Você está na página 1de 12

HOMEKONSULTASIKULTUMAL-QUR'AN ONLINEKELUARGA NABIDAFTAR ISI

Pengertian Ahli Waris Menurut Hukum Islam


Blog Tentang Tafsir, Fikih Sunnah, Adab, Konsultasi Waris Syariah,
Pengetahuan Umum dan Tutorial
AYO MENGHAFAL AL-QUR'AN: Mari bergabung menjadi penghafal Al-Qur'an
dalam grup whatsapp dengan metode MANDIRI: 1.Sistematis, 2. Informatif 3.
Simpel; Info & Pendaftaran Ikhwan klik MUSHAF1 dan Akhawat klik
MUSHAFAH 1KONSULTASI WARIS ISLAM. Butuh solusi masalah waris keluarga
online dan cepat ? klik KONSULTASI
Pengertian Ahli Waris Menurut Hukum Islam

Definisi Ahli Waris adalah orang-orang yang karena sebab (keturunan,


perkawinan/perbudakan) berhak mendapatkan bagian dari harta pusaka orang yang
meninggal dunia.

Tetapi jangan salah, karena tidak semua yang dikategorikan keluarga adalah otomatis
tergolong ahli waris. Dari sisi hubungan kekeluargaan, terdapat dua macam perbedaan
status hak waris: 1. Ahli Waris: Keluarga yang saling mewarisi. 2. Ulul Arhaam:
Mempunyai hubungan keluarga tapi tidak saling mewarisi langsung; atau dengan kata
lain, dia mewarisi jika tidak ada golongan Ahli waris.

1. Syarat Menerima Waris


Pewaris telah meninggal. Orang yang mewariskan hartanya telah meninggal dunia baik
secara hakiki maupun secara hukum. Dasarnya adalah firman Allah Ta'ala:


" ... jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak
mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya,..."(Q.S.An-Nisa: 176).
Kematian hakiki dapat diketahui dengan menyaksikan langsung atau dengan berita yang
sudah masyhur, atau dengan persaksian dua orang yang dapat dipercaya. Adapun
kematian secara hukum seperti orang yang menghilang dan pencariannya sudah
melewati batas waktu yang ditentukan, maka kita hukumi ia sudah meninggal

berdasarkan dugaan yang disejajarkan dengan keyakinan (kepastian) manakala


kepastian tidak didapatkan, dasarnya adalah perbuatan para sahabat.
Ahli waris masih hidup ketika orang yang mewariskan hartanya meninggal walaupun
hanya sekejap, baik secara hakiki maupun secara hukum. Hal ini dikarenakan Allah
menyebutkan dalam ayat waris hak-hak ahli waris dengan menggunakan huruf lam yang
menunjukkan hak milik dan hak milik tidak mungkin ada kecuali untuk orang yang masih
hidup. Masih hidup secara hakiki diketahui dengan menyaksikan langsung, atau dengan
berita yang sudah masyhur atau dengan persaksian 2 orang yang dapat dipercaya.
Adapun secara hukum, contohnya janin mewarisi harta pusaka jika jelas keberadaannya
ketika orang yang mewariskan hartanya meninggal, walaupun janin tersebut belum
bernyawa. Dengan syarat bayi tersebut lahir dalam keadaan hidup.
Mengetahui sebab menerima harta warisan. Karena warisan didasarkan pada kriteriakriteria tertentu.Seperti bertalian sebagai anak, orang tua, saudara, suami-isteri, wala'
dan yang semisalnya. Jika kita tidak dapat memastikan kriteria ini, maka kita tidak dapat
menetapkan hukum-hukum yang didasarkan kepada kriteria itu. Sebab diantara syarat
penetapan hukum adalah keakuratan sasarannya.Oleh karena itu, tidak boleh
menetapkan suatu hukum terhadap sesuatu kecuali setelah mengetahui adanya sebab
dan syaratnya, serta tidak ada penghalangnya.

2. Ahli Waris Dari Golongan Laki-Laki:


Anak Laki-laki
Cucu Laki-laki (anak laki-laki dari anak laki-laki) dan seterusnya, buyut laki-laki.......
Bapak / ayah
Kakek (bapaknya bapak) dan seterusnya ke atas
Saudara laki-laki sekandung.
Saudara laki-laki sebapak.
Saudara laki-laki se-ibu.
Keponakan laki-laki sekandung (anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung).
Keponakan laki-laki sebapak (anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak).
Paman sekandung (saudara sekandung bapak).
Paman sebapak (saudar sebapak-nya bapak).
Sepupu laki-laki sekandung (anak laki-laki paman sekandung).
Sepupu laki-laki sebapak ( anak laki-laki paman yang sebapak).

