan
oleh Jepang.

China sendiri mengembangkan sistem ini, dimana sistem satelit navigasi negara China
telah memasuki era baru dengan diluncurkannya satelit compass. Satelit dengan nama sistem
"Compass" itu mampu memberikan layanan navigasi, waktu dan pesan singkat di wilayah
Asia-Pasifik sebelum 2012 dan seluruh dunia menjelang 2020. China mulai membina
rangkaian navigasi angkasa sejak tahun 2000 langkah China ini lebih lanjut bertujuan untuk
mengakhiri ketergantungan China pada satelit Amerika Serikat (AS) yang menyediakan
layanan navigasi dan positioning. Beijing memulai langkah untuk mengakhiri
ketergantungannya pada Global Positioning System AS,
Pemerintah Cina meluncurkan satelit Compass yang digunakan untuk transportasi,
eksplorasi minyak, pemantau cuaca, perkiraan bencana, telekomunikasi dan keamanan
publik. Satelit yang diluncurkan di daerah Sichuan, Cina bagian barat daya itu menjadi
bentuk kemandirian pemerintah tirai bambu atas ketergantungan terhadap satelit milik
Amerika Serikat yang menyediakan layanan navigasi dan positioning. China ingin melepas
ketergantungannya dari satelite AS, untuk mengembangkan sistemnya , meskipun begitu
China juga melakukan koordinasi frekuensi bilateral dengan Eropa (GALILEO), AS (GPS),
Rusia (Glonass). Satelit China bertujuan untuk menyediakan navigasi, waktu, dan layanan
pesan singkat di wilayah Asia-Pasifik sebelum 2012 dan akan mampu menawarkan navigasi
global pada 2020.
Sistem satelit navigasi merupakan infrastruktur bangunan angkasa yang sangat penting,
dimana dapat memperluas rentang aktifitas manusia dan mengembangkan kemampuan
bersosialisasi mereka. Satelit navigasi membawa perubahan dalam dunia politik, ekonomi,
militer, teknologi dan budaya. Dengan sejarah yang panjang dan kebudayaan yang indah,
China merupakan salah satu negara yang penting dalam perkembangan peradaban awal
manusia. Di masa kuno, rakyat China menggunakan konstelasi rasi bintang biduk (Big
Dipper) dalam penentuan arah. Mereka juga yang pertama kali menemukan alat navigasi
pertama di dunia, yaitu kompas kuno (Sinan), yang mana kompas kuno itu lah yang
memberi kontribusi sangat besar dalam perkembangan peradaban dunia. Dalam peradaban
modern, sistem satelit navigasi COMPASS buatan mereka, akan menjadi kontribusi lainnya
bagi umat manusia (CSNO, 2011).
Beidou (COMPASS) Satellite Navigation System adalah sebuah proyek yang
dikembangkan oleh China dalam rangka membuat sistem satelit navigasi yang independent,
tidak tergantung sistem negara lainnya. Nama dari sistem ini diambil dari rasi bintang biduk
(Big Dipper) dimana dalam bahasa China disebut Beidou. Konstelasi rasi bintang biduk atau
Big Dipper. Secara harfiah nama itu berarti Biduk Utara atau Northern Dipper, nama yang
diberikan para astronom untuk 7 bintang paling terang dalam konstelasi Ursa Major atau
The Great Bear. Sejarahnya, susunan bintang ini lah yang digunakan para astronom dalam
penentuan lokasi arah bintang utara kutub. Dengan demikian, Beidou juga merupakan
sebuah metafora tujuan sistem satelit navigasi.
Sejak secara resmi melayani pengguna pada tahun 2003, sistem satelit navigasi
COMPASS telah banyak digunakan dalam berbagai bidang khususnya oleh pemerintah dan
masyarakat China. Selain itu sistem COMPASS juga penting dalam hal navigasi, penentuan
waktu, dan komunikasi, khususnya ketika sistem komunikasi terrestrial tidak bekerja.

Menurut China National Administration of GNSS and Applications (CNAGA), pengguna


Sistem COMPASS meningkat dari tahun ke tahun, hal ini menunjukkan betapa tingginya
antusiasme konsumen terhadap sistem ini.

10.Compass (2)

Sistem yang di kenal sebagai Compass Navigation System milik China atau disebut
sebagai Beidou yang memiliki kemampuan menyerupai GPS, mulai dibuka sejak akhir
Desember 2011 lalu. Beidou kini mulai dapat digunakan secara terbatas di seluruh
wilayah China dan beberapa negara tetangga. Pihak terkait merencanakan sistem navigasi
satelit tersebut akan mulai bisa digunakan di luar China, terutama di kawasan Asia
Pasifik di akhir tahun 2012 ini. Mereka juga merencanakan di tahun 2020 mendatang,
sistem tersebut akan dapat dinikmati secara global. Sebagai tahap awal, China telah
meluncurkan 10 satelit seri Compass untuk mengakomodasi kebutuhan navigasi satelit
dari Beidou. Hingga akhir tahun 2012, China merencanakan untuk meluncurkan 6 satelit
baru untuk meningkatkan kemampuan Baidou. Bila saat ini sistem tersebut memiliki
akurasi 25 meter, peluncuran satelit-satelit baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan
akurasi Beidou hingga 10 meter. Selain China, beberapa negara juga mengembangkan
sistem navigasi berbasis satelit, seperti GLONASS milik Rusia, Galieo milik Uni Eropa,
serta proyek milik Jepang. Sistem-sistem tersebut dikembangkan untuk menghilangkan
ketergantungan terhadap GPS yang dikontrol oleh Amerika Serikat.
COMPASS akan menyiarkan setidaknya 3 band frekuensi, yaitu 1207,14 MHz,
1268,52 MHz, dan 1561,2 MHz. Demikian pula seperti GNSS lainnya, akan ada dua
level layanan penentuan posisi : terbuka dan terbatas (militer). Penyelesaian satelite
COMPASS mencakup china dan sekitarnya selesai pada tahun 2008 . Jumlah satelit saat
ini berjumlah 35 dengan status 4 satelit masih berada di orbit. Sistem Beidou pertama,
secara resmi disebut Beidou Satelit Navigasi Experimental System dan juga dikenal
sebagai Beidou-1, terdiri dari tiga satelit dan menawarkan cakupan dan aplikasi yang

terbatas. Ini telah menawarkan layanan navigasi, terutama untuk pelanggan di Cina dan
daerah tetangga, sejak tahun 2000.
Generasi kedua dari sistem, secara resmi disebut Beidou Satelit Navigasi System
(BDS) dan juga dikenal sebagai COMPASS atau Beidou-2, akan menjadi sistem navigasi
satelit global yang terdiri dari 35 satelit, dan berada di bawah konstruksi dari Januari
2015 . Ini menjadi operasional di Cina pada bulan Desember 2011, dengan 10 satelit
yang digunakan, dan mulai menawarkan layanan kepada pelanggan di Asia-Pasifik
wilayah pada bulan Desember 2012. Hal ini direncanakan untuk mulai melayani
pelanggan global setelah selesai di 2020. Setelah peluncuran satelit Compass-2C pada
bulan April 2007 ke GEO, sistem satelit Compass ini namanya diganti menjadi Chinas
Compass Navigation Satellite System (CNSS).

11.Receiver GNSS (1)

Sistem Pemosisi Global, Global Positioning System (GPS) adalah sistem untuk
menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal
satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke
Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk
menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS antara lain
GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India. Sistem ini dikembangkan oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS
(kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah,
NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan
penting dalam program GPS). Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan
Udara Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem ini sekitar US$750 juta/tahun, termasuk
penggantian satelit lama, serta riset dan pengembangan. GPS Tracker atau sering disebut
dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang
memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam
keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS
untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta
digital.

Cara Kerja
Sistem ini menggunakan sejumlah satelit yang berada di orbit bumi, yang
memancarkan sinyalnya ke bumi dan ditangkap oleh sebuah alat penerima. Ada tiga
bagian penting dari sistim ini, yaitu bagian kontrol, bagian angkasa, dan bagian
pengguna.
1) Bagian kontrol
Tugasnya untuk mengontrol. Setiap satelit dapat berada sedikit di luar orbit,
sehingga bagian ini melacak orbit satelit, lokasi, ketinggian, dan kecepatan. Sinyalsinyal dari satelit diterima oleh bagian kontrol, dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke
satelit. Koreksi data lokasi yang tepat dari satelit ini disebut dengan data ephemeris,
yang nantinya akan dikirimkan kepada alat navigasi kita.
2) Bagian angkasa
Bagian ini terdiri dari kumpulan satelit-satelit yang berada di orbit bumi, sekitar
12.000 mil diatas permukaan bumi. Kumpulan satelit-satelit ini diatur sedemikian rupa
sehingga alat navigasi setiap saat dapat menerima paling sedikit sinyal dari 4 satelit.
Sinyal satelit ini dapat melewati awan, kaca, atau plastik, tetapi tidak dapat melewati
gedung atau gunung. Satelit mempunyai jam atom, dan juga akan memancarkan
informasi waktu/jam. Data ini dipancarkan dengan kode pseudo-random. Masingmasing satelit memiliki kodenya sendiri-sendiri. Nomor kode biasanya akan
ditampilkan di alat navigasi, sehingga bisa melakukan identifikasi sinyal satelit yang
sedang diterima alat tersebut. Data juga berguna bagi alat navigasi untuk mengukur
jarak antara alat navigasi dengan satelit, yang akan digunakan untuk mengukur
koordinat lokasi. Kekuatan sinyal satelit juga akan membantu alat dalam
penghitungan. Kekuatan sinyal ini lebih dipengaruhi oleh lokasi satelit, sebuah alat
akan menerima sinyal lebih kuat dari satelit yang berada tepat diatasnya (bayangkan
lokasi satelit seperti posisi matahari ketika jam 12 siang) dibandingkan dengan satelit
yang berada di garis cakrawala (bayangkan lokasi satelit seperti posisi matahari
terbenam/terbit).
Ada dua jenis gelombang yang saat ini dipakai untuk alat navigasi berbasis satelit
pada umumnya, yang pertama lebih dikenal dengan sebutan L1 pada 1575.42 MHz.
Sinyal L1 ini yang akan diterima oleh alat navigasi. Satelit juga mengeluarkan
gelombang L2 pada frekuensi 1227.6 Mhz. Gelombang L2 ini digunakan untuk tujuan
militer dan bukan untuk umum.
3) Bagian Pengguna
Bagian ini terdiri dari alat navigasi yang digunakan. Satelit akan memancarkan data
almanak dan ephemeris yang akan diterima oleh alat navigasi secara teratur. Data
almanak berisikan perkiraan lokasi (approximate location) satelit yang dipancarkan
terus menerus oleh satelit. Data ephemeris dipancarkan oleh satelit, dan valid untuk
sekitar 4-6 jam. Untuk menunjukkan koordinat sebuah titik (2D), alat navigasi
memerlukan paling sedikit sinyal dari 3 satelit. Untuk menunjukkan data ketinggian
sebuah titik (3D), diperlukan tambahan sinyal dari 1 satelit lagi. Dari sinyal-sinyal

yang dipancarkan oleh kumpulan satelit tersebut, alat navigasi akan melakukan
perhitungan-perhitungan, dan hasil akhirnya adalah koordinat posisi alat tersebut.
Makin banyak jumlah sinyal satelit yang diterima oleh sebuah alat, akan membuat alat
tersebut menghitung koordinat posisinya dengan lebih tepat.

12.Receiver GNSS (2)

Banyak Smartphone sekarang yang telah mengintegrasikan Global Positioning System


Receiver ( GPS ). Kombinasi GPS Receiver yang bagus dengan peta yang akurat memang
bisa memudahkan penggunaannya dalam melakukan navigasi. GPS Receiver menerima
sinyal tertentu dalam melakukan fungsinya. Sinyal tersebut dari sejumlah satelit setidaknya
ada 24 satelit yang aktif dan sejumlah cadangan untuk jaga-jaga jika ada yang rusak.
Komposisi yang digunakan menjamin setidaknya selalu ada 4 satelit yang bisa dilihat dari
titik manapun di muka bumi.

