Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kanker laring adalah keganasan pada laring. Kanker laring banyak dijumpai pada
usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan
dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk,
logam berat.
Kanker laring dapat menyebabkan kematian. Kematian dapat terjadi tergantung
stadium dan lokasinya. Pengangkatan kanker laring stadium IV membuat pasien bisa
bertahan sampai 10 tahun, tetapi kalau sudah menyebar ke organ tubuh lain bisa
menyebabkan kematian sebelum 10 tahun.
Menurut Meyer terdapat 12.000 kasus karsinoma laring setiap tahun di Amerika
dan lebih dari 50% berasal dari pita suara, tetapi di Finlandia dan beberapa negara Eropa
2/3 bagian dari karsinoma laring merupakan karsinoma supraglotis sedang 113
bagiannya dari glotis. Bailey mendapatkan 75% dari karsinoma laring berasal dari pita
suara. Di Indonesia, tumor laring di pita suara mencapai satu persen dari semua
keganasan. Di SMF THT RSUD Dr. Suetomo kami mendapatkan sebanyak 153
panderita (1991- 1995) dan 77 penderita (2000-2001). Sedangkan menurut laporan dari
Bambang dkk. di Semarang (1972-1976), Empu dkk. diBandung (1975-1978), Sigit di
Jakarta (1967-1979) dan Abdurrachman di Jakarta (1980-1984) masing-masing
mendapatkan kasus sebanyak 69,35,162 dan 118. (Robinson,2007).
Kasus Ca Laring banyak terdapat di Indonesia dan juga dapat menyebabkan
kematian, hal tersebutlah yang membuat penulis ingin mengangkat masalah tentang Ca
laring dalam makalah ini yang akan dibahas dalam Bab Bab berikut
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan dengan Tumor Laring
serta Asuhan Keperawatan pada klien dengan Tumor Laring.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sistematika
BAB II PEMBAHASAN
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel skuamosa
laring yang tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh
perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis,
pita suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang banyak mengandung banyak pembuluh
limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase kekelenjar limfe leher bagian
dalam.
Karsinoma laring adalah karsinoma ( keganasan sel skuamosa pita suara dan
jaringan sekitarnya ( C. Long Barbara : 408 ).
Ca laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang THT
dan lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis
karsinoma sel skuamosa (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136).
B.
faring dan trakea. Laring juga sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
a.
Epiglotis
Daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
b.
Glotis
Ostium antara pita suara dalam laring
c.
Kartilago tiroid
Kartilago terbesar pada trakea, sebagian darai kartilago ini membentuk jakun
( Adam s Apple).
d.
Kartilago krikoid
Satu satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring( terletak di bawah
kartilago tiroid).
e.
Kartilago aritenoid
Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilagotiroid
f.
Pita Suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyisuara , pita
suara melekat pada lumen laring.
C.
Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal
yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar
radio aktif, polusi udara,dan radiasi leher. Ada peningkatan resiko terjadinya tumor
ganas laring pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan debu kayu. Namun ada
beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :
a.
Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru, mulut, laring
(pita suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
b.
c.
Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus
Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus
ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor
lingkungan dan genetik.
Menurut Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta D. Thone
R. Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring meliputi :
1.
Tembakau ( berasap/tidak )
2.
Alkhohol
3.
4.
Gas mustard
5.
6.
7.
Laringitis
8.
9.
Patifisiologi
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik
yang jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara palsu, dan sinussinus piriformis ). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan kanker pada jaringan ini
biasanya meluas dengan cepat dan segera bermefastase ke kelenjar limfe leher bagian
dalam. Orang-orang yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih
dari 2 minggu harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal
kanker pita suara, jika pengobatan dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan
tumor sebelum mengenai seluruh pita suara ) pengobatan biasanya masih
memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan
pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran
kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik terhadap laring dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari
pemeriksaan mikroskopi terhadap laring ( C. Long Barbara. 1996 : 408-409 ).
