Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tetapi jangan salah, karena tidak semua yang dikategorikan keluarga adalah otomatis
tergolong ahli waris. Dari sisi hubungan kekeluargaan, terdapat dua macam perbedaan
status hak waris: 1. Ahli Waris: Keluarga yang saling mewarisi. 2. Ulul Arhaam:
Mempunyai hubungan keluarga tapi tidak saling mewarisi langsung; atau dengan kata
lain, dia mewarisi jika tidak ada golongan Ahli waris.
" ... jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak
mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya,..."(Q.S.An-Nisa: 176).
Kematian hakiki dapat diketahui dengan menyaksikan langsung atau dengan berita yang
sudah masyhur, atau dengan persaksian dua orang yang dapat dipercaya. Adapun
kematian secara hukum seperti orang yang menghilang dan pencariannya sudah
melewati batas waktu yang ditentukan, maka kita hukumi ia sudah meninggal
Suami.
Laki-laki yang memerdekakan budak (al-mu'tiq).
4. Ulul/Dzawil Arham
Adalah Keluarga Yang Tidak Mendapat Bagian warisan (fard atau 'ashabah) Jika Masih
Ada Ahli Waris Diatas, Mereka terdiri dari:
Kakek dari garis ibu (bapaknya ibu).
Neneknya ibu (ibu punya bapak punya ibu).
Cucu dari anak perempuan; baik jenisnya cucu laki-laki ataupun perempuan.
Keponakan perempuan (anak saudara laki-laki sekandung, sebapak ataupun se-ibu).
Keponakan perempuan (anak saudara perempuan sekandung atau se-ibu).
Paman se-ibu (saudaranya bapak satu ibu lain bapak).
Saudaranya kakek se-ibu.
Sepupu perempuan (anak dari paman: sekandung, sebapak/se-ibu).
Bibi / tante (saudara perempuannya bapak, bibinya bapak, bibinya kakek, seterusnya ke
atas.)
Mamak dan mami (saudara laki-laki dan perempuan dari ibu; baik sekandung, sebapak,
atau se-ibu).
Mamak dan mami-nya bapak, mamak dan mami-nya kakek.
Anaknya paman se-ibu, sampai ke bawah.
Anaknya bibi walaupun jauh.
Anaknya mamak dan mami walaupun jauh.
Para ulama berbeda pendapat tentang posisi dzawil arham sebagai ahli waris:
1. Mereka tidak mendapatkan warisan (Pendapat Malik dan Asy-Syafi'i).
2. Mereka mendapatkan warisan dengan syarat selama tidak ada ahli waris yang
mendapat bagian 'ashabah dan fardh. (Pendapat Abu Hanifah, Ahmad, pendapat ini
juga diriwayatkan dari 'Umar, 'Ali, Abu Ubaidah, 'Umar bin Abdul 'Azis, 'Atha' dll. Inilah
pendapat yang benar berdasarkan firman Allah Ta'ala:
...
... Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebih berhak terhadap
sesamanya [daripada yang kerabat] di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Anfal: 75).
2. Berdasarkan jihat (jalur) yang paling dekat. Ini pendapat Abu Hanifah, ia menetapkan
4 jalur: 1.Jalur bunuwwah (anak-anak dan seterusnya), 2. Jalur ubuwwah (ayah dan
seterusnya ke atas), 3. Jalur ukhuwwah (saudara-saudara), dan 4. 'umummah (paman).
Jika jalur yang lebih dekat mendapat waris, maka yang lebih jauh tidak mendapatkan
apa-apa.
3. Berdasarkan tanziil (mempposisikan) yakni masing-masing dzawil arhaam turun
menempati posisi ahli waris yang menghubungkan mereka dengan mayit, lantas harta
warisan dibagi diantara ahli waris yang menghubungkan mereka dengan mayit. Setelah
itu barulah hasilnya diberikan kepada dzawil arhaam yang turun menempati posisi
mereka. Ini adalah pendapat yang masyhur dari madzhab Imam Ahmad.
5. Urutan Golongan Yang Berhak Menerima Waris:
Jika ketika harta waris hendak dibagikan, sementara golongan ahli waris begitu
banyaknya, kepada golongan manakah pembagian itu diprioritaskan ? mengenai
masalah ini terjadi beberapa perbedaan pendapat para ulama karena tidak adanya nash
yang tegas, berikut saya paparkan beberapa diantaranya:
Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Semoga bermanfaat.