TRILATERATION
Mungkin kamu bertanya mengapa dibuat setidaknya selalu ada 4 satelit yang bisa
dilihat dari titik manapun di muka bumi. Hal ini disebabkan GPS Receiver memerlukan
sinyal dari setidaknya 4 satelit untuk menentukan posisinya di muka bumi secara akurat.
Cara yang digunakan itu disebut dengan Trilateration. Sebelum masuk ke triliteration
yang digunakan GPS Reveceiver ada baiknya kita bahas dahulu triliteration secara 2
dimensi. Untuk menentukan posisi suatu titik menggunakan triliteration pada 2 dimensi
dibutuhkan setidaknya 3 titik lain yang diketahui jaraknya dari titik yang hendak dihitung
posisinya itu. Bila hanya ada 1 titik yang diketahui jaraknya, ada banyak kemungkinan
lokasi akan titik yang hendak dicari itu: seluruh lokasi yang terletak pada jarak yang
diketahui tersebut ( merupakan titik-titik yang berada di keliling lingkaran ).

Bila ditambahkan 1 titik menjadi 2 titik yang diketahui jaraknya dari titik yang hendak
dihitung posisinya, jumlah kemungkinan lokasi turun drastis menjadi tinggal 2 ( hanya
ada 2 titik yang memenuhi kedua syarat jarak ). Pada saat ditambahkan 1 titik lagi
menjadi 3 titik yang diketahui jaraknya dari titik yang hendak dihitung posisinya, tinggal
1 titik yang diperoleh ( hanya ada 1 titik yang memenuhi seluruh syarat jarak ). Titik
inilah yang merupakan lokasi dari titik yang hendak dihitung.

Triliteration 3 dimensi yang digunakan GPS Receiver mirip dengan triliteration 2


dimensi yang kita bahas di atas. Pada Triliteration 3 dimensi yang digunakan GPS
Receiver, titik-titik yang diketahui jaraknya itu adalah sejumlah satelit yang merupakan
bagian dari GPS. Jumlahnya setidaknya ada 4 satelit. Adapun aneka lokasi dengan jarak
yang sama dari seluruh satelit tidak membentuk lingkaran melainkan membentuk kulit
Sphere (menyerupai bola).

Bila hanya ada 1 satelit yang diketahui jaraknya dari GPS Receiver, ada banyak
kemungkinan lokasi GPS Receiver yang digunakan. Seluruh lokasi yang terletak pada
kulit sphere adalah lokasi yang mungkin. Saat ada 2 satelit yang diketahui jaraknya dari
GPS Receiver, aneka lokasi yang memungkinkan akan terletak pada irisan kedua sphere
yang memenuhi kedua syarat jarak. Irisan kedua Sphere yang memenuhi kedua syarat
jarak itu akan membentuk sebuah keliling lingkaran dan terletak pada kulit Sphere.
Berhubung telah membentuk sebuah keliling lingkaran, penambahan 1 satelit lagi yang
diketahui jaraknya dari GPS Receiver akan membuat aneka lokasi GPS Receiver yang
mungkin tinggal menjadi 2. Maka jika ada 4 satelit yang diketahui jaraknya dari GPS
Receiver, jumlah lokasi yang mungkin akan berkurang lagi 1. Inilah lokasi dari GPS
Receiver yang digunakan.

ERROR CORRECTION
Metode yang digunakan untuk mengukur jarak satelit dari GPS Receiver adalah
menghitung waktu yang diperlukan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan satelit,
mulai dipancarkan sampai saat diterima oleh GPS Receiver. Waktu yang diperoleh
dikalikan kecepatan gelombang elektromagnetik ( mendekati kecepatan cahaya ) akan
menunjukkan jarak satelit bersangkutan dari GPS Receiver. Berhubung waktu tempuh
gelombang elektromagnetik dari satelit ke GPS Receiver sangat singkat, diperlukan jam
yang sangat akurat pada satelit dan GPS Receiver. Sebagai catatan, agar dapat
menghitung selisih waktu secara tepat pada satelit dan GPS Receiver harus menggunakan
jam yang menunjukkan waktu yang sama ( sampai nanosecond ). Tapi sayangnya,
meskipun jam pada satelit ( menggunakan jam atom ) sangat akurat, namun jam pada
GPS Receiver biasanya tidak seakurat itu. Untungnya, dengan adanya 4 perhitungan
jarak, GPS Receiver bisa menghitung secara akurat koreksi yang diperlukan lalu
menyesuaikan jamnya itu.

Selain itu, gelombang elektromagnetik kecepatannya dipengaruhi oleh medium yang


dilaluinya. Jadi kecepatannya akan berubah-ubah saat memasuki aneka lapisan atmosfer
bumi. Dengan banyaknya gedung pencakar langit, GPS Receiver selain menerima sinyal
dari satelit secara langsung, bisa juga menerima sinyal yang terlebih dahulu terpantul
kesana kemari. Jadi GPS Receiver harus melakukan error correction agar lokasi yang
diperoleh cukup akurat.
Satu hal lagi, GPS Receiver juga harus mengetahui lokasi dari keempat satelit yang
menjadi referensi agar dapat menetapkan titik hasil hitungan itu berada di koordinat
mana di muka bumi. Oleh karena itu, GPS Receiver punya semacam kalender akan posisi
dari satelit yang masuk dalam GPS. Berbagai perubahan yang terjadi pun senantiasa
dipancarkan oleh satelit sehingga GPS Receiver bisa melakukan koreksi.

Sistem Alternatif GPS.


Selain GPS ( Global Positionning System ) yang dikembangkan oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat, ada sejumlah sistem sejenis yang dikembangkan oleh pihak
lain, baik yang sudah beroperasi maupun sedang dalam masa pengembangan. Beberapa
diantaranya adalah :

GLONASS ( Global Navigation Satellite System )yang dioperasikan oleh Rusia.


Galileo yang sedang dikembangkan oleh Uni Eropa.

BDS ( BeiDou Navigation Satellite System ) yang dioperasikan oleh Cina.

IRNSS ( Indian Regional Navigation Satellite System ) yang dikembangkan oleh


India.

QZSS ( Quasi-Zenith Satellite System ) yang dioperasikan oleh Jepang.

Dari kelima sistem alternatif ini, baru GLONASS yang bisa dibilang benar-benar
alterantif GPS. Hal ini disebabkan GLONASS yang cakupannya telah global dan
memiliki tingkat akurasi yang sebanding.

13.Receiver GNSS (3)

Teknologi Galileo dikembangkan oleh kerjasama antara pemerintah Uni Eropa dan pihak
swata. Galileo terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
1) Space Segment : Space segment dari Galileo terdiri dari 30 satelit GIOVE (termasuk 3
satelit cadangan). Satelit ini mengorbit pada 23.222 km di atas permukaan bumi. Saat ini
baru 4 satelit yang telah mengudara yakni GIOVE- A, GIOVE B, GIOVE-A2, keempat
satelit ini direncanakan untuk pengujian penentuan posisi dan pengiriman sinyal dari
setiap satelit atau standar dasar minimum navigasi, dan apabila telah rampung maka ke 26
satelit yang lainnya akan siap mengudara untuk proses akhir. Adapun spesifikasi dari
satelit-satelit Galileo adalah sebagai berikut :
GIOVE-A
Dibuat oleh SSTL, mempunyai dimensi kubus 1.3 x 1.8 x 1.65 m. Mempunyai berat
600 Kg dan menghasilkan daya sebesar 700 watt dari sepasang sayap dengan solar
panel sepanjang 4,54 meter.
GIOVE-B
GIOVE-B dibuat oleh Galileo industri consortium. Dimensi dari satelit adalah 0.95
x 0.95 x 2.4 meter dan mempunyai berat sebesar 530 Kg. Mempunyai 2 sayap solar
panel dengan panjang setiap sayap adalah 4.34 meter yang akan mensupply hingga
1100 watt.
2) Control Segment: Dua Galileo Control Center (GCCs) akan dibangun di daratan Eropa
untuk menyediakan kendali satelit dan untuk melaksanakan manajemen navigasi. Data
yang diberikan oleh jaringan global dua puluh Galileo Sensor Station (GSSs) akan
dikirim ke Galileo Control Centre melalui suatu jaringan komunikasi yang redundant.
GCCS akan menggunakan data tersebut dari Sensor Stations untuk menghitung
informasi integritas dan mensikronkan time signal dari semua satelit dengan waktu
ground stattion. Pertukaran data antara Control Center dan Satelit akan dilakukan melalui
up-link stattion. 5 Sband up-link stations dan 10 C-band up-link setasiun akan dibangun
mengelilingi bumi untuk tujuan ini.

3) User Segment: User segment terdiri dari penerima yang menghitung informasi lokasi
menggunakan sinyal yang diterima dari satelit. Seperti komponen GPS, kualitas dan
performa dari receiver tergantung dari permintaan user. Galileo receiver memproses
signal yang dipancarkan dari satelit untuk menghitung posisi. Receiver menerima indikasi
pengukuran jarak dari user ke setiap satelit, receiver jugamengkodekan data n avigasi
Galileo, yang mempunyai informasi dasar untuk mengetahui posisi user, seperti posisi
satelite dan satelite clock error. Frekuensi yang digunakan satelit antara 1.1 1.6 GHz,
rentang dari frekuensi tergantung dari mobile navigation dan pelayanan komunikasi.
Setiap satelit Galileo akanmemancarkan 10 sinyal navigasi berbeda, yang memungkinkan
Galileo untuk membuka pelayanan open service (OS), safety-oflife (SOL), commercial
sevices (CS),dan public regulated services (PRS). Signal Galileo dijamin keakuratan
hingga 1 m, dan dengan pelayanan berbayar akan menyediakan keakuratan hingga 10cm.

14.Receiver GNSS (4)

GNSS-CORS, yang merupakan kependekan dari (Global Navigation Satellite System)Continuously Operating Reference Stations adalah sistem jaringan kontrol GPS yang
beroperasi secara kontinu untuk acuan penentuan posisi GPS (realtime maupun post
processing) dan dapat diakses oleh siapapun yang membawa receiver GPS dengan
spesifikasi tertentu. GNSS-CORS melayani klien yang melakukan pengukuran GNSS (GPS,
GLONASS) dengan metode deferensial (data kode) dan RTK (data fase). Untuk dapat
mengakses GNSS-CORS, receiver klien harus dilengkapi dengan sambungan internet untuk
maksud komunikasi data dari stasiun GNSS-CORS ke receiver klien. Dalam hal ini data
GNSS-CORS tersedia melalui web dalam format RINEX (Receiver Independent Exchange)
maupun streaming NTRIP (Networked Tranport RTCM via Internet Protocol). NTRIP
adalah sebuah metode untuk mengirimkan koreksi data GPS/GLONASS (dalam format
RTCM) melalui internet. RTCM sendiri adalah kependekan dari Radio Technical
Commission for Maritime Services, yang merupakan komite khusus yang menentukan
standard radio navigasi dan radio komunikasi maritim internasional. Data format RINEX
disediakan untuk pengolahan data secara post-processing sedangkan data NTRIP untuk
pengamatan posisi secara real-time

Cara Menggunakan Data NTRIP dari CORS


Klien mengunduh RTCM dari NTRIP dengan menggunakan koneksi GPRS, GSM,
Satphone dan sebagainya. RTCM yang diunduh secara real-time tersebut digunakan
untuk koreksi posisi dalam pengamatan dengan RTK maupun DGPS. Teknik ini
merupakan inovasi terhadap teknik RTK dan DGPS konvensional. Seperti diketahui
bahwa metode RTK dan GPS konvensional hanya mampu menjangkau jarak sekitar 5
10 km, sementara teknik RTCM ini mampu menjangkau jarak sampai 100 km. Format
khusus untuk GPS adalah RTCM-104, berupa data biner yang terdiri atas beberapa versi
sebagai berikut :
RTCM :
1. RTCM 2.0 (Koreksi Kode untuk DGPS)
2. RTCM 2.1 (Koreksi Kode dan Fase untuk RTK)
3. RTCM 2.2 (Koreksi Kode dan Fase untuk RTK + GLONASS )
4. RTCM 2.3 (Koreksi Kode dan Fase untuk RTK + GPS Antenna Definition)
5. RTCM 3.0 (Koreksi Kode dan Fase untuk RTK + Network RTK untuk
GNSS).