E.
Pathway
Faktor predisposisi
(alkohol, rokok, radiasi)
Ca. Laring
Metastase supraglotik
Plica vocalis
Obstruksi lumen
oesophagus
Suara parau
Nyeri dipersepsikan
Infeksi
Disfagia progresif
Afonia
Gangg. Rasa
nyaman : nyeri
Akumulasi sekret
Intake kurang
Gangg. Komunikasi
verbal
Bersihan jalan
BB turun
Gangg. Pemenuhan
nutrisi
F.
Manisfestasi klinis
1.
Serak
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker
pada daerah glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama
berbicara.
2.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan
nafas oleh massatumor, penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh fiksasi
pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat dua gejala tersebut.
Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh
pasien.
3.
Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis kurang baik.
Nyeri tenggorok
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
4.
5.
6.
Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis
dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau
metastase lebih jauh.
7.
Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
Laringoskopi
Untuk menilai lokasi tumor dan penyebaran tumor.
b.
Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis
di paru.
c.
CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan
daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
d.
Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa
H. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi.
Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi
dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan
dengan gigi diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1.
Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien
yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat
digerakkan ( yaitu bergerak saat fonasi )
Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkin mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau stenosis, sejumlah
kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan
laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan secara pra operatif untuk
mengurangi ukuran tumor
2.
Pembedahan Parsial
A.
dini
ketika hanya satu pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka
penyembuhan yang sangat tinggi . Dalam operasi ini, satu pita suara
diangkat dan semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien
kemungkinan menjadi parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien
seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
B.
tempat
yang
sakit.
Selang
traketomi
dalam trakea sampai jalan nafas glottis pulih. Selang traketomi ini
biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup.
Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai
terdapat
penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi. Pasca operatif, klien
kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu
pertama. Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan
kembali
C.
Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut
kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini,
kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita
suara ( satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu ) dengan
pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago
tiroid diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakeostomi dan selang
nasogastrik selama operasi. Pasien beresiko mengalami operasi pasca
operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara ( sakit
tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan
menelan tetap utuh.
D.
Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang
hyoid, epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea
diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Laringektomi
total membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi
makanan dan cairan ke dalam saluran pernapasan bawah, karena laring
yang memberikan perlindungan spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan
mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi
total merubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan
berbicara. ( Brunner & Suddarth, 2002 : 557-558 )
3.
Kemoterapi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen
antineoplastik. Obat ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Semua sel baik normal maupun sel kanker
berjalan mengikuti siklus sel. Agen kemoterapi bekerja pada fase siklus sel
berbeda disebut siklus non spesifik, kebanyakan agen kemoterapeutik paling
efektif ketika sel-sel secara aktif sedang membelah.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik
daripada lesi setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi.
Kemoterapi mungkin di kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi,
atau kedua-duanya untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk
merusak sel-sel tumor yang masih tertinggal pasca operasi. Tujuan dari
kemoterapi ( penyembuhan , pengontrolan, paliatif ) harus realistic, karena
tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang digunakan dan keagresifan
dari rencana pengobatan.
Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik
membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka
melakukan ini dengan meniru struktur metabolik esensial secara kimiawi,
yaitu : Nutrien esensial untuk metabolisme sel normal, Agen umum meliputi :
Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine ( FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ),
Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine ( 6-MP ), Methotrexate ( mexate )
dan 6-Thieguanin. Efek samping yang paling umum adalah meliputi stomatitis
supresi sum-sum tulang dan diare.
Rute pemberian
Obat-obat kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical,
oral, interval, intramuskuler, subkutan, arteri, intrakavitasi dan
intratekal. Rute pemberian biasanya bergantung pada tipe obat, dosis
yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan luasnya tumor yang diobati.
10
Dosis
Dosis preparat anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh
total pasien, respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi
organ utama dan status kinerja fisik.
