Você está na página 1de 70

www.ac-zzz.blogspot.

com

Topeng Hitam Kelam


Ambhita Dyaningrum
www.ac-zzz.blogspot.com

Malam beringsut perlahan. Bunyi binatang malam bersahut-sahutan di


kejauhan. Penjaga portal di pintu gerbang terkantuk-kantuk dengan televisi
masih menyala di sudut ruang. Wajahnya menengadah dan mulutnya yang
ternganga mengeluarkan bebunyian yang mengusik kesunyian malam. Gelap
menyembunyikan tiga bayang-bayang hitam yang bergerak tanpa suara menuju
pusat kompleks gedung yang megah berkubah itu. Kegesitan tampak dari gerakgerik menonaktifkan sistem keamanan dengan portable computer yang
didudukkan di rerumputan kering, yang malam itu digayuti embun. Isyarat mata
bersahut-sahutan dari wajah-wajah yang bertopeng hitam dan jari-jemari yang
dibalut kaus tangan warna hitam pula. Dalam hitungan ketiga, bayanganbayangan itu berbagi tugas. Lasak di malam yang tidur.

Tiba-tiba dingin mulai terasa hangat. Gelap tiba-tiba disibakkan cahaya


benderang. Penjaga portal terbangun karena merasa pipinya menghangat. Ia
risau dalam dengkurnya, kemudian akhirnya terjaga. Dari kaca-kaca jendela ia
melihat nyala yang terang. Ia terperanjat melihat sinar kemerah-merahan
menjulang dari dinding-dinding gedung berkubah. Kantuknya terenggut tibatiba oleh dentuman mahadahsyat dari jantungnya. Kebakaran!

Ia memeriksa sistem keamanan. Mati. Alarm tak berfungsi. Ia meraih gagang


telepon di meja. Tak ada nada sambung. Ia kian panik. Napasnya mendengus-

www.ac-zzz.blogspot.com
dengus. Layar monitor pemantau seluruh sistem gedung mati. Ia kemudian
berlari sekencang-kencangnya ke arah gedung yang terbakar. Berteriak-teriak
memanggil nama teman-temannya dengan lolong yang lebih buruk dari suara
serigala yang terluka.

Sementara itu, tiga bayang-bayang hitam telah bergerak mundur dengan


senyum kemenangan di sudut bibir mereka masing-masing. Ketiganya saling
mengacungkan ibu jari. Misi telah selesai dijalankan. Kemudian bayang-bayang
itu bersicepat dengan waktu, mengendap-endap di pekat malam yang telah
diracuni panas dan terang cahaya api. Menghilang seperti partikel debu di
udara. Dan di suasana seperti itu, derum kendaraan sekeras apa pun tenggelam
dalam kegaduhan yang lebih mencemaskan yang datang dari gedung yang
terbakar.

Stepa kembali datang ke perpustakaan tua sore itu. Entah dorongan dari mana
yang membuat ia merasa tertarik dengan bangunan usang yang telah dimakan
usia itu. Dinding perpustakaan mulai berlumut dan retak-retak sehingga
membentuk liang-liang. Liang-liang kecil itu dihuni semut-semut yang kerap
kali muncul ke permukaan beriring-iringan. Lantainya yang lembap dan terasa
dingin di kaki membuat Stepa merasa senang menyentuhkan telapak kakinya
disana saat asyik membaca.Ada sensasi tersendiri dengan senyap itu.

Penjaga perpustakaan yang juga telah dimakan usia, Pak Raste namanya
(untunglah namanya bukan Rasta), berambut keriting kecil-kecil dan
berkacamata setebal kaca nako jendela. Ia tampaknya baik, hanya sedikit
tegang pembawaannya. Barangkali ia termasuk orang yang sangat takut berbuat
kesalahan. Ia berhati-hati sekali dalam bekerja, mencatat, dan memasukkan
data ke komputer. Sambil melakukan pekerjaannya, ia juga tetap mengawasi
gerak-gerik orang dari balik kacamatanya yang tebal. Ia mencurigai orang-orang
yang masuk ke perpustakaan dengan baju tebal. Ia pikir mereka berniat
mencuri buku dari perpustakaan dengan cara menyembunyikannya di balik
baju. Hal itu pernah terjadi sebelumnya berulang kali, sehingga membuat Pak
Raste jadi trauma. Rasa cemas membuat ia selalu memelototi setiap orang
yang keluar masuk perpustakaan, kendati sebenarnya perpustakaan telah
dipasangi detektor untuk mencegah pencurian. Jadi, siapa pun yang melakukan
kecurangan tak akan bisa lolos dari pengawasan. Namun, meskipun ia bukan
termasuk jenis orang yang ramah dan mau berkompromi, Stepa menyukai orang
tua itu karena mengingatkan ia pada pria yang ia sebut Ayah, yang telah
meninggal sekian tahun silam.

www.ac-zzz.blogspot.com

Mengherankan sebetulnya, bila Pak Raste begitu paranoid dengan isi


perpustakaannya, mengingat nyaris tak ada buku baru disana . Pengunjungnya
pun tak terlalu banyak, kecuali orang-orang yang memang melakukan riset dan
mahasiswa yang mencari data untuk tugas akhir mereka.

Isi perpustakaan itu sama tuanya dengan gedung dan penjaganya. Ia seperti
berhenti sejak sekitar sepuluh tahun yang silam. Tahun terbitan terakhir yang
bisa ia temukan telah melampaui waktu itu. Buku-buku di perpustakaan Pak
Raste seperti simpanan arsip yang telah kedaluwarsa dan hanya ditumpuk
begitu saja, kemudian tak ada arsip baru. Berhenti begitu saja di tahun itu.

Suatu kali Stepa merasa tertarik dengan buku-buku yang diletakkan di rak
paling atas. Ia bersusah-payah menarik tangga dan mencoba menjangkau bukubuku, di rak paling atas. Debu meliputi tepi-tepi buku membuat ia beberapa
kali bersin. Kebanyakan buku-buku yang diletakkan disana adalah buku-buku
sejarah, antropologi, dan kedokteran yang usianya sudah sangat tua. Kertasnya
telah menguning dimakan waktu. Mungkin karena sudah terlalu tua dan
diperkirakan tidak lagi dicari banyak orang sehingga diletakkan di tempat yang
sulit dijangkau. Stepa hanya memuaskan rasa ingin tahunya dengan melihat
judul-judul buku dan sekilas isinya. Ia harus beberapa kali bersin karena debu
dan bau apak yang menggelitik hidungnya. Ia kurang tertarik dengan bidangbidang itu, sehingga kemudian kembali meletakkan buku-buku yang
ditengoknya ke tempat semula. Tiba-tiba, setelah membolak-balik buku, ia
didatangi oleh Pak Raste dan mendapatkan teguran darinya.

Hei, Anak muda. Buku apa sebenarnya yang kau cari? ujarnya gusar. Rupanya
bunyi berkeriut tangga besi yang sudah mulai karatan dan suara debum buku
yang dibolak-balik dengan tergesa oleh Stepa telah mengusik telinga tuanya.
Stepa nyengir mendengar teguran itu. Ia kemudian turun dari tangga.

Hanya melihat-lihat, sahutnya kalem, siapa tahu ada buku yang saya
butuhkan di atassana .

www.ac-zzz.blogspot.com
Dan sudah kau temukan buku itu?

Ehm..., Stepa berpikir sejenak. Tidak. Tidak ada buku yang saya perlukan.
Tidak ada yang cukup menarik juga. Hanya arsip-arsip kuno yang tampaknya
sudah sangat ketinggalan zaman.

Kalau begitu segera saja cari buku di tempat lain, yang mudah terjangkau,
yang menarik dan yang kau butuhkan. Dan jangan bikin gaduh perpustakaan.

Ups. Stepa menutup mulutnya dengan tangannya. Galak benar orang tua ini,
gerutunya dalam hati. Ia segera turun dari tangga. Pak Raste mengawasi dari
balik kacamatanya yang tebal. Bola mata tua yang abu-abu itu seperti hendak
menembus keluar lewat kacamatanya. Stepa mengangguk sambil tersenyumsenyum tatkala melewati orang itu.

Maaf, Pak Raste....

Ia kemudian berada di sudut lain, di bagian buku-buku sastra, favoritnya. Ia


mengambil salah satu buku dari rak itu. Hmm..., sebuah novel kuno. Salah satu
koleksi kesayangan Nenek. Stepa meraih buku yang lain. Sebuah novel juga.
Kemudian ia mencari tempat di meja kosong dekat jendela.

Ditelusurinya huruf demi huruf di hadapannya. Sesekali keningnya berkerut.


Kesungguhan terpancar di wajahnya. Tarikan garis-garis wajahnya yang
mengendur dan mengencang adalah cerminan gejolak batinnya. Kalau sudah
begitu ia biasanya lupa waktu. Tanpa sadar hari sudah mulai gelap. Ia segera
tersadar ketika tahu-tahu Pak Raste sudah mulai merapikan buku-buku yang
bergeletakan di atas meja dengan rak kereta dorongnya.

Sudah hampir malam, Anak muda, ujarnya dengan suara rendah. Ia sudah
tidak segalak sebelumnya.

www.ac-zzz.blogspot.com

Ya, Pak, Stepa mengangguk sembari menutup buku di hadapannya. Ia


memandang berkeliling. Hanya tinggal ia dan Pak Raste. Stepa melirik arloji
yang melilit pergelangan tangannya. Pukul tujuh malam kurang enam menit. Ia
terkaget-kaget. Tidak menyangka bisa setahan itu membaca novel ratusan
halaman itu. Ia menandai halaman dengan pembatas buku.

Mau kau pinjam novel itu? tanya Pak Raste. Jam pinjam sebenarnya sudah
habis, dan komputernya sudah saya matikan. Tapi, kalau kau ingin
meminjamnya... baiklah saya catat dulu di buku, besok baru saya masukkan
datamu ke komputer.

Kalai begitu terima kasih sekali, Pak. Novel ini bagus sekali. Saya sangat
menyukainya.

Tentu saja. Novel itu mendapatkan penghargaan tinggi di zamannya.


Penulisnya memang luar biasa. Ia bertangan dingin. Hampir semua karyanya
meledak di pasaran dan menjadi buku yang paling dicari orang. Terutama yang
satu ini. Saya juga sangat menggemari karya-karya penulis novel ini.

Stepa mengangguk-angguk. Ia diam-diam keheranan mendengar penuturan Pak


Raste. Orang tua galak itu ternyata juga memiliki selera sastra yang bagus. Ya,
ia sudah sering mendengar nama penulis itu dalam pelajaran tentang sejarah
sastra. Penulis itu berada pada jajaran atas penulis di zamannya. Karyakaryanya selalu menjadi masterpiece. Ia menatap kulit sampulnya yang
berwarna merah darah. Stepa kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Tolong catatkan ini dulu, Pak Raste, katanya. Saya pinjam dulu.

Pak Raste mengangguk sambil tetap meneruskan pekerjaannya.

www.ac-zzz.blogspot.com
Sudahlah kau pergi saja. Saya sudah hapal judul novel dan penulisnya. Lagi
pula, saya sudah bosan melihatmu di sini.

Stepa mengangkat bahunya tinggi-tinggi.

Okey, thanks.

Sebelum pergi ia menyempatkan menepuk bahu Pak Raste dengan akrab


sehingga orang tua itu menjadi kaget. Stepa segera melesat keluar sambil
bersiul-siul. Di pintu keluar alarm berbunyi. Stepa berbalik dan mengangkat
tangannya tinggi-tinggi.

Pak Raste telah memberikan rekomendasi! teriaknya.

Pak Raste tampak kesal karena ia sendiri lupa bahwa alarm itu akan berbunyi
bila Stepa melangkah keluar. Sambil mengomel-ngomel ia melangkah hendak
mematikan alarm. Sementara itu Stepa sudah lari tunggang-langgang.

Saking tergesa-gesanya, Stepa menabrak seseorang di dekat pintu keluar.


Sepatu ketsanya berdecit-decit di lantai saat ia mengerem larinya. Tetapi
sudah terlambat. Tak ayal bahunya menerjang sesosok tubuh di depan pintu
itu. Terdengar suara teriakan tertahan seorang wanita dan buku-buku yang
berjatuhan.