Aplikasi CORS
CORS dapat diaplikasikan untuk berbagai macam keperluan seperti pemetaan bidang
tanah, navigasi pesawat terbang, kapal laut maupun kendaraan di darat , survei pemetaan
skala besar, pemantauan deformasi/ pergeseran struktur bangunan besar seperti jembatan,
bendungan dan bangunan bertingkat dan monitoring bangunan situs purbakala seperti
candi.
Kisaran ketelitian aplikasi CORS untuk post-processing survei statik hampir sama dengan
post-processing survei statik konvensional, sedangkan kisaran ketelitian aplikasi CORS
untuk RTK dan DGPS secara umum adalah:
RTK dengan menggunakan data fase: kisaran 1cm + 1ppm s/d 2cm + 2ppm (untuk
jarak sekitar 30km, akurasi turun sampai 3 - 4cm)

Menggunakan data kode: kisaran 1m dalam radius jarak sampai dengan 200km
Teknologi GNSS CORS ini relatif baru di Indonesia, sehingga belum banyak dikenal
oleh masyarakat termasuk masyarakat yang berkecimpung dalam survey pemetaan.

15.Receiver GNSS (5)

Teknologi satelit GPS diawali peluncurannya sejak tahun 1989. Teknologi positioning
dengan metode absolute dan relative. Perkembangan teknologi GPS meliputi hard ware
(receiver), soft ware (commercial dan scientific) dan aplikasinya. Penentuan posisi dengan
memanfaatkan gelombang GPS telah berkembang sangat pesat terutama untuk metode
relative khususnya Differential Global Positioning System (DGPS). Teknologi DGPS untuk
setiap unit receiver yang berfungsi sebagai rover secara real time diperoleh adalah Real
Time Kinematik (RTK). Secara diagramatis penentuan posisi dengan GPS dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
Prinsip penentuan posisi secara relative yang memanfaatkan data fase (RTK) atau
pseudo-range (DGPS secara real time atau paska pengukuran). Metode RTK dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Survei metode RTK terdiri atas base dan rover station, dengan receiver yang ada base
station tidak berubah posisi antenanya selama melakukan pengukuran sedang receiver yang
berfungsi sebagai rover dipindah-pindahkan sesuai untuk positioning yang direncanakan.
Receiver yang ada di base dan rover station harus selalu memperoleh signal GPS selama
melakukan pengukuran, korekasi diferensial dipancarkan dari base station ke rover station
menggunakan fasilitas RTCM. Survei GPS untuk pengamatan RTK sangat sering digunakan
untuk pekerjaan mapping hingga saat ini, dan seperangkat harware untuk pengamatan RTK
disajikan pada gambar 3 di bawah ini. Persoalan utama yang dihadapi pada survei GPS
dengan metode RTK adalah kualitas dan kemampuan penerimaan koreksi diferensial dan
jarak dari base station ke rover station. Rizos dan Cranenbroeck (2006) menyatakan bahwa
semakin jauh jarak antara base ke rover station (kurang dari 20 Km) maka kualitas
penerimaan koreksi diferensial semakin berkurang (less precision). Kualitas koreksi
diferensial dipengaruhi oleh orbit error, ionospheric dan tropospheric signal refraction
Roberts dkk (2004).

Teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) Untuk Stasiun Aktif


Beberapa negara maju telah meluncurkan satelit yang digunakan untuk positioning
antara lain Global Positioning System, GLONASS dan GALILEO. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan elektronika telah dikembangkan suatau receiver yang
mampu menangkap beberapa geombang satelit secara simultan GPS (setelit yang dikelola
dan diluncurkan oleh Amerika Serikat), GLONASS (satelit yang dikelola dan diluncurkan
oleh Rusia) dan GALILEO (satelit yang dikekola dan diluncurkan oleh komunitas
Negara-negara Eropa). Receiver tersebut disebut sebagai receiver GNSS. Receiver yang
berbasis satelit GNSS saat ini telah berkembang dengan pesat dan banyak digunakan oleh
barbagai Negara untuk berbagai keperluan positioning pada stasiun aktif berupa fasilitas
International Global Navigation Satellite System Services (IGS) atau Continuously
Operating Reference Stations (CORS).
IGS adalah satalh satu fasilitas layanan kepada user untuk memberikan koreksi
keslahan orbit dan kesalahan sistem pencatat waktu. Pada umumnya IGS digunakan
untuk keperluan yang bersifat scientific, misalnya studi plate tectonic movement, total
electronic content, pemodelan orbit satelit, dan lain-lain. Sedangkan CORS pada
umumnya digunakan untuk berbagai kepentingan praktis (engineering purposes).
Teknologi CORS berkembang mengingat keperluan positioning metode RTK terkendala
kualitas koreksi diferensial yang semakin menurun terhadap jangkauan jarak dan juga
waktu yang digunakan untuk akuisisi data terutama setting up receiver di base station.

Maunder,2007 mengemukakan bahwa pengoperasian CORS bisa menggunakan satu atau


beberapa stasiun referensi GNSS yang beroperasi secara terus menerus (24 jam tidak
terputus). Sistem CORS terdiri atas satellite navigation positioning technology, modern
computer management technology and internet technology. Sistem ini akan melangkapi
secara otomatis dengan diversifikasi data pengamatan satelit GNSS (Carrier phase dan
Pseudo-range), koreksi diferensial, status informasi dan hal-hal yang berhubungan dengan
informasi GNSS (Roberts, dkk, 2004). Teknologi CORS secara diagramatis dapat dilihat
seperti pada gambar 4.

Teklnologi CORS, sebagai base station terdiri atas (Maunder,2007):


1) fxed station
2) temporary station.
Fiexed station pada umumnya diinstall di suatu bangunan yang secara permanent dapat
difungsikan dan memenuhi syarat sebagai stasiun aktif CORS. Sedangkan temporary station
pada umumnya tempatkan bangunan yang dalam jangka waktu tertentu akan dipindah atau
tidak difungsikan lagi sebagai base station karena berbagai pertiimbangan teknis dan
administrative.
Teknologi CORS terdiri atas 2 sistem utama, system yang ada di base station sebagai
stasiun referensi dan system yang ada di rover station sebagai user. Koneksi antara base
staion dan rover station menggunakan jaringan internet tanpa kabel. Kedudukan base station
sebagai fixed station, beroperasi selama 24 jam dan memperoleh koneksi jaringa internet
secara terus menerus. Fungsi base station adalah menagkap gelombang satelait GNSS,
menyimpan raw data gelombang satelit GNSS kedalam server dan memberikan korekasi
diferensial kepada setiap user yang login dengan server yang ada di base station. Sedangkan
rover station melakukan akuisisi data satelit GNSS dan melakukan login menggunakan
GPRS/CDMA, akses via jaringan internet ke base station untuk memperoleh korekasi
diferensialnya. Hasil positioning di setiap rover station akan dapat diperoleh secara real time
maupun post processed. Beberapa provider mobile IP networks di Indonesia antara lain :
indosat, telkomsel, XL, Telkom, Smart Telecom, Bakrie telecom dll Beberapa mobile IP
networks yang tersedia dan ada dipasaran (Lintaka, 2004) antara lain :
1. GSM (Global System for Mobile Communication) dgn frequensi 1800 s/d 1900 MHz
band.
2. GPRS (General Packet Radio Service),dengan GPRS, transmisi data mobile bias lebih
cepat menjadi 115.000 bps menggunakan infrastruktur GSM yang sudah ada.
3. CDMA (Code Division Multiple Access)

4. EDGE (Enhanced Datarate for Global Evolution) UMTS (Universal Mobile Telephone
System) dengan frequensi 1900 MHz sampai 2025 MHz dan 2110 MHz sampai 2200
MHz
Kebutuhan minimal untuk penyelenggarakan teknologi CORS
1. Perangkat yang ada di base station antara lain : monument yang diinstall antenna aktif,
receiver GNSS, power supply (arus AC), Pc Server,MODEM, UPS & Genset,aksesories
untuk backup data dll, software (down load data, menganalisis dan mengolah data satelit
GNSS data streaming, koreksi diferensial ke rover station dll), dan IP public yang bias
diakses via WIFI setiap user.
2. Jaringan internet yang ada di base dan rover station dan dapat digunakan untuk
mengirimkan dan menerima semua data dari dan ke semua unit layanan yang
memerlukan. Koneksi internet sebaiknya dengan bandwith yang lebar dan beroperasi
selama 24 jam tanpa terputus seiring dengan jumlah client yang dilayani,
3. Perangkat yang ada di rover station : antenna, receiver GNSS, power supply DC smodem,
dan unit penympan data geolombang satelit GNSS.

16.Receiver GNSS (6)

GNSS, atau singkatan dari Global Network Satellite System, adalah sistem alat untuk
menentukan posisi geografis berbasis satelit navigasi. Sedangkan untuk menentukan posisi
geografis tersebut, kita gunakan alat yang dikenal dengan GNSS receiver. Di pasaran Saat
ini, terdapat GNSS receiver dalam berbagai model/tipe dari berbagai pabrikan juga. Setiap
pabrikan ternyata fokus pada aplikasi tertentu, yang secara umum dapat dibagi menjadi:
navigasi dan survey. Dengan banyaknya jenis/model/tipe GNSS receiver dipasaran, boleh
jadi tidaklah mudah bagi seseorang untuk memilih model/tipe yang sesuai dengan
kebutuhannya. Beberapa tip berikut bisa dijadikan pertimbangan :

1)

Aplikasi : aplikasi berhubungan dengan tujuan dan tujuan sangat erat dengan tingkat
ketelitian yang disyaratkan misalnya dalam indutri survey pemetaan yang diterima secara
internasional apabila mengacu pada SP-44 IHO. Untuk penetapan titik kontrol
(benchmark) misalnya, ketelitian yang disyaratkan adalah dalam satuan milimeter atau
centimeter. GNSS receiver yang mampu mencapai ketelitian tersebut adalah tipe survey
grade, dual frequency.

2)

Cara penyimpanan data. Tidak semua GPS receiver didesain dapat atau perlu menyimpan
data di dalam alat. Receiver yang dapat menyimpan data dilengkapi dengan internal
memory atau memori yang dapat ditambahkan, semisal compact flash. Tetapi tidak semua
aplikasi memerlukan penyimpanan data di dalam memori receiver, karena boleh jadi
datanya disimpan di komputer, misalnya pada aplikasi survey pemetaan batimetik. Oleh
karena itu apabila penggunaan GPS receiver hanya untuk keperluan survey pemetaan
laut, pada prinsipnya tidak diperlukan internal memory.

3)

Data input. Teknik penentuan posisi secara real-time dalam survey pemetaan yang banyak
digunakan adalah teknik DGPS dan RTK. Bila aplikasi ini yang dipilih, maka receiver
tersebut harus mempunyai fasilitas dapat menerima signal DGPS dan/atau RTK. Tidak
semua receiver didesain untuk aplikasi semacam ini, misalnya tipe hand-held dari merek
tertentu. Agar teknik ini dapat berfungsi, receiver harus memiliki minimal 2-port yang
nantinya masing-masing akan dihubungkan ke komputer dan ke modem.

4)

Data output. Hampir semua alat survey kini didesain memiliki data digital. Tinggal
permasalahannya, apakah data digital dalam receiver dapat dikeluarkan untuk keperluan
tertentu apa tidak. Untuk menunjang kegiatan survey pemetaan, diperlukan receiver yang
dapat dihubungkan dengan komputer, yang biasanya menggunakan standar format
protocol NMEA. Jumlah com port biasanya minimal 2 comm dan bahkan ditambah 1 pps
out. Pps out diperlukan untuk sinkronisasi waktu dalam survey multibeam ecosounding.

