Você está na página 1de 13

Ciri-Ciri Perencanaan

Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus diperhatikan.


Menurut Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Bagian dari sistem administrasi
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan
perencanaan sebagai bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan.
Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu dari fungsi
administrasi yang amat penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung oleh
perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah
perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang berkelanjutan antara
perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal. Disebutkan
perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai,
dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya sehingga terbentuk
suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.
3. Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan. Artinya,
hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan
mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa
yang akan datang.

4. Mampu menyelesaikan masalah


Suatu perencanaan yang baik adalah yamg mampu menyelesaikan berbagai
masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah dan ataupun
tantangan yang dimaksudkan disini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan.
Dalam arti penyelesaian masalah dan ataupun tantangan tersebut dilakukan secara
bertahap, yang harus tercermin pada pentahapan perencanaan yang akan
dilakukan.
5. Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan
secara jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya dibedakan atas dua macam,

yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus
yang berisikan uraian lebih spesifik.
6. Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti
bersifat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan dengan
sumber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang
tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah perencanaan yang baik.

Ciri ciri perencanaan kesehatan yang lainnya adalah :


a. Perencanaan upaya kesehatan pada umumnya melibatkan team kecil atau besar
yang harus bekerja sama.
b. Perencanaan umumnya menghadapi sumber daya yang terbatas
c. Sebagai fungsi terpenting dalam administrasi
d. Perencanaan harus selalu berorientasi ke masa depan
e. Perencanaan harus mempunyai kemampuan meramalkan apa yang terjadi di
masa datang.
f. Perencanaan mampu menghadapi peluang melesetnya asumsi asumsi yang
mempengaruhi ketepatan ramalan.

B. Perencanaan Mendirikan Rumah Bersalin


Rumah Bersalin merupakan tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan
bagi wanita hamil, bersalin, dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga
berencana serta perawatan bayi baru lahir (peraturan Daerah Kota Malang Nomor
20 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, Bab 1 Ketentuan Umum,
Pasal I, no 14). Rumah Bersalin mempunyai sifat privat dan semi privat, sebab tidak
semua orang dapat keluar masuk di dalam area ini. Sifat privat terdapat pada ruang
persalinan.

kepada :

Dasar hukum pemberian Izin Pendirian Rumah Bersalin berdasarkan

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


Undang-undang No. 32 tahun 2004 Pemerintah Daerah

PerMenKes RI No. : 920/ Menkes /Per /XII /1986 tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan di Bidang Medik
Keputusan Dirjen Binkesmas No. : 664/Binkesmas/DJ/V/1987 tentang petunjuk
pelaksanaan upaya kesehatan swasta di Bidang Pelayanan Medik Dasar.
Peraturan Daerah (tentang retribusi perizinan dibidang kesehatan, tentang
organisasi dan tatakerja, dll)

Prasyarat Pendirian Rumah Bersalin

Rumah Bersalin merupakan pertanggungjawaban dari bidan. Hal ini berbeda


dengan rumah sakit bersalin. Pada rumah sakit bersalin bertanggung jawab di
dalamnya adalah dokter spesialis. Namun, pemiliknya dapat diberikan pada seorang
bidan atau orang umum sebagai penanam modal di dalamnya. Bidan yang
membuka usaha pada rumah bersalin adalah bidan praktek swasta yang sudah
memiliki pendidikan dan sertifikasi Bidan Delima, dimana bidan delima merupakan
bidan profesional dalam pelayanannya.
Prasyarat berdirinya Rumah Bersalin oleh seorang bidan praktek swasta adalah
Seorang Bidan harus memiliki SIB (Surat Izin Bidan) dan mengurus
keanggotaan/registrasi pada IBI (Ikatan Bidan Indonesia) serta memiliki SIPB (Surat
Izin Praktek Bidan). Setelah hal tersebut akan diadakan uji kompetensi serta
peningkatan pengetahuan Bidan yang mana disebut dengan Bidan Delima. Lalu
akan adanya AMD selama minimal 3 tahun. Setelah hal itu semua maka dapat
mengajukan pada Dinas Kesehatan Kota lalu melanjut pada Dinas Kesehatan
Kabupaten sebagai pengajuan rekomendasi Rumah Bersalin. Namun, semua itu
harus mempunyai izin dari warga setempat yang berada di sekitar akan berdirinya
rumah sakit tersebut. Penanggung jawab rumah bersalin seorang dokter. Namun,
apabila menjadi rumah sakit bersalin harus dipertanggung jawabkan pada seorang
dokter spesialis. Selain itu pula banyaknya persalinan dalam satu tahun adalah
600 kelahiran dan mempunyai lebih dari 20 kamar. Berikut ini merupakan
keseluruhan persyaratan pengolahan rumah bersalin yang dikelola dan
dipertanggungjawabkan oleh seorang bidan.