Dan itulah dia. Seorang wanita yang pucat pasi berdiri di hadapannya dengan
mulut ternganga saking kagetnya. Wajah tirus dan tubuh kurusnya tersembunyi
tidak terlalu baik di balik jaketnya yang tebal. Penampilannya tidak terlalu
menarik. Hanya saja, matanya yang lebar sungguh terlihat sangat cerdas.
Kekagetan luar biasa di wajah si gadis tak urung membuat Stepa menyesal
bercampur geli.

www.ac-zzz.blogspot.com

Maaf, ujar Stepa. Ia berjongkok memunguti buku-buku si gadis yang


berjatuhan. Sekilas matanya melirik judul-judul di kulit buku. Ia menangkap
judul besarnya: Anatomy, Surgery, Double Helix..., si gadis buru-buru merebut
buku-bukunya dari tangan Stepa. Ia merasa tidak senang.

Stepa mengamati wajah si gadis. Ia kemudian teringat bahwa ia pernah


melihat gadis itu di suatu tempat. Ia memegang jidatnya. Di mana ya? Tolol,
gadis itu memang selalu kemari di saat perpustakaan sudah hampir tutup.
Stepa menepuk jidadnya. Barangkali pacar Pak Raste. Ia tersenyum sendiri.

Tahu-tahu gadis itu melesat meninggalkannya. Ia melangkah masuk ke


perpustakaan dengan langkah-langkah yang panjang.

Hei..., perpustakaan sudah tutup! seru Stepa. Si tua Raste tidak akan mau
melayanimu. Besok saja kembali.

Si gadis tak memberikan perhatian sedikit pun. Ia terus saja melangkah masuk.
Stepa menggerutu.

Ya, terserah kaulah...

Nadine mengetuk-ngetuk kaca pintu dapur dengan keras.


Hello..., anybody home?

Elisa yang sedang berdiri memunggunginya, di antara bising suara mixer,


menoleh. Celemek di tubuhnya penuh bercak adonan kue.Ada tepung lekat di
pipi kanannya. Nadine tersenyum geli melihatnya.

www.ac-zzz.blogspot.com
Hai..., Lisa menyambutnya senang. Sorry, saya sedang sibuk bikin kue.

Nadine mengelap tepung di pipi sahabatnya dengan tisu.

Adaapa, nih? Kok pakai acara bikin kue segala? Seperti bukan Lisa saja. Bik
Inah ke mana?

Belanja bahan-bahan yang saya butuhkan untuk membuat kue.

Lisa segera menyorongkan kursi.

Duduklah, ujarnya riang. Nadine tak menghiraukannya. Ia mengamati


adonan kue di atas meja. Mencolek sedikit dengan telunjuk dan mencicipinya.

Nyam, nyam..., enak. Kue apa, nih?

Itu kue truffle coklat. Kalau kau cukup bersabar menunggu matang, kau akan
bisa merasakan kue buatanku yang lezat.

Truffle? Hmm..., belum matang saja sudah enak begini.

Nadine hendak mencolek lagi tapi Elisa dengan sigap menjauhkan tangannya.

Eit, jangan. Nanti cita rasanya jadi buruk karena kotoran di jarimu. Kau
makan yang lain saja yang sudah matang. Oke?

www.ac-zzz.blogspot.com

Apa itu yang sudah matang? Mana itu yang sudah matang?

Kerupuk di toples itu.

Huh!

Tunggu, ya?

Elisa mematikan mixer. Ia kemudian menuangkan adonan ke dalam loyang


yang telah dialasi kertas roti yang diolesi mentega. Dengan gerakan pelan ia
meratakan adonan itu ke dalam loyang. Adonan kue di dalam loyang itu
dimasukkannya ke dalam oven. Nadine terus memperhatikan gerak-gerik Elisa
yang cekatan.

Setelah itu Elisa duduk di dekat Nadine.

Adaapa? Baru dari mana? tanya Elisa.

Saya heran..., desah Nadine seperti tak mendengar pertanyaan sahabatnya.


Mengapa seorang Elisa tiba-tiba menjadi sangat membumi? Menjadi wanita
biasa, bercelemek, dan membuat adonan?Ada sesuatu yang salah di sini.
Seharusnya akulah yang bertanya kepadamu, Adaapa? Karena kau sangat tidak
biasa menjadi seseorang yang sangat biasa.

Elisa tertawa.

www.ac-zzz.blogspot.com
Kau pasti sangat ingin tahu,kan ?

Tentu saja. Atau, kau ingin membuka bisnis restoran karena sudah bosan
dengan pekerjaanmu yang sekarang? Kau sedang berusaha mengumpulkan resep
dan mencoba-cobanya?

Motifnya tidak selalu bisnis, Sayang. Kenapa kau menduga ke arah itu?

Everything deals with money. Yang saya tahu kau selalu begitu. Tidak ada
yang kau kejar selain untuk mendapatkan uang. Kau selalu punya rencana di
balik kepalamu bila tiba-tiba melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan.
Biasanya motifmu selalu motif ekonomi. Jangan menyangkal itu karena saya
tahu benar siapa kau.

Tawa Lisa kian keras.

Oh, kali ini kau salah mengambil kesimpulan, Nona manis.Ada sisi lain dalam
diriku yang mungkin kau lupakan. Saya ini romantis. Saya melakukan sesuatu
karena saya sangat menginginkannya. Saat ini saya tiba-tiba ingin melakukan
pekerjaan yang lazim dilakukan oleh kaumku, membuat kue. Kalau saya
berhasil melakukannya, maka saya sungguh layak disebut wanita yang baik. Tak
serumit yang kau pikirkan. Dan, mana tahu, dengan keterampilanku memasak
ini suatu waktu saya dengan bangga akan berkencan di rumah saja, having
dinner dengan hidangan yang kubuat dengan tanganku sendiri. Kau tahu, pria
selalu jatuh hati kepada wanita yang bisa membuat masakan enak.

Jadi, kalau boleh kutebak, saat ini kau sedang mempersiapkan kencanmu?
Kau sedang jatuh cinta?

Ya..., boleh saja kau tebak begitu. Tapi, sebentar, saya mau bikin krim dulu
untuk kueku.

www.ac-zzz.blogspot.com

Nadine tiba-tiba saja menjadi bosan. Ia berharap menemukan Elisa yang


biasanya. Bicara tentang hal-hal spektakuler, bukan hanya sekadar kue truffle
dan kencan. Elisa yang selalu membicarakan info-info terkini dan bukan hal-hal
biasa seperti pekerjaan wanita di dapur.

Nadine mendesah karena ketakmengertiannya pada sikap Elisa.

Jadi, cintalah yang bisa membuatmu gelap mata? tanyanya dengan wajah
suram.

Apa? Gelap mata?

Ya, kusebut ini gelap mata. Kau belum pernah melakukan hal-hal yang tidak
kau sukai untuk mendapatkan sesuatu. Kalau sekarang kau melakukannya, apa
itu bukan gelap mata namanya?

Jangan sinis begitu, dong. Kau mulai seperti Hasta.

Siapa Hasta?

Temanku. Pria yang selalu memandang dunia dengan sinis.

Baik. Sekarang langsung saja saya bertanya padamu, kau sedang jatuh cinta
dengan siapa rupanya?

www.ac-zzz.blogspot.com
Nah, yang ini baru Nadine yang kukenal. Straight to the point. Tapi yang ini
belum bisa saya jawab sekarang. Tapi yang pasti, kali ini saya benar-benar
jatuh cinta.

Seserius apa? Jangan-jangan kau mau menikah?

Wah, tepat pada sasaran.

Jadi benar kau mau menikah?

Ah, kenapa sih kau selalu saja menanggapi dengan serius? Cobalah untuk
sedikit lebih relaks. Ini bukan tugas dokter yang memerlukan penanganan
serius. Terkadang kita juga perlu libur membicarakan hal-hal yang gawat.
Santailah sedikit....

Nadine tersipu-sipu mendengar kata-kata Elisa. Selama ini ia memang selalu


disibukkan dengan hal-hal yang serba serius. Sebagai seorang calon dokter,
pekerjaan menuntut ia menjadi seorang yang serius, bahkan cenderung
perfeksionis, dan gila logika. Terkadang Elisa dapat mengimbanginya sehingga
mereka terlibat perdebatan seru tentang banyak hal yang serius. Di lain waktu,
seperti saat itu, Elisa menjadi orang yang ingin bicara hal-hal ringan namun
penuh perenungan. Latar belakang Elisa sebagai seorang yang berasal dari
disiplin ilmu sosial humaniora membuat ia sangat humanis, yang ingin
membicarakan hal-hal yang kontemplatif. Namun, Nadine tak pernah bisa
melakukannya.

Elisa sibuk mengaduk krim di atas kompor gas. Nadine merasa capai
menunggunya memberikan jawaban yang memuaskan. Begitulah selalu Elisa
yang dikenalnya selama lebih dari sepuluh tahun lamanya. Nadine belum juga
terbiasa dengan kebiasaan menggantung kalimatnya. Seperti halnya Elisa biasa
menggantung suatu keadaan dan menyingkir diam-diam ke wilayah aman di
mana ia bisa bersembunyi untuk tak mengakhiri kengambangan itu. Karena itu
jualah Elisa punya banyak teman jalan. Pacarnya cuma satu, tapi ia bisa
berkencan dengan beberapa orang lain dalam waktu yang bersamaan tanpa ada

www.ac-zzz.blogspot.com
kejelasan hubungan. Dan ia sengaja memilih wilayah abu-abu, yang
menurutnya paling aman dari segala hukum dan teori karena mengandung
praduga tak bersalah. Amanlah pula ia dari tudingan berselingkuh atau punya
pacar lebih dari satu, karena kenyataannya ia memang hanya punya satu
pacar. Selebihnya hanyalah teman jalan.

Elisa sangat menikmati hal itu. Ia beruntung dikaruniai wajah yang cantik. Ia
juga pintar bergaul dan memiliki inner beauty yang kuat. Nyaris tanpa cacat.
Menurut Nadine, Tuhan sedang sangat berbahagia saat menciptakan Elisa.
Dengan bakatnya yang besar, Elisa kini menjadi seorang reporter di Space TV,
sebuah stasiun televisi swasta. Karirnya sedang bagus-bagusnya.

Sayang, pada akhirnya hubungan Elisa dengan pacarnya harus selesai.


Keputusan Johan untuk meninggalkan Elisa merupakan pukulan yang
meruntuhkan kesombongan gadis itu. Ia mengira Johan akan tetap
mempertahankannya, kendati apa pun yang ia lakukan. Ia tak pernah berpikiran
bahwa Johan akan meninggalkannya suatu ketika setelah capai untuk selalu
memahami. Tinggallah Elisa berkubang dalam kesedihannya, dan di saat itulah
semua teman jalan menjadi tidak berarti sama sekali, karena permainan tidak
lagi menarik tanpa seorang kekasih di sampingnya.

Setelah ditinggalkan Johan, Elisa tampaknya malas berhubungan lagi dengan


pria. Nadine bisa melihat bahwa sesungguhnya Elisa merasa sangat kesepian. Ia
berusaha untuk membunuh kesepiannya dengan bekerja. Selain bekerja sebagai
reporter, Elisa juga menyanyi di kafe di saat-saat senggangnya. Semua itu
dilakukannya demi menghilangkan kesedihan.

Setelah semua yang terjadi, dan setelah sekian lama tidak lagi berkencan,
kalau tiba-tiba Elisa berdiam di rumah dan melakukan pekerjaan yang tak
pernah ia sukai sebelumnya dan alasannya adalah karena cinta, maka itu
berarti benar-benar telah terjadi sesuatu pada dirinya.

Kini sepotong truffle coklat telah terhidang di hadapan Nadine. Nadine


mengendus aromanya yang harum. Hidungnya kembang-kempis. Elisa
tersenyum puas melihatnya.

www.ac-zzz.blogspot.com

Ayo dicicipi dan kemudian berkomentarlah. Berikan kritik, saran, atau apa
saja karena saya membutuhkannya.

