Você está na página 1de 11

ISSN 1979-4657

RANCANG BANGUN MODUL ALAT UKUR MEDICAL


CHECK-UP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535
Faizatul Fitri, Wildian
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang
Kampus Unand Limau Manis, Pauh, Padang 25163
e-mail: faizatulfitri1992@gmail.com
ABSTRAK
Modul alat ukur medical check-up pada penelitian ini merupakan alat yang dapat mengukur
temperatur tubuh, tekanan darah, dan detak jantung. Alat dirancang untuk usia dewasa dan
dilengkapi dengan analisis hasil pengukuran. Pengukuran temperatur tubuh, tekanan darah, dan
detak jantung secara berturut-turut menggunakan sensor temperatur LM35, sensor tekanan
MPX5050DP dan pulse sensor. Alat ukur standar yang digunakan sebagai pembanding adalah
termometer digital untuk pengukuran temperatur tubuh, sphygmomanometer analog untuk
pengukuran tekanan darah, dan stetoskop untuk pengukuran detak jantung. Data masukan dari
sensor diolah oleh mikrokontroler ATmega8535 dan ditampilkan pada layar LCD 2x16 karakter.
Ketepatan pengujian modul alat ukur medical check-up untuk temperatur tubuh adalah 97,48%,
tekanan darah systole adalah 97,40%, tekanan darah dyastole adalah 89,04%, dan detak jantung
adalah 90,36%.
Kata kunci : medical check-up, ATmega8535, LCD 2x16 karakter.

1. PENDAHULUAN
Saat ini kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan masih sangat
kurang. Jumlah orang yang pergi ke rumah sakit untuk tujuan melakukan pemeriksaan
kesehatan masih sedikit. Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat kurang peduli
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin adalah faktor ekonomi. Melakukan
pemeriksaan kesehatan di rumah sakit masih dianggap sebagai sebuah tindakan
pemborosan, karena selain biayanya yang relatif mahal juga fasilitas untuk itu umumnya
hanya ada di kota-kota besar.
Pemantauan parameter penting pada kondisi yang sangat serius, sejumlah rumah sakit
telah memiliki alat ukur dengan sistem terpadu seperti mesin anestetik. Pemeriksaan
menggunakan mesin anastetik membutuhkan biaya yang relatif mahal karena mesin ini
hanya terdapat di rumah sakit yang memilki fasilitas lengkap. Masyarakat semakin tidak
peduli untuk memeriksakan kesehatan tubuhnya secara rutin.
Rahmawati, dkk., (2012) telah melakukan penelitian yang terkait dengan pembuatan alat
ukur temperatur tubuh manusia. Dalam penelitian tersebut digunakan sensor LM35DZ
yang mengonversi temperatur tubuh menjadi tegangan listrik. Hasil pengukurannya
ditampilkan dalam bentuk tampilan digital dan keluaran suara.
Penelitian tentang pembuatan tensimeter digital telah dilakukan oleh Marnis (2009)
dengan menggunakan sensor tekanan tipe MPX2100DP dan mikrokontroler AT89S51,
dan Yazid dan Harjoko (2011) dengan sensor tekanan tipe MPX2050GP dan
mikrokontroler ATmega32. Penelitian tentang pembuatan alat ukur detak jantung telah
dilakukan Faisal (2008) dengan menggunakan sensor fotodioda berbasis mikrokontroler
AT89S52.
Alat ukur yang dihasilkan oleh penelitian Rahmati, dkk, Marnis, Yazid dan Harjoko, dan
Faisal terbatas untuk mengukur satu besaran fisis (temperatur, tekanan darah, atau detak