Suami.
Laki-laki yang memerdekakan budak (al-mu'tiq).

3. Ahli Waris Dari Golongan Perempuan:


Anak perempuan.
Cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki).
Ibu / bunda / mama / mami / emak /biyung dan sejenisnya.
Nenek dari ibu (ibunya ibu), dan seterusnya ke atas.
Nenenk dari bapak (ibunya bapak), dan seterusnya ke atas.
Saudara perempuan sekandung.
Saudara perempuan sebapak.
Saudara perempuan se-ibu.
Isteri.
Perempuan yang memerdekakan (al-Mu'tiqah).

4. Ulul/Dzawil Arham
Adalah Keluarga Yang Tidak Mendapat Bagian warisan (fard atau 'ashabah) Jika Masih
Ada Ahli Waris Diatas, Mereka terdiri dari:
Kakek dari garis ibu (bapaknya ibu).
Neneknya ibu (ibu punya bapak punya ibu).
Cucu dari anak perempuan; baik jenisnya cucu laki-laki ataupun perempuan.
Keponakan perempuan (anak saudara laki-laki sekandung, sebapak ataupun se-ibu).
Keponakan perempuan (anak saudara perempuan sekandung atau se-ibu).
Paman se-ibu (saudaranya bapak satu ibu lain bapak).
Saudaranya kakek se-ibu.
Sepupu perempuan (anak dari paman: sekandung, sebapak/se-ibu).
Bibi / tante (saudara perempuannya bapak, bibinya bapak, bibinya kakek, seterusnya ke

atas.)
Mamak dan mami (saudara laki-laki dan perempuan dari ibu; baik sekandung, sebapak,
atau se-ibu).
Mamak dan mami-nya bapak, mamak dan mami-nya kakek.
Anaknya paman se-ibu, sampai ke bawah.
Anaknya bibi walaupun jauh.
Anaknya mamak dan mami walaupun jauh.
Para ulama berbeda pendapat tentang posisi dzawil arham sebagai ahli waris:
1. Mereka tidak mendapatkan warisan (Pendapat Malik dan Asy-Syafi'i).
2. Mereka mendapatkan warisan dengan syarat selama tidak ada ahli waris yang
mendapat bagian 'ashabah dan fardh. (Pendapat Abu Hanifah, Ahmad, pendapat ini
juga diriwayatkan dari 'Umar, 'Ali, Abu Ubaidah, 'Umar bin Abdul 'Azis, 'Atha' dll. Inilah
pendapat yang benar berdasarkan firman Allah Ta'ala:

...


... Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebih berhak terhadap
sesamanya [daripada yang kerabat] di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Anfal: 75).

Dan juga berdasarkan sabda Rasulullah saw.:


"Putera saudara perempuan suatu kaum termasuk kaum itu sendiri." (H.R. Bukhari
(3528) dan Muslim (no.1095)).
Demikian juga berdasarkan sabda Rasulullah saw.
"Paman dari pihak ibu adalah pewaris bagi (mayit) yang tidak mempunyai ahli waris. Dia
juga yang membayarkan diyatnya dan mewarisinya." (H.R. Ahmad (IV/131) Abu Dawud
(2899) dan Ibnu Majah (2737).
Nash-nash al-Qur'an dan as-Sunnah mencantumkan bahwa dzawul arhaam mendapat
bagian warisan, baik dijelaskan secara global seperti ayat di atas maupun dengan
menyebutkan individu mereka sebagaiamana yang tercantum dalam hadits, maka dari
sini, pendapat yang mengatakan mereka mendapatkan bagian waris, terbagi kepada 3
pendapat lagi:
1. Berdasarkan kedekatan derajat perorangan. Barangsiapa diantara mereka yang lebih
dekat posisinya dengan ahli waris, maka merekalah yang lebih berhak mendapatkan
warisan dari si mayit dari jalur manapun.