Beberapa pengertian mengenai istilah-istilah kesehatan:


1. BKIA Swasta adalah fasilitas kesehatan untuk memberikan pelayanan
kesehatan dasar kepada wanita hamil, wanita menyusukan, wanita dalam masa
nifas, bayi, anak balita/prasekolah, dan pelayanan Keluarga Berencana yang
diselenggarakan oleh swasta.

2. Rumah Bersalin adalah bentuk pelayanan kesehatan dasar yang


menyelenggaraka pelayanan bagi wanita hamil, persalinan fisiologik, masa nifas,
bayi baru lahir dan Keluarga Berencana.
3. SID adalah ijin yang dikeluarkan bagi dokter/dokter gigi yang menjalankan
pekerjaan sesuai dengan bidang profesinya di wilayah Negara RI.
4. SIB adalah ijin yang dikeluarkan bagi bidan yang menjalankan pekerjaan sesuai
dengan bidan profesinya di wilayah Negara RI.
5. SIP adalah ijin yang dikeluarkan bagi dokter/dokter gigi/ bidan yang
menjalankan pekerjaan sesuai dengan bidang profesinya sebagai swasta
perseorangan di samping tugas/fungsi lain pada pemerintah atau Unit pelayanan
kesehatan swasta.
6. Etik kedokteran ialah norma yang berlaku bagi dokter dan dokter gigi dalam
menjalankan profesinya sebagai tercantum dalam kode etik masing-masing yang
telah ditugaskan oleh Materi Kesehatan. (Pembinaan Kesehatan Masyarakat,
Pembinaan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) dan Rumah Bersalin (RB),
1987,p.2)

Berikut ini adalah prosedur mengurus izin usaha untuk rumah bersalin:
a.
Fotokopi izin sementara/izin tetap penyelenggaraan sarana pelayanan dengan
SK Penyelenggaraan Sarana Pelayanan bagi perpanjangan izin;
b. Fotokopi Akta Notaris badan hukum dan pengesahan dari Departemen
Kehakiman dan HAM:
Fotokopi sertifikat tanah;
Fotokopi Izin Lokasi (izin peruntukan) dari Dinas Tata Kota;
Fotokopi perjanjian kontrak bangunan minimal 6 (enam) tahun;
KTP pemilik bangunan yang masih berlaku;
Fotokopi sertifikat tanah bila bukan milik sendiri;
Fotokopi IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dan IPB (Izin Penggunaan Bangunan).
IPB merupakan izin atas bangunan yang tidak diperuntukkan bagi tempat
tinggal/hunian. IPB dapat diperoleh di Dinar Perizinan dengan mengisi formulir, yang
dilengkapi dengan fotokopi KTP, fotokopi bukti lunar PBB terakhir, fotokopi sertifikat
tanah/fotokopi Surat sewA, fotokopi IMB dan gambar teknis tempat usaha;
c.

Fotokopi UUG (Izin Gangguan);

d.

Surat Keterangan Domisili Usaha Kesehatan dari Lurah setempat;