28

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

ISSN 1979-4657

jantung) saja. Oleh karena program medical check-up memerlukan pengukuran banyak
besaran fisis, maka pembuatan alat ukur dalam bentuk modul yang dapat menangani
beberapa pengukuran sekaligus akan sangat membantu dalam hal efisiensi waktu dan
biaya.
Shaleh dkk. (2009) telah merancang-bangun pendeteksi temperatur, tekanan darah dan
detak jantung untuk medical chek-up menggunakan sensor LM35, sensor tekanan
MPX5100, dan mik kondensor yang diintegrasikan dengan stetoskop untuk mengukur
detak jantung berbasis mikrokontroler ATmega8535. Penelitian ini memiliki kekurangan
karena masih menggunakan PC (personal computer). Kekurangan lain adalah masih
tingginya nilai error yang didapatkan jika dibandingkan dengan pengukuran
menggunakan tensimeter digital serta hasil pengukuran tidak ditampilkan dalam bentuk
keterangan normal atau tidak normal.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi kekurangan penelitian terdahulu. Modul
alat ukur yang telah dirancang meliputi pengukuran temperatur tubuh, tekanan darah, dan
detak jantung. Hasil pengukuran ketiga besaran fisis tersebut akan ditampilkan pada
LCD 2x16 karakter.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode rancang-bangun alat. Metode rancang-bangun alat ini
meliputi perancangan perangkat keras (hardware) dan perancangan perangkat lunak
(software) dengan menggunakan bahasa pemograman BASCOM-AVR.
2.1 Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari studi literatur, pembuatan
catu daya, pengujian sistem sensor temperatur tubuh, pengujian sistem sensor tekanan
darah, pengujian sistem sensor detak jantung, pengujian modul alat ukur medical checkup, pembuatan rangkaian secara permanen mulai dari penyolderan pemasangan alat dan
komponen serta pengaturan sistem rangkaian, pembuatan program, pengujian akhir
meliputi perangkat keras dan perangkat lunak serta analisis data.
2.2 Karakterisasi sensor dan pengujian modul alat ukur medical check-up
Karakterisasi sensor bertujuan untuk mengetahui apakah sensor sudah sesuai dengan
karakteristik yang telah ditetapkan serta untuk mengetahui apakah sensor dapat berfungsi
dengan baik. Pengujian dilakukan untuk membandingkan apakah hasil keluaran modul
alat ukur medical check-up sudah sesuai dengan alat ukur standar yang digunakan sebagai
pembanding. Karakterisasi sensor temperatur LM35 dilakukan dengan menghubungkan
kaki 1 ke sumber tegangan +5 V, kaki 2 ke ground, dan kaki 3 ke output. Perubahan nilai
tegangan keluaran akibat perubahan temperatur dilihat pada multimeter.
Pengujian temperatur tubuh dilakukan di permukaan kulit (jari tangan) dengan cara
menjepit sensor temperatur LM35 dengan dua ujung jari dalam rentang waktu 10 detik
dan alat ukur standar yang digunakan adalah termometer digital.
Sensor tekanan MPX5050DP dikarakterisasi dengan memberikan tekanan pada sensor,
yaitu dengan mengalirkan udara masuk ke dalam sensor dan melihat perubahan tegangan
pada multimeter digital. Kaki 1 pada sensor tekanan MPX5050DP dihubungkan ke
output, kaki 2 dihubungkan ke ground, sedangkan kaki 3 dihubungkan ke sumber
tegangan +5 V.
Pengujian sistem sensor tekanan darah dilakukan menggunakan airpump dan valve
sebagai pemompa, manset (handcuff ) dan tombol reset. Airpump akan memompakan
udara ke dalam manset, sementara sensor tekanan MPX5050DP yang mendeteksi tekanan

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

29

ISSN 1979-4657

udara di dalam manset akan secara terus menerus memantau tekanan hingga mencapai
tekanan 200 mmHg. Ketika tekanan 200 mmHg sudah tercapai, aliran darah akan
terhenti untuk sementara karena manset menekan kuat pembuluh darah yang
menyebabkan pembuluh nadi menyempit. Selanjutnya, valve dibuka perlahan dan tekanan
pada manset akan secara perlahan turun. Pada saat tekanan turun, kekuatan manset
menekan pembuluh darah juga akan turun sehingga pembuluh nadi kembali melebar dan
aliran darah berjalan normal.
Bersamaan dengan itu, stetoskop diletakkan di lengan dekat arteri brachialis untuk
mendengar denyut nadi. Saat terdengar denyut nadi untuk pertama kalinya, tekanan pada
manset perlahan-lahan akan berubah dan perubahan tekanan akan terdeteksi oleh sensor
tekanan MPX5050DP yang kemudian di proses oleh mikrokontroler sebagai tekanan
systole dan tombol reset segera di tekan. Data tekanan darah systole yang tampil di LCD
langsung dicatat kemudian tombol reset dilepaskan sampai terdengar denyut nadi terakhir
melaui stetoskop yang merupakan tekanan darah dyastole. Alat ukur standar yang
digunakan sebagai pembanding adalah sphygmomanometer analog.
Pengujian detak jantung dilakukan dengan menjepitkan salah satu ujung jari ke pulse
sensor. Pulse sensor memiliki tiga kabel sambungan, kabel yang berwarna merah
dihubungkan ke sumber tegangan +5 V, kabel yang berwarna hitam dihubungkan ke
ground, dan kabel yang berwarna ungu dihubungkan ke ouput. Skematik modul alat ukur
medical check-up dapat dilihat pada Gambar 1.
U2