Nadine mengambil sendok kecil di pinggir piring. Ia menyendok lapisan atas


truffle yang kenyal dan lembut kemudian disuapkan ke mulutnya. Rasa manis
menyentuh lidahnya. Nadine mengunyahnya hingga tandas.

Enak, ujarnya sambil menyendok lagi. Kali ini ia benar-benar lahap.

Ini luar biasa, pujinya tulus. Ini karya pertamamu, dan rasanya benar-benar
menakjubkan. Bagaimana kalau kau berhenti saja jadi reporter, bukalah sebuah
restoran, saya jamin kalau semua hidangannya selezat ini kau bisa menangguk
uang lebih banyak dibandingkan dengan penghasilanmu kini setiap bulannya.
Kau berbakat.

Elisa tertawa senang mendengar pujian sahabatnya. Ia menyodorkan segelas


air putih dingin kepada Nadine.

Saya hanya ingin membuktikan dugaan orang bahwa saya hanyalah seorang
wanita modern-hedonis yang tak mengenal pekerjaan-pekerjaan rumah tangga
adalah salah sama sekali. Saya bisa melakukan pekerjaan ini, dan hasilnya pun
tidak mengecewakan. Setidaknya ada pengakuan dari seseorang yang mencicipi
masakanku. Pengakuanmu sebagai seorang yang memiliki selera makan tinggi
adalah sebuah indikator bahwa hasil masakanku cukup representatif. Bukankah
demikian?

Nadine terkekeh.

Mencari pengakuan rupanya, he?

www.ac-zzz.blogspot.com

Seandainya dia ada di sini dan mendengar komentarmu,

Tunggu tunggu, siapa dia itu? tukas Nadine. Telinganya cukup tajam untuk
dapat menangkap setiap kata yang diucapkan Elisa.

Elisa mengibaskan tangannya dengan sikap meremehkan.

Ah, tidak cukup penting, ujarnya. Sebaiknya tidak usah kita bicarakan.

Hm, Nadine menjilat-jilat bibirnya yang masih meninggalkan sisa manis


coklat. Ah, saya sampai lupa tujuanku kemari, tiba-tiba ia menepuk jidatnya,
ini gara-gara truffle coklatmu.

Nadine mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah amplop berwarna


merah hati.

Undangan ke pesta Raia, Kamis besok.

Adaapa? Elisa tertegun menatap undangan itu.

Kau lupa? Raia ulang tahun Kamis besok.

Ekspresi kaget Elisa mengendur. Ia menghela napas.

www.ac-zzz.blogspot.com
Oh ya, saya hampir lupa, desahnya.

Hampir lupa? Kau memang lupa,kan ? sergah Nadine. Ia mengamati


perubahan ekspresi di wajah Elisa. Apakah hubungan mereka sudah begitu
renggang sehingga Elisa melupakan ulang tahun Raia, atau Elisa yang terlalu
sibuk dengan urusannya sendiri? Mungkin bahkan Elisa lupa punya teman
bernama Raia.

Tatapan tajam Nadine membuat Elisa merasa bersalah.

Maafkan saya, saya benar-benar lupa, ucap Elisa lirih.

Kau mau datang,kan ? Nadine berusaha membuatnya tidak merasa bersalah


lebih lama.

Kau datang?

Ya, tentu saja. Kau juga datang,kan ?

Elisa membaca undangan itu sekilas, kemudian meletakkannya di atas meja.


Wajah cantiknya terlihat resah. Nadine menangkap perubahan itu.

Mungkin saya tidak bisa datang.

Kenapa?

www.ac-zzz.blogspot.com
Saya ada tugas meliput ke luarkota .

Kening Nadine berkerut. Dicarinya kejujuran di mata Elisa tapi wanita


sahabatnya itu menghindar.

Kau tidak sedang berbohong kepadaku?

Elisa menggeleng.

Saya harus pergi ke Merican, meliput Human Care, perusahaan bioteknologi


yang terbakar beberapa hari yang lalu. Kau ingatkan perusahaan itu, yang
pernah menggemparkan karena berhasil melakukan rekayasa genetika terhadap
seekor kucing? Ingat the laughing cat?

Nadine mengangguk.

Ya, the laughing cat. Tentu saja saya ingat. Kita pernah mendiskusikannya.
Dokter Karel pun pernah menceritakannya kepadaku.

Dosen pujaanmu itu? goda Elisa.

Nadine memerah mukanya.

Ya, dosen pujaanku, akunya malu-malu. Ngomong-ngomong, apa penyebab


kebakaran perusahaan itu?

www.ac-zzz.blogspot.com
Belum ditemukan penyebabnya. Saya menduga ini sabotase. Banyak pihak
yang tidak menyukai perusahaan ini karena dianggap melanggar hukum agama
dan sangat tidak manusiawi. Mereka melakukan pekerjaan sebagai Tuhan
dengan bermain-main dengan kehidupan makhluk-Nya.

Bukan main ya, teknologi zaman ini? Sulit membayangkan gen manusia bisa
dipindahkan pada seekor kucing sehingga membuatnya memiliki sebagian sifat
manusia. Saya tak pernah belajar ilmu biologi atau kedokteran sehingga bagiku
sangat muskil untuk dilakukan. Nyatanya memang itu yang terjadi. Lagi pula,
proyek itu sangat merendahkan martabat manusia. Untuk apa mereka
melakukan eksperimen-eksperimen gila seperti itu?

Itulah teknologi. Teknologilah yang sekarang telah menguasai manusia, bukan


lagi manusia yang menguasai teknologi. Manusia menjadi rakus mencoba-coba
segala hal, apa pun bentuk dan dampaknya bagi kehidupan manusia, bagi rasa
kemanusiaan. Yang terpenting adalah bagaimana mereka mendapatkan
pengakuan bahwa merekalah yang terhebat di antara semuanya.

Mengerikan.

Kapan kau berangkat? Nadine bertanya.

Besok.

Hati-hatilah, banyak orang jahat disana .

Elisa tertawa mendengarnya.

Jangan khawatir. Saya tidak pergi sendirian. Liputan ini sangat penting buat
karirku. Ini berita besar.

www.ac-zzz.blogspot.com

Saya tahu, tapi saya ingin kau baik-baik saja. Kau tidak tahu seperti apa
situasi disana . Bukan tidak mungkin keadaannya cukup berbahaya. Bukankah
perusahaan itu seharusnya sudah ditutup? Banyak kasus kegagalan kloning yang
mereka lakukan beberapa waktu lalu.

Pimpinan perusahaan itu sedang dalam proses pemeriksaan. Beberapa anak


buahnya dimintai keterangan. Tapi anehnya, satu persatu mereka meninggal.
Yang lucu, kabarnya keracunan makanan, tapi aneh sekali kalau hanya orangorang yang diperiksa itu yang keracunan, sementara karyawan yang lain tidak.
Padahal mereka makan makanan yang sama.Ada isu mengatakan orang-orang
itu telah menelan semacam pil yang meyebabkan kematian mereka, tapi sejauh
ini para dokter belum bisa membuktikannya.

Hasta memiliki banyak teman wanita, tapi entah mengapa ia merasa sulit
sekali untuk jatuh cinta.

Tiba-tiba ponsel Elisa berbunyi. Beberapa saat kemudian Elisa tampak serius
berbicara di ponsel. Nadine tidak terlalu memperhatikan. Ia meneguk air putih
dingin di meja. Mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja. Berpikir-pikir.

Seminggu yang lalu ia berdiskusi dengan Dokter Karel tentang bioteknologi.


Betapa ironis, kemajuan teknologi telah mulai menggerogoti apa yang disebut
dengan nilai-nilai. Sains tak lagi dapat berjalan beriringan dengan ideologiideologi nilai. Sains murni hakikatnya sebagai output intelektual manusia yang
tak akan bisa berkembang manakala ia harus berhadapan dengan teologi,
misalnya. Sains berseberangan dengan teologi dan metafisika.

Bioteknologi yang pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup


manusia: kebutuhan akan jenis tumbuhan pangan yang unggul, memperbaiki
varietas ternak, kebutuhan obat, dan lain-lain mulai bergeser. Setelah semua
permasalahan satu per satu dapat diatasi, mulailah timbul egosentris manusia.
Timbul keinginan-keinginan menciptakan sesuatu yang lebih hebat, lebih

www.ac-zzz.blogspot.com
spektakuler. Pada perkembangan selanjutnya, manusia mulai melacurkan diri
pada sains dan menjadi budaknya.

Nilai-nilai tidak lagi memainkan bagian penting dalam menentukan apakah


teknologi dapat diterapkan atau tidak dalam kehidupan manusia. Eksperimeneksperimen yang dilakukan para ilmuwan untuk menggali lebih dalam lagi,
kemudian berujung pada sesuatu yang tanpa disadari atau bahkan dengan
sepenuh kesadaran telah memincangi keharmonisan kehidupan manusia. Itu
sudah dimulai sejak puluhan tahun silam ketika orang mulai dapat
menghasilkan replika genetis dan bermunculanlah makhluk-makhluk kopian
yang sama persis satu sama lain. Dimulailah suatu peradaban baru yang
terbalik, di mana kasta manusia bisa lebih rendah ketimbang seekor kucing.
Sebentar lagi akan muncul terminologi baru tentang seekor manusia, atau
seorang kucing.

Aku harus bersiap-siap, tiba-tiba Elisa menyentakkan lamunan Nadine.


Tolong sampaikan permintaan maafku pada Raia karena tidak bisa datang ke
pestanya. Lain kali aku akan berkunjung ke rumahnya.

Kau mau ke mana?

Adaperkembangan baru. Cameraman kami sakit dan kami harus segera


mencari penggantinya.

Elisa tak memerincinya lebih jauh karena ia segera melesat dari dapur menuju
kamarnya di lantai atas. Nadine mendengar ia berteriak pada pembantunya
yang baru saja datang untuk segera meneruskan pekerjaan yang
ditinggalkannya di dapur. Pembantu itu, Bik Inah, menatapnya kebingungan.
Nadine pun kemudian segera beranjak pergi dari tempat itu.

Stepa berada di depan jendela apartemennya di lantai tujuh. Ia sedang


menikmati hujan. Sudah lama ia merindukan hujan turun. Bumi sudah terlalu
kerontang karena sudah lama sekali tak dibasahi air hujan. Barangkali ini pun

www.ac-zzz.blogspot.com
hujan buatan karena menurut badan meteorologi, hujan pertama tahun ini baru
akan turun sekitar tiga bulan lagi. Aroma khas mengambang di udara.

Mestinya saat itu Stepa pergi ke perpustakaan Pak Raste untuk mengembalikan
novel yang dipinjamnya. Sayang sekali novel itu tak dapat memberinya inspirasi
apa pun. Sesuatu yang sangat ia butuhkan saat itu adalah inspirasi. Sesuatu
yang dapat membangunkannya dari tidur panjang. Sesuatu yang
membangkitkan gairah dan membuatnya menjadi hidup, sesuatu yang telah
lama tak dirasakannya. Sesuatu yang lezat, yang menerbitkan air liur.

Stepa meraih secangkir kopi di meja dan menyeruputnya. Rasa hangat


membasahi tenggorokan, kemudian mengalir ke dadanya. Terasa nyaman.

Ia merindukan kerja. Ia teringat hiruk-pikuk suasana kerja. Teriakan sutradara,


hilir-mudik pergantian adegan, diskusi dengan kru, break syuting, artis yang
tidak disiplin, jam syuting yang molor, proses editing yang rumit, pengisian
suara. Ia akrab dengan suasana itu dulu. Ia pernah menjadi bagian dari satu
proses kreatif ke proses kreatif lainnya. Berada di balik kamera dan mengemas
adegan demi adegan, angle demi angle. Merekam bagian yang terpisah-pisah
kemudian mengumpulkannya menjadi sebuah paket yang utuh dan bercerita.
Stepa adalah seorang cameraman. Ia telah menghasilkan banyak karya. Filmfilm layar lebar telah dirambahnya. Kariernya cukup pesat, lebih pesat
ketimbang studinya. Ia bahkan jauh lebih berpengalaman di dunia nyata,
mempraktikkan ilmu yang belum tuntas dipelajarinya dalam pendidikan formal.
Ia seorang yang haus, tak pernah lelah belajar dan menimba pengalaman. Ia
memiliki banyak obsesi besar dalam hidupnya. Kemudaan dan idealisme telah
membentuk sebuah kepribadian yang kokoh. Pengalaman hidup di usia muda
telah menempa dan mengasah mata batinnya. Itu tampak dari gerak-geriknya
yang selalu waspada dan penuh perhitungan.