5)

Jumlah kanal. Jumlah kanal (channel) menunjukan berapa jumlah satelit yang dapat
diterima dalam satu waktu. Receiver yang ada dipasaran saat ini mempunyai kanal
minimal 12 kanal semakin banyak kanal akan semakin mampu menerima jumlah satelit
pada saat yang bersamaan, yang pada akhirnya dapat memberikan tingkat ketelitian posisi
lebih baik. Merek tertentu bahkan memiliki jumlah kanal hingga 72 kanal. Lebih-lebih
saat ini terdapat lebih banyak satelit navigasi: GPS, Glonnass dan Galileo (baca
Referensi).

6)

Kemampuan update data. Update data (update rate), termasuk waktu dan posisi, paling
lambat biasanya setiap 1 detik (1 hz). Agar dapat diperoleh data lebih rapat untuk
menyesuaikan kecepatan bergerak wahana survey (misalnya pesawat pada pemetaan
udara atau kapal pada pemetaan di laut), kini beberapa merek receiver mempunyai update
rate data hingga 20 kali per detik (20 hz). Kecepatan update rate yang tinggi tersebut juga
sangat diperlukan pada alat-alat survey yang memberikan data geo-reference seperti
multibeam echosounder, side scan sonar survey dan subbottom profiling.

7)

Kemampuan memberikan data ARAH (Heading) dan menerima WADGPS. Beberapa


model GNSS receiver kini memiliki kemampuan mengeluarkan data NMEA dan HDT
(heading) sekaligus, sehingga pada prinsipnya tidak lagi diperlukan Gyrocompass
terpisah. Untuk keperluan penentuan posisi lepas pantai, kini GNSS receiver pada
umumnya telah dilengkapi dengan kemampuan menerima signal koreksi WADGPS LBand.
Kombinasi kemampuan tersebut diatas menyebabkan harga GPS receiver sangat
bervariasi mulai dari Rp. 2 juta hingga Rp. 200 juta per unit-nya. Kita jangan terkecoh
dengan harga murah karena dipastikan yang murah tidak akan mampu untuk aplikasi survey
yang menuntut ketelitian tinggi (survey grade). Dengan demikian sebelum memilih,
tetapkan terlebih dahulu aplikasi-nya. Untuk mengetahui kemampuan GPS receiver dari
berbagai merek, kumpulkan spesifikasi teknis-nya dan amati satu per satu dengan petunjuk
di atas dan bandingkan. Bila perlu cari referensi dari kawan-kawan Surveyor yang telah
menggunakan. Salah satu indikasinya, bila mereka telah menggunakan dalam jangka waktu
lama (misalnya lebih dari 5 tahun), dapat dipastikan model atau merek tersebut telah teruji
(proven).

17.Receiver GNSS (7)

Stasiun GNSS CORS ini sudah banyak berkembang di Indonesia beberapa diantaranya
adalah stasiun GNSS CORS GMU1 di Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM, stasiun GNSS
CORS ITS01 di jurusan Geomatika ITS, Kemudian Program Studi Teknik Geodesi FTUNDIP juga memiliki stasiun CORS bernama UDIP yang sudah dioperasikan sejak
Desember tahun 2012 dan bekerjasama dengan PT. Adhimulia Interniagatama. Untuk
Instansi Pemerintah dimiliki oleh BIG dengan mengoperasikan 118 Stasiun, dan 92 stasiun
oIeh BPN
Sistem RTK (Real-Time-Kinematik) adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan
untuk sistem penentuan posisi real-time secara differensial menggunakan data fase. Untuk

merealisasikan tuntutan real time nya, stasiun referensi harus mengirimkan data fase dan
psedorange-nya ke pengguna secara real-time menggunakan sistem komunikasi data
tertentu. Stasiun referensi dan pengguna harus dilengkapi dengan perangkat pemancar dan
penerima data.

GNSS merupakan suatu sistem satelit yang terdiri dari konstelasi satelit yang
menyediakan informasi waktu dan lokasi, memancarkan macam-macam sinyal dalam
berbagai frekuensi secara terus menerus, yang tersedia di semua lokasi di atas permukaan
bumi.GNSS memiliki peranan penting dalam bidang navigasi. GNSS yang ada saat ini
adalah GPS (Global Positioning System) milik Amerika Serikat, GLONASS (Global
Navigation Satellite System) milik Rusia, Galileo milik Uni Eropa, dan Compass atau
Beidou milik Cina. India dan Jepang telah mengembangkan kemampuan GNSS regional
dengan meluncurkan sejumlah satelit ke antariksa untuk menambah kemampuan yang sudah
disediakan oleh sistem global dalam menyediakan tambahan cakupan regional (UNOOSA,
2011)
CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah suatu teknologi berbasis
GNSS yang berwujud sebagai suatu jaring kerangka geodetik yang pada setiap titiknya
dilengkapi dengan receiver yang mampu menangkap sinyal dari satelit-satelit GNSS yang
beroperasi secara penuh dan kontinyu selama 24 jam perhari, 7 hari per minggu dengan
mengumpukan, merekam, mengirim data, dan memungkinkan para pengguna (users)
memanfaatkan data dalam penentuan posisi, baik secara post processing maupun secara real
time.

Receiver GNSS geodetik yang digunakan adalah rover receiver GNSS yang mempunyai
tipe dual frequency, sehingga dalam pengamatannya dapat menerima data pengamatan
satelitsatelit GNSS berupa data code dan data phase. Selain itu, rover receiverGNSS yang
digunakan tersebut juga harus memiliki teknologi komunikasi, dapat menggunakan
teknologi radio/ GSM/ GPRS/ CDMA, sehingga dapat berhubungan dengan stasiun referensi
atau pusat kontrol untuk mengirimkan dan atau menerima koreksi data koordinat posisi.
Dengan adanya stasiun referensistasiun referensi yang bekerja di bawah kendali server
JRSP, maka dapat diperoleh koordinat atau posisi suatu titik dengan ketelitian yang sangat
tinggi (akurasi 15cm) (Millner et al, 2007 dan Gordini et al, 2006).

(Contoh Receiver GNSS)

Javad Triumph-1 merupakan salah satu tipe contoh receiver GNSS dari produk Javad
GNSS Inc. Receiver ini mampu menangkap channel satelit hingga 216 channel (termasuk
sinyal GPSL2C, GPS L5, GLONASS C/A L2, dan Galileo). Receiver ini merupakan tipe
receiver yang kompak, dimana receiver dan antenna GNSS menjadi satu dan juga memiliki
baterai internal untuk pengukuran hingga 15 jam. Terdapatnya Bluetooh (optional), Wifi
(optional), Internal GSM (SIM Card) dan Radio Modem UHF (optional), akan sangat
memudahkan pengguna dalam melakukan pengukuran menggunakan metode RTK.
Untuk dapat mengakses GNSS-CORS, receiver klien harus dilengkapi dengan
sambungan internet sebagai komunikasi data dari stasiun GNSS-CORS ke receiver klien.

Dalam hal ini data GNSS-CORS tersedia melalui web dalam format RINEX (Receiver
Independent Exchange) maupun Streaming NTRIP (Network Transport RTCM via Internet
Protocol) menggunakan kartu GSM (Sambungan Internet yang serupa dengan Handphone).
Untuk menghubungkan receiver ke base, kita harus menseting receiver nya dengan
memasukan id, passwd dan IP (Internet Protocol) Base yang terdekat, berikut contoh IP dari
Badan Petanahan Nasional,
NTRIP adalah sebuah metode untuk mengirim koreksi data GPS/GLONASS (dalam
format RTCM) melalui internet. RTCM sendiri adalah kependekan dari Radio Technical
Commission for Maritime Services , yang merupakan komite khusus yang menentukan
standard radio navigasi dan radio komunikasi maritim internasional. Data format RINEX
disediakan untuk pengolahan data secara post-processing , sedangkan data NTRIP untuk
pengamatan posisi secara real-time. Secara Garis besar alur proses Pengukuran GPS Metode
RTK NTRIP dengan memanfaatkan Stasiun CORS GNSS sebagai berikut :

Sebelum melakukan pengukuran GPS Metode RTK NTRIP ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
1.
2.
3.

Pengecekan lokasi ketersediaan BTS / provider / sinyal operator GSM dan kondisi
lapangan terbuka atau tertutup.
Pengecekan kelengkapan dan kelayakan alat, seperti baterai dalam kondisi terisi penuh,
pole/jalon, receiver,controller dan pulsa simcard
Pengecekan bahwa base station aktif/dalam keadaanondengan menghubungi layanan
hotline Stasiun GNSS CORS
Pada GPS RTK-NTRIP ini menggunakan master referensi sehingga kendala jarak antara
rover dan stasiun referensi (base station) menjadi masalah utama. Jarak akan
mempengaruhi ketelitian posisi yang dihasilkan. Semakin jauh jarak antara rover dan
stasiun referensi (base station), maka kualitas posisi pun akan menurun. Faktor jarak
yang jauh ini, menjadi kendala dalam pemecahan ambiguity resolution, begitu juga dengan
jangkauan radio komunikasi yang jauh sehingga memungkinkan terjadinya data loss dalam
penyampaian informasi data dari stasiun referensi (base station) ke rover.

Mengingat Pengukuran GPS Metode RTK NTRIP dengan memanfaatkan Stasiun CORS
GNSS ini termasuk metode baru dalam pengukuran, maka masih perlu dilakukan berbagai
penelitian
baik
untuk
ketelitiannya
maupun
aplikasinya.
Berikut pernah disampaikan pada pengumuman ( 22 September 2014 ) di kampus oleh Bpk.
Bambang Darmo Yuwono, S.T., M.T. ,untuk Mahasiswa Geodesi Undip mengenai saran
tema Tugas Akhir / Penelitian / Skripsi yang dapat diambil mahasiswa :
1) Rekontruksi Batas dengan RTK NTRIP CORS
2) Analisa Penentuan Posisi Menggunakan RTK Lab
3) Ketelitian CORS NTRIP pada CORS UNDIP
4) Perbandingan Ketelitian RTK dan RTK NTRIP pada stasiun CORS
5) Ketelitian RTK MultiBase pada Penentuan Posisi Horizontal
6) Optimalisasi layanan CORS UNDIP untuk RTK NTRIP
7) Analisa Perbandingan ketelitian Rapid Statik dengan RTK NTRIP CORS
8) Analisa Kekuatan Jaringan pada Pengolahan Data Menggunakan GAMIT
9) Analisa ketelitian jarak Optimum CORS UNDIP
10)Analisa Jaring menggunakan Software Topcon Tool dan GAMIT

18.Aplikasi GNSS (1)

Aplikasi GNSS
Dari beberapa sistem navigasi satelit yang mengelilingi bumi, banyak sekali
peruntukannya bagi kebutuhan manusia pada masa kini. Antara lain:
1. GPS pada pada pesawat terbang
Kita pasti akan sangat kesusahan melakukan evakuasi jika ada pesawat yang sedang
melintasi sebuah samudera dan mengalami kecelakaan. Maka dari itu, seluruh pesawat
pasti dilengkapi dengan sistem navigasi berbasis satelit, yaitu GPS. Penerima GPS dapat
menentukan posisi pesawat di udara dengan mengkalkulasi jarak pesawat dari tiga atau

lebih satelit yang terhubung dalam jaringan GPS. Berkat informasi yang diberikan oleh
layanan GPS tersebut, autopilot pada pesawat dapat menjaga pesawat tetap berada pada
posisi dan ketinggian yang sama, bahkan mampu melakukan perencanaan penerbangan
ulang yang baik sehingga tidak sampai terjadi tabrakan antar pesawat di udara.