2. Berdasarkan jihat (jalur) yang paling dekat. Ini pendapat Abu Hanifah, ia menetapkan
4 jalur: 1.Jalur bunuwwah (anak-anak dan seterusnya), 2. Jalur ubuwwah (ayah dan
seterusnya ke atas), 3. Jalur ukhuwwah (saudara-saudara), dan 4. 'umummah (paman).
Jika jalur yang lebih dekat mendapat waris, maka yang lebih jauh tidak mendapatkan
apa-apa.
3. Berdasarkan tanziil (mempposisikan) yakni masing-masing dzawil arhaam turun
menempati posisi ahli waris yang menghubungkan mereka dengan mayit, lantas harta
warisan dibagi diantara ahli waris yang menghubungkan mereka dengan mayit. Setelah
itu barulah hasilnya diberikan kepada dzawil arhaam yang turun menempati posisi
mereka. Ini adalah pendapat yang masyhur dari madzhab Imam Ahmad.
5. Urutan Golongan Yang Berhak Menerima Waris:
Jika ketika harta waris hendak dibagikan, sementara golongan ahli waris begitu
banyaknya, kepada golongan manakah pembagian itu diprioritaskan ? mengenai
masalah ini terjadi beberapa perbedaan pendapat para ulama karena tidak adanya nash
yang tegas, berikut saya paparkan beberapa diantaranya:

urutan penerima waris


Urutan Penerima Waris
6. Ikhtisar Ilmu Fara'idh Ringkas
Tabel ilmu fara'idh
Ilmu Fara'idh Dalam Ikhtisar
Demikianlah hukum-hukum Allah ditetapkan, jika ada yang hendak ditanyakan,
didiskusikan atau dikomentari, silakan tulis di bawahnya, insyaallah bermanfaat buat kita
bersama, amin.
Cobalah berlatih membagi waris sendiri dengan download di Microsoft excel anda, klik
Software Pembagi Waris..
Ingin konsultasi waris online ? klik di sini.


Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Semoga bermanfaat.
Sumber:

Ilmu Faraidh, A.Hasan


Panduan Praktis Hukum Waris Menurut Al-Qur'an dan Sunnah, M.bin Shalih al-Utsaimin,
Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir.
***
* Maulal muwalah hanya dianut Abu Hanifah, sementara jumhur ulama tidak
menganggap golongan ini sebagai menjadi sebab penerima warisan.
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

12 komentar:
Anonim mengatakan...
Assalamualaikum
saya mau bertanya bapak saya sudah meninggal dunia isterinya 2 dari isteri pertama
tidak dikarunia anak sedangkan dari isteri ke 2 mempunyai anak 2 orang, anak pertama
perempuan dan nomor 2 anak laki. Bapak mempunyai sebidang tanah yang dikuasai ibu
tiri dan sekarang tanah tersebut mau dijual bagaimana pembagiannya sedangkan luas
tanah dari 670 m2 sudah dijual oleh ibu tiri 350 m2. yang ingin saya tanyakan bagaiman
pembagiannya dan apabila anak tidak diberikan bagaimana hukumnya terima kasih
1 September 2014 09.40
jadipintar.com mengatakan...
WARISAN DIJUAL IBU TIRI
'Alaikum salam wr. wb.
Penting anda ketahui asal perolehan tanah tersebut.
1. Jika dalam perolehan tanah itu isteri pertama ada saham, maka kembalikan
sahamnya, sisanya yang merupakan saham bapak anda barulah dibagikan kepada ahli
waris bapak.
2.Jika perolehan tanah itu 100% milik bapak, maka semua tanah yang 670 m2 dibagikan
kepada ahli waris bapak semuanya.

3.Untuk harta peninggalan alm. bapak anda, maka ahli waris dan bagiannya adalah
sbb.:
- Isteri (I) : 3/48 (6,25%).
-Isteri (II) : 3/48 (6,25%)
- Anak perempuan: 14/48 ( 29,16%)
- Anak laki-laki : 28/48 (58,33%)
4. Jika harta warisan tidak diberikan kepada anak yatim yang berhak, itu namanya
memakan harta dengan jalan bathil, hukumnya dosa, diancam neraka, ayatnya sangat
banyak dalam al-Qur'an diantaranya Q.S. An-Nisa, ayat 2 dan 10, silakan merujuk ke
sana.
Semoga bermanfaat.
4 September 2014 04.02
Anonim mengatakan...
Assalamualaikum
saya mau tanya ini masalah mertua saya, bapak mertua saya menjual rumahnya, istri
pertama sudah meninggal 3 th lalu dan mempunyai 6 orang anak 2 perempuan dan 4
laki-laki, anak perempuan sudah meninggal semua tinggal 4 anak laki2, dan dia
menikah lagi tahun kemarin, bapak mertua saya bilang tdk akan bagi waris sekarang
karna bapak masih hidup, rumah tersebut atas nama bapak, yang ingin saya
pertanyakan bagai mana perhitungan waris atas almh istri pertama, karna rumah
tersebut di beli pada saat istri pertama masih ada apakah hak istri pertama masih
berlaku atau tidak?
dan bagai mana perhitungan waris untuk anak perempuan yg sudah meninggal?
Terima kasih
16 Oktober 2014 09.23
jadipintar.com mengatakan...
HAK BAGIAN ISTERI YANG MENINGGAL
'Alaikum salam wr. wb.
1. Islam tidak mengenal harta gono-gini, kepemilikan suatu harta adalah berdasarkan
besaran saham masing-masing pasangan atas suatu objek. Maka, hitunglah dalam
rumah itu, berapa saham kepemilikan bapak dan berapa saham kepemilikan ibu atas
pengadaan rumah tersebut.