Sepasang matanya yang dalam menyembunyikan begitu banyak rahasia hidup.


Ia melalui kehidupan tanpa sosok seorang ibu. Ia dibesarkan oleh seorang ayah
dan nenek. Stepa selalu mengatakan bahwa ia tidak pernah dilahirkan dari
rahim seorang wanita, tapi keluar dari sebuah batu yang terbelah. Pernyataan
yang selalu menjadi bahan lelucon kawan-kawannya. Si Anak Batu, julukannya.
Stepa dikatakan bersaudara dengan Epro, karena kawannya itu tak punya ayah.
Kata kawan-kawan, Stepa sebenarnya dilahirkan dari orang tua yang sama. Ibu
mereka adalah ibu Epro, yang hamil di luar nikah dan akhirnya pergi bekerja ke

www.ac-zzz.blogspot.com
luar negeri dan tak pernah kembali, dan ayah mereka adalah ayah Stepa yang
tak pernah menikahi ibu Epro hingga akhir hayatnya. Kenyataannya, mereka
berdua memang tampak mirip. Hanya saja, Epro lebih keras ketimbang Stepa.
Ia adalah anak batu yang sebenarnya.

Kehidupan Stepa tidak terlalu bahagia. Ayah dan Neneknya sangat


mencintainya dan mereka hidup berkecukupan, tapi ia selalu merasa kesepian
dalam hidupnya karena tak punya saudara. Oleh karena itu, ketika Nenek
meninggal dan beberapa tahun kemudian disusul ayahnya, Stepa merasa itu
hanyalah kesepian lain yang timbun-menimbun. Kesepian jualah yang membuat
ia memutuskan menjadi seorang pengelana. Ia tak pernah menetap, kecuali di
saat-saat ia menginginkan. Ia menyukai hiruk-pikuk, bertemu dengan banyak
orang dan mengamati mereka. Kesepian membuatnya mencari keriuhan. Ia
masuk sebuah organisasi bawah tanah yang menyebut diri mereka sebagai
Koloni Pembebas, berteriak-teriak tentang ideologi dan sistem, memprotes
segala bentuk penindasan dengan alasan pembebasan manusia. Aktivitas yang
sempat menyeretnya ke dalam petualangan dan pelarian tiada henti. Ia dan
kawan-kawannya, termasuk Epro, telah menurunkan rezim penindas yang telah
berkuasa selama berpuluh tahun. Sebuah sejarah negeri yang berulang. Dan
mereka dielu-elukan sebagai pahlawan bangsa.

Setelah rezim berganti, kehidupan berjalan tenang kembali. Stepa bisa


bekerja dengan tenang dengan penghasilan yang cukup layak. Sayang, di dunia
kerja, ia terjebak karena idealismenya. Ia didepak keluar ketika dianggap
terlalu banyak bicara dalam sebuah produksi film. Akar permasalahan
sebenarnya terletak pada keseriusan Stepa dalam bekerja. Ia terlalu berangan
menjadikan film itu seperti apa yang ia inginkan, padahal itu sama sekali bukan
wewenangnya. Dan seperti apa yang biasanya terjadi pada orang-orang idealis,
ia akhirnya disingkirkan. Padahal, film itu adalah salah satu obsesi besarnya
dalam hidup. Kini, apalagi setelah film itu beredar dan mendapatkan banyak
pujian dalam berbagai festival, ia merasa sangat terpukul karena merasa
pernah menjadi bagian dari ruh film itu, sebelum pada akhirnya dijadikan
pecundang.

Di tengah-tengah keterpurukannya, Stepa kembali ke kampus. Berusaha


menemukan kembali banyak hal yang telah lama ia tinggalkan. Dinamika
kehidupan kampus, diskusi di sudut-sudut gedung, eksperimen-eksperimen,
kuliah di ruang terbuka. Ia menemukan napas barunya. Ia memang sangat
terlambat dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya, tetapi ia
menemukan kembali kepercayaan dirinya. Orang-orang telah mengakui

www.ac-zzz.blogspot.com
kehebatannya. Dosen-dosen kerap menjadikannya narasumber, teman-teman
banyak bertanya kepadanya. Di tengah-tengah sekumpulan teori, ia adalah
wujud praktik nyata yang sebenarnya, lengkap dengan benturan-benturan yang
dialaminya. Semua benar-benar nyata. Maka Stepa sedang berusaha untuk
bangun dan tidak menoleh lagi ke belakang. Terakhir kali ia sedang tertarik
mempelajari karya-karya sastra lama. Ia sedang merencanakan sebuah proyek
besar. Oleh karena itu, ia kini banyak berkeliaran ke perpustakaanperpustakaan kuno untuk melakukan riset data. Termasuk ke perpustakaan
wilayah tua dan dijaga juga oleh seorang tua, bernama Raste.

Ponsel Stepa tiba-tiba berbunyi. Nomor tak dikenal masuk.

Halo?

Selamat sore, saudara Stepa.

Sore, Stepa mengernyitkan dahi. Siapa ini?

Siapa aku tidak penting. Seorang cameraman kami sakit dan kami tak punya
cameraman lain yang sedang punya waktu untuk bepergian dalam waktu
beberapa hari. Bagian yang penting adalah, kami menawari Anda pekerjaan ini.
Anda mau?

Stepa nyaris tersedak.

Kenapa saya?

Kami sudah tahu kualitas Anda. Anda akan mendapatkan imbalan yang
pantas, dan mungkin Anda bisa direkrut menjadi tim tetap kami untuk
seterusnya. Bagaimana, tawaran yang menarik, bukan?

www.ac-zzz.blogspot.com

Stepa terdiam beberapa saat. Ia berusaha menebak orang yang sedang


berbicara dengannya. Ia teringat seseorang karena pada beberapa kali ia
menangkap tipikal suara yang sama.

Kami membutuhkan jawaban segera, saudara Stepa. Kalau Anda bersedia,


kami menunggu Anda di studio Space TV sampai pukul tujuh malam ini. Kalau
tidak, tawaran kami cabut kembali dan akan kami berikan pada orang lain. Tim
kami akan berangkat besok.

Tunggu, potong Stepa, liputan seperti apa yang harus saya tangani?

Meliput perusahaan bioteknologi Merican yang terbakar, Human Care.

Tiba-tiba saja Stepa merasa bergairah.

Saya akan ambil tawaran itu! serunya. Jadi ke mana saya harus pergi?

Studio Space TV lantai tiga. Temui Hasta disana .

Hasta? ulang Stepa kaget, tapi telepon keburu ditutup dari seberang. Stepa
nyaris meledak saking gembiranya. Ia melonjak-lonjak seperti anak kecil,
berteriak-teriak kegirangan dan berlari-lari ke seluruh penjuru ruangan.
Tertawa-tawa dari sudut ke sudut seperti orang gila. Ia tak peduli. Ia merasa
kegilaan itu telah membuatnya hidup kembali.

Namanya Hasta. Postur tubuhnya tinggi, dan meskipun tak bisa dibilang
tampan, wajahnya tidaklah terlalu buruk. Ia bisa mendapatkan skor tujuh dari

www.ac-zzz.blogspot.com
skala 10. Ciri khasnya adalah: selalu mengenakan topi di kepalanya. Ia berdalih
melindungi wajahnya dari sengatan matahari. Ia sering kali bekerja di lapangan
dan itu membuatnya merasa harus melindungi kulitnya yang sensitif terhadap
sinar matahari. Kulit tembaganya tampak buruk bila terkena sengatan sinar
matahari secara terus-menerus. Akan mucul bintik-bintik kemerahan di pipi dan
hidungnya, dan bila sudah begitu ia harus kerepotan mengoleskan krim penetral
untuk mengatasinya. Sembuhnya pun makan waktu. Oleh karena itu ia kini
lebih suka memakai topi untuk melindungi wajahnya, sambil tak lupa
mengoleskan sunscreen di wajahnya. Terkadang, saking bersemangatnya ia
mengoleskan krim, mukanya tampak seperti dibedaki. Akibatnya, ia
ditertawakan kawan-kawannya. Tapi demi kulit kesayangannya, Hasta mau
melakukan apa pun. Ia tak pernah memedulikan komentar kawan-kawannya.

Kalian belum pernah merasakan kulit kalian direbus dalam panci sup? Seperti
itulah yang selalu aku rasakan bila membiarkan wajahku terbakar sinar
matahari. Lebih baik kalian mati ketawa ketimbang aku mati matang direbus
matahari, kilah Hasta selalu.

Sejak remaja Hasta telah tumbuh dengan energi berlebih. Ia hiperaktif. Tak
ada waktu berdiam buatnya. Progresivitas telah menjadi teman hidupnya
sepanjang waktu. Setiap hitungan detik adalah perubahan baginya. Progres
adalah sesuatu yang niscaya.

Menjadi workaholic adalah stadium berikutnya. Hasta, si gila kerja. Dua puluh
empat jam sehari baginya adalah dua puluh jam kerja dan hanya menyisakan
empat jam untuk berbaring-baring memejamkan mata. Tak jarang ia kena
insomnia, tapi ia tidak seperti baterai yang harus recharge setiap saat.
Energinya seperti tak pernah habis. Hanya saja, ia punya totally day off yang
digunakannya untuk mengumpulkan kekurangan jatah tidurnya setiap hari. Ia
memanfaatkan hari itu sebaik-baiknya. Kawan-kawannya telah maklum bila hari
libur Hasta tiba, maka segala akses kepadanya akan diputus. Ia tidak
mengizinkan siapa pun menghubungi dan mengganggunya. Ia akan kembali
siaga keesokan harinya, bersemangat seperti anak muda yang kelebihan daya.

Jarang orang melihat Hasta sakit. Ia kuat seperti baja. Kendati tubuhnya tidak
terlampau besar, Hasta tampaknya punya banyak sekali cadangan energi dalam
tubuhnya.

www.ac-zzz.blogspot.com

Ia sesekali mendoping tubuhnya dengan suplemen, dan ia tetaplah manusia


normal yang sekali waktu tertidur saat kelelahan. Celakanya, sesekali itu
terjadi saat ia bekerja.

Hasta telah beberapa kali mencoba-coba berbagai macam pekerjaan. Ia


memulai karier benar-benar dari nol. Ia pernah bekerja di sebuah koran kuning
dengan gaji yang hanya cukup digunakan untuk makan sehari-hari dengan menu
yang sederhana. Ia nyaris tak pernah bersenang-senang dengan penghasilan
sekecil itu. Hampir satu tahun ia bertahan dengan keadaan itu, hingga
kemudian berpindah bekerja di sebuah stasiun radio, menjadi penyiar. Gajinya
sedikit lebih baik, dan ia mendapat kerja sampingan sebagai MC dengan
penghasilan yang cukup membuat tabungannya sedikit demi sedikit mulai terisi.
Keberuntungan mulai berpihak kepadanya semenjak ia menggeluti bidang itu.
Tak lama kemudian ia ditawari bekerja di sebuah stasiun televisi baru, Space
TV, di mana ia benar-benar memiliki karier yang sesungguhnya. Hasta mulai
merasakan mantap bekerja di Space TV, sebagai seorang news director. Ia
benar-benar menikmati pekerjaannya.

Tak ada yang benar-benar luar biasa dalam kehidupan pribadi Hasta. Ia
dilahirkan sebagai anak tunggal. Keluarganya adalah keluarga kaya raya.
Ayahnya seorang pengusaha sukses, sedangkan ibunya seorang ibu rumah
tangga yang mengabdi pada suami dan sangat mencintai anaknya. Ia memiliki
saudara sepupu bernama Epro, yang dibesarkan bersamanya semenjak kecil.
Bersama Epro, Hasta terlibat petualangan-petualangan hebat di masa mudanya.