e.
Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh pada
peraturan yang berlaku di atas materai;
f.
Peta Lokasi dan denah ruangan ditandatangani pimpinan dan Stempel Badan
Hukum;
g. Surat Pernyataan bersedia bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan
setempat di atas materai yang berlaku;
h. Surat perjanjian kerja sama dengan Rumah Sakit Rujukan di atas materai yang
berlaku;
i.
Surat Pernyataan dari dokter penanggung jawab/pimpinan bersedia/sanggup
menaati peraturan perundangan yang berlaku dan tidak melakukan tindakan aborsi
di atas materai;
j.
Struktur organisasi dan tata kerja/laksana disertai nama petugas dan
hubungan antara pemilik dan pengelola;
k. Daftar tenaga kerja dilampiri SK pengangkatan petugas
dan susunan personalia, dilengkapi dengan berkas:
Tenaga medis: Surat Pengangkatan, SI PTM (Surat Izin Praktik Tenaga Medis), SPTP
atau STP (Persetujuan Tempat Praktik) di lokasi tersebut, izin atasan untuk PNS yang
masih bekerja, serta Surat pernyataan bersedia sebagai dokter penanggung jawab;
Tenaga bidan: fotokopi ijazah, SP/SIB (Surat Penugasan), SIPS dan pas foto ukuran
4 x 6 sebanyak 1 (satu) lebar;
Fotokopi ijazah tenaga para medis dan non medis;
Daftar peralatan medis dan non medis;
Daftar tarif;
Daftar obat-obatan;
Jenis pelayanan yang diselenggarakan;
Laporan kunjungan pasien, jumlah kelahiran, jumlah imunisasi, jumlah KB selama
1 (satu) tahun terakhir;
Pas foto ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar bagi dokter penanggung jawab.

Perijinan Penyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Rumah Bersalin/BKIA

Jenis-jenis perijinan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 45 ayat (1), meliputi:
1. Perijinan penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sarana pelayanan
Kesehatan yaitu:
a.

Badan Pengobatan/Poliklinik

b.

Rumah Bersalin/Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA)

c.

Apotik

d. Toko Obat
e.

Optik

f.

Laboratorium

Penyelenggara balai kesehatan ibu dan anak harus memenuhi standarisasi saran
dan prasarana sebagaimana di maksud pasal 4, yang meliputi :
1.

Ketenagaan

a.

Bagi tenaga medis harus mempunyai STR dan SIP

b.
Surat penugasan (sp) yang di terbitkan oleh Dinas Kesehatan dan Surat Izin
Praktek Bidan (SIPB)
c.
Surat pernyataan tidak keberatan dari atasan langsung bagi tenaga
medis/paramedis yang telah bekerja sebagai PNS, TNI, POLRI, dan Rumah sakit
swasta
2.

Bangunan

a.
Memiliki ruang periksa pasien sesuai dengan standar KIA set dan/atau
ketentuan ukuran dan kelengkapan bangunan yang berlaku
b.
Terdapat ruang inap untuk pasien sesuai dengan standar persyaratan
kesehatan yang berlaku
c.

Terdapat ruang tunggu untuk pasien

Prasyarat , Tugas, Fungsi, dan Sasaran dari Rumah Bersalin

Prasyarat Rumah Bersalin Swasta adalah :


a.

Tugas dari rumah bersalin swasta :

1)

Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang :

Kehamilan, persalinan, nifas

Menyusukan dan perawatan buah dada

Keluarga berencana

Perawatan bayi dan anak persekolah

Gizi

Imunisasi

Sanitasi dasar

Membina posyandu dan taman kanak-kanak

2)
Melaksanakan bimbingan dan pembinaan terhadap dukun bersalin/dukun
paraji
3)

Melayani kasus ibu untuk :


Pengawasan kehamilan

Pertolongan persalinan fisiologis (termasuk letak sungsang pada


multipara)

Episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan II

Perawatan nifas dan menyusukan, termasuk pemberian interotinika

Pelayanan kontrasepsi sederhana,pil KB, IUD (AKDR) I dan KB suntik

Pelayanan imunisasi TT

4)

Melayani bayi dan anak prasekolah untuk :


Pengawasan pertumbuhan dan perkembangan

Pemberian imunisasi dasar dan ulang (BCG,Polio, DPT dan Campak)


sesuai kebijaksanaan pemerintah perawatan termasuk pertolongan diare

5)

Petunjuk pemberian makanan


Memberikan obat-obatan
Roborantia

Pengobatan tertentu dalam bidang kebidanan, sepanjang hak itu tidak


melalui suntikan, kecuali utero tonika

b.