2. Permainan berbasis lokasi (Location-based Game)


Permainan berbasis lokasi adalah permainan yang akan terus berkembang seiring dengan
perpindahan lokasi dari pemain. Dengan demikian, permainan jenis ini akan
menyediakan mekanisme yang memungkinkan pemain untuk melaporkan posisi mereka
saat itu juga, yaitu menggunakan layanan GNSS, GPS. Salah satu permainan berbasis
lokasi ini bernama Ingress. Ingress diplublish oleh Google, Inc. Dan diciptakan oleh
mantan Direktur Geo Google bernama John Hanke. John Hanke jugalah yang
menciptakan software yang sekarang bernama Google Earth.

19.Aplikasi GNSS (2)

Baru-baru ini ada pemberitaan seputar pelatihan awak personel KRI dalam
mengoperasikan GPS (Global Positioning System) jammer yang berlangsung di Lantamal
Surabaya, 28 30 Oktober 2015. GPS jammer, meski kedengaran canggih, tapi sejatinya
telah diadopsi di kapal perang TNI AL sejak tahun 2010. Dan hingga kini ada sekitar 10
kapal perang Satkor (Satuan Kapal Eskorta) yang dilengkapi GPS jammer. Sesuai dengan
perkembangan jaman dan kebutuhan operasi, peran GPS jammer tak lagi sebatas media
pengacau sinyal pada serangan rudal anti kapal, melainkan juga upaya menganggu sinyal
satelit GPS yang digunakan untuk pointing terhadap target.
Tak bisa dipungkiri, hingga kini GPS mengambil peran stragetis dalam sisi kehidupan
sipil dan militer. Di lingkup militer, keberadaan GPS tak melulu dikenal sebagai alat
navigasi di kapal perang dan pesawat udara, lagi-lagi koordinat yang berasal dari GPS juga
digunakan untuk pointing (penentuan) posisi target yang akan dihancurkan oleh rudal
berkemampuan jelajah. Saking pentingnya penggunaan GPS, maka pihak lawan pun tak bisa
dipungkiri melakukan hal yang sama terhadap kita.

KRI Hassanudin 366, salah satu korvet SIGMA TNI AL yang dilengkapi GPS jammer.
Nah, untuk mencegah lawan mengetahui posisi keberadaan kapal perang TNI AL, maka
hadirlah perisai elektronik yang disebut GPS jammer. Perangkat GPS jammer yang
berfungsi untuk melaksanakan jammer terhadap frekuensi GPS dari satelit sehingga
perangkat GPS tidak bisa menerima sinyal GPS dari satelit. Hal ini mengakibatkan
perangkat GPS tidak dapat mentransmisikan data positioning, navigation and timing (PNT)
yang dibutuhkan oleh perangkat navigasi lain seperti radar, ECDIS (Electronic Charts and
Display Information System), AIS (Automatic Identification System), speedlog, dan gyro
navigasi. Data PNT tersebut juga sangat dibutuhkan untuk integrasi dengan perangkat
Sensor Weapon and Command (sewaco) yang ada di kapal perang serta sistem senjata yang
ada.

Dalam simulasi pertempuran, keberadaan rudal anti kapal seperti Yakhont dan Exocet
menjadi lumpuh bila tak mendapat asupan informasi tentang pointing koordinat kapal
perang lawan, bila nyatanya kapal laman berhasil melaksanakan GPS jamming. Penggunaan
perangkat GPS jammer di TNI Angkatan Laut, khususnya di Kapal Perang Republik
Indonesia (KRI) dimulai pada awal tahun 2010 dengan dikirimkannya beberapa personel
TNI AL untuk mempelajari doktrin navigation warfare dan aplikasi untuk militer di
beberapa negara Eropa. Pada tahun 2011 dimulai pemasangan peralatan tersebut pada dua
korvet SIGMA Class KRI Diponegoro 365 dan KRI Sultan Hassanudin 366 serta
dilaksanakan pengujian terhadap fungsi peralatan tersebut pada tahun yang sama.
Pada latgab yang dilaksanakan oleh tiga angkatan, peralatan GPS jammer resmi
digunakan dalam satu latihan operasi militer dan mampu membuktikan bahwa peperangan
navigasi merupakan salah satu bagian dari peperangan elektronika yang mampu memberikan
efek hilangnya data posisi, navigasi dan referensi waktu bagi suatu pesawat militer yakni
dengan berhasil dilaksanakan surface jamming terhadap KRI lain dalam radius 60 km. Dan
hebatnya mampu melaksanakan air jamming terhadap dua pesawat tempur Sukhoi Su-27
dan Su-30MK2 TNI AU pada jarak antara 80 km sampai dengan 120 km dengan ketinggian
sampai dengan 12 km.

Dalam sejarahnya, penggunaan dan aplikasi perangkat GPS jammer dalam peperangan
navigasi mulai terungkap dengan adanya beberapa laporan perihal hilangnya sinyal GPS di
perairan Norwegia pada awal tahun 2002 yangmengakibatkan terjadinya beberapa kesalahan
navigasi pada kapal pengangkut barang sehingga beberapa kapal pengangkut barang tersebut
karam/kandas. Kemudian berlanjut dengan adanya laporan di pelabuhan San Diego pada
tahun 2007, seluruh data GPS pada daerah tersebut hilang selama dua jam. Hal ini
mengakibatkan seluruh proses dipelabuhan terhenti dan seluruh jaringan komunikasi tidak
berfungsi serta beberapa perindustrian mengalami kegagalan produksi.
Mengemban peran sebagai pointing terhadap sasaran, GPS reciever harus mengunci
sinyal minimal tiga satelit untuk menghitung posisi 2D (latitude dan longitude) dan track
pergerakan. Jika GPS receiver dapat menerima empat atau lebih satelit, maka dapat
menghitung posisi 3D (latitude, longitude dan altitude). Jika sudah dapat menentukan posisi
pengguna, selanjutnya GPS dapat menghitung informasi lain, seperti kecepatan, arah yang
dituju, jalur, tujuan perjalanan, jarak tujuan, matahari terbit dan matahari terbenam serta
masih banyak lagi. (Dikutip dari Jurnal Nasional Teknik Elektro Maret 2015)

20.Aplikasi GNSS (3)

Rudal ber-GPS
GPS adalah suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Penerima GPS memperoleh
sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit
pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai
cadangan.

Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS bisa diterima di seluruh permukaan
bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8 buah satelit. GPS dapat memberikan informasi
posisi dan waktu dengan ketelitian sangat tinggi. Dalam serangan terbaru Amerika Serikat
dan Inggris ke Irak, ribuan peluru kendali pintar jenis Tomahawk ditembakkan ke Bagdad.
Para jenderal aliansi mengatakan, semua peluru kendali mengenai sasaran. Rahasia senjata
pintar itu terletak pada sistem pengendalinya. Serangannya dipandu menggunakan sistem
satelit militer yang disebut Global Positioning Sytem-GPS. Dengan propaganda militernya,
Amerika Serikat memperlihatkan citra satelit, yang menunjukan, bahwa semua sasaran yang
dituju tidak pernah meleset.

Juga disebutkan kerugian di kalangan penduduk sipil dapat dibatasi sampai minimal.
Kunci dari keberhasilan serangan itu tentu saja pemanfaatan Global Positioning SystemGPS. Sebab menurut para pakar militer, persenjataan pintar mutakhir dikembangkan tidak
hanya dengan memperkuat daya jelajahnya, melainkan juga dengan memperbaiki sistem
kendalinya. Dengan demikian peranan GPS amatlah besar, untuk membimbing peluru
kendali agar dengan akurat sampai ke sasaran tembak.
Peluru kendali jenis terbaru AS dipasangi peralatan sensor GPS, sehingga arahnya bisa
diubah di tengah jalan. Juga dengan memanfaatkan GPS, berbagai hambatan, seperti kabut,
badai pasir, iklim buruk, tabir api serta faktor lain bisa diabaikan. Sebenarnya GPS adalah
sistem navigasi militer Amerika Serikat yang dipandu satelit dari luar angkasa. Jaringan
satelitnya mencakup seluruh permukaan Bumi. Prinsipnya adalah menentukan sebuah lokasi
dengan ketepatan tinggi. Prinsip ini serupa dengan metode lama "triangulasi", dimana posisi
sebuah titik ditentukan dengan menarik tiga garis. Hanya saja kini garis itu ditarik dari luar
angkasa menggunakan pencitraan satelit.

Cara Kerja Rudal ber-GPS


Rudal Tomahawk

Rudal yang sudah dilengkapi dengan dengan pemandu GPS tersebut berkerja dengan
cara meneruskan sinyal dan posisi armada bergerak kepada Base Station (BS). Teknologi
satelit ini akan melakukan pencitraan terhadap objek yang ada di bumi yang selanjutnya
akan diinformasikan kepada BS. BS selanjutnya melakukan kalkulasi pencitraan ini,
selanjutnya diteruskan terhadap rudal yang sudah dilengkapi dengan GPS. Selanjutnya
tinggal menentukan titik sasaran yang akan dituju.

Berikut ini merupakan beberapa contoh rudal yang sudah menggunaka alat pemandu
berupa GPS:

1.

AGM-137 TRI-SERVICE STANDOFF ATTACK MISSILE (TSSAM).

2.

AGM-154A JOINT STANDOFF WEAPON (JSOW).

3.

AGM-158 JOINT AIR TO SURFACE STANDOFF MISSILE (JASSM).

4. STORM SHADOW

Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan dari rudal yang menggunakan sistem pemandu GPS ini adalah
memungkinkan ketepatan rudal dalam mencapai sasaran meskipun dengan jarak yang
jauh. Dan bila dipergunakan dalam perang, memungkinkan meminimlkan jatuhnya
korban dari warga sipil.
Kelemahan, sistem navigasi menggunakan GPS ini memerlukan data yang akurat.
Disinilah tugas mata-mata di darat, menentukan dan menandai sasaran yang akan
ditembak. Jadi sistem canggih itupun bisa salah sasaran, kalau ternyata masukan dari
darat tidak akurat. Rudal tersebut juga tidak akan mampu mencapai sasaran, bila
sasaranya memasuki area blank spot, area tersebut biasanya bawah tanah. Sistem navigasi
rudal juga bisa dikacaukan dengan alat yang dinamakan GPS Jammer. Alat ini berfungsi
untuk merusak penyampaian data ke GPS receiver yang ada pada rudal bahkan dapat
memberikan informasi palsu. Sehingga rudal tersebut dapat jauh melenceng dari target
sasaran.

21.Aplikasi GNSS (4)

Studi Sistem GPS BUOY


Pada lingkup penelitian, GPS dapat digunakan untuk studi Geodinamika, deformasi, studi
oseanografi, dan lain-lain. Salah satu hal yang menarik dari penggunaan GPS ini dalam
keperluan oseanografi yaitu GPS Buoy System. GPS buoy System digunakan diantaranya
untuk penentuan pasut lepas pantai, pasut pantai, studi pola arus, Tsunami EWS, dan lainlain. GPS mampu memberikan ketelitian posisi sampai dengan ketelitian sentimeter bahkan
milimeter. Untuk mencapai ketelitian yang tinggi dengan menggunakan GPS dalam studi
GPS Buoy digunakan metoda kinematik diferensial baik itu secara real time (RTK) maupun
kinematic post processing. Untuk beberapa kasus biasa digunakan Differential GPS (DGPS).

