Você está na página 1de 3

Nama : Toga Clinton Sihotang

NIM
: 04161073
Prodi
: Teknik Elektro
Gugus : Bulungan

ASEAN Economic Community (AEC)


ASEAN Economic Community (AEC) adalah bentuk integrasi Ekonomi ASEAN yang
dilaksanakan untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya
saing kawasan secara keseluruhan dipasar dunia, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi
kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk Negara Anggota ASEAN.
Pada saat ini AEC sudah berlaku sehingga alur perdagangan , modal dan SDM (Sumber Daya
Manusia ) akan lebih mudah bererdar dikawasan ASEAN terutama di Negara Kita , Republik
Indonesia. Peluang Kesempatan kerja seluas-luasnya akan terbuka bagi warga Negara ASEAN, para
warga Negara akan dapat bebas keluar dan masuk dari suatu Negara ke Negara lain mendapatkan
pekerjaan
tanpa
adanya
hambatan
dari
Negara
yang
dituju.
Indonesia sebagai salah satu Negara anggota ASEAN harus turut ambil bagian dalam AEC
dengan harapan menjadi negari yang paling Sukses dalam AEC ini. Dalam persiapannya, Indonesia
telah melakukan banyak persiapan dalam mengimbangi arus investasi, modal, produk, dan tenaga kerja
yang masuk dengan lebih aktif dalam melakukan ekspor. Ditinjau dari sector tenaga kerja, Negara kita
perlu memperhatikan dan perlu meningkatkan produktivitas Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber
Daya Manusia (SDM). Terutama SDM Indonesia yang masih tertinggal bila dibandingkan dengan
SDM di beberapa Negara ASEAN lainnya. Dalam hal ini peran generasi muda dalam berkontribusi
dalam AEC sangat dibutuhkan, terutama bagi pelajar dan mahasiswa yang merupakan pengenyam
pendidikan. Mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif, tidak hanya dalam kemampuan berpikir secara
kognitif, namun juga analitis dengan keadaan Indonesia di masa mendatang.
Roda pemerintahan Indonesia,suatu saat akan dilanjutkan oleh mahasiswa maka sudah
seharusnya mata dan pikiran para mahasiswa terbuka terhadap informasi-informasi yang sedang
bergulir di seluruh dunia. Selain dituntut memiliki pengetahuan umum yang luas, mahasiswa juga harus
dapat berpikir kritis terhadap peluang-peluang yang dapat menguntungkan bangsa Indonesia dalam
persaingan bebas komunitas ASEAN . Pada dasarnya, dalam persaingan bebas tersebut, tentu saja
negara kuat yang dapat menguasai pasar-pasar dan mendapatkan keuntungan lebih terhadap kegiatan
ini dibandingkan dengan negara lemah. Namun, untuk mengetahui peluang-peluang yang ada,
mahasiswa yang unggul dalam kemampuan akademik juga harus meningkatkan kemampuan
linguistiknya atau berbahasa dengan baik. Bukan hanya menguasai bahasa Negara sendiri tetap harus
juga menguasai dan meningkatkan kemampuan bahasa asing seperti Bahasa Inggris dan Bahasa
Mandarin. Softskill dan Kemampuan Entrepreneurship Tidak kalah pentingnya juga bagi mahasiswa
atau setiap elemen masyarakat. Sebab di dunia kerja yang akan digeluti oleh alumnus perguruan tinggi
tidak bisa diarungi dengan hanya mengandalkan ilmu dari perkuliahan dan indeks prestasi yang tinggi.
Ada elemen yang lain yang tidak kalah penting, yakni kemampuan soft skill. Kemampuan soft
skill adalah suatu kemampuan, bakat, atau keterampilan yang ada di dalam diri setiap manusia. Soft
skill dapat dikatagorikan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, tutur bahasa, kebiasan, keramahan dan
optimasi. Untuk mendapatkan keahlian-keahlian tersebut, mahasiswa harus mempunyai minat terhadap
organisasi serta aktif di dalamnya. Organisasi merupakan sebuah wadah bagi sekelompok orang yang
mempunyai tujuan yang sama. Di dalam organisasi, seseorang dapat mengembangkan kemampuan
mereka dalam berkomunikasi, bekerja sama dan mengambil keputusan melalui sebuah pemecahan
masalah untuk mencapai tujuan bersama.
Saat ini di butuhkan generasi muda yang mempunyai jiwa entrepreneur atau wirausaha. Tentu
akan disayang jika lulusan perguruan tinggi hanya memanfaatkan momentum AEC untuk mencari
pekerjaan. Banyak peluang di sekitar mahasiswa yang bisa dimanfaatkan. Untuk mengoptimalkan
peran mahasiswa dalam dunia wirausaha, pemerintah perlu memberikan fasilitas kepada mahasiswa
yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan untuk memulai berwirausaha dengan basis ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang dipelajarinya. Fasilitas yang diberikan bisa berupa pelatihan
kewirausahaan.

ASEAN Economic Community (AEC) harus dijadikan kesempatan bukan menjadi ancaman
Karena sejatinya bila ditinjau AEC merupakan sebuah gagasan yang mampu mendorong negara
berkembang menjadi lebih kedepan. Oleh karena sebagai mahasiswa belum terlambat untuk
mempersiapkan diri lebih matang lagi dalam menghadapi AEC sehingga warga / masyarakat dapat
hidup lebih sejahtera. karena mahasiswa sejatinya adalah dari masyarakat untuk masyarakat.