LCD1

J3

LM016L

1
2

27.0

U1

D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7

6
5
4
3
2
1

7
8
9
10
11
12
13
14

RS
RW
E
4
5
6

1
2
3

VSS
VDD
VEE

J2

51441-0693

C1
XTAL

22p

C2

1
2
3
4
5
6
7
8
14
15
16
17
18
19
20
21
13
12
9

12 MHz

PB0/T0/XCK
PB1/T1
PB2/AIN0/INT2
PB3/AIN1/OC0
PB4/SS
PB5/MOSI
PB6/MISO
PB7/SCK
PD0/RXD
PD1/TXD
PD2/INT0
PD3/INT1
PD4/OC1B
PD5/OC1A
PD6/ICP1
PD7/OC2
XTAL1
XTAL2
RESET

PA0/ADC0
PA1/ADC1
PA2/ADC2
PA3/ADC3
PA4/ADC4
PA5/ADC5
PA6/ADC6
PA7/ADC7
PC0/SCL
PC1/SDA
PC2
PC3
PC4
PC5
PC6/TOSC1
PC7/TOSC2
AREF
AVCC

40
39
38
37
36
35
34
33

VOUT

CONN-SIL2

LM35

M1
MPX4115

22
23
24
25
26
27
28
29

100.0

J4
1
2
CONN-SIL2

1 2 3 4 5 6

32
30

J1

J5

25630301RP2

ATMEGA8535

1
2

22p

LCD2
1
2
3

LM016L

CONN-SIL2

U3

D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7

6
5
4
3
2
1

7
8
9
10
11
12
13
14

RS
RW
E
4
5
6

1
2
3

VSS
VDD
VEE

J6

51441-0693

C6
22p

C7

X1
12 MHz

1
2
3
4
5
6
7
8
14
15
16
17
18
19
20
21
13
12
9

PB0/T0/XCK
PB1/T1
PB2/AIN0/INT2
PB3/AIN1/OC0
PB4/SS
PB5/MOSI
PB6/MISO
PB7/SCK
PD0/RXD
PD1/TXD
PD2/INT0
PD3/INT1
PD4/OC1B
PD5/OC1A
PD6/ICP1
PD7/OC2
XTAL1
XTAL2
RESET

PA0/ADC0
PA1/ADC1
PA2/ADC2
PA3/ADC3
PA4/ADC4
PA5/ADC5
PA6/ADC6
PA7/ADC7
PC0/SCL
PC1/SDA
PC2
PC3
PC4
PC5
PC6/TOSC1
PC7/TOSC2
AREF
AVCC

40
39
38
37
36
35
34
33
22
23
24
25
26
27
28
29

C3

C4

C5

470uF

220uF

1uF

32
30

ATMEGA8535

22p

Gambar 1 Skematik modul alat ukur medical check-up


3. HASIL DAN DISKUSI
3.1 Pengujian Catudaya
Rancang bangun modul alat ukur medical check-up membutuhkan catudaya dengan
tegangan +5 V, +12 V dan -12 V. Catudaya +5 V digunakan untuk rangkaian sistem
sensor temperatur tubuh, tekanan darah, detak jantung, dan rangkaian sistem minimum
mikrokontroler. Selain itu, catudaya +12 V dan -12 V digunakan untuk rangkaian
penguat tak-membalik dan rangkaian schmitt trigger yang ternyata tidak berpengaruh
dengan tingkat keberhasilan alat.

