Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. PENDAHULUAN
Saat ini kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan masih sangat
kurang. Jumlah orang yang pergi ke rumah sakit untuk tujuan melakukan pemeriksaan
kesehatan masih sedikit. Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat kurang peduli
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin adalah faktor ekonomi. Melakukan
pemeriksaan kesehatan di rumah sakit masih dianggap sebagai sebuah tindakan
pemborosan, karena selain biayanya yang relatif mahal juga fasilitas untuk itu umumnya
hanya ada di kota-kota besar.
Pemantauan parameter penting pada kondisi yang sangat serius, sejumlah rumah sakit
telah memiliki alat ukur dengan sistem terpadu seperti mesin anestetik. Pemeriksaan
menggunakan mesin anastetik membutuhkan biaya yang relatif mahal karena mesin ini
hanya terdapat di rumah sakit yang memilki fasilitas lengkap. Masyarakat semakin tidak
peduli untuk memeriksakan kesehatan tubuhnya secara rutin.
Rahmawati, dkk., (2012) telah melakukan penelitian yang terkait dengan pembuatan alat
ukur temperatur tubuh manusia. Dalam penelitian tersebut digunakan sensor LM35DZ
yang mengonversi temperatur tubuh menjadi tegangan listrik. Hasil pengukurannya
ditampilkan dalam bentuk tampilan digital dan keluaran suara.
Penelitian tentang pembuatan tensimeter digital telah dilakukan oleh Marnis (2009)
dengan menggunakan sensor tekanan tipe MPX2100DP dan mikrokontroler AT89S51,
dan Yazid dan Harjoko (2011) dengan sensor tekanan tipe MPX2050GP dan
mikrokontroler ATmega32. Penelitian tentang pembuatan alat ukur detak jantung telah
dilakukan Faisal (2008) dengan menggunakan sensor fotodioda berbasis mikrokontroler
AT89S52.
Alat ukur yang dihasilkan oleh penelitian Rahmati, dkk, Marnis, Yazid dan Harjoko, dan
Faisal terbatas untuk mengukur satu besaran fisis (temperatur, tekanan darah, atau detak
28
ISSN 1979-4657
jantung) saja. Oleh karena program medical check-up memerlukan pengukuran banyak
besaran fisis, maka pembuatan alat ukur dalam bentuk modul yang dapat menangani
beberapa pengukuran sekaligus akan sangat membantu dalam hal efisiensi waktu dan
biaya.
Shaleh dkk. (2009) telah merancang-bangun pendeteksi temperatur, tekanan darah dan
detak jantung untuk medical chek-up menggunakan sensor LM35, sensor tekanan
MPX5100, dan mik kondensor yang diintegrasikan dengan stetoskop untuk mengukur
detak jantung berbasis mikrokontroler ATmega8535. Penelitian ini memiliki kekurangan
karena masih menggunakan PC (personal computer). Kekurangan lain adalah masih
tingginya nilai error yang didapatkan jika dibandingkan dengan pengukuran
menggunakan tensimeter digital serta hasil pengukuran tidak ditampilkan dalam bentuk
keterangan normal atau tidak normal.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi kekurangan penelitian terdahulu. Modul
alat ukur yang telah dirancang meliputi pengukuran temperatur tubuh, tekanan darah, dan
detak jantung. Hasil pengukuran ketiga besaran fisis tersebut akan ditampilkan pada
LCD 2x16 karakter.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode rancang-bangun alat. Metode rancang-bangun alat ini
meliputi perancangan perangkat keras (hardware) dan perancangan perangkat lunak
(software) dengan menggunakan bahasa pemograman BASCOM-AVR.
2.1 Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari studi literatur, pembuatan
catu daya, pengujian sistem sensor temperatur tubuh, pengujian sistem sensor tekanan
darah, pengujian sistem sensor detak jantung, pengujian modul alat ukur medical checkup, pembuatan rangkaian secara permanen mulai dari penyolderan pemasangan alat dan
komponen serta pengaturan sistem rangkaian, pembuatan program, pengujian akhir
meliputi perangkat keras dan perangkat lunak serta analisis data.