4.
Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
I.
a.
Pemberian sadatif
b.
Pemberian antiemetik
c.
Pemberian antipiretik
Komplikasi
1)
2)
J.
1.1
A.
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak yang
tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan pada
daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long Barbara, Harrison, Sjmsuhidayat dan
Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan data sebgai berikut :
Biografi
1) Usia
: Diatas 40 tahun
2) Jenis kelamin
11
3) Pekerjaan
4) Alamat
Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit menelan,sulit
bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan, nyeri tenggorok,
lemah.
B.
PENGKAJIAN SEKUNDER
1) Pemeriksaan Fisik
a)
Keadaan umum
b) Tanda-tanda vital
-
Suhu
TD
Respirasi
Nadi
Pengukuran BB
Kepala
Leher
2) Pemeriksaan Penunjang
a)
b)
c)
12
Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan kanker pada
daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan,
suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia,
dispnoe, penurunan berat badan.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit tenggorokan,
riwayat epiglottis.
E.
Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa positif kanker
laring.
1.2 Pengkajian
a.
Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya
kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga,
kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
b.
13
c.
Higiene
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
d.
Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau
menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring
intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.
e.
Pernafasan
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit
paru kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
g.
Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun
atau radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran nodul.
d.
Interaksi Sosial
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam
interaksi sosial.
Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk
bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat
dalam rehabilitasi.
14
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
b.
Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
defisit
anatomi
d.
e.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau
seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi
banyak dan kental
Tujuan : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka
Kriteria Hasil : Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis, frekuensi
napas normal
A. Awasi
pernapasan.
INTERVENSI
frekunsi atau
Auskultasi
RASIONAL
kedalaman A. Perubahan pada pernapasan, adanya
bunyi
15
sekret
atau
adanya
RASIONAL
praoperasi A. Untuk mengurangi rasa takut pada klien
komunikasi
lain
Memungkinkan
pasien
untuk
tepat
atau
terlapis
atau
Kemampuan
untuk
menggunakan
dan
memerlukan
sumber
Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan, adanya selang
nasogastrik atau orogastrik.
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks, dan ekspresi wajah
ceria.
INERVENSI
RASIONAL
A. Sokong kepala dan leher dengan bantal. A. Kelemahan otot diakibatkan
Tunjukan
pada
pasien
oleh
dan
atau
bahu.
meningkatkan
danmengakibatkan
Kurang
sokongan
ketidaknyamanan
cedera
pada
area
jahitan.
B. Dorong pasien untuk mengeluarkan B. Menelan menyebabkan aktivitas otot
saliva atau penghisap mulut dengan hati- yang dapat menimbulkan nyeri karena
17
C. Catat indikator non verbal dan respon C. Alat menentukan nyeri dan keefektifan
automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek obat.
analgesik.
D.
Kolaborasi
analgesik,
contoh
dengan
codein, ASA,
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis
masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik
keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau
kemoterapi
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu, menunjukan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai
waktunya.
INTERVENSI
A. Auskultasi bunyi usus.
RASIONAL
A. Makan dimulai hanya setelah bunyi
usus membaik setelah operasi.
digabungkan
dengan
untukmenurunkan
Dorong
air
mual
untuk
penghisap
dan
muntah.
mempertahankan
kepatenan selang.
C. Ajarkan pasien atau orang terdekat C. Membantu meningkatkan keberhasilan
teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, nutrisi
kantong
dan
metode
dan
mempertahankan
martabat
pada
sangat
pasien
dan
orang
terdekat
orang
lain
untuk
mendasar
pada
Berikan
diet
nutrisi
( misalnya semikental atau makanan dibuat untuk tambahan atau batasan faktor
halus ) atau makanan selang ( contoh tertentu, seperti lemak dan gula atau
makanan dihancurkan atau sediaan yang memberikan makanan yang disediakan
dijual ) sesuai indikasi
pasien.
Ganguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara, perubahan anatomi wajah dan
leher.
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk presepsi negatif pada diri
sendiri.
Kriteria hasil : Menunjukan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti
dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positif dengan orang lain.
Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi. Mulai
mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai
upaya melaksanakan rehabilitasi.
INTERVENSI
A. Diskusikan arti kehilangan
RASIONAL
atau A. Alat dalam mengidentifikasikan atau
atau
bicara
sendiri.
Dapat
menunjukan
depresi
atau
19
C. Catat reaksi emosi, contoh kehilanagan, C. Pasien dapat mengalami depresi cepat
depresi, marah
membantu
dan
pasien
menghadapi
kesehatan.
Keluarga
memampukan
mereka
untuk
3.
Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
20
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN TN. MESERI
DENGAN KARSINOMA LARING DI RUANGAN PERAWATAN THT
I. IDENTITAS
Nama
: Tn. Meseri
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
MRS
: 24 Maret 2002
No. Register
: 10145532
Tempat/tanggal pengkajian
Alasan dirawat
21
: ke dokter praktek
Terapi/operasi
2.2
2.3
22
2.4
Keadaan umum
Pasien kanker laring post trakeostomi dan biopsi tanggal 24 maret 2002 dan
tanggal 1 april 2002 keadaan umum tidak sesak, tidak batuk,suara
hilang,berkomunikasi dengan bahasa isyarat,terpasang kanule logam pada stoma
yang dibuat pada trakea.
2.
Tanda-tanda vital
Suhu 36 derajad / axilla,nadi 88X /menit teratur, tensi 130/70 mmHg lengan kiri
posisi berbaring,respirasi rate 20 X menit normal.
3.
Body system
3.1 Pernapasan ( B 1 : Breathing )
Pernapasan melalui trakea yang dibuat lubang ( trakeostomi ). Bentuk dada
simetris,lendir ada dan dilakukan nebuliser dan suktion oleh perawat
ruangan.
3.2 Cardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Tidak ada nyeri dada, palpitasi tidak ada, tidak ada pusing,udema tidak ada,
dan tidak ada udema.
3.3 Persyarafan ( B3 : Brain )
Composmentis,GCS : 15, Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6. Kepala dan wajah
tidak ada cedera, Mata dan sklera normal,conjuntiva merah muda,pupil
isokor dan normal. Leher ada pembesaran kelenjar limfe,ada stoma pada
leher ( trakeostomi ) untuk mengatasi sumbatan jalan napas atas.Reflek
patela normal. Persepsi sensori pendengaran kiri-kanan normal,penglihatan
normal,perabaan normal.
3.4 Perkemihan-Eliminasi Uri ( B4 : Bladder )
23
24
V.
SPIRITUAL
Pasien beragama islam dan kegiatan ibadah yang dilakukan adalah sholat. Klien
sangat percaya akan pertolongan ALLAH dalam penyakit yang dihadapinya.
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto servikal : soft tissu mass colli dengan penyimpitan trakea, foto thorax :
bekas KP dan bronchitis, laring biopsi : epidermoid carsinoma poorly
diferentiated, laboratorium : darah lengkap.
VII.
Therapy
Amox 3x500mg,asam mefenamad 3x500 mg,diit TKTP,nebuliser dan suction.
ANALISA DATA
1.
Data subyektif : melalui metode tulisan klien mengatakan sulit untuk mengucapkan
kata-kata tetapi mengerti apa yang dikatakan orang lain.
Data obyektif : klien berkomunikasi dengan bahasa isyarat dan menggunakan
metode tulisan setelah disarankan oleh perawat dengan tujuan agar mudah
dimengerti oleh orang lain,klien kehilangan kemampuan mengucapkan kata-kata
tetapi mengerti apa yang dikatakan oleh perawat, terpasang kanule logam pada
trakeostomi.
Masalah : Kerusakan komunikasi verbal
Etiologi : CA pada pita suara dan hambatan fisik ( selang trakeostomi ) pada
kemampuan bicara.