KONSEP DARI GPS BUOY


Konsep dari GPS buoy System yaitu menyimpan receiver GPS dan antenna ketika
pada saat pengamatan pada sebuah pelampung. Dengan menggunakan metoda diferensial,
yaitu satu receiver GPS berada pada pelampung dan satu lagi di titik referensi (di darat)
yang letaknya beberapa kilometer dari buoy, kemudian (untuk kasus real time) titik
referensi tersebut memberikan koreksi ke receiver di Buoy, maka posisi teliti dari Buoy
dapat ditentukan.
Ketelitian dari posisi Buoy sangat bergantung pada system dan desain pengukuran,
selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum buoy di coba. Kriteria utama
untuk pengukuran GPS buoy yaitu menentukan syarat ketelitian posisi buoy dan peralatan
yang menghasilkan data yang bagus untuk ketelitian yang diinginkan. Dari hal tersebut
memunculkan pertanyaan Receiver GPS jenis apa yang harus digunakan, bagaimana
metode pengambilan datanya, dan bagaimana cara mengolah datanya. Tipe Receiver GPS
sangat penting dalam pengukuran ini karena receiver ini lah yang menghasilkan data
untuk diolah, demikian juga ketelitian pengukuran akan bergantung pada bagaimana
strategi pengambilan dan pengolahan datanya. Sebagai contoh, jika ketelitian yang
diinginkan pada level sentimeter, maka GPS dual frequency dengan metoda diferensial
akan memenuhi sarat ketelitian yang diinginkan tersebut. Pada sisi lain, jika ketelitian
posisi yang diinginkan pada level 1-2 meter, maka kira-kira Receiver GPS dual frequency
dengan metoda DGPS akan memenuhi ketelitian yang diinginkan.
Secara umum, untuk keperluan sistem GPS buoy, metode penentuan posisi yang biasa
digunakan adalah RTK (yang dapat memberikan ketelitian dalam level sentimeter secara
real time), kinematik diferensial post procesing apabila kita tidak memerlukan data real
time (contoh pemodelan pasut), atau metode DGPS apabila untuk kasus-kasus tertentu
hanya diperlukan ketelitian dalam level 1-2 meter saja.

TEKNIK PENENTUAN POSISI PADA SISTEM GPS BUOY

Seperti yang telah disebutkan si atas untuk GPS Buoy, metode penentuan posisinya
bisa RTK (Real Time Kinematic), kinematik diferensial post proccesing, dan bisa juga
DGPS (Differential Global Positioning System), tergantung kebutuhannya.
Sistem RTK (Real Time Kinematic) adalah suatu akronim yang sudah umum
digunakan untuk Penentuan posisi real time secara diferensial yang menggunakan data
fase. Sistem ini umumnya digunakan untuk Penentuan posisi obyek-obyek yang bergerak.
Untuk merealisasikan tuntuan real-time nya, maka monitor station harus mengirimkan
koreksi diferensial (fase) ke pengguna secara real time dengan menggunakan system
komunikasi data tertentu.
Sistem kinematik diferensial post processing prinsipnya sama dengan RTK, hanya
beda dalam hal sisi real time-nya. Pada sistem kinematik diferensial post processing
sesuai dengan namanya (post processing) maka data dikumpulkan terlebih dahulu untuk
kemudian diolah (secara manual) menggunakan software pengolahan data GPS.
Sistem DGPS adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan untuk Penentuan
posisi real time secara diferensial yang menggunakan data pseudorange. Sistem ini
umumnya juga digunakan untuk penentuan posisi obyek-obyek yang bergerak. Untuk
merelisasikan tuntuan real-time nya, maka monitor station harus mengirimkan koreksi
diferensial ke pengguna secara real time dengan menggunakan system komunikasi data
tertentu. Koreksi diferensial ini dapat berupa koreksi jarak (pseudorange) maupun
koreksi koordinat. Dalam hal ini, yang umum digunakan adalah koreksi pseudorange.
Koreksi koordinat jarang digunakan, karena koreksi ini menuntut bahwa stasiun referensi
pengirim koreksi serta pengamat mengamati satelit-satelit yang sama, dimana hal ini
tidak selalu dapat direalisasikan dalam operasional lapangannya.

FAKTOR PENGARUH KESALAHAN SIGNIFIKAN PADA SISTEM GPS BUOY


Kesalahan yang cukup signifikan pada GPS Buoy, salah satunya adalah efek ayunan
antena. Efek ayunan antena merupakan kesalahan tinggi yang diakibatklan perubahanperubahan posisi antena relatif terhadap permukaan laut. Untuk memperoleh tinggi muka
air laut yang benar atau diasumsikan benar maka data sudut ayunan antenna harus
diperoleh bersamaan dengan saat-saat pengamatan GPS dilakukan. Untuk menangani
kesalahan ini maka alat GPS dapat ditambahkan dengan komponen lain yaitu tilt meter,
atau GPS Buoy disusun oleh Receiver GPS lebih dari satu.
Dalam perjalanannya dari satelit GPS ke receiver pengamat, sinyal GPS akan
dipengaruhi oleh beberapa kesalahan dan bias. Pada dasarnya kesalahan dan bias GPS
dapat dikelompokan atas kesalahan dan bias yang terkait dengan satelit (berupa kesalahan
jam satelit, ephemeris, dan selective availability), medium propagasi (berupa bias
ionosfer dan bias troposfer ), Receiver GPS (meliputi kesalahan jam receiver, kesalahan
yang terkait dengan antenna, dan noise), data pengamatan (seperti ambiguitas fase dan
cycle slip), dan lingkungan sekitar receiver gps (multipath dan imaging). Terkait dengan
sistem GPS Buoy, hal yang dapat mencolok dari jenis kesalahan dan bias ini (termasuk
dalam kesalahan signifikan) adalah kesalahan multipath, karena air (laut) bersifat

reflektif. Untuk menangani kesalahan multipath ini maka alat antena GPS disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menangkal efek multipath tersebut.

APLIKASI GPS BUOY SYSTEM

Aplikasi dari GPS Buoy System yang sekarang ini banyak kita jumpai, yaitu diantaranya
untuk pengamatan pasut lepas pantai, pengamatan pasut pantai, GPS Buoy untuk koreksi
radar altimetry, penentuan pola arus laut, Tsunami EWS, dan lain-lain.

Baru baru ini setelah terjadinya tsunami akibat gempa Aceh 2004, sistem GPS Buoy untuk
Tsunami EWS banyak diperbincangkan, kemudian setelah itu juga bahkan banyak dibangun
dibeberapa tempat sebagai bagian komponen system dari keseluruhan sistem EWS (Early
Warning System). GPS Buoy menurut hasil percobaan, dapat mendeteksi sinyal gelombang

22.Aplikasi GNSS (5)

Salah satu teknologi pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu GNSS
CORS (Global Navigation Sattelite System Continuously Operating Reference Stations).
CORS merupakan jaring kerangka geodetik aktif berupa stasiun permanen yang dilengkapi
dengan receiver yang dapat menerimasinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya, yang
beroperasi secara kontinu selama dua puluh empat jam.

RTK NTRIP merupakan metode yang berbasiskan pada carrier phase dalam penetuan
posisi secara relatif dengan tingkatketelitian mencapai satuan centimeter secarareal time.
Untuk mencapai ketelitian maksimal maka metode RTK NTRIP akan memperoleh koreksi
koordinat dari jaringan CORS melalui sinyal internet. Saat melakukan pengukuran dengan
CORS dilapangan sering ditemukan beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan pengukuran secara langsung dikarenakan GPS tidak memperoleh Fixed Solution.
Fixed Solution adalah kondisi atau keadaan dimana GPS memiliki akurasi posisi pada level
centimeter, sedangkan Float Solution adalah kondisi atau keadaan dimana GPS memiliki
akurasi posisi pada level desimeter atau meter.
Stake out adalah pengukuran yang digunakan untuk menentukan lokasi koordinat titik di
suatu lapangan. Prinsipnya adalah terbalik dengan konsep pengambilan data lapangan. Kalau
pengambilan data lapangan kita mengukur koordinat titik dari lapangan sedangkan stake out
adalah mengembalikan koordinat ke lapangan dari desain. Pada saat saat pengukuran dalam
mode float solution maka ketelitian koordinat yang dihasilkan akan menjadi tidak teliti. Pada
saat stake-out maka titik yang di stake out di lapangan akan bergeser dari titik koordinat
sebenarnya hingga fraksi meter. Sehingga, pada saat proses stake out menggunakan alat
GNSS metode RTK NTRIP diperlukan koreksi yang bersifat fixed dari stasiun CORS.
Pergeseran antara titik hasil stake out di lapangan dengan titik koordinat seharusnya
selanjutnya dihitung. Dapat diketahui kesalahan yang dilakukan pada saat pengukuran dan
toleransi kesalahan yang boleh dilakukan agar hasil stake out dianggap benar. Dari proses
hitung perataan hasil stake out juga dapat dihitung standar deviasi yang menunjukkan
kedekatan nilai stake out dengan nilai koordinat sebenarnya. Semakin kecil nilai standar
deviasi hasil stake out semakin teliti.

Hasli plot koordinat jalan dengan


Surpac 6.4.1

23.Aplikasi GNSS (6)

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PERTANIAN GIS DALAM PEMANFAATAN


PENGGUNAAAN LAHAN
Precision farming dimana factor ketepatan dalam kegiatan pertanian sangatlah penting
dan berpengaruh dalam produksi pertanian. Presisi ini mulai dari penanaman, pemberian
pupuk, pemberantasan hama, sampai dengan pemanenan. Dengan menggunakan GPS
maka keakuratan dalam penanaman, pemupukan, dan penyemprotan pestisida akan lebih
akurat terhindar dari overlapping sehingga dapat menekan biaya. Selain itu, petani juga
tidak harus membuat tanda2 untuk menandai mana yang sudah ataupun yang belum
(cukup lihat jalur virtual di GPS). Dalam pelaksanaannya GPS ditempatkan pada mesinmesin bergerak (sejenis traktor untuk pembajak, penyemprot, penebar pupuk). Bersama
dengan sensor/alat lain, data lain juga dapat dikumpulkan: kelembaban tanah, keasaman,
salinity, kedalaman tanah untuk sebagai bahan analisa GIS nantinya. Saat ini GPS
memiliki resolusi yang cukup baik: untuk yang navigasi sekitar 10-20m, differential GPS
(dGPS) 2-5m, sedangkan yang real-time (RTK) GPS bisa sampai 5 cm.
Precicion farming seperti di atas tentunya membutuhkan biaya mahal dan sulit untuk
diaplikasikan di negara kita. Mobile phone yang banyak dimiliki masyarakat, saat ini
banyak yang telah dilengkapi dengan GPS (in-built). Dengan biaya yang murah,
teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi pertanian, selain juga
sebagai wahana meningkatkan pengetahuan spatial para petani kita. Sebuah penelitian
dilakukan oleh Guan et al (2006) menyebutkan bahwa GPS-enabled mobile phone dapat
digunakan untuk membantu para petani dalam mengelola lahannya (studi kasus lahan
tebu). Dalam penelitian ini, mobile phone diintegrasikan dengan database central melalui
internet. Sehingga petani dapat melakukan input data pada database dari lapangan
langsung. Dari sini kemudian data-data ini di olah di central database dengan data lain

menggunakan GIS untuk keperluan analisa yang lain. Hasil penelitian menyebutkan
standard deviasi dari error GPS sebesar 14.6 m dan diperlukan 1-2 menit untuk proses
perekaman data melalui cellular phone. Hal ini dimaklumi mengingat kekuatan GPS pada
mobile phone yang masih standar serta kecepatan internet (wireless) yang terbatas. Akan
tetapi untuk data2 yang tidak memerlukan tingkat presisi koordinat yang tinggi, GPSenabled mobile phone layak dijadikan pilihan. Data yang dapat diupdate secara otomatis
meliputi cuaca, persil tanah yang sedang di kerjakan, koordinat secara umum, elevasi,
tanggal/jam. Data lain yang bisa diinputkan secara manual berupa jenis pekerjaan, jenis
pupuk, tanaman, jumlah pekerja, dll. Semua data ini tentunya sangat membantu bagi
petani dalam management lahan mereka secara sistematis dan efficient.
Mobile-phone yang saat ini banyak dimiliki masyarakat, selain memiliki GPS juga ada
yang sudah dapat di install peta digital didalamnya. Hal ini tentu lebih memudahkan lagi
karena tidak perlu koneksi internet dalam pelaksanaan pengukuran. Secara manual hal itu
juga bisa dilakukan. Misalnya dengan merekam posisi koordinat pada GPS kemudian
memplotkannya pada peta kertas. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting.
Pemerintah dapat membangun aplikasi webmapping yang memingkinkan para petani
melihat dan mengupdate sendiri data pertanian mereka di website central. Data ini sangat
bermanfaat bagi petani dan juga pemerintah. Pemerintah pun akan lebih mudah
mengkomunikasikan arahan kebijakan kepada petani melalui media online tersebut

24.Aplikasi GNSS (7)

Aplikasi Navigasi GPS Navigation and Maps

Gps Navigation and Map untuk Android adalah aplikasi navigasi untuk kendaraan.
Memiliki fitur seperti GPS mobile, dapat memberikan arah dan memberitahu arah
belokan dengan suara. Bisa di install di smartphone dan tablet sebagai alat penunjuk
jalan.