2.2 Karakterisasi sensor dan pengujian modul alat ukur medical check-up
Karakterisasi sensor bertujuan untuk mengetahui apakah sensor sudah sesuai dengan
karakteristik yang telah ditetapkan serta untuk mengetahui apakah sensor dapat berfungsi
dengan baik. Pengujian dilakukan untuk membandingkan apakah hasil keluaran modul
alat ukur medical check-up sudah sesuai dengan alat ukur standar yang digunakan sebagai
pembanding. Karakterisasi sensor temperatur LM35 dilakukan dengan menghubungkan
kaki 1 ke sumber tegangan +5 V, kaki 2 ke ground, dan kaki 3 ke output. Perubahan nilai
tegangan keluaran akibat perubahan temperatur dilihat pada multimeter.
Pengujian temperatur tubuh dilakukan di permukaan kulit (jari tangan) dengan cara
menjepit sensor temperatur LM35 dengan dua ujung jari dalam rentang waktu 10 detik
dan alat ukur standar yang digunakan adalah termometer digital.
Sensor tekanan MPX5050DP dikarakterisasi dengan memberikan tekanan pada sensor,
yaitu dengan mengalirkan udara masuk ke dalam sensor dan melihat perubahan tegangan
pada multimeter digital. Kaki 1 pada sensor tekanan MPX5050DP dihubungkan ke
output, kaki 2 dihubungkan ke ground, sedangkan kaki 3 dihubungkan ke sumber
tegangan +5 V.
Pengujian sistem sensor tekanan darah dilakukan menggunakan airpump dan valve
sebagai pemompa, manset (handcuff ) dan tombol reset. Airpump akan memompakan
udara ke dalam manset, sementara sensor tekanan MPX5050DP yang mendeteksi tekanan
29
ISSN 1979-4657
udara di dalam manset akan secara terus menerus memantau tekanan hingga mencapai
tekanan 200 mmHg. Ketika tekanan 200 mmHg sudah tercapai, aliran darah akan
terhenti untuk sementara karena manset menekan kuat pembuluh darah yang
menyebabkan pembuluh nadi menyempit. Selanjutnya, valve dibuka perlahan dan tekanan
pada manset akan secara perlahan turun. Pada saat tekanan turun, kekuatan manset
menekan pembuluh darah juga akan turun sehingga pembuluh nadi kembali melebar dan
aliran darah berjalan normal.
Bersamaan dengan itu, stetoskop diletakkan di lengan dekat arteri brachialis untuk
mendengar denyut nadi. Saat terdengar denyut nadi untuk pertama kalinya, tekanan pada
manset perlahan-lahan akan berubah dan perubahan tekanan akan terdeteksi oleh sensor
tekanan MPX5050DP yang kemudian di proses oleh mikrokontroler sebagai tekanan
systole dan tombol reset segera di tekan. Data tekanan darah systole yang tampil di LCD
langsung dicatat kemudian tombol reset dilepaskan sampai terdengar denyut nadi terakhir
melaui stetoskop yang merupakan tekanan darah dyastole. Alat ukur standar yang
digunakan sebagai pembanding adalah sphygmomanometer analog.
Pengujian detak jantung dilakukan dengan menjepitkan salah satu ujung jari ke pulse
sensor. Pulse sensor memiliki tiga kabel sambungan, kabel yang berwarna merah
dihubungkan ke sumber tegangan +5 V, kabel yang berwarna hitam dihubungkan ke
ground, dan kabel yang berwarna ungu dihubungkan ke ouput. Skematik modul alat ukur
medical check-up dapat dilihat pada Gambar 1.