Kendati besar di lingkungan yang rapi dan beradab, Hasta lebih memilih hidup
leluasa dengan membebaskan dirinya dari segala keterikatan aturan
keluarganya. Kecintaan ibunyalah yang menyelamatkan ia dari deraan ikat
pinggang ayahnya saat penyakit pemberontaknya kambuh. Hasta kecil suka
bermain ke permukiman-permukiman kumuh, bergaul dengan pengamenpengamen yang kerap mangkal di ujung gang dekat rumahnya, atau berteman
dengan gelandangan. Bersama mereka, ia merasa bisa mewujudkan fantasifantasinya menjadi figur seorang pahlawan. Bersama mereka, ia bisa menjadi
tokoh penyelamat yang selalu dapat memberikan bantuan ketika mereka
membutuhkan. Hasta sering membawakan makanan dan buah-buahan yang ia
curi dari kulkas rumahnya, memberikan uang saat mereka membutuhkan,
membawakan buku-buku bacaan, atau bercerita tentang tempat-tempat yang

www.ac-zzz.blogspot.com
pernah ia kunjungi. Ia sangat senang melihat mata mereka berbinar-binar
penuh kekaguman saat mendengarkan ceritanya tentang hal-hal menakjubkan.

Sayang, Epro tak pernah menyukai kesenangan Hasta. Ia menemani Hasta,


tetapi dengan wajah yang cemberut. Ia selalu memaksa Hasta untuk segera
pulang. Mereka adalah anak-anak yang tak punya keinginan, begitu ia selalu
mencerca. Orang-orang yang tak punya masa depan dan tak mau berusaha
meraih mimpi-mimpi mereka. Mereka bukanlah siapa-siapa.

Epro lebih memilih bergaul dengan orang-orang berpendidikan. Orang tua


Hasta memiliki sebuah rumah di samping rumah utama yang dikontrak oleh
para mahasiswa dan Epro lebih memilih bermain ke tempat itu ketimbang
menemani Hasta menyusuri gang-gang becek untuk menjadi pahlawan bagi
kawan-kawan miskinnya. Pada usia yang relatif masih sangat muda, 15 tahun,
Epro telah menjadi pengagum Nietszche. Ia fasih bicara filsafat dan kerap kali
mencuri kata-kata yang sering diucapkan oleh para mahasiswa itu. Kegilaan
pemikirannya selalu membuat mata Hasta berkunang-kunang. Namun, kendati
pemikiran Hasta dan Epro sangat bertolak belakang, mereka sangat rukun dan
saling menghargai. Epro selalu bersikap menjadi pelindung Hasta. Usianya yang
dua tahun lebih tua membuat ia memosisikan dirinya sebagai kakak Hasta,
walaupun ia lahir dari adik ibu Hasta, dan seharusnya Hastalah yang menjadi
kakak sepupu baginya. Ia selalu mengalah kepada Hasta, nyaris dalam segala
hal.

Kedua bersaudara itu, Hasta dan Epro, sama-sama tidak terlalu tertarik pada
wanita. Hingga Hasta menginjak usia 32 tahun, ia belum juga menikah. Hasta
mempunyai banyak teman wanita, tetapi ia sulit sekali jatuh cinta. Ia sering
berkencan, tetapi tak pernah menjatuhkan pilihan pada salah satu teman
kencannya. Ia alergi dengan komitmen. Baginya, menjalin hubungan dengan
wanita berarti harus siap dengan komitmen, lengkap dengan segala risikonya.
Dan dia bukan laki-laki yang mudah jatuh cinta.

Satu-satunya wanita yang pernah membuatnya menatap beberapa jenak lebih


lama, menahan napas di dada, dan mengembuskannya perlahan dengan
segenap perasaan, adalah seseorang bernama Raia. Seorang wanita yang ia
kenal di suatu tempat dan waktu. Seorang yang pernah menggetarkan hatinya,
membuat bahasanya yang lihai menjadi kaku. Yang membuat matanya

www.ac-zzz.blogspot.com
berkunang-kunang, seperti yang dilakukan pemikiran-pemikiran gila Epro
terhadapnya.

Ia hanya sekali itu jatuh cinta, di usia 20-an, saat Raia manis bermata lembut
itu mengusik hari-harinya. Raia yang tidak pernah mengerti mengapa Hasta
yang pandai bicara tiba-tiba menjadi bisu di hadapannya. Ia yang tak pernah
cermat melihat setiap perubahan emosi Hasta setiap kali harus berhadapan
dengannya. Geletar jemari Hasta saat menatap lekat matanya, lipatan dahinya
saat bicara dan berusaha mencari cara mengatasi galaunya.

Kenaifan itu muncul bila dengan Raia. Segala bahasa menjadi tak bisa
diterjemahkan, bahkan dengan diam dan isyarat mata. Bersama Raia, diam pun
berbicara banyak. Lebih panjang dari dialog dalam sandiwara apa pun. Lebih
memayahkan, kendati menghangatkan tubuh yang menggigil.

Hasta menyukai Raia sejak mula bertemu. Mereka satu kampus, meski berbeda
tahun dan jurusan. Berada dalam satu komunitas jurnalisme kampus, Hasta jadi
kerap bertemu dengan Raia. Sayangnya, waktu itu Raia sudah punya kekasih.
Hasta hanya bisa mengagumi Raia dari kejauhan tanpa punya keberanian untuk
mengusik. Hanya saja, ia sering kali tak bisa menyingkirkan keinginan-keinginan
untuk mendapatkan Raia dari kepalanya. Maka sering dikuntitnya Raia ketika ia
tak bersama dengan kekasihnya, hanya untuk mencari kesempatan menyapa
dan menikmati sepasang matanya yang sebening telaga. Kalau bisa,
mengajaknya bercakap tentang apa saja.

Hasta sering berdoa agar Raia putus dengan pacarnya, tetapi karena doa itu
buruk, Tuhan rupanya tak mau mendengarkannya. Raia tak kunjung putus
dengan pacarnya, bahkan kemudian mereka bertunangan.

Saat itulah Hasta mulai berontak. Hatinya berteriak-teriak. Ia tidak merelakan


Raia menjadi milik siapa pun. Ia tidak ingin Raia lepas dari tangannya. Ia ingin
mengatakan perasaannya kepada Raia. Ia ingin dunia tahu bahwa ia cinta Raia
dan ingin memilikinya. Lalu dengan hati berapi-api, suatu hari ia memutuskan
untuk menemui Raia.

www.ac-zzz.blogspot.com

Ketika itu Raia sedang ada kuliah. Hasta menunggu di depan ruang kuliahnya.
Beribu macam perasaan bergolak di dadanya. Kecemasan yang mendera sejak
ia memutuskan bicara membuat ia nyaris seperti orang gila. Ia telah berulang
kali menyusun kalimat di benaknya, tapi setiap kali menghafal ia selalu lupa. Ia
berusaha membuat kalimat baru, tetapi selalu terasa janggal dan lucu. Hasta
sudah tidak bisa lagi berpikir. Ia ingin mengatakannya tanpa kesalahan sedikit
pun. Ia ingin kalimat yang sempurna. Argumen yang logis. Penyampaian yang
terjaga. Namun, lagi-lagi lebur oleh kecemasan yang membelitnya.

Kerja, kerja, dan kerja adalah cara Hasta membungkam kerinduannya pada
Raia.

Raia menemukan ia tengah menunggu dengan sikap tergugu. Sebatang rokok


terselip di bibirnya, mata kemerahan yang kurang tidur, dan rambut yang acakacakan. Ia menghalangi langkah Raia di pintu.

Halo,sapa Raia,menunggu siapa?

Menunggumu,sahut Hasta. Ia tak berani menatap.

Kening Raia berkerut. Aku? ia menunjuk dadanya.

Ya, kau.

Adaapa?

Eh.

www.ac-zzz.blogspot.com

Gugup menyerang kembali. Hasta membuang sisa rokoknya ke lantai,


kemudian menginjaknya dengan sepatu. Raia menunggu kata-katanya, tapi
beberapa saat Hasta tak bisa bicara.

Hasta, ada apa?

Hasta kemudian menemukan kata-kata.

Sudah makan siang? tanyanya.

Belum.

Aku traktir makan siang. Mau?

Raia tercengang. Ia menatap Hasta takjub. Bola matanya berbinar sesaat.


Senyumnya muncul.

Tapi kenapa? Kau ulang tahun, atau baru dapat rezeki? Tulisanmu dimuat di
majalah? Kok, tiba-tiba ingin mentraktirku makan siang?

Hanya, Hasta menguatkan keberaniannya. Ingin makan siang denganmu.


Salahkah?

Raia masih terheran-heran.Ada kebimbangan di wajahnya.

www.ac-zzz.blogspot.com
Please? Hasta meredupkan matanya, memohon. Raia menjadi gugup. Ia
berdehem untuk meredakan kegugupannya.

Oke, sahutnya. Tapi setengah jam lagi aku ada kuliah. Kita ke kantin yang
dekat saja.

Begitulah. Setengah jam itu sangat singkat. Hasta mati akal. Tak mungkin
dalam waktu sesingkat itu ia bisa leluasa berpikir, apalagi berkata-kata. Tapi ia
tahu, Raia mulai bisa membaca hatinya.

Kau bertunangan, Raia?

Ya.

Dengan pacarmu itu?

Tentu saja. Dengan siapa lagi? Tentu denganNara .

Hmm, jadi namanyaNara .

Kau cinta dia?

Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku cinta dia. Aku tidak akan mau
bertunangan dengan orang yang tidak aku cintai. Kenapa memangnya?

Lalu kau akan menikah?

www.ac-zzz.blogspot.com

Ya tentu saja. Dan punya anak dengannya. Hahaha....

Tawa Raia mengiris dada Hasta. Oh, ia benar-benar tak paham, pikirannya
kecut. Betapa polosnya.

Kau benar-benar cinta dia? Sejak kapan kau jatuh cinta padanya?

Aku lupa tepatnya sejak kapan. Tapi ya, aku cinta dia.

Sebesar apa cintamu?

Raia terkekeh. Benar-benar geli ia mendengar pertanyaan bodoh Hasta.


Matanya berair karena tertawa. Namun, ia menghentikan tawanya saat
menemukan wajah Hasta sangat serius.

Kau aneh, Raia berkata sebal. Wawancara untuk apa ini?

Maaf.

Tapi, kenapa kau menanyakan hal itu? Kenapa kau ingin tahu?

Karena ini.

www.ac-zzz.blogspot.com
Karena apa? Bicaralah, jangan berbelit-belit. Biasanya kau pintar bicara.

Tidak denganmu, desah Hasta.

Kenapa bisa begitu?

Kenapa bisa begitu?

Ya, kenapa bisa begitu? Dan jangan kau ulangi pertanyaanku lagi.

Raia mulai merasa terancam. Ia merasakan sesuatu yang menegakkan bulu


kuduknya. Hasta tidak sedang main-main.Ada sesuatu yang salah dengan
dirinya.

Kau tahu jawabannya, Raia?

Kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya padamu, Raia berkata ketus.

Karena aku sangat.

Ya? Sangat apa? desak Raia tak sabar.

Menginginkan. Menginginkanmu.

www.ac-zzz.blogspot.com
Raia terenyak. Ia tidak siap mendengar jawaban itu. Mulutnya ternganga,
jemarinya gemetaran di atas meja, dan wajahnya pias seperti kertas. Hasta
tidak tega melihatnya seperti itu.

Maafkan aku, Raia, keluhnya pahit.

Untung saja Raia cepat bisa memulihkan dirinya. Ia meminum orange juice-nya
hingga tandas.

Aku tahu aku tidak seharusnya seperti ini. Aku telah mengacaukanmu. Ini
sungguh tidak adil buatmu. Kau baru saja bertunangan dan aku beraniberaninya mengusikmu dengan pertanyaanku. Tapi, keberanian ini, sebelum
hilang lagi setelah kukumpulkan sejak lama, harus kukeluarkan sekarang juga.
Kau harus tahu ini. Mungkin kau hanya perlu tahu. Tak lebih dari itu, karena
tak mungkin aku bisa mengharapkan yang lebih dari sekadar asal kau tahu.
Dan sekarang setelah aku mengatakan ini, aku merasa lega karena telah
terlepas dari impitan beban yang kutanggung selama ini. Sekali lagi maafkan
aku, Raia.