2. Isteri pertama yang sudah meninggal bagiannya adalah sebesar saham


kepemilikannya (poin 1), lalu dibagikan kepada ahli warisnya.
3. Anak yang sudah meninggal sudah tidak menjadi ahli waris lagi, karena salah satu
syarat ahli waris adalah dia masih hidup dikala si pewaris meninggal dunia.
- Jika 2 anak perempuan meninggal setelah ibu, mereka berhak mendapat bagian waris
ibu; bagiannya diberikan kepada ahli waris 2 anak perempuan tersebut. tapi jika
meninggalnya setelah ibu, mereka tidak mendapatkan warisan ibu.
- 2 Anak perempuan yang telah meninggal, tidak mendapat bagian waris harta bapak,
kelak.
Semoga bermanfaat.
20 Oktober 2014 10.39
Rey Mawikere mengatakan...
Assalamualaikum
Ayah saya telah meninggal, ibu kami pun sudah meninggal, saya anak bungsu
(perempuan)... Kami kakak beradik: yang tertua laki-laki sudah menikah dan mempunyai
dua orang anak laki-laki, Yang kedua tertua anak perempuan dan belum menikah,, Yang
ketiga anak laki-laki sudah menikah dan mempunyai tiga orang anak (2 perempuan dan
1 laki-laki). Saya sendiri dengan pernikahan pertama memperoleh dua anak laki-laki,
dan kemudian suami saya meninggalkan saya pergi dan menikah dengan wanita lain
tanpa ada kabar dan tanggung jawab pada anak-anak. Saya menikah lagi dan
mendapatkan satu anak laki-laki. pertanyaan saya bagaimana dalam pembagian harta
dan hak warisan dari ayah kami? ... terima kasih... wss Nurmawaty
1 Desember 2014 08.57
jadipintar.com mengatakan...
MEMBAGI WARISAN ORANG TUA.
'Alaikum salam wr. wb.
Ibu Nurmawaty yang dirahmati Allah, menurut hukum waris Islam, ahli waris dan
pembagian dalam kasus anda adalah sbb.:
1. 2 Anak laki-laki masing-masing mendapatkan: 2/6 (33,33%).
2. 2 Anak perempuan masing-masing mendapat: 1/6 (16,66%).
Semoga bermanfaat.
4 Desember 2014 10.08

Uki Toto Ismunandar mengatakan...


Assalamualaikum wr wb.
Boleh minta 2nd opinion?
A awalnya nikah dengan B, punya 4 anak : 2 pria 2 wanita, kemudian cerai (sebut M-NO-P).
A kemudian menikahi C, punya 2 anak : 2 wanita (sebut X dan Y).
Pada saat nikah dengan C ini, A bekerja disuatu instansi pemerintah dan dapet rumah
dinas.
Tapi kemudian A dan C pisah, namun tidak cerai. Si A malah ngajak B dengan anakanak ke rumah dinas tersebut dengan cara dibagi 2 rumahnya, karena memang cukup
besar. 1/2 bagian rumah di kontrakkan untuk membiayai C dan anak2nya yang pindah
ngontrak ditempat lain.
Sampai akhirnya thn 95 ada opsi rumah dinas itu di HakMilik. Keluarga B dan C tidak
ada yang mau dan mampu secara ekonomi juga untuk mengurus kepemilikan, kecuali Y
yang menyanggupi untuk mengurus dan membayar harga rumah dengan cara cicil.
Sampai akhirnya ada gugatan dari B dan keluarga untuk kepemilikan rumah, (saat ini
anak-cucu dari B tinggal dirumah itu), namun di PN-PT-MA, semua dimenangkan C
(yang mengikuti dan membiayai sidang Y) thd B. Sampe akhirnya A-B-C meninggal
semua, maka rumah itu rencana mau dijual saja.
Eksekusi (pengosongan rumah) akan segera dilakukan.
Namun sebelum dijual, perlu disepakati dulu hasil pembagian penjualan :
Misal :
Harga jual rumah 1 M.
Biaya yang dikeluarkan Y thn 95 sampe skrg 100 jt.
Perbandingan NJOP thn 95 ke 2015 sudah 10x lipat.
Jika diganti biaya Y dengan mengacu NJOP itu, maka jadinya tidak ada rumah waris
tersebut.
Apakah cukup tepat jika dibandingkan dengan NJOP, jika tidak, menggunakan apa
untuk mendapatkan present value dari biaya yang sudah dikeluarkan?
Brp yg seharusnya di terima X dan Y? bagaimana dengan anak2 A (tinggal N yang
hidup), apakah perlu dapat presentase? thx sbly.
Wasalamualaikum wr wb.