U2
LCD1
J3
LM016L
1
2
27.0
U1
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
6
5
4
3
2
1
7
8
9
10
11
12
13
14
RS
RW
E
4
5
6
1
2
3
VSS
VDD
VEE
J2
51441-0693
C1
XTAL
22p
C2
1
2
3
4
5
6
7
8
14
15
16
17
18
19
20
21
13
12
9
12 MHz
PB0/T0/XCK
PB1/T1
PB2/AIN0/INT2
PB3/AIN1/OC0
PB4/SS
PB5/MOSI
PB6/MISO
PB7/SCK
PD0/RXD
PD1/TXD
PD2/INT0
PD3/INT1
PD4/OC1B
PD5/OC1A
PD6/ICP1
PD7/OC2
XTAL1
XTAL2
RESET
PA0/ADC0
PA1/ADC1
PA2/ADC2
PA3/ADC3
PA4/ADC4
PA5/ADC5
PA6/ADC6
PA7/ADC7
PC0/SCL
PC1/SDA
PC2
PC3
PC4
PC5
PC6/TOSC1
PC7/TOSC2
AREF
AVCC
40
39
38
37
36
35
34
33
VOUT
CONN-SIL2
LM35
M1
MPX4115
22
23
24
25
26
27
28
29
100.0
J4
1
2
CONN-SIL2
1 2 3 4 5 6
32
30
J1
J5
25630301RP2
ATMEGA8535
1
2
22p
LCD2
1
2
3
LM016L
CONN-SIL2
U3
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
6
5
4
3
2
1
7
8
9
10
11
12
13
14
RS
RW
E
4
5
6
1
2
3
VSS
VDD
VEE
J6
51441-0693
C6
22p
C7
X1
12 MHz
1
2
3
4
5
6
7
8
14
15
16
17
18
19
20
21
13
12
9
PB0/T0/XCK
PB1/T1
PB2/AIN0/INT2
PB3/AIN1/OC0
PB4/SS
PB5/MOSI
PB6/MISO
PB7/SCK
PD0/RXD
PD1/TXD
PD2/INT0
PD3/INT1
PD4/OC1B
PD5/OC1A
PD6/ICP1
PD7/OC2
XTAL1
XTAL2
RESET
PA0/ADC0
PA1/ADC1
PA2/ADC2
PA3/ADC3
PA4/ADC4
PA5/ADC5
PA6/ADC6
PA7/ADC7
PC0/SCL
PC1/SDA
PC2
PC3
PC4
PC5
PC6/TOSC1
PC7/TOSC2
AREF
AVCC
40
39
38
37
36
35
34
33
22
23
24
25
26
27
28
29
C3
C4
C5
470uF
220uF
1uF
32
30
ATMEGA8535
22p
30
ISSN 1979-4657
Hasil pengukuran tegangan keluaran tiga catudaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada Tabel 1, catudaya +5 V menghasilkan tegangan keluaran 5.00 V dan 5.01 V. Nilai
tegangan ini sudah mendekati nilai yang sebenarnya sehingga aman digunakan untuk
rangkaian yang bersangkutan.
Tabel 1 Pengujian catudaya +5 V, +12 V dan -12 V
Tegangan
Tegangan
No
keluaran
keluaran
catudaya +5 V
catudaya +12 V
Tegangan
keluaran
catudaya -12 V
5,00
12,02
-11,95
5,01
12,03
-11,95
5,00
12,02
-11,95
31
ISSN 1979-4657
pengujian juga dilakukan terhadap penampil LCD sehingga rangkaian sistem minimum
mikrokontroler ATmega8535 terangkai dengan baik dan LCD juga dalam kondisi yang
baik.
3.3 Karakterisasi ADC Mikrokontroler ATmega8535
Karakterisasi ADC Mikrokontroler ATmega8535 dilakukan dengan cara memberikan
tegangan input yang bervariasi pada Port A.0 yang merupakan salah satu pin ADC, hal ini
bertujuan untuk mengetahui ADC berfungsi dengan baik. ADC dalam kondisi baik
ditentukan dengan cara melihat hasil konversi tegangan analog menjadi data digital sudah
sesuai dengan perhitungan secara teori. Data karakterisasi ADC dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2 Karakterisasi ADC Mikrokontroler ATmega8535
Tegangan input
(volt)
0,52
0,95
1,75
2,06
2,76
3,03
3,37
3,84
4,20
4,58
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Desimal ADC
106
194
360
424
561
624
689
789
866
937
5V
5V
4,89
n
2 1 1023
Jadi untuk 1 nilai desimal dari ADC mewakili 4,89 mV. Tegangan masukan 0,52 V akan
menghasilkan nilai desimal 106 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2, perhitungannya
adalah sebagai berikut:
Desimal ADC
Vin
0,52
106
Resolusi ADC 4,89
Hasil perhitungan tersebut sama dengan hasil karakterisasi yang berarti ADC ini
berfungsi dengan baik dan nilai desimalnya linier terhadap tegangan masukan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 3.