Apa manfaat GPS Navigation and Map ini


1) Misalnya pergi bersama teman atau keluarga ke luar kota. Kebetulan baru pertama kali
menuju ke satu kota. Ketika melewati jalan bisa saja pengemudi melewatkan tikungan
yang mengarah ke tujuan dan berakhir salah jalan dan menanyakan ke penduduk
setempat. Akhirnya harus balik kembali untuk mengambil jalan yang menuju kota
tujuan.
2) Atau ketika berkendara ternyata tute yang diambil telah terjadi banjir sampai jalan
ditutup. Sementara kendaraan sedang menuju kesana. Dengan mencari rute jalan
berbeda, pengemudi bisa mencari jalur alternatif melalui peta di smartphone.
3) Alat ini juga memberikan berapa jarak yang akan ditempuh. Misalnya ketika
melakukan perjalan ke kota tujuan. Bisa diperhitungkan berapa bahan bakar yang
diperlukan.
4) Aplikasi navigasi Gps Navigation and Map dapat memberikan arahan dengan suara,
seperti arah berbelok ke kiri dan ke kanan, termasuk perkiraan berapa meter tikungan
kendaraan anda untuk berbelok.
Aplikasi ini dikembangkan dari teknologi Skobbler GmBH menyediakan map offline
untuk navigasi di mobil atau sebagai petunjuk jalan ketika berjalan kaki. Skobbler
mengunakan sistem vektor untuk gambar peta.

Apa keunikan dari Gps Navigation and Map.


Aplikasi mengunakan peta yang dapat di download offline. Untuk pengunaan di satu
negara, aplikasi ini akan mendownload langsung sebuah peta offline. Jadi satu negara
disediakan satu peta praktis sebagai peta navigasi. Misalnya untuk Indonesia, setelah
membuka aplikasi maka akan diambil file sebesar 50MB.
Rute yang diberikan dapat menunjukan jarak dan alternatif rute yang dipilih.
Pengunaan aplikasi sangat mudah, tinggal di click arah yang dituju dan tekan Route.
Maka peta jalan akan di gambar dalam 2D peta GPS dan 3D untuk navigasi
pengemudi.
Memiliki fitur peta 3D agar pengemudi lebih mudah melihat jalan yang akan dilalui di
depan

Tahap mengunakan Gps Navigation and Maps


1) Click posisi arah jalan yang dituju.
2) Selesai di tandai, maka rute jalan akan digambar dalam bentuk peta di layar
smartphone atau tablet
3) Bila rute jalan memiliki beberapa alternatif, bisa di click di kiri bawah terdapat tanda
panah ke arah atas. Nantinya aplikasi akan menghitung kemungkinan rute lain yang
bisa dilalui.
4) Click di tanda panah paling kiri di layar untuk sistem navigasi dengan suara " Turn by
Turn Navigation "

25.Aplikasi GNSS (8)

STUDI IONOSFER MENGGUNAKAN GPS


Satelit GPS memancarkan sinyal-sinyal gelombang elektromagnetik yang sebelum
diterima oleh antena receiver GPS akan melewati medium lapisan-lapisan atmosfer yaitu
ionosfer dan troposfer. Dalam kedua lapisan ini, sinyal GPS akan mengalami gangguan
(bias), Bias yang disebabkan oleh adanya lapisan troposfer dan ionosfer ini ditambah
dengan kesalahan orbit dan waktu akan menyebabkan kesalahan pada ukuran jarak dari
satelit GPS ke antena receiver, yang akan menyebabkan kekurang telitian pada penentuan
posisi pengamat. Oleh karena itu estimasi besaran bias troposfer dan ionosfer perlu
dilakukan untuk memperoleh hasil posisi yang lebih teliti.

Informasi tentang karakteristik ionosfer dalam suatu wilayah, yang biasanya diwakili
oleh karakteristik TEC (Total Electron Content), akan sangat berguna untuk beberapa hal,
seperti untuk telekomunikasi, penentuan posisi dengan satelit, dan kedirgantaraan
[ Abidin,1999 ]. Secara definisi, TEC adalah jumlah elektron dalam kolom vertikal
(silinder) berpenampang 1 meter persegi sepanjang lintasan sinyal dalam lapisan ionosfer.
Penentuan TEC dengan GPS pada dasarnya adalah suatu inverse problem dari
penentuan posisi dengan GPS, dalam hal ini dengan menggunakan receiver GPS tipe
geodetic dual frekuensi pada titik yang telah diketahui koordinatnya kita akan dapat
menghitung besarnya TEC dalam arah pengamatan-pengamatan satelit GPS. Model
matematika untuk penentuan TEC dapat diturunkan dari persamaan pengamatan
pseudorangge dua frekuensi atau dari persamaan carrier phase dua frekuensi. Dalam hal
ini TEC yang dihitung adalah TEC vertikal [Abidin, 1995].
GPS merupakan tools yang potensial dalam melakukan studi ionosfer dibandingkan
dengan teknologi lain yang telah digunakan, misalnya radiosonde. Teknologi GPS
memiliki potensi besar untuk menentukan nilai TEC terutama untuk wilayah yang cukup
luas dan banyak tertutup air seperti indonesia [ Abidin, 1995 ]

Studi Karakteristik Ionosfer di Indonesia dengan GPS


LAPAN merupakan lembaga yang cukup banyak melakukan studi karakteristik
ionosfer di wilayah Indonesia. Model ionosfer yang telah dibuat diantaranya model
ionosfer lintang rendah Indonesia dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan fungsi
basis radial (JFBR) untuk parameter frekuensi kritis lapisan F ionosfer (foF2) dari data
hasil pengamatan vertikal di sekitar Indonesia (Buldan Muslim dkk, program terpadu
PUSFAT SAINSA tahun 2001).
Dengan adanya teknologi Global Positioning System (GPS) yang menjadi perangkat
baru yang cukup efektif dalam melakukan studi ionosfer, maka LAPAN kemudian
bekerjasama dengan KK Geodesi ITB mulai melakukan studi karakteristik ionosfer di
Indonesia dengan menggunakan GPS. Data-data GPS diperoleh dari stasiun-stasiun GPS
kontinyu yang ada di Indonesia, diantaranya stasiun BAKO di Cibinong, PARE di Pare
pare Sulawesi Barat, kemudian stasiun KOEP di Kupang Nusa Tenggara Timur, SAMP di
Sampali Medan Sumatera utara, dan di beberapa stasiun lainnya. Meskipun data stasiun
yang ada belum bisa mengcakup area regional Indonesia, namun diharapkan dengan data
GPS ini, kita dapat melakukan studi awal mengenai karakteristik Ionosfer di Lintang
rendah yaitu kawasan Indonesia. Seperti telah disebutkan di atas, cukup banyak manfaat
yang
dapat
diperoleh
dengan
melakukan
studi
ionosfer
ini.
Sampai dengan saat ini masih dilakukan proses pengolahan data, kemudian nantinya akan
dibuat model ionosfer wilayah Indonesia hasil dari inversi data GPS.

26.Aplikasi GNSS (9)

TEKNIK PEMANTAUAN DEFORMASI GUNUNG API DENGAN GPS


GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada
pengamatan satelit-satelit Global Positioning System [Abidin, 2000 Hofmann-Wellenhof
et al., 1997]. Prinsip pemantauan ground deformation pada tubuh gunungapi dengan
survei GPS yaitu dengan cara menempatkan beberapa titik di beberapa lokasi yang
dipilih, ditentukan koordinatnya secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS.
Dengan mempelajari pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari
survei yang satu ke survei berikutnya, maka karakteristik ground deformation pada tubuh
gunungapi akan dapat dihitung dan dipelajari lebih lanjut.
Pemantauan ground deformation gunung api dengan menggunakan GPS pada
prinsipnya dapat dilakukan secara episodik atau kontinyu. Dalam pengamatan secara
episodik, koordinat dari beberapa titik GPS yang dipasang pada gunung api, ditentukan
secara teliti menggunakan metode survey GPS. Koordinat titik-titik ini ditentukan dalam
selang periode tertentu secara berkala dalam selang waktu tertentu, dan dengan
menganalisa perbedaan koordinat yang dihasilkan untuk setiap periode, maka
karakteristik deformasi dari gunung api dapat ditentukan dan dianalisa
Pemantauan deformasi secara kontinyu secara prinsip sama dengan pemantauan
deformasi secara episodik, yang membedakannya hanya aspek operasional dari
pemantauan. Dalam pemantauan deformasi secara kontinyu koordinat dari titik-titik GPS
pada gunungapi ditentukan secara realtime dan terus menerus dengan sistem yang
disusun secara otomatis. Agar metode ini dapat dilakukan maka diperlukan komunikasi
data antara titik-titik GPS pada gunungapi dan stasiun pengamat.

PRINSIP PEMANTAUAN DEFORMASI BENDUNGAN BERBASIS GPS/GNSS


GNSS-CORS, merupakan kependekan dari Global Navigation Satellite System yaitu
sistem jaringan satelit navigasi global dan Continuously Operating Reference Stations
yaitu stasiun pengelola titik kontrol dasar moderen sebagai referensi penentuan posisi
untuk pengukuran dan pemetaan yang bersifat aktif, terus menerus dan dapat diakses
secara real time dan dapat diakses oleh siapapun yang membawa receiver GNSS dengan
spesifikasi tertentu. GNSS-CORS melayani pengguna yang melakukan pengukuran
berbasis GNSS (GPS, GLONASS) dengan metode deferensial post procesing dan RTK.