Dibawah pengamatan dokter, dapat dikerjakan :

1)

Pengawasan kehamilan

Versi luar

Pengeluaran dengan digital sisa jaringan konsepsi pada keguguran

2)

Pertolongan persalinan

Perawatan pra persalinan (kurang 2 hari)

Persalinan sungsang primipara

Pertolongan dengan cunam atau extractor vakum pada kepala di luar panggul

Pemberian infus untuk mempertahankan keadaan ibu

3)

Pertolongan pada masa nifas

Pertolongan pasca persalinan di RB tanpa komplikasi

Pemberian antibiotika pada infeksi (oral maupun suntikan)

Pemasangan susuk KB

4)

Perawatan bayi baru lahir di RB dengan minimal apgar skore 8

5)

Pertolongan kedaruratan

Pencegahan keadaan perdarahan

Mengatasi perdarahan pasca persalinan dengan pengeluaran urine secara


digital

Mengatasi kedaruratan eklampsia

Mengatasi infeksi bayi baru lahir

c.

Hal-hal diluar 1 dan 2 di atas, agar segera di rujuk ke fasilitas rujukan

d.

Pencatatan medik dan pelaporan berkala

Berikut ini adalah tugas rumah bersalin (pembinaan kesehatan masyarakat,


pembinaan balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) dan rumah bersalin (RB), 1987)

Menyediakan fasilitas yang memadai, baik secara fisik maupun


perlengkapan pengobatan guna tercapainya proses persalinan pasien


Menyelenggarakan program pencegahan, pengobatan atau perawatan dan
konsultasi yang semaksimal mungkin bagi pasien yang tengah berada pada
kehamilan dan melahirkan

Mengusahakan suasana lingkungan yang sehat (therapeutic community)


guna tercapainya kenyamanan bagi sang ibu dan bayi

bayi

Memberikan penanganan yang cepat dan sigap demi keselamatan ibu dan

Fungsi Rumah bersalin :

Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan kehamilan (pranatal)

Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan persalinan (natal)

Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan kelahiran (pasca ntal yang


menyangkut kesehatan ibu dan bayi)
Sasaran pelayanan meliputi (visi dan misi rumah bersalin prasetya Husada) :
Sasaran umum :

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat,


yang meliputi upaya peningkatan ,pencegahan ,penyembuhan dan pemulihan.
Sasaran khusus :

Memberikan pelayanan berupa konsultasi akan masalah kesehatan


kehamilan, kesehatan anak, dan pengobatan medis lainnya (persalinan,
papsmear,KB,dll) dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan
jiwa ibu dan anak

Mempersiapkan calon ibu dalam menghadapi persalinan agar


sejauh mungkin dapat melahirkan sang buah hati dalam kondisi yang sehat dan
jiwa yang tenang (seperti konseling, riwayat kesehatan, dan senam hamil)

Menjadikan sang ibu menjadi seorang ibu yang baik dimana


dapat merawat sang bayi dan dapat mendidik sang bayi dengan sebaiknya tanpa
ada kekhawatiran lainnya.

Persyaratan ruang nifas

Fasilitas dan peralatan :


1.

Kamar operasi : adalah unit kerja/instalasi tempat melakukan tindakan operasi

2.

Syarat yang harus di penuhi :

a.

Mudah di capai, baik untuk kasus rutin maupun kasus darurat

b.

Penerimaan pasien berdekatan dengan perbatasan daerah steril dan non-steril

c. Ada kebebasan bergerak bagi tempat tidur (brancard) pasien dengan sedikit
persimpangan
d. Ada batas yang jelas antara daerah steril dan non-steril yang dibuat sedemikian
rupa sehingga mendorong peningkatan disiplin pemakaian baju steril

Syarat yang harus di penuhi terdiri dari :


1.
Akses langsung bagi pasien agar dapat cepat dan mudah menuju lokasi kamar
bersalin
2.

Lokasi kamar bersalin berdekatan dengan kamar operasi

3.

Ada fasilitas isolasi bagi ibu atau bayi yang terkena infeksi

4.

Ada ruang bagi keluarga penunggu pasien

5.

Tersedia peralatan lengkap

Sedangkan yang diartikan dengan kecukupan menunjang fungsi adalah apabila


tersedia ruangan atau fasilitas :
a.

Melaksanakan pekerjaan administrasi

b.

Tempat menyimpan barang invertaris

c.