32
ISSN 1979-4657
Tegangan
(volt)
0,32
0,33
0,33
0,34
0,34
0,35
0,35
0,33
Karakterisasi dilakukan sebanyak 7 kali dengan nilai temperatur paling tinggi adalah 36,6
C. Grafik karakterisasi sensor temperatur LM35 dapat dilihat pada Gambar 4.
33
ISSN 1979-4657
34
ISSN 1979-4657
jembatan Wheatstone untuk mengukur tegangan (stress) yang timbul karena tekanan yang
diberikan.
Pada sensor tekanan piezoresistif elemen elastisnya adalah diafragma silikon datar.
Diafragma merupakan bidang plat lingkaran tipis yang secara luas digunakan sebagai
elemen sensing karena memiliki akurasi tinggi dan respon dinamik yang baik. Ketika
udara dialirkan ke sensor MPX5050DP, diafragma mengalami penyimpangan karena
adanya tekanan sehingga muncul regangan (strain) pada strain gauge yang menyebabkan
terjadinya perubahan resistansi pada piezoresistif. Perubahan resistansi sebanding dengan
perubahan tegangan sehingga semakin besar tekanan yang diberikan maka semakin besar
pula tegangan keluarannya.
Sensitivitas sensor tekanan MPX5050DP sebesar 90 mV/Kpa. Dimana harga tekanan per
1 Kpa = 7.50061683 mmHg. Jika tekanan darah manusia yang akan diukur dibatasi pada
nilai 200 mmHg, maka sensor ini akan mendeteksi tekanan hingga 26.6 Kpa sehingga
tegangan keluaran sensor tekanan MPX5050DP menjadi 2394 mV (2.394 V).
Tegangan referensi mikrokontroler ATmega8535 adalah 5 V. Jika dilihat dari nilai
tegangan keluaran sensor tekanan MPX5050DP sebenarnya sensor tekanan MPX5050DP
masih memerlukan penguatan agar tegangan keluarannya sesuai dengan tegangan
referensi sehingga data analog yang masuk ke mikrokontroler dapat diolah kedalam
bentuk data digital. Namun, karena sensor ini dilengkapi dengan chip signal conditioned
maka keluaran sensor tidak perlu dikuatkan lagi. Grafik dari Tabel 4 dapat dilihat pada
Gambar 5.
35
ISSN 1979-4657
Sebelumnya penulis sudah mencoba menggabungkan hasil pengukuran modul alat ukur
medical check-up dalam satu buah LCD 2x16 karakter dan hasilnya nilai temperatur
tubuh dan tekanan darah tidak berubah, dan perubahan terjadi setelah 1 menit begitupun
seterusnya. Kemudian dicoba dengan mengganti listing program dengan instruksi yang
berbeda dan hasilnya tetap tidak berhasil. Sehingga didapatkanlah kesimpulan bahwa
konfigurasi counter tidak bisa digabungkan dengan konfigurasi ADC dalam
pemrogramannya. Proses dan hasil pengujian modul alat ukur medical check-up dapat
dilihat pada Gambar 6.