30

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

ISSN 1979-4657

Hasil pengukuran tegangan keluaran tiga catudaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada Tabel 1, catudaya +5 V menghasilkan tegangan keluaran 5.00 V dan 5.01 V. Nilai
tegangan ini sudah mendekati nilai yang sebenarnya sehingga aman digunakan untuk
rangkaian yang bersangkutan.
Tabel 1 Pengujian catudaya +5 V, +12 V dan -12 V
Tegangan
Tegangan
No
keluaran
keluaran
catudaya +5 V
catudaya +12 V

Tegangan
keluaran
catudaya -12 V

5,00

12,02

-11,95

5,01

12,03

-11,95

5,00

12,02

-11,95

3.2 Pengujian Sistem Minimum Mikrokontroler ATmega8535


Pengujian sistem minimum mikrokontroler ATmega8535 diperlukan untuk mengetahui
rangkaian sistem minimum mikrokontroler telah benar dan dapat digunakan untuk
keperluan selanjutnya. Proses ini dilakukan dengan cara memasukkan atau menanamkan
sebuah program sederhana, yang nantinya akan menampilkan beberapa karakter huruf
pada Liquid Crystal Display (LCD).
Program ini dibuat dalam bahasa BASCOM-AVR yang di-compile oleh codevision-AVR
dan ditanamkan pada mikrokontroler ATmega8535 melalui sebuah USB downloader
(DT-HlQ AVR USB ISP) serta menggunakan personal computer dengan aplikasi AVR
Studio 4. Program ini cukup sederhana, awalnya dilakukan inisialisasi mikrokontroler
dan besar frekuensi (Hz) kristal yang digunakan. Selanjutnya, penentuan konfigurasi pin
LCD terhadap pin mikrokontroler. Terakhir dilakukan intruksi untuk menampilkan
beberapa karakter dari kode ASCII (suatu kode yang dimengerti komputer untuk
menampilkan huruf abjad) pada lokasi yang diinginkan dalam sebuah LCD.
Setelah proses penanaman program selesai, maka dilanjutkan pengujian dengan cara
menginput sumber tegangan +5V pada rangkaian sistem minimum mikrokontroler
ATmega8535 dan melihat tampilan pada layar LCD. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2 Pengujian sistem minimum mikrokontroler ATmega8535


Pada Gambar 1, terlihat kode ASCII yang diintruksikan pada program dapat tampil pada
layar LCD. Selain pengujian terhadap sistem minimum mikrokontroler ATmega8535,

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

31

ISSN 1979-4657

pengujian juga dilakukan terhadap penampil LCD sehingga rangkaian sistem minimum
mikrokontroler ATmega8535 terangkai dengan baik dan LCD juga dalam kondisi yang
baik.
3.3 Karakterisasi ADC Mikrokontroler ATmega8535
Karakterisasi ADC Mikrokontroler ATmega8535 dilakukan dengan cara memberikan
tegangan input yang bervariasi pada Port A.0 yang merupakan salah satu pin ADC, hal ini
bertujuan untuk mengetahui ADC berfungsi dengan baik. ADC dalam kondisi baik
ditentukan dengan cara melihat hasil konversi tegangan analog menjadi data digital sudah
sesuai dengan perhitungan secara teori. Data karakterisasi ADC dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2 Karakterisasi ADC Mikrokontroler ATmega8535

Tegangan input
(volt)
0,52
0,95
1,75
2,06
2,76
3,03
3,37
3,84
4,20
4,58

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Desimal ADC
106
194
360
424
561
624
689
789
866
937

Sistem minimum mikrokontroler ATmega8535 memiliki ADC internal dengan resolusi


10 bit yang berarti nilai desimalnya adalah 210-1. Untu k tegangan referensi +5 V resolusi
ADC dapat dihitung seperti berikut:
Resolusi ADC

5V
5V

4,89
n
2 1 1023

Jadi untuk 1 nilai desimal dari ADC mewakili 4,89 mV. Tegangan masukan 0,52 V akan
menghasilkan nilai desimal 106 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2, perhitungannya
adalah sebagai berikut:
Desimal ADC

Vin
0,52

106
Resolusi ADC 4,89

Hasil perhitungan tersebut sama dengan hasil karakterisasi yang berarti ADC ini
berfungsi dengan baik dan nilai desimalnya linier terhadap tegangan masukan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 3.