WC pasien, pengunjung, staf unit

d. Air bersih
e.
f.

Sumber listrik cukup, aman dengan tegangan stabil


Ventilasi udara biak

Serta dapat di artikan dengan memenuhi syarat apabila :


a.

Tempat/lokasi unit mudah dicapai dengan rambu penunjuk yang jelas

b. Ada kebebasan bergerak untuk tempat tidur/brandcard dengan sesedikit


mungkin melalui persimpangan
c.

Tersedia fasilitas privacy bagi pasien

Yang diartikan dengan ruangan khusus adalah ruangan yang khusus disediakan
untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medik dan tidak di sediakan

pelayanan lainnya (ruang rehabilitasi medik yang di maksud adalah ruangan yang
di peruntukan bagi pasien untuk proses pemulihan dari kondisi fisik setelah
mengalami atau menjalani pelayanan medik. Disini dapat diartikan pula apabila ia
setelah melahirkan dari ruang operasi atau ruang bersalin, maka ia dipindahkan
pada ruang nifas sebagai tempat rehabilitasi atau pemulihan pasca melahirkan)
Persyaratan ruang perawatan intensif atau khusus, adalah :
a.

Unit terbuka 12-16 m2/per tempat tidur, unit tertutup 16-20m2/pertempat tidur

b.

Jarak antara dua tempat tidur 2 meter

c.

Temapt tidur medis mudah di rubah posisinya

d.

Peralatan medis mudah di capai

e.

Cukup tersedia obat-obatan

f.
Ruang perawat di tempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan perawat
mengawasi dan menolong pasien
g.

Ruang ber-AC

h.

Berdekatan dengan ruang operasi, ruang pulih standar

i.

Cukup ruangan untuk peralatan dan sterilisasi

j.

Ada cadangan sumber tenaga listrik darurat

k.
l.

Ada sistem alarm


Ada ruangan konsultasi keluarga pasien

Karakter dari ruangan intensif termasuk dari segi prasyarat luasan yang sama
dengan prasyarat luasan kamar pasien

Perlengkapan dan Peralatan Klinik Kamar Bersalin

Perlengkapan dan peralatan pada klinik/kamar bersalin yang tercantum disini


dirancang dan cocok untuk daerah wilayah 100.000 penduduk, dengan perkiraan
4.000 persalinan per tahunnya. Karena fasilitas rawat jalan di rumah sakit pada
umumnya merupakan gabungan dengan Unit Pelayanan Fungsional (UPF) lain,
kebutuhan akan ruangan, peralatan, dan perlengkapan tidak dibahas disini.
Kebutuhan ruangan
o Bangsal perawatan ibu hamil
Tiga kamar, masing-masing dengan 8 tempat tidur + 3 toilet di tiap bangsal.

Ruangan terapi/ pengobatan


o Kamar bersalin
Kamar bersalin dengan 6-8 tempat tidur.
Ruang bilas/cuci.
Pojok/ ruangan.
Ruangan untuk alat-alat pembersih.
Toilet
Kamar mandi.
Ruang tunggu untuk keluarga pasien.
Ruang pulih dengan 4-6 tempat tidur.
o Kamar operasi
Kamar operasi utama.
Ruang anestesia.
Ruang pemulihan.

Tabel Daftar Peralatan dan Perabot Ruang Perawatan Ibu


Kamar dengan 8 tempat tidur
Jumlah
Tempat tidur
Kursi
Lemari berkunci untuk menyimpan pakaian
Meja makan pasien di atas tempat tidur
Wastafel
Pembatas ruangan yang dapat dipindah-pindah
AC atau kipas angin (tidak harus)
8

8
8
8
2
2
Toilet
3
Sumber: Saifudin, et al., 2002, p. A-12.
Tempat tidur sebaiknya berukuran standart 200 x 100 cm. Tempat tidur berpegas,
pada awalnya enak ditiduri, tetapi lama kelamaan akan cekung di bagian tempat
tidur. Karena alasan itu dapat dipilih tempat tidur berpegas yang pegasnya terfiksir
pada kerangka tempat tidur sehingga tidak akan aus dengan waktu. Sebaiknya
tebal kasur 10 cm.

Você também pode gostar