Raia bergeming.Ada sesuatu yang berkecamuk di dadanya. Tanpa sadar ia


memutar-mutar cincin di jari manisnya.

Aku tak paham, Hasta, ucap Raia datar. Aku tak pernah bisa
membacamu. Kau tampak tak peduli dengan siapa pun. Kau hanya peduli
dengan bagaimana mendapatkan berita-berita spektakuler, headline news,
membangun opini publik. Lebih tertarik dengan angle pengambilan gambar
dengan kamera, teknologi digital, dunia cyber, editing berita, reportase yang
baik, wawancara eksklusif, diskusi yang argumentatif. Kau lebih peduli dengan
bagaimana mendekati orang-orang hebat dan menjadi seperti mereka. Kau
aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Kau tidak peduli dengan seorang Raia.
Siapa Raia buatmu?

www.ac-zzz.blogspot.com
Raia bagiku adalah puisi. Raia bagiku adalah matahari, bintang, senandung,
udara. Raia bagiku adalah mimpi indah yang membuatku tak ingin bangun lagi.
Kehangatan saat udara menjadi dingin menyesakkan.

Kau ngawur.

Aku tahu aku ngawur karena menyukaimu sejak mula, padahal aku tahu kau
tidak sendiri. Aku takut dengan perasaanku sendiri.

Hasta mengembuskan napas keras-keras. Setidaknya, beban itu telah


berkurang. Tapi tidak demikian dengan Raia. Ia pergi meninggalkan Hasta
dengan mendung menggantung di wajahnya.

Sejak saat itu Raia selalu berusaha menjauh. Hasta bisa memahami mengapa
ia bersikap begitu. Ia pun mulai belajar untuk melupakan Raia. Ia telah berjanji
untuk tidak lagi mengusik Raia dan menimbulkan kebingungan baginya.
Cintanya kepada Raia tak pernah hilang. Bahkan, saat ia telah lulus terlebih
dahulu dan meninggalkan Raia disana , ada separuh hatinya yang tertinggal,
dan keping-keping itu dia biarkan begitu saja. Di saat-saat sepi, malam-malam
saat aktivitasnya berhenti, Raia selalu muncul di benaknya. Kerinduan ia
bungkam dengan kerja dan kerja. Tak ada jeda, karena jeda berarti Raia. Dan
ia sangat tersiksa.

Malam itu, sepulang kerja, Hasta mendengar suara Raia kembali. Setelah
sekian lama, ia tak juga lupa dengan suara itu. Raia meninggalkan pesan di
mesin penjawab teleponnya.

Selamat malam, Hasta. Masih ingat Raia? Ini aku. Lama tidak berjumpa.
Bagaimana kabarmu? Aku dengar kau sukses. Selamat, ya. Karier boleh pesat,
tapi jangan lupa, tubuhmu juga perlu istirahat. Masih workaholic, kan? Kau
perlu dikontrol. Carilah istri. Oke, kapan-kapan aku telepon lagi. Bye.

www.ac-zzz.blogspot.com
Hasta benar-benar tak menyangka. Ia memutar rekaman itu beberapa kali
untuk meyakinkan dirinya bahwa suara itu benar-benar suara Raia. Setelah
merasa pasti, ia segera mencari nomor telepon Raia di phonebook ponselnya,
tapi tak ia temukan. Rupanya nomor itu telah terhapus darisana semenjak
Hasta memutuskan untuk melupakan Raia.

Ia kemudian mengaduk-aduk laci meja, mencari buku-buku telepon lama.


Dilacaknya nama Raia dengan penuh semangat. Setelah sekian lama, tujuh
tahun lebih, jantungnya mulai berdegup kencang lagi. Ia berseru gembira
ketika menemukan nomor ponsel Raia. Ia kemudian menekan tombol-tombol
ponselnya. Menunggu, berharap-harap cemas. Yup, diangkat!

Halo siapa ini?

Hasta memutuskan sambungan. Ia tiba-tiba disergap resah. Suara yang


mengangkat telepon itu suara seorang pria!

Tepat pukul tujuh malam. Stepa telah sampai di lantai tiga studio Space TV. Ia
celingukan.Ada sebuah ruangan kaca besar yang terletak di sebelah kanannya.
Ia segera mengayuh langkah kesana . Stepa melongokkan kepalanya ke dalam
ruangan. Sepi. Hanya beberapa gelintir orang di dalam ruangan, menghadapi
berkas-berkas. Salah seorang dari mereka, laki-laki berusia 50 tahunan,
melihatnya.

Mencari siapa? ia bertanya seraya mendekat.

Hasta. Saya mencari Hasta.

Ah, Hasta di studio 3.Ada keperluan apa, kalau saya boleh tahu?

www.ac-zzz.blogspot.com
Eh, saya Stepa. Saya kemarin dihubungi orang Space TV dan diminta menemui
Hasta malam ini.

Ah, ya. Stepa. Hasta sudah menceritakannya kepada saya. Vina, tolong antar
Bung Stepa ini ke studio menemui Hasta.

Stepa menduga bapak itu adalah pimpinan. Seorang wanita berusia 30-an,
gemuk, tetapi berwajah manis tersenyum dan mempersilakan Stepa
mengikutinya.

Hasta dan kru besok pagi-pagi berangkat. Mereka sudah memberitahukan


tugas Anda? tanya Vina sembari mereka melangkah bersisian.

Belum, Mbak, Stepa menggeleng. Dia belum memberi tahu detailnya. Saya
hanya ditawari menggantikan cameraman yang sakit untuk sementara.

Besok pagi kru akan berangkat ke Merican untuk meliput perusahaan


bioteknologi yang terbakar. Sudah dengar berita itu, bukan?

Ya, saya sudah mendengarnya.

Nah, kami akan melakukan liputan khusus kesana besok. Banyak hal yang
menarik disana , terutama karena penyebabnya belum diketahui secara pasti,
dan mengapa perusahaan itu nyaris tak pernah diketahui luas oleh masyarakat,
baru terdengar ketika berita kegagalan kloning manusia yang pada akhirnya
bocor itu menghebohkan masyarakat.

Stepa hanya mengangguk-angguk mendengarkan. Langkah cepat Vina membuat


ia terseok-seok mengikuti.

www.ac-zzz.blogspot.com

Tunggu di sini, Vina berbisik ketika mereka sampai di depan sebuah pintu. Ia
kemudian melangkah masuk dan mendekati seorang laki-laki yang sedang
mengamati jalannya syuting berita.

Kemudian Vina membisikinya dan mereka melangkah keluar. Stepa


memicingkan matanya. Ia mengenali laki-laki bertopi rimba yang berjalan
bersama Vina ke arahnya. Sosok itu memutar kembali ingatan masa lalunya
yang hampir buram. Ia sangat akrab dengan sosok itu.

Hasta! Kau rupanya

Sebuah pertemuan yang mengharu-biru. Kedua sahabat lama itu berpelukan


erat. Hasta dan Stepa. Keduanya larut dalam kenangan lama. Beberapa saat
memori masa lalu seperti diputar ulang di benak keduanya. Masa-masa muda
yang penuh gairah dan petualangan. Stepa sulit berkata-kata. Ia hanya
memukul bahu Hasta dengan mata berkaca-kaca.

Kau, ia seperti mengerang. Rupanya kau.

Waktu aku mendapatkan teleponmu kemarin, aku tak sampai memikirkan


bahwa Hasta itu benar-benar kau. Aku tak mengira kau masih mengingat aku.
Dari mana kau mendapatkan nomorku yang baru? Stepa ingin tahu.

Hasta balas memukul bahunya pelan.

Banyak jalan menuju Roma, Bung, Hasta tertawa. Ini bukan Roma, jadi
lebih banyak jalannya.

www.ac-zzz.blogspot.com
Kau masih pintar berkata-kata, rupanya, sindir Stepa.

Dan kau makin gemuk. Sudah hidup enak, he? balas Hasta.

Kau lebih hitam dan jelek. Cuaca tidak bagus lagi buat kulitmu.

Setidaknya aku lebih tampan darimu, Hasta membalas tak kalah sengit.
Ingat, aku pernah menjadi model sampul majalah kampus dan kau tidak. Itu
berarti wajahku dianggap lebih layak jual ketimbang kau.

Kedua sahabat lama itu tertawa terkekeh-kekeh.

Aku hanya melakukan aktivitas laki-laki, tidak seperti kau yang pesolek.
Seperti wanita saja. Kau masih suka pakai bedak, kan?

Ejekan itu meluncur lagi dari mulut Stepa setelah sekian lama. Ejekan karena
Hasta suka memakai krim pelindung kulit terlalu tebal sehingga mukanya
tampak seperti dibedaki. Saling ejek yang acap dilakukan dulu terulang
kembali.

Kita turun ke kafe saja, biar enak ngobrolnya, ujar Hasta. Stepa mengangguk
setuju.

Kemudian sembari asyik berbincang mereka menuju lift, turun ke lantai satu
gedung itu, menuju Kafe tude. Kafe itu bernama tude, karena berangkat dari
konsep penyajian eksperimen-eksperimen musik baru.Ada sebuah band pengisi
tetap di kafe itu. Mereka selalu menyajikan format-format musik baru. Jam
session. Musik-musik eksperimental dengan beat-beat rendah hingga tinggi,
dengan nuansa klasik hingga kontemporer atau techno, disajikan. Semua aliran
musik mereka mainkan. Grup yang terdiri darilima personel itu sangat rajin

www.ac-zzz.blogspot.com
menggubah komposisi musik. Setiap hari pengunjung kafe diberi suguhan yang
berbeda. Lebih hebatnya lagi, mereka sering kali mendatangkan penyanyi atau
grup band terkenal ke kafe itu. Akibatnya Kafe tude jadi mahal karena tidak
sekadar menyajikan makanan atau minuman, tetapi juga hiburan yang
berkelas.

Hasta mengajak Stepa ke sebuah sudut kafe. Hasta memesankan minuman.


Seorang pelayan wanita menarik perhatian Stepa.

Hmm cantik, komentarnya singkat ketika Hasta menyikutnya karena ia tak


juga melepaskan pandangnya pada gadis cantik berkaki jenjang itu.

Di sini banyak gadis cantik, ujar Hasta. Kau tidak akan kecewa bila datang
kemari. Oh, ya, hari apa ini? Ah, Kamis malam, ya? Kebetulan sekali. Nanti
sebentar lagi, akan muncul seorang penyanyi yang bisa membuat mulutmu sulit
dikatupkan.

Oh, ya? Stepa kian tertarik.

Tapi, tentu saja kita harus bicara bisnis dulu.

Ya, jangan sampai lupa. Itu yang paling penting, Stepa memperbaiki posisi
duduknya. Jadi bagaimana? Pekerjaan macam apa yang kau tawarkan
kepadaku, konkretnya?

Begini, sebagai awalnya, aku ingin bercerita dulu. Tanpa kau tahu, aku telah
menemukan jejakmu sejak lama. Aku mengenal pimpinanmu. Aku memantau
perkembanganmu. Karya-karyamu bagus, kariermu sudah beranjak. Sayang, kau
belum bisa meninggalkan identitas mahasiswamu. Kau terlalu idealis. Saat ini,
ketika benar-benar hidup di dunia nyata, paham idealisme itu harus kita ubah
menjadi materialisme. Idealisme harus kita singkirkan demi materi yang akan

www.ac-zzz.blogspot.com
kita dapatkan. Dan kau masih belum cukup berani melakukan itu. Atau
barangkali, kau terlalu sombong.

Aku selalu idealis, Hasta. Aku akan selalu begitu dalam hidupku.