32

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

ISSN 1979-4657

Gambar 3 Grafik tegangan terhadap desimal ADC mikrokontroler


ATmega8535
3.4 Karakterisasi Sensor Temperatur LM35
Karakterisasi sensor temperatur LM35 dilakukan dengan membandingkan variasi
temperatur tubuh manusia dengan tegangan keluaran sensor dari multimeter digital. Data
karakterisasi sensor temperatur LM35 dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata temperatur adalah 34,4 C, sedangkan nilai rata-rata
tegangan keluarannya adalah 0,338 V. Prinsip kerja sensor temperatur LM35 ketika
temperatur bernilai 34,4 maka tegangan keluarannya adalah 0,344 sehingga sensor
temperatur LM35 ini memilki nilai error sebsesar 0,006. Nilai error dapat terjadi karena
sensor temperatur LM35 dapat menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yaitu
kurang dari 0,5 C pada temperatur 25 C sehingga menyebabkan kesalahan pembacaan
yang rendah serta error dapat juga disebabkan pengaruh temperatur ruangan yang terukur
oleh sensor temperatur LM35. Namun, karena nilai errornya sangat kecil, maka sensor
temperatur LM35 masih sangat layak untuk digunakan.
Tabel 3 Karakterisasi sensor temperatur LM35
Temperatur
No
(0C)
1
32,4
2
33,5
3
33,9
4
34,2
5
34,7
6
35,5
7
36,6
Jumlah
34,4
rata-rata

Tegangan
(volt)
0,32
0,33
0,33
0,34
0,34
0,35
0,35
0,33

Karakterisasi dilakukan sebanyak 7 kali dengan nilai temperatur paling tinggi adalah 36,6
C. Grafik karakterisasi sensor temperatur LM35 dapat dilihat pada Gambar 4.

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

33

ISSN 1979-4657

Gambar 4 Grafik temperatur tubuh terhadap tegangan keluaran


sensor temperatur LM35
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada pengukuran ketiga dan keempat terdapat
perbedaan yang cukup jauh, hal ini dikarenakan faktor temperatur tubuh relawan yang
diukur juga berbeda cukup jauh. Gambar 4 memperlihatkan koefisien korelasi
karakterisasi sensor temperatur LM35 adalah 0,9736 sehingga dapat disimpulkan bahwa
sensor temperatur LM35 memiliki linieritas yang tinggi, keakuratan yang tinggi dan
sudah sesuai dengan karakteristik yang telah ditetapkan sehingga dapat digunakan untuk
mengukur temperatur tubuh.
3.5 Karakterisasi Sensor Tekanan MPX5050DP
Karakterisasi sensor tekanan MPX5050DP dilakukan dengan membandingkan variasi
tekanan yang mengalir ke sensor dengan tegangan keluaran sensor dari multimeter
digital. Data karakterisasi sensor tekanan MPX5050DP dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakterisasi sensor tekanan MPX5050DP
No
Tekanan (mmHg)
Tegangan (volt)
1
6,56
0,28
2
10,32
0,32
3
18,38
0,42
4
41,208
0,72
5
45,27
0,75
6
55,66
0,89
7
64.02
0,96
8
83,98
1,24
9
136,96
1,84
10
154,07
2,14
Pada Tabel 4, terlihat bahwa hubungan antara tekanan dan tegangan berbanding lurus.
Sensor tekanan MPX5050DP merupakan sebuah integrated circuit (IC) yang terbuat dari
tranduser piezoresistif yang terdiri dari diafragma silikon monokristal dengan empat
piezoresistif strain gauge yang terbentuk secara penggabungan dalam konfigurasi