Sumber:
12 komentar:
Anonim mengatakan...
Assalamualaikum
saya mau bertanya bapak saya sudah meninggal dunia isterinya 2 dari isteri pertama
tidak dikarunia anak sedangkan dari isteri ke 2 mempunyai anak 2 orang, anak pertama
perempuan dan nomor 2 anak laki. Bapak mempunyai sebidang tanah yang dikuasai ibu
tiri dan sekarang tanah tersebut mau dijual bagaimana pembagiannya sedangkan luas
tanah dari 670 m2 sudah dijual oleh ibu tiri 350 m2. yang ingin saya tanyakan bagaiman
pembagiannya dan apabila anak tidak diberikan bagaimana hukumnya terima kasih
1 September 2014 09.40
jadipintar.com mengatakan...
WARISAN DIJUAL IBU TIRI
'Alaikum salam wr. wb.
Penting anda ketahui asal perolehan tanah tersebut.
1. Jika dalam perolehan tanah itu isteri pertama ada saham, maka kembalikan
sahamnya, sisanya yang merupakan saham bapak anda barulah dibagikan kepada ahli
waris bapak.
2.Jika perolehan tanah itu 100% milik bapak, maka semua tanah yang 670 m2 dibagikan
kepada ahli waris bapak semuanya.
3.Untuk harta peninggalan alm. bapak anda, maka ahli waris dan bagiannya adalah
sbb.:
- Isteri (I) : 3/48 (6,25%).
-Isteri (II) : 3/48 (6,25%)
- Anak perempuan: 14/48 ( 29,16%)
- Anak laki-laki : 28/48 (58,33%)
4. Jika harta warisan tidak diberikan kepada anak yatim yang berhak, itu namanya
memakan harta dengan jalan bathil, hukumnya dosa, diancam neraka, ayatnya sangat
banyak dalam al-Qur'an diantaranya Q.S. An-Nisa, ayat 2 dan 10, silakan merujuk ke
sana.
Semoga bermanfaat.
4 September 2014 04.02
Anonim mengatakan...
Assalamualaikum
saya mau tanya ini masalah mertua saya, bapak mertua saya menjual rumahnya, istri
pertama sudah meninggal 3 th lalu dan mempunyai 6 orang anak 2 perempuan dan 4
laki-laki, anak perempuan sudah meninggal semua tinggal 4 anak laki2, dan dia
menikah lagi tahun kemarin, bapak mertua saya bilang tdk akan bagi waris sekarang
karna bapak masih hidup, rumah tersebut atas nama bapak, yang ingin saya
pertanyakan bagai mana perhitungan waris atas almh istri pertama, karna rumah
tersebut di beli pada saat istri pertama masih ada apakah hak istri pertama masih
berlaku atau tidak?
dan bagai mana perhitungan waris untuk anak perempuan yg sudah meninggal?
Terima kasih
16 Oktober 2014 09.23
jadipintar.com mengatakan...
HAK BAGIAN ISTERI YANG MENINGGAL
'Alaikum salam wr. wb.
1. Islam tidak mengenal harta gono-gini, kepemilikan suatu harta adalah berdasarkan
besaran saham masing-masing pasangan atas suatu objek. Maka, hitunglah dalam
rumah itu, berapa saham kepemilikan bapak dan berapa saham kepemilikan ibu atas
pengadaan rumah tersebut.
Alaikum salam, maaf duluan siapa meninggalnya antar nenek dan abangnya ?
1 Februari 2016 10.00
Wasiun Mika mengatakan...
KAMI MOHON MAAF .....
Assalaamu'alaikum wr.wb.
Dikarenakan banyak tugas luar, waktu blogging ana di depan laptop sangat sempit
sehingga lama sekali baru bisa menjawab pertanyaan pengunjung. Sekiranya ada yang
hendak berkonsultasi waris, ana sarankan menggunakan fasilaitas KONSULTASI
WARIS PRIBADI saja, karena langsung terhubung dengan hp yang mengikuti kemana
saja ana pergi. Atau copas dan berkunjung ke link ini
http://www.jadipintar.com/2014/10/konsultasi-waris-islam-online.html
Mohon pengertian dari para penegak hukum waris Islam semuanya, jazaakumullaahu
khaira.
1 Februari 2016 11.13
Poskan Komentar
Entri Populer