2.
Data subyektif : Melalui metode tulisan klien mengatakan malu tidak bisa berbicara
seperti dulu,malu dengan logam kanule/stoma pada leher.
Data obyektif : Tampak wajah tegang saat berinteraksi dengan perawat,kekuatiran
meningkat,kehilangan kemampuan untuk mengucapkan kata-kata walaupun klien
mengerti apa yang dikatakan perawat,suara hilang,ingin nebuliser dan suktion pada
malam hari saja.
Masalah : Gangguan citra diri
25
Data subyektif : Pasien mengemukakan tidak nafsu makan, sakit saat menguyah
dan terkadang mual.
Data objektif : Berat badan pasien turun, kulit nampak kering dan pasien terlihat
lemas.
Masalah : Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi
Etilogi : Kesulitan untuk menelan akibat nyeri pada tenggorokan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
Gangguan
citra
diri
berhubungan
dengan
kehilangan
kemampuan
RASIONAL
praoperasi A. Untuk mengurangi rasa takut pada klien
26
gangguan
komunikasi
lain
Memungkinkan
pasien
untuk
tepat
atau
terlapis
atau
Kemampuan
untuk
menggunakan
dan
memerlukan
sumber
Ganguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara, perubahan anatomi wajah dan
leher.
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk presepsi negatif pada diri
sendiri.
Kriteria hasil : Menunjukan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti
dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positif dengan orang lain.
Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi. Mulai
mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai
upaya melaksanakan rehabilitasi.
INTERVENSI
B. Diskusikan arti kehilangan
RASIONAL
atau A. Alat dalam mengidentifikasikan atau
27
atau
bicara
sendiri.
Dapat
menunjukan
depresi
atau
C. Catat reaksi emosi, contoh kehilanagan, C. Pasien dapat mengalami depresi cepat
depresi, marah
membantu
dan
pasien
menghadapi
kesehatan.
Keluarga
memampukan
mereka
untuk
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis
masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik
keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau
kemoterapi
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu, menunjukan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai
waktunya.
INTERVENSI
B. Auskultasi bunyi usus.
RASIONAL
A. Makan dimulai hanya setelah bunyi
usus membaik setelah operasi.
28
digabungkan
dengan
untukmenurunkan
Dorong
air
mual
untuk
penghisap
dan
muntah.
mempertahankan
kepatenan selang.
C. Ajarkan pasien atau orang terdekat C. Membantu meningkatkan keberhasilan
teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, nutrisi
kantong
dan
metode
dan
mempertahankan
pada
sangat
pasien
dan
orang
terdekat
martabat
orang
lain
untuk
mendasar
pada
Berikan
diet
nutrisi
( misalnya semikental atau makanan dibuat untuk tambahan atau batasan faktor
halus ) atau makanan selang ( contoh tertentu, seperti lemak dan gula atau
makanan dihancurkan atau sediaan yang memberikan makanan yang disediakan
dijual ) sesuai indikasi
pasien.
29
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ca laring merupakan keganasan yang sering dijumpai di bidang THT.
Hal-hal yang saling mempengaruhi kesembuhan penyakit ini antara lain
kecepatan dan ketepatan diagnosa, penentuan stadium tumor, fasilitas dan sarana
yang ada, kondisi pasien serta pilihan pengobatan yang diberikan.
B.
Saran
1. Bagi para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang
dipaparkan diatas, sehingga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan
tambahan.
2. Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam
proses penyusunan maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu
kelancaran dan kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Bites Barbara dkk, 1998 . Buku Saku Pemeriksaan dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
C. Long Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung:IAPK Pajajaran
Doenges. E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
Carpenito,Lynda Juall.2006.Buku saku diagnosis keperawatan.Edisi 10, Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran
Nanda.2007. Diagnosa Nanda.Jakarta:EGC
31
32