Prinsip pemantauan deformasi bendungan berbasis GPS/GNSS yaitu dengan


menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi yang dipilih disekitar bangunan
bendungan,dan secara periodis dilakukan pengamatan koordinat titik pantau tersebut
secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS. Dengan mengamati dan
mempelajari pola serta kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik pantau tersebut dari
survei yang satu ke survei berikutnya secara berkala, akan dapat dihitung karakteristik
deformasi dari bendungan tersebut.
GPS memberikan nilai vektor deformasi bendungan dalam tiga dimensi yaitu dua
komponen horisontal dan satu komponen vertikal. GPS memberikan nilai vektor
deformasi bendungan dalam suatu sistem koordinat referensi yang tunggal. Metode itu
memungkinkan GPS dapat digunakan untuk memantau pergerakan bendungan secara
efektif dan efisien. GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat presisi
sampai beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara spasial maupun secara
temporal. Dengan tingkat presisi yang tinggi dan konsisten ini maka diharapkan besarnya
deformasi pada tubuh bendungan dengan nilai geometrik yang kecil sekalipun akan dapat
terdeteksi dengan baik.
Karakteristik dari deformasi bendungan yang diperoleh dari survei GPS yang
dilaksanakan di Jatiluhur ini selanjutnya dapat diintegrasikan dengan data-data hasil
penelitian deformasi menggunakan metoda pengamatan lainnya untuk dibuatkan model
deformasi yang terjadi, untuk selanjutnya model ini dijadikan input upaya pemeliharaan
bendungan.
integrasi data-data pemantauan dilakukan sehingga hasil akhir dari pola deformasi
yang terjadi diharapkan akan diperoleh dengan lebih baik, sehingga memberikan input
yang tepat bagi upaya perawatan dan pemeliharaan bendungan jatiluhur.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE InSAR DAN GPS DALAM


MEMANTAU DEFORMASI
1)
2)
3)

4)

metode survei GPS mempunyai kemampuan untuk mempelajari deformasi gunung


api dengan ketelitian relatif(vektor pereseran titik) yang cukup tinggi
pelaksanaan metode survei GPS di kawasan gunung api dengan lingkungan alam
yang relatif keras memerlukan banyak sumber daya manusia, pelaksanaannya
relatif tidak murah, serta memerlukan perencanaan operasional yang baik
implementasi metode INSAR untuk pemantauan deformasi gunung api memerlukan
pasangan citra yang optimal, baik dari segi geometrik dan radiometrik, juga
diperlukan DTM (digital terrain model) yang reiatif teliti dan kawasan gunung api
yang dipantau
untuk pemantauan deformasi gunung api, metode INSAR punya potensi yang baik
untuk gunung api yang relatif besar atau mempunyai kaldera yang luas, dan
vegetasinya relatif minim. Untuk gunung api yang relatif kecil dan dipadati
vegetasi, metode INSAR sulit untuk digunakan karena tingkat koherensinya yang
relatif rendah

5)

pengintegrasian metode survei GPS dan metode IN SAR untuk memantau


deformasi gunung api sebaiknya memperhatikan kelebihan dan kelemahan dari
masing-masing metode. (Raharui)

27.Aplikasi GNSS (10)

GPS merupakan sistem satelit navigasi dan penentuan posisi. Sistem ini didesain untuk
memberikan posisi dan kecepatan 3D serta informasi mengenai waktu, secara kontinu di
seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca. GPS banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah
dilengkapi dengan GPS untuk alat Bantu navigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa
digunakan untuk memandu pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana
yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu penggunaan GPS
yang cukup banyak digemari saat ini adalah di bidang olahraga.
Fungsi penggunaan GPS yang dimaksud adalah sebagai penyimpan data kegiatan
olahraga, seperti waktu dan lokasi. Nantinya fungsi ini akan menjadi input bagi aplikasi.
Seperti yang diketahui dengan berkembangnya teknologi terutama dalam bidang software
development, mulai bermunculan library yang menyediakan solusi dalam satu paket. Salah
satu library yang populer ini adalah .Net Framework.
Dari data-data GPS tersebut dapat diketahui jarak yang ditempuh, kecepatan rata-rata,
total waktu yang dihabiskan, jumlah kalori yang terbakar, dan rute yang ditempuh dari suatu
kegiatan olahraga. Pada buku laporan ini juga terdapat user manual yang akan menjelaskan
bagaimana cara penggunaan dari aplikasi yang dibuat ini.

28.Aplikasi GNSS (11)

Selama ini masyarakat sudah menggunakan teknologi GPS untuk sistem navigasi darat,
udara dan laut dan beberapa orang/perusahaan sudah menerapkan teknologi GPS + GSM
untuk memonitor pergerakan kenderaan mereka yang lebih dikenal sebagai GPS Tracking.
Namun GPS juga mampu menjadi alat mitigasi gempa bumi juga yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Mekanika Gempa bumi


Gempa bumi diyakini memiliki siklus perulangan yang dalam bahasa bule dikenal
dengan istilah earthquake cycle. Perulangan gempabumi ini mengindikasi gempabumi
yang zaman dahulu pernah terjadi akan terjadi lagi dimasa yang akan datang. Bentuk
analisa perulangan gempabumi bisa dilakukan dengan mempelajari naskah gempa bumi
zaman dulu, studi terumbu karang microatoll, paleo-tsunami, dan lain-lain. Dalam satu
siklus gempa bumi terdapat beberapa mekanisme tahapan terjadinya gempa bumi,
diantaranya yaitu tahapan interseismic, pre-seismic, co-seismic, dan post-seismic
(Natawidjaja, 2004). Sementara itu, bentuk analisis tahapan gempa bisa tandai dengan
adanya deformasi atau pergerakan lempeng bumi dengan pola tertentu. Deformasi atau
pergerakan lempeng bumi ini bergeraknya sangat lambat sekali (0,5-6 cm/tahun) dan
hanya bisa diamati menggunakan GPS Geodetik. Contoh yang paling dekat adalah
pengamatan deformasi akibat gempa Aceh 2004.

Deformasi Akibat Gempa Aceh 2004


Nagoya University, ITB, BPPT, LIPI bekerjasama dengan Lab. Geofisika Jurusan
Fisika Unsyiah melaksanakan Survey GPS geodetik di seluruh kawasan Aceh pada bulan
Feb-Maret 2005 sampai sekarang. Survey itu dilakukan untuk mengamati perubahan
muka tanah/deformasi setelah gempa besar 2004. Pengukuran dilakukan pada titik ukur
(benchmark) BPN dan Bakosurtanal, hasil pengukuran 2005 dibandingkan dengan hasil
pengukuran sebelum 2004 (data BPN dan Bakosurtanal) sehingga bisa dilihat
deformasinya sesuai dengan gambar di bawah

Gambar 1. Vektor deformasi Aceh setelah gempa 2004 (Irwan, et al, 2005)
Setelah gempa 2004, kawasan Aceh bergeser ke arah Barat daya sejauh 0,7 meter 2,7
meter. Konon katanya pergerakan ini sangat berguna dalam upaya mitigasi bencana alam
gempa bumi, namun bagaimana caranya?
Lempeng Indo-Australia bergerak dengan kecepatan 4-5 cm/tahun di bagian Sumatra
dan 7 cm/tahun di Jawa dan Bali (Simmons et al., 2007), bergerakan yang menyodok
lempeng Eurasia ini membuat lempeng Eurasia tempat pulau Sumatra duduk terdorong ke
utara. Apabila posisi/koordinat Aceh sudah berada pada koordinat mendekati sebelum
2004 maka diduga akan terjadi gempa lagi seperti Desember 2004. Itu sebabnya
pengukuran GPS geodetik bisa diaplikasikan dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi.
Selain upaya mitigasi dengan cara membandingkan koordinat, nilai pergerakan dari data
GPS juga bisa digunakan untuk menghitung nilai stress (tegangan) dan strain (regangan)
pergerakan lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia. Nilai stress dan strain ini juga bisa
digunakan dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi.

29.Aplikasi GNSS (12)

GPS Pada Transportasi

Untuk apa tujuan Amerika Serikat membuat sistem GPS yang notabene telah
memakan biaya sangat besar untuk biasa pembuatan, pengoperasian dan perawatan.
Tentunya bukan tanpa manfaat, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari sistem
navigasi GPS bagi masyarakat seluruh dunia dan khususnya bagi pemerint Amerika
Serikat itu sendiri.

GPS untuk Navigasi


Dalam kebutuhan berkendara sistem GPS pun sangat membantu manusia, dengan
adanya GPS Tracker terpasang pada kendaraan maka akan membuat perjalanan
semakin nyaman karena arah dan tujuan jalan bisa diketahui setelah GPS mengirim
posisi kendaraan kita yang diterjemahkan ke dalam bentuk peta digital.

GPS untuk Sistem Pelacakan Kendaraan


Fungsi ini hampir sama dengan navigasi, jika dalam navigasi menggunakan
perangkat penerima sinyal GPS berikut penampil titik koordinatnya dalam satu
perangkat, sedangkan untuk kebutuhan sistem pelacakan adalah alat penampil dan
penerima sinyal berbeda lokasi. Contohnya kita bisa mengetahui lokasi kendaraan
yang hilang dengan melihat titik kordinat yang dihasilkan dari alat yang terpasang
dalam kendaraan tersebut, untuk melihatnya bisa melalui media smartphone atau alat
khusus lainnya.

GPS Untuk Pengatur dan Pengoperasian Transportasi


Fungsi GPS ini digunakan dalam pengaturan lalu lintas kereta untuk menentukan
jalur yang harus dilalui kereta sehingga mengurangi resiko kecelakaan.Selain itu,
transportasi udara sangat membutuhkan bantuan sistem komputer. Sistem komputer
yang ada di ruang pilot digunakan untuk mengendalikan pesawat. Mulai dari lepas
landas, saat terbang, sampai saat pendaratan.Dengan sistem komputer, pilot dapat
mengatur kendali pesawat, menentukan posisi pesawat, menghitung ketinggian,
mengatur kecepatan, mengetahui bahan bakar, bahkan mendeteksi secara dini keadaan
cuaca yang dapat membahayakan pesawat terbang.

30.Aplikasi GNSS (13)

Seiring semakin populernya penggunaan ponsel pintar (smartphone) dalam beberapa


tahun terakhir, navigasi perjalanan berbasis GPS mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Saat ini pengguna smartphone dimanjakan dengan kemudahan menjelajahi rute
perjalanan dimana saja dan kapan saja baik secara offline maupun online. Berbagai pilihan
aplikasi, baik yang gratis maupun berbayar banyak tersedia di Android TM playstore, AppleTM
store, BlackberryTM world, NokiaTM store dan sebagainya. Sebut saja beberapa aplikasi
navigasi perjalanan online yang populer seperti: Google Navigation, Waze, Sygic adalah
aplikasi android yang angka terunduh-nya sangat fantastis. Tak kalah populer adaalah
aplikasi navigasi perjalanan offline seperti: Navitel, Papago, Orux dan sebagainya. Berbagai
komunitas pecinta navigasi perjalanan berbasis GPS pun bermunculan, mulai dari yang
iseng hingga yang serius. Tak sedikit pula komunitas yang membuat peta navigasi sendiri.
Contoh situs komunitas yang membuat peta navigasi sendiri adalah malsingmaps.com
(Malaysia dan Singapura) dan navigasi.net (Indonesia).
Navigasi perjalanan berbasis GPS pada awalnya dikenal oleh konsumen melalui produk
perangkat GPS yang khusus didesain untuk navigasi yang dikenal dengan sebutan GPS
otomotif (automototive GPS). Perangkat ini biasanya bekerja dengan menggunakan bantuan
data peta navigasi atau yang lebih dikenal dengan istilah digital route map (DRM). Pada
tahun 2006 beberapa produsen mobil terkemuka mulai memperkenalkan penggunaan
teknologi ini di Indonesia saat mereka menyertakan opsi navigasi GPS pada paket penjualan
mobilnya.
Penentuan posisi pada sistem navigasi berbasis GPS secara teoritik dilakukan dengan
metode absolute positioning atau yang juga dikenal dengan istilah standard positioning
service (SPS) dimana posisi pengguna ditentukan dengan menggunakan satu receiver
dengan mengamat minimal 3 satelit untuk posisi 2D atau 4 satelit untuk posisi 3D. Metode
positioning ini berdasar pada prinsip pemotongan ke belakang berdasar jarak hasil
pengamatan GPS menggunakan metode pseudoranging (menggunakan sinyal kode C/A
GPS). Jika pseudoranging dilakukan pada kondisi ideal maka kesalahan yang terjadi adalah
sekitar 3 meter. Pada kenyataannya pseudoranging tidak lepas dari kesalahan akibat medium

perambatan sinyal (atmosfer), kesalahan orbit satelit, derau receiver dan sebagainya
sehingga akurasinya bisa turun hingga 15 meter. Dengan demikian, pada dasarnya akurasi
penentuan posisinya berkisar pada angka 3-15 meter. Namun, pada pelaksanaannya aplikasi
navigasi berbasis GPS memanfaatkan algoritma matematika khusus untuk mengintegrasikan
posisi dari GPS ke dalam jaringan jalan. Fitur ini analoginya mirip dengan fasilitas OSNAP
pada perangkat lunak computer aided drawing (CAD) dimana setiap kita mengarahkan
kursor maka sistem akan mengasosiasikan lokasi pointer kepada obyek terdekat (garis,
perpotongan garis, dan sebagainya). Pendeknya, selama inakurasi posisi yang diberikan GPS
masih berkisar 3-15 meter maka aplikasi akan mengasosiasikan kendaraan pada
jalan/pertigaan/perempatan yang terdekat.

Você também pode gostar