No
Subjek
pengukuran
Relawan 1
Relawan 2
34,2
34,7
80/50
80/60
63
65
Relawan 3
34,7
34,9
130/80
127/70
90
88
Relawan 4
35,7
35,6
110/80
106/75
70
79
Relawan 5
34,0
34,5
110/60
110/60
70
72
Relawan 6
36,0
36,0
120/70
110/60
68
75
Relawan 7
35,9
36,0
110/70
105/60
72
78
Relawan 8
34,2
35,0
110/70
108/62
75
78
Relawan 9
34,8
35,0
100/50
99/55
78
96
10
Relawan 10
34,4
34,8
110/60
108/65
78
101
36
ISSN 1979-4657
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Temperatur
tubuh
98,87
83,04
99,19
99,88
98,52
99,86
99,72
97,63
99,36
98,77
Detak jantung
100
96,82
97,77
87,14
97,14
89,70
91,66
96,00
76,92
70,51
Tabel 6 menjelaskan persentase ketepatan modul medical check-up lebih rendah daripada
persentase ketepatan pengujian masing-masing sistem sensor. Hal ini dapat terjadi karena
kompleksitas rangkaian makin meningkat. Sehingga setiap noise atau gangguan yang
muncul pada masing-masing sistem sensor akan bertambah karena akan saling
mempengaruhi.
Dalam pengujian modul medical check-up yang pertama diukur adalah detak jantung
karena detak jantung akan terus meningkat seiring dengan peningkatan denyut nadi
sehingga jika dalam pengujian modul medical check-up, pengujian detak jantung
dilakukan secara bersamaan dengan pengujian tekanan darah maka hasil pengujian detak
jantung tidak akan akurat.
Modul alat ukur medical check-up hanya dilakukan pada usia dewasa muda yaitu mulai
dari usia 18 tahun 40 tahun. Untuk sistem sensor tekanan darah masih menggunakan
pemompa manual untuk mengalirkan udara ke dalam sensor MPX5050DP. Hasil
pengujian modul alat ukur medical check-up ditampilkan dalam 2 LCD dikarenakan pada
penelitian ini konfigurasi counter tidak bisa digabungkan dengan konfigurasi ADC dalam
pemrogramannya dan penulis belum menemukan motode dan pemrograman lain untuk
menggabungkannya.
Dalam pengujian modul alat ukur medical check-up persentase ketepatan tertinggi terjadi
pada pengujian temperatur tubuh dengan nilai ketapatan sebesar 97.48% dan persentase
ketepatan yang paling rendah terjadi pada pengujian tekanan darah dyastole dengan nilai
ketepatan sebesar 89.04%.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
modul alat ukur medical check-up untuk temperatur tubuh, tekanan darah, dan detak
jantung telah berhasil dirancang dengan ketepatan pengujian temperatur tubuh sebesar
97.48%, tekanan darah systole sebesar 97.40%, tekanan darah dyastole sebesar 89.04%,
detak jantung sebesar 90.36%. Modul alat ukur medical check-up menggunakan 2 buah
LCD 2x16 karakter sebagai penampil hasil pengukuran. Temperatur tubuh dan tekanan
37
ISSN 1979-4657
darah ditampilkan dalam 1 LCD, sedangkan detak jantung ditampilkan pada LCD
lainnya. Ketiga besaran yang diukur tidak bisa ditampilkan dalam 1 LCD karena
pengukuran detak jantung menggunakan sistem counter sedangkan pengukuran
temperatur tubuh dan tekanan darah melibatkan ADC mikrokontroler yang nilainya
berubah setiap terjadi perubahan input.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anita R., dkk., 2012, Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu Tubuh Dengan Tampilan
Digital dan Keluaran Suara Berbasis Mikrokontroller AVR ATmega8535, Jurnal
Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Narotama Surabaya, Surabaya.
2. Marnis, Y. 2009. Rancang Bangun Tensimeter Berbasis Mikrokontroler AT89S1
dengan Sensor Tekanan MPX2100DP. Skripsi. Universitas Andalas, Padang.
3. Shaleh, A., dan Budikarso A., 2009, Rancang Bangun Pendeteksi Suhu Tubuh,
Tekanan Darah dan Detak Jantung untuk Medical check Up, Jurnal Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya.
4. Yazid N. dan Harjoko A., 2011, Pemantau Tekanan Darah digital Berbasis Sensor
Tekanan MPX2050GP, Jurnal Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
38