Tidak. Idealisme menjadi paradigma yang tak dapat dipertahankan ketika kita
telah terjun di dunia yang sesungguhnya.Ada banyak hal yang harus kita
korbankan demi hidup. Mungkin masih bisa berlaku ketika kita masih harus tak
berbenturan dengan banyak kepentingan sementara kita tak punya posisi tawar
yang cukup kuat. Dengan kata lain, kita tak punya otoritas. Maka yang bisa kita
lakukan bukanlah menyerang, tetapi bertahan dengan menggunakan strategi
lain, mencari celah-celah kecil untuk menjadi yang diperhitungkan. Karena kita
tak punya posisi tawar yang kuat, maka bila tak hati-hati dalam melangkah,
otoritas bisa melemparkanmu jauh-jauh dari lingkaran tempatmu berpijak.

Hmm, Stepa mencermati mimik wajah Hasta. Oke. Lantas setelah kau
menemukan jejakku?

Ketika kau diberhentikan dari pekerjaanmu, aku merasa harus melakukan


sesuatu. Skill-mu terlalu berharga untuk disia-siakan. Apalagi aku tahu, mantan
bosmu itu akan berusaha menyebarkan berita buruk tentang kau pada kawankawannya yang mungkin akan memperebutkanmu. Di sinilah posisimu kurang
menguntungkan. Kau tak tercatat sebagai warga negara yang berkelakuan baik,
bukan? Sejarah hidupmu sebagai seorang pemberontak, atau apa pun itu bahasa
yang mereka gunakan untuk menyudutkanmu, sungguh sangat tidak
menguntungkan buatmu. Kau, hampir bisa dipastikan akan kesulitan
menemukan pekerjaan lagi. Padahal, dengan kemampuanmu, kau ini
sebenarnya harta yang sangat berharga yang harus dimanfaatkan.

Jadi itulah sebabnya kau buru-buru menghubungiku? Untuk memanfaatkan


harta berharga itu?

Ya, begitulah, Hasta tersenyum. Simbiosis mutualisme. Kau untung karena


dapat pekerjaan, aku pun beruntung karena menemukan harta berharga. Saat

www.ac-zzz.blogspot.com
ini kami punya agenda mendesak, liputan khusus ke Merican, dan cameraman
kami tiba-tiba saja jatuh sakit. Kami membutuhkan tenaga seorang cameraman
yang andal dan berpengalaman. Kau memenuhi kualifikasi ini. Jadi, aku
memberikan sebuah penawaran: maukah kau bekerja sama dengan kami? Tentu
saja dengan imbalan yang setimpal.

Stepa, tanpa berpikir panjang lagi, mengangguk.

Jangan terburu-buru mengambil keputusan, Hasta tersenyum geli melihat


antusiasme kawannya.

Yang aku butuhkan saat ini kau tahu? Sesuatu yang membuatku hidup
kembali. Kerja. Menjadi ada.

Kau kehilangan eksistensi dirimu? goda Hasta.

Aku kehilangan segalanya, desah Stepa. Itu sangat mengerikan. Kerja


membuat hidup, dan aku harus kehilangan itu selama ini. Tawaran ini adalah
oase di padang tandus. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?

Bersiaplah berangkat ke Merican besok pagi. Sebuah perusahaan bioteknologi


terbakar. Dugaan sementara mengarah ke sabotase. Mungkin persaingan bisnis
atau semacamnya. Perusahaan ini tahun lalu menjadi sangat kontroversial
karena telah melakukan sepuluh kali pengklonaan terhadap manusia, dan nyaris
lima puluh persen gagal. Dua embrio tidak tumbuh sempurna, satu
menyebabkan ibu tumpangnya terkena choriocarcinoma, sejenis kanker pada
rahim sehingga harus digugurkan, yang lain mengalami gagal jantung, dan
sisanya meninggal setelah lahir. Catatan terburuk sepanjang abad artifisial ini.
Direktur perusahaan ini sedang mempertanggungjawabkan perbuatannya di
depan pengadilan. Perusahaan ini sedang dalam proses likuidasi. Sayang
pemiliknya belum tertangkap. Tapi melihat prosedur penangkapannya yang
berbelit, kemungkinan besar ia tidak akan tertangkap. Mungkin mendapatkan
suaka di luar negeri.

www.ac-zzz.blogspot.com

Sebelumnya, perusahaan ini menciptakan the laughing cat. Kucing klon, yang
pada proses pengklonaannya ditambahkan gen manusia. Kucing itu, menurut
desas-desus, memiliki inteligensi seperti manusia, dan mengeong dengan suara
yang lebih mirip suara tawa manusia. Proyek rahasia yang akhirnya terbongkar
saat terjadi kericuhan beberapa waktu itu. Bayangkan, barangkali kasta kita
sekarang berada satu tingkat di bawah kucing itu.

Stepa tercengang mendengarkan penuturan Hasta. Ia hampir-hampir tidak


mempercayai berita itu jika tak mendengarnya sendiri dari mulut Hasta, orang
yang berkecimpung langsung dalam berita-berita aktual. Apakah negeri ini
sudah begitu majunya sehingga dapat melakukan lompatan teknologi sejauh
itu? Benarkah era artifisial itu benar-benar nyata, bukan hanya isapan jempol
belaka? Bukan sekadar dongeng khayal belaka?

Ia pernah membaca jurnal sains yang terbit beberapa puluh tahun silam di
perpustakaan Pak Raste. Jurnal itu memuat sejarah ketika pertama kali kloning
ditemukan. Ketika itu kata cloning merupakan kosa kata baru, ketika
pengetahuan manusia terhadap rekayasa biologik penciptaan klon, terhadap
organisme selain tanaman belum pernah dapat dibuktikan. Klon diambil dari
kata kln, bahasa Yunani, yang berarti tunas.

Kloning dipakai untuk menyebut jenis reproduksi aseksual yang dilakukan pada
tanaman, yaitu dengan cara stek batang. Pembiakan ini bertujuan untuk
mendapatkan bibit tanaman unggul di bidang agrikultura pada tebu,
hortikultura pada mangga, dan florikultura pada anggrek. Tanaman yang
dihasilkan dari reproduksi aseksual ini mengandung seperangkat replika genetik
yang sama persis dengan induknya, termasuk pada DNA sequence, sel, atau
organisme.

Keberhasilan teknologi klon pada tanaman ini menumbuhkan pemikiran baru


untuk mencobakannya pula pada hewan. Apabila dari reproduksi vegetatif
tanaman bisa diambil sifat-sifat baik untuk diturunkan pada anaknya agar ia
terseleksi menjadi bibit yang berkualitas unggul, maka bila ini dilakukan pada
hewan pun akan berakibat sama. Maka dilakukanlah eksperimen-eksperimen
untuk memecahkan kode genetika pada hewan agar teknik kloning ini dapat

www.ac-zzz.blogspot.com
diterapkan. Keberhasilan memecahkan kode ini adalah pintu bagi manusia utuk
menjadi pencipta..

Hasta dan Elisa tetap merasa bisa bekerja sama, meski mereka selalu berbeda
pendapat dan hati mereka sering panas oleh pertengkaran.

Siapa pun yang dapat memecahkan kode genetika ini, dan mampu memahami
asam deoksiribosenukleat penyusun protein pembentuk kode genetika, maka di
tangannyalah bermula suatu kehidupan. Setelah penemuan demi penemuan
kloning, baik terhadap tumbuhan maupun hewan, mulailah klon dicobakan pada
manusia.

Dua orang peneliti bernama Jerry L. Hall dan Robert J. Stillman melakukan
klon embrio manusia yang poliploid, embrio yang berasal dari sebuah sel telur
yang dibuahi dua atau lebih sel sperma, dengan menggunakan zona pelucidia
artifisial. Tetapi, para ahli itu menghentikan pertumbuhan embrio dan tidak
menanamkannya di dalam rahim.

Penemuan spektakuler ini mengundang banyak kontroversi karena dianggap


tidak manusiawi, bahkan jahat dan bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Namun demikian, tentu saja, penelitian diam-diam terus berlangsung.
Keberhasilan demi keberhasilan diraih dan bukti nyata jerih payah itu telah
didapatkan. Perusahaan Human Care adalah sebuah perusahaan bioteknologi
yang diam-diam dibiayai oleh pemerintah dan lembaga tertentu. Ia
bereksperimen menciptakan produk-produk manusia kopian. Pro-kontra kloning
masih terus berkelanjutan, tetapi produk-produk Human Care makin mengalami
diversifikasi. Perusahaan ini menawarkan paket-paket artifisial. Namun, klon
belum ditawarkan secara terbuka. Karena menyangkut berbagai kepentingan,
perusahaan yang melayani jasa reproduksi artifisial pada manusia ini pun
seperti mendapatkan legitimasi, bahkan sponsorship dari pihak pemerintah.

Tiba-tiba Stepa merasa punggung tangannya ditepuk. Ia segera tersadar


kembali dari pengembaraan pikirannya. Hasta masih ada di hadapannya. Ia
menunjuk ke atas panggung.

www.ac-zzz.blogspot.com

Itu penyanyi cantik yang aku ceritakan padamu tadi.

Stepa mengikuti arah telunjuk Hasta. Sesaat kemudian terdengar decaknya.

Aku benci mengatakan ini, tapi tampaknya aku mengenal penyanyi itu. Siapa,
ya?

Hasta mendekatkan wajahnya.

Aku juga benci mengatakan ini padamu. Tapi dia itu Elisa Morena, reporter
Space TV. Dia sesekali ikut menyanyi di sini. Kau pasti sering melihatnya di
televisi. Dia itu female reporter of the year, Miss Knows Everything, nada
suara Hasta terdengar kurang enak di telinga Stepa.

Stepa memperhatikan Elisa baik-baik. Wanita itu cantik. Tubuhnya yang tinggi
dan langsing dibalut busana putih satin dengan pundak terbuka. Kulitnya putih
bening seperti pualam. Ia menyanyikan sebuah lagu lama berirama jazz.

Besok pagi-pagi benar kita akan berangkat bersama, ujar Hasta. Kau, aku,
dan penyanyi itu.

Tekanan pada kalimat terakhir Hasta mengherankan Stepa.

Kau tampaknya kurang menyukai Elisa, kata Stepa.

Siapa bilang? Aku mengaguminya, elak Hasta. Ia kemudian berlagak


memperhatikan Elisa di panggung. Hmm ia memang cantik, tapi sayang,

www.ac-zzz.blogspot.com
suaranya tidak terlalu merdu, bukan? Kurasa ia agak memaksakan diri.
Barangkali ia ingin semua orang menganggap ia bisa melakukan segalannya.
Tapi, sebenarnya tidak ada orang yang bisa melakukan segalanya. Mereka
dikaruniai bakat masing-masing. Elisa mungkin jenius dalam reportase, tapi
suaranya tidak terlalu bagus untuk menjadi seorang penyanyi.

Itu sarkasme, jelas kau bukan hanya kurang menyukainya, tapi kau memang
benar-benar tidak respek kepadanya, serang Stepa. Hatinya merasa geli
dengan komentar-komentar Hasta.

Hanya merasa iba, Hasta membuat dalih yang lain. Tapi kami adalah tim.
Aku tidak boleh merasa tidak menyukainya. Ia bebas melakukan apa pun yang
disukainya, meskipun belum tentu disukai oleh orang lain.

Nadine berjalan bergegas di sepanjang koridor rumah sakit. Ia mendekap


diktat di dadanya rapat-rapat. Suasana rumah sakit yang lengang itu membuat
bulu kuduknya berdiri. Ia sedang melewati lorong yang paling sepi dari seluruh
bagian rumah sakit. Lorong di depannya itu bercabang, bila berbelok ke kiri, ia
masuk ke bangsal utama, dan bila lurus, lorong itu akan menurun menuju
sebuah tempat yang paling sunyi dan purba: kamar mayat.

Nadine menepis pikiran-pikiran buruk dari kepalanya. Ia menelan ludah


berkali-kali dan berusaha menyusun kekuatan. Ia mengutuki saat-saat itu. Ia
mengutuki Dokter Karel yang seharian tidak muncul di kampus sehingga ia harus
kerepotan mencarinya di rumah sakit, hendak menyerahkan tugas asistensi para
mahasiswa kepadanya.