34

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

ISSN 1979-4657

jembatan Wheatstone untuk mengukur tegangan (stress) yang timbul karena tekanan yang
diberikan.
Pada sensor tekanan piezoresistif elemen elastisnya adalah diafragma silikon datar.
Diafragma merupakan bidang plat lingkaran tipis yang secara luas digunakan sebagai
elemen sensing karena memiliki akurasi tinggi dan respon dinamik yang baik. Ketika
udara dialirkan ke sensor MPX5050DP, diafragma mengalami penyimpangan karena
adanya tekanan sehingga muncul regangan (strain) pada strain gauge yang menyebabkan
terjadinya perubahan resistansi pada piezoresistif. Perubahan resistansi sebanding dengan
perubahan tegangan sehingga semakin besar tekanan yang diberikan maka semakin besar
pula tegangan keluarannya.
Sensitivitas sensor tekanan MPX5050DP sebesar 90 mV/Kpa. Dimana harga tekanan per
1 Kpa = 7.50061683 mmHg. Jika tekanan darah manusia yang akan diukur dibatasi pada
nilai 200 mmHg, maka sensor ini akan mendeteksi tekanan hingga 26.6 Kpa sehingga
tegangan keluaran sensor tekanan MPX5050DP menjadi 2394 mV (2.394 V).
Tegangan referensi mikrokontroler ATmega8535 adalah 5 V. Jika dilihat dari nilai
tegangan keluaran sensor tekanan MPX5050DP sebenarnya sensor tekanan MPX5050DP
masih memerlukan penguatan agar tegangan keluarannya sesuai dengan tegangan
referensi sehingga data analog yang masuk ke mikrokontroler dapat diolah kedalam
bentuk data digital. Namun, karena sensor ini dilengkapi dengan chip signal conditioned
maka keluaran sensor tidak perlu dikuatkan lagi. Grafik dari Tabel 4 dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5 Grafik tekanan terhadap tegangan keluaran sensor tekanan MPX5050DP


3.6 Pengujian Modul Alat Ukur Medical Check-Up
Dalam pengujian ini, ketiga sistem sensor akan dipasang secara bersamaan dengan
pengujian temperatur tubuh di jari tangan sebelah kiri, tekanan darah di lengan tempat
terdapatnya arteri brachialis, dan detak jantung di jari tangan sebelah kanan. Pengujian
modul alat ukur medical chekc-up ini menggunakan 2 rangkaian sistem minimum
mikrokontroler ATmega8535 dan 2 buah LCD 2x16 karakter karena ternyata pengukuran
detak jantung tidak bisa digabungkan dengan pengukuran temperatur tubuh dan tekanan
darah. Hal ini disebabkan karena pengukuran detak jantung memakai sistem counter yaitu
perhitungan dilakukan setiap 1 menit sedangkan pengukuran temperatur tubuh dan
tekanan darah adalah pengukuran yang melibatkan ADC mikrokontroler yang nilainya
akan selalu berubah setiap terjadi perubahan input.

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

35

ISSN 1979-4657

Sebelumnya penulis sudah mencoba menggabungkan hasil pengukuran modul alat ukur
medical check-up dalam satu buah LCD 2x16 karakter dan hasilnya nilai temperatur
tubuh dan tekanan darah tidak berubah, dan perubahan terjadi setelah 1 menit begitupun
seterusnya. Kemudian dicoba dengan mengganti listing program dengan instruksi yang
berbeda dan hasilnya tetap tidak berhasil. Sehingga didapatkanlah kesimpulan bahwa
konfigurasi counter tidak bisa digabungkan dengan konfigurasi ADC dalam
pemrogramannya. Proses dan hasil pengujian modul alat ukur medical check-up dapat
dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pengujian modul alat ukur medical check-up


Data dan pengolahan data hasil pengujian modul alat ukur medical check-up dapat dilihat
pada Tabel 5 dan persentase ketepatan modul alat ukur medical check-up untuk masingmasing sistem sensor dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5 Hasil pengujian modul alat ukur medical check-up
Temperatur tubuh (C)
Modul alat
Termometer
ukur medical
digital
check-up
35,4
35,8

Tekanan darah (mmHg)


Modul alat
Spygmomanometer
ukur medical
analog
check-up
120/80
117/70

Detak jantung (BPM)


Modul alat
Stetoskop
ukur medical
check-up
85
85

No

Subjek
pengukuran

Relawan 1

Relawan 2

34,2

34,7

80/50

80/60

63

65

Relawan 3

34,7

34,9

130/80

127/70

90

88

Relawan 4

35,7

35,6

110/80

106/75

70

79

Relawan 5

34,0

34,5

110/60

110/60

70

72

Relawan 6

36,0

36,0

120/70

110/60

68

75

Relawan 7

35,9

36,0

110/70

105/60

72

78

Relawan 8

34,2

35,0

110/70

108/62

75

78

Relawan 9

34,8

35,0

100/50

99/55

78

96

10

Relawan 10

34,4

34,8

110/60

108/65

78

101

36

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

ISSN 1979-4657

Tabel 6 Persentase ketepatan modul alat ukur medical check-up masing-masing


sistem sensor

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Temperatur
tubuh
98,87
83,04
99,19
99,88
98,52
99,86
99,72
97,63
99,36
98,77