Perbedaan Mahasiswa dan Siswa

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang dimaksud dengan Siswa adalah {n/
sis-wa, murid (terutama pada tingkat dasar dan menengah); pelajar:-- SMA.} Sedangkan Mahasiswa
adalah {n/ ma-ha-sis-wa, orang yang belajar di perguruan tinggi ; ke-ma-ha-sis-wa-an, seluk beluk
mahasiswa; yang bersangkutan dengan mahasiswa: Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan.} dan Adapun kata Maha dalam KBBI lebih diartikan sebagai {n/ma.ha,
bentuk terikat; sangat; amat; teramat}. Siswa mudahnya dikenal sebagai peserta didik di lingkungan
SD, SMP, SMA. Dan Mahasiswa sebagai peserta didik di Perguruan Tinggi. Perlu diketahui
bahwasanya siswa lebih identik masih diberikan arahan-arahan oleh guru dalam proses pembelajaran
setiap harinya, namun mahasiswa dianggap telah dewasa dan bertanggung jawab atas apa yang
mahasiswa lakukan dan pikirkan. Sebagai contoh dapat dilihat dari kehadiran peserta didik dikelas.
Siswa sering kali mendapat perhatian lebih, berbeda bila sudah menjadi mahasiswa untuk kehadiran
ataupun kelulusan menjadi tanggung jawab pribadi. Tak bisa dipungkiri, sering kali hal ini yang kadang
malah didambakan para siswa saat menjadi mahasiswa, kebebasan individu.

Mahasiswa adalah seseorang yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. dan dalam arti yang lebih
luas, mahasiswa adalah agen perubahan atau agent of change yang mengemban tanggung jawab besar
untuk memperjuangkan kepentingan bangsa. Bangku kuliah sangatlah berbeda dengan bangku sekolah.
Di Perguruan Tinggi biasanya seseorang dianggap telah dewasa dan bertanggung jawab dengan segala
yang mereka lakukan. Sehingga hadir tidak hadir di kelas tidak akan ditegur oleh dosen. Lulus tidak
lulus menjadi urusan pribadi. Biasanya setiap Mahasiswa memiliki seorang dosen pembimbing yang
tugas dan fungsinya mirip seperti wali kelas di bangku sekolah. Menjadi Mahasiswa juga sangat
diharuskan untuk mulai belajar mengatur waktu. Tidak seperti siswa yang menjadi tanggung jawab
guru. Mungkin pada saat di sekolah siswa sering membayangkan enaknya menjadi seorang mahasiswa
adalah karena jam belajar bisa kita atur sendiri atau jam belajar yang tidak sepadat saat sekolah yang
sudah terjadwal.
Pada bangku sekolah, siswa biasanya bersifat lebih pasif meskipun pada saat ini siswa dituntut
lebih aktif, sementara guru yang lebih aktif. Siswa lebih banyak berperan penerima ilmu pengetahuan,
dengan hanya mendengar sementara guru dianggap sebagai pemberi ilmu pengetahuan. Di perguuan
tinggi, mahasiswa menjadi pusat pembelajaran, dosen lebih banyak mengharapkan mahasiswa aktif
dalam mencari ilmu pengetahuan, sementara itu dosen berfungsi sebagai fasilitator yang membantu
mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati. Sumber informasi tentang ilmu yang

dipelajari juga beragam dan itu disediakan di perpustakan ditambah lagi adanya sumber informasi
lebih cepat dan mudah di jangkau yaitu internet.
Tugas akademik di pergurtuan tinggi itu lebih sulit daripada tugas akademik di sekolah
menengah. Pada saat proses pembelajaran, siswa biasanya diminta untuk merangkum isi sebagian buku
atau mengerjakan latihan yang ada di dalam buku teks. Di perguruan tinggi, Mahasiswa diminta untuk
berfikir dalam tataran yang lebih tinggi, menganalisa suatu persoalan dan menuliskan analisa tersebut
dalam bentuk makalah ataupun laporan. Ini berarti mahasiswa harus bekerja lebih keras dan lebih
lama. Siswa sekolah menengah biasanya belajar selama 2 sampai 3 jam setiap minggu untuk setiap
mata pelajaran. Di perguruan tinggi, untuk setiap mata kuliah, mahasiswa diharuskan perlu belajar 5,5
jam atau lebih untuk setiap jam kuliah, Karena mahasiswa di tuntun belajar dalam belajar 50 menit
didalam kelas, 60 menit mandiri dan 60 menit terstruktur tiap sks.
Tes atau ujian di sekolah menengah diberikan cukup sering dan meliputi sejumlah kecil
informasi/materi pelajaran. Ujian atau tes di perguruan tinggi lebih jarang diberikan dan mencakup
materi/infomasi yang lebih banyak. Umumnya ujian diberikan dua kali, di tengah semester dan di
akhir semester. Begitu banyak perbedaan mahasiswa dan siswa, pada saat ini kita sudah mahasiswa
mari kita tinggalkan sifat buruk pada masa bangku persekolah dan beranjaklah menjadi mahasiswa
yang mampu membawa perubahan di negeri tercinta kita ini yaitu Republik Indonesia

Você também pode gostar