26 November 2015 09.13


Zul Karnain mengatakan...
Assalamualaiku,
Sy mau tanya pak, ibu sy sudah meninggal, anak yg tinggal kan satu cew satu sy cow.
truz bpk dr ibu sy (kakek)udah meninggal. Anak yg di tinggal kakek 3, yg prtama ibu sy
truz kedua paman sy truz yg ke tiga bibi sy.
Pertanyaan ny;
apakah kita dpt warisan dr kakek kami?
Truz kalau kami dpt, gmna cara sy bagi kan harta itu sm kk sy yg perempuan??
23 Desember 2015 19.18
Wasiun Mika mengatakan...
'Alaikum salam wr.wb.
1. Ketika kakek meninggal, ibu anda mendapat bagian waris 1/5 (20%).
2. Ketika ibu anda meningggal, semua harta ibu dibagikan kepada kedua anaknya (jika
sudah tidak ada suami) yakni:
- 1/3 untuk anak perempuan dan
- 2/3 untuk anak laki-laki.
5 Januari 2016 10.09
Andry Sulistyo mengatakan...
Assalamualaikum wr. wb
saya mau bertanya, Alm. Nenek saya memilik harta, namun beliau tidak memilik anak
kandung dari pernikahannya. Tetapi nenek saya memiliki saudara kandung laki-laki
(abang) dan abang alm. nenek saya ini memiliki 7 org anak (5 pria dan 2 perempuan)
dari istri yg pertamanya, dari istri keduanya tidak memiliki anak dan dari istri ketiganya
memiliki anak 3 org (2 pria dan 1 perempuan). Jadi saya mau bertanya menurut islam,
pembagian yang benar itu bagaimana dengan kondisi skrg abang dari alm. nenek saya
sudah meninggal?
terima kash
18 Januari 2016 12.46
Wasiun Mika mengatakan...

Alaikum salam, maaf duluan siapa meninggalnya antar nenek dan abangnya ?
1 Februari 2016 10.00
Wasiun Mika mengatakan...
KAMI MOHON MAAF .....
Assalaamu'alaikum wr.wb.
Dikarenakan banyak tugas luar, waktu blogging ana di depan laptop sangat sempit
sehingga lama sekali baru bisa menjawab pertanyaan pengunjung. Sekiranya ada yang
hendak berkonsultasi waris, ana sarankan menggunakan fasilaitas KONSULTASI
WARIS PRIBADI saja, karena langsung terhubung dengan hp yang mengikuti kemana
saja ana pergi. Atau copas dan berkunjung ke link ini
http://www.jadipintar.com/2014/10/konsultasi-waris-islam-online.html
Mohon pengertian dari para penegak hukum waris Islam semuanya, jazaakumullaahu
khaira.
1 Februari 2016 11.13
Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
KONSULTASI WARIS ISLAM via SMS, E-Mail & WA (Klik Gambar)

KONSULTASI WARIS ISLAM via SMS, E-Mail & WA (Klik Gambar)


Cepat, Jelas & Berkah
Apakah Anda SUKA Blog Ini ?

Entri Populer

Gambar Animasi Bergerak: Pemandangan, Laut, Air Terjun dan Taman


Animasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu anima yang berarti jiwa, hidup,
semangat. Sedangkan karakter adalah orang, hewan ...

Pengertian dan Tata Cara Aqiqah Yang Sesuai Tuntunan Islam

Aqiqah itu berarti memutus dan melubangi , dan ada juga


yang mengatakan bahwa ...

Urutan, Tata Cara dan Tempat-Tempat Manasik Haji

Pengertian haji , secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa

Haji adalah berku...

Tata Cara dan Contoh Pembagian Waris Secara Islam

Keutamaan Hukum Waris Secara Islam Hukum Kewarisan

menurut hukum Islam sebagai ...

Pengertian Sujud Sahwi, Tata Cara, Bacaan dan Sebabnya

Sujud sahwi ( ) adalah bagian ibadah Islam yang

dilakukan di dalam shalat ...

Você também pode gostar