Persentase ketepatan (%)


Tekanan darah
Systole
Dyastole
97,50
87,50
100
80,00
97,69
87,50
96,36
93,75
100
100
91,66
85,71
95,45
85,71
98,18
88,57
99,00
90,00
98,18
91,00

Detak jantung
100
96,82
97,77
87,14
97,14
89,70
91,66
96,00
76,92
70,51

Tabel 6 menjelaskan persentase ketepatan modul medical check-up lebih rendah daripada
persentase ketepatan pengujian masing-masing sistem sensor. Hal ini dapat terjadi karena
kompleksitas rangkaian makin meningkat. Sehingga setiap noise atau gangguan yang
muncul pada masing-masing sistem sensor akan bertambah karena akan saling
mempengaruhi.
Dalam pengujian modul medical check-up yang pertama diukur adalah detak jantung
karena detak jantung akan terus meningkat seiring dengan peningkatan denyut nadi
sehingga jika dalam pengujian modul medical check-up, pengujian detak jantung
dilakukan secara bersamaan dengan pengujian tekanan darah maka hasil pengujian detak
jantung tidak akan akurat.
Modul alat ukur medical check-up hanya dilakukan pada usia dewasa muda yaitu mulai
dari usia 18 tahun 40 tahun. Untuk sistem sensor tekanan darah masih menggunakan
pemompa manual untuk mengalirkan udara ke dalam sensor MPX5050DP. Hasil
pengujian modul alat ukur medical check-up ditampilkan dalam 2 LCD dikarenakan pada
penelitian ini konfigurasi counter tidak bisa digabungkan dengan konfigurasi ADC dalam
pemrogramannya dan penulis belum menemukan motode dan pemrograman lain untuk
menggabungkannya.
Dalam pengujian modul alat ukur medical check-up persentase ketepatan tertinggi terjadi
pada pengujian temperatur tubuh dengan nilai ketapatan sebesar 97.48% dan persentase
ketepatan yang paling rendah terjadi pada pengujian tekanan darah dyastole dengan nilai
ketepatan sebesar 89.04%.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
modul alat ukur medical check-up untuk temperatur tubuh, tekanan darah, dan detak
jantung telah berhasil dirancang dengan ketepatan pengujian temperatur tubuh sebesar
97.48%, tekanan darah systole sebesar 97.40%, tekanan darah dyastole sebesar 89.04%,
detak jantung sebesar 90.36%. Modul alat ukur medical check-up menggunakan 2 buah
LCD 2x16 karakter sebagai penampil hasil pengukuran. Temperatur tubuh dan tekanan

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

37

ISSN 1979-4657

darah ditampilkan dalam 1 LCD, sedangkan detak jantung ditampilkan pada LCD
lainnya. Ketiga besaran yang diukur tidak bisa ditampilkan dalam 1 LCD karena
pengukuran detak jantung menggunakan sistem counter sedangkan pengukuran
temperatur tubuh dan tekanan darah melibatkan ADC mikrokontroler yang nilainya
berubah setiap terjadi perubahan input.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anita R., dkk., 2012, Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu Tubuh Dengan Tampilan
Digital dan Keluaran Suara Berbasis Mikrokontroller AVR ATmega8535, Jurnal
Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Narotama Surabaya, Surabaya.
2. Marnis, Y. 2009. Rancang Bangun Tensimeter Berbasis Mikrokontroler AT89S1
dengan Sensor Tekanan MPX2100DP. Skripsi. Universitas Andalas, Padang.
3. Shaleh, A., dan Budikarso A., 2009, Rancang Bangun Pendeteksi Suhu Tubuh,
Tekanan Darah dan Detak Jantung untuk Medical check Up, Jurnal Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya.
4. Yazid N. dan Harjoko A., 2011, Pemantau Tekanan Darah digital Berbasis Sensor
Tekanan MPX2050GP, Jurnal Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

38

JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 1, MARET 2015

Você também pode gostar