Ketika Nadine menghubunginya lewat telepon, Dokter Karel menyuruhnya


mengantarkan tugas para mahasiswa itu ke Rumah Sakit Faruya di atas pukul
tujuh, karena saat itu Dokter Karel berada di sana, meeting dengan para dokter
di rumah sakit itu.

Nadine tiba-tiba saja berkeringat dingin. Ia berusaha untuk tidak menatap


lurus ke depan. Ia berusaha melemparkan pandangnya ke pintu-pintu ruangan

www.ac-zzz.blogspot.com
di sepanjang koridor, ke arah taman, dan merasa lega ketika satu dua perawat
atau pembesuk melintas. Ia merasa sedikit terhibur karena bertemu dengan
satu-dua orang sebelum makin dekat dengan jalan menurun itu. Ah, matanya
tiba-tiba saja tertumbuk pada lorong di depannya. Ada beku yang menggigit
pada wilayah yang paling terasing itu. Nadine menahan napas. Ia makin
mendekat.

Tahu-tahu Nadine merasa sendiri. Tak satu pun orang di sekitarnya, padahal
justru di saat-saat seperti itu ia butuh mereka untuk menumbuhkan
keberaniannya. Bila sendiri, ia tak memiliki banyak keberanian. Nyalinya ciut
seketika, tatkala tak bisa lagi menghindarkan tatapan. Matanya selalu
membentur pagar besi itu, lorong yang curam jalannya, sepi-gelap di ujung
depan sana. Ia ingin segera berbelok ke arah kiri, tapi kakinya terlalu cepat
meluncur dan tak bisa dikendalikan. Langkah Nadine limbung.

Gawat, pikirnya kalut. Bagaimana kalau tiba-tiba kakiku tak bisa direm
meluncur ke arah pagar itu dan tak bisa dibelokkan?

Jantung Nadine berdegup-degup. Keringatnya berlelehan membasahi kening


dan melembapkan telapak tangannya yang mendekap diktat. Sementara
kakinya bersicepat, mulutnya komat-kamit berdoa. Tuhan, lindungi aku!

Nadine terus berdoa. Beberapa langkah lagi ia tiba di percabangan lorong. Ia


mengayuh kakinya kuat-kuat dan terus berkonsentrasi untuk segera banting
setir ke arah kiri. Danyup! Berhasil!

Brak!!

Nadine terpekik kaget. Ia terpelanting ke belakang setelah menabrak sesosok


tubuh. De Javu! Ia merasa seperti pernah mengalami ini sebelumnya, tapi ia
tidak bisa mengingat kapan peristiwa itu terjadi.

www.ac-zzz.blogspot.com
Seorang perawat yang masih cukup muda tersenyum geli melihatnya.

Mamaaf, Nadine berkata terbata-bata. Ia merasa malu karena yakin


perawat itu tahu apa yang dipikirkannya.

Hati-hati kalau jalan. Pelan-pelan saja, di sini tidak ada apa-apa, kok.

Nadine merasa mukanya merah padam.

Eh, anu saya mencari Dokter Karel, ia buru-buru berkata, berusaha untuk
menutupi rasa malunya. Anda tahu di mana saya bisa menemukannya?

Dokter Karel sedang meeting dengan dokter-dokter yang lain, di ruang rapat.
Lurus saja, belokan kanan pertama, ruangan nomor tiga, ada tulisan Meeting
Room di pintunya. Kelihatannya rapat mereka belum selesai.

Oh, begitu. Terima kasih, ya?

Anda perlu diantar tidak? goda perawat itu. Nadine nyengir.

Tidak perlu, terima kasih. Sudah dekat, bukan?

Ya, sudah dekat. Dan tidak sesepi di sini. Anda bakalan banyak bertemu
dengan keluarga pasien yang sedang duduk-duduk di sepanjang koridor.

www.ac-zzz.blogspot.com
Sekali lagi, terima kasih. Nadine melirik label nama yang terpasang di dada
perawat itu, Rio.

Sama-sama, Nona.

Nadine melanjutkan langkahnya. Kali ini hatinya terasa ringan. Benar saja kata
Rio, setelah melewati lorong itu ia bertemu dengan banyak keluarga pasien.
Nadine merasa aman.

Ia melihat papan petunjuk di percabangan lorong selanjutnya. Meeting Room


ada di sebelah kanan percabangan. Nadine mengamati ruangan satu per satu.

Meeting Room.

Nadine berhenti tepat di depan pintu ruangan. Apabila diamati, jarak pintu
ruangan itu dengan pintu ruangan di sebelahnya cukup jauh. Ruangan rapat itu
cukup besar rupanya.

Nadine merasa kecewa karena rapat belum selesai. Ia mendekatkan telinganya


ke pintu, kemudian mengintip dari lubang kaca di pintu. Masih ada beberapa
orang, atau tinggal beberapa orang?

Nadine memutuskan untuk menunggu. Ia duduk tak jauh dari ruangan. Ia


duduk di pinggir koridor bersama beberapa orang yang telah terlebih dahulu
datang.

Ia melempar senyum kepada seorang pria tua yang duduk di sampingnya. Pria
itu membalas dengan ramah.

www.ac-zzz.blogspot.com

Menunggu siapa? ia bertanya kepada Nadine.

Dokter Karel, sahut Nadine, dosen saya. Saya mau mengumpulkan tugas.

Ah, mahasiswi kedokteran rupanya?

Nadine mengangkat bahunya, Ya, begitulah.

Rapat para dokter itu kelihatannya akan lama.

Oh, ya? Mengapa?

Mereka sedang merembuk masalah-masalah lain. Banyak hal di luar tugas


kemanusiaan yang mereka anggap lebih penting untuk dijalankan, ketimbang
sekadar memeriksa pasien dan mendengarkan keluhan mereka. Payah para
dokter itu.

Nadine tiba-tiba tertarik dengan lelaki itu.

Menurut Anda, para dokter itu sedang merembuk apa, selain kondisi para
pasien di rumah sakit ini, atau yang berkaitan dengan tugas mereka sebagai
dokter?

Proyeklah Proyek berduit. Apa lagi?

www.ac-zzz.blogspot.com
Proyek apa?

Manalah saya tahu, Nona. Tapi, yang pasti berduit. Dosen Anda, Dokter Karel
itu, pasti ada di balik ini semua.

Bagaimana Bapak bisa tahu? Proyek apa yang Bapak maksud?

Ya, barangkali semacam Human Care, perusahaan bioteknologi di Merican


yang barusan terbakar itu. Barangkali perusahaan semacam itu dengan nama
baru.

Ngaco. Orang tua itu agak tidak beres, Nadine membatin. Enak saja dia bicara.

Anda tahu apa tentang Human Care?

Nadine mencermati pria tua itu. Ia merasa tertipu dengan pandangan matanya
sendiri. Kalau mau jeli, ia menemukan bahwa ternyata pria tua itu bukan
berasal dari golongan biasa. Ia seorang yang berpendidikan dan berkedudukan.
Ia melihat penampilannya yang trendi dan rapi. Lipatan pada bajunya
menunjukkan bahwa ia sangat rapi, teliti, intelek, dan terawat, tentu saja.
Kerutan di keningnya sangat mengesankan bagi Nadine. Ia barangkali seorang
pengusaha sukses atau sejenisnya,dari kaum the have.

Human Care? pria tua itu terkekeh. Ya, saya tahu. Perusahaan yang
bercita-cita menggantikan Tuhan dengan menciptakan manusia beraneka rupa.
Dan tidak bertanggung jawab atas hasilnya.

Nadine tercengang mendengarnya.

www.ac-zzz.blogspot.com

Bapak tampaknya tahu betul tentang sepak terjang perusahaan bioteknologi


Merican itu? pancing Nadine.

Pria itu mengangguk-angguk.

Tentu saya tahu. Saya adalah salah seorang korban.

Tiba-tiba pintu ruangan rapat terbuka. Para dokter keluar dari ruangan itu.
Wajah-wajah serius itu belum lagi mengendur. Mereka melangkah seperti
robot. Suara sepatu mereka mengetuk-ngetuk lantai yang licin. Nadine
mengenali beberapa orang di antaranya.

Sampai para dokter itu meninggalkan ruangan, Nadine belum juga melihat
sosok Dokter Karel. Ia jadi cemas, khawatir penantiannya ternyata sia-sia
belaka.

Pintu ruangan yang sedikit terbuka diintipnya. Sayup-sayup masih terdengar


suara-suara dari dalam ruangan. Nadine merasa agak lega, tapi ia masih belum
yakin Dokter Karel ada di dalam. Ia menajamkan telinganya.

Suara-suara itu saling bersahutan, seperti orang yang sedang memperdebatkan


sesuatu. Sesekali mereka merendahkan suara apabila yang lain terlalu keras
bicara. Kemudian suara mereka seperti ditahan, namun akhirnya kembali
meninggi. Suara-suara itu tak dapat ditangkap dengan jelas oleh telinga
Nadine.

Rasa ingin tahu dan ingin bertemu dengan Dokter Karel secepatnya membuat
Nadine nekat masuk ke ruangan itu. Ia menemukan ruangan dengan meja besar
di tengah-tengah kursi-kursi yang telah ditinggalkan penghuninya. Botol-botol
air mineral dan kotak kudapan masih berserak di atas meja.

www.ac-zzz.blogspot.com

Ternyata suara pertengkaran itu berasal dari ruangan kecil di dalamnya. Dan
Nadine bisa mengenali, salah satu suara itu adalah suara Dokter Karel.

Nadine ragu-ragu sesaat. Ia telah berada di dalam ruangan rapat, tetapi tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Ia berharap pembicaraan di ruangan kecil itu
segera berakhir sehingga ia dapat segera menyerahkan tugasnya, dan kemudian
lekas-lekas pulang. Ia sudah merasa sangat letih.

Namun, tampaknya pembicaraan itu belum juga akan berakhir. Nadine


mempertajam pendengarannya. Ada sekitar tiga orang di dalam ruangan itu.
Dari pintu ruangan yang terbuka ia melihat salah seorang dari mereka mondarmandir, tetapi yang pasti bukan Dokter Karel. Dokter Karel tinggi besar,
sementara bayangan itu pendek dan gemuk.

Nadine tetap tak bisa menangkap pembicaraan mereka dengan jelas. Suarasuara mereka seperti gema yang memantul dari dinding ke dinding tanpa
menimbulkan makna baginya. Kemudian terdengar suara gebrakan di meja, dan
orang yang nyaris berkelahi membuat Nadine terperanjat kaget. Jantungnya
berdebar-debar. Ia mempunyai firasat bahwa situasi akan sangat tidak
menguntungkan baginya bila ia tetap tinggal di sana. Akhirnya Nadine
memutuskan untuk menunggu Dokter Karel di luar ruangan rapat. Tapi, belum
lagi langkahnya sampai di pintu, ia mendengar suara teguran keras dari balik
punggungnya.

Anda mencari siapa, Nona?

Nadine membalikkan tubuhnya dengan kaget. Seorang pria gemuk, pendek,


berkepala botak dengan helai-helai rambut beruban, mengenakan jas dokter,
berdiri beberapa meter di hadapannya. Matanya menatap tajam kepada
Nadine, seolah ingin menelannya bulat-bulat. Nadine menghindari tatapannya.

Saya mencari Dokter Karel, ujarnya terbata.

www.ac-zzz.blogspot.com

Tiba-tiba dari dalam ruangan kecil muncul dua orang. Salah satu dari mereka
adalah Dokter Karel, yang telah ditunggu Nadine selama hampir dua jam. Kini
ia sudah muncul.

Saya mau menyerahkan tugas asistensi hari ini, Nadine berkata lagi. Dokter
Karel berjalan menghampirinya. Nadine harus mendongak untuk dapat menatap
wajah Dokter Karel. Ia menyerahkan map yang semenjak tadi dibawanya
bersama diktat.

Terima kasih, Nadine.

Nadine menangkap sesuatu yang asing dari jawaban yang dingin itu. Dokter
Karel sama sekali tidak ramah kepadanya, tidak seperti biasanya. Di hadapan
para dokter itu, Nadine tiba-tiba merasa gamang. Tatapan mereka menyelidik,
seolah ingin membawa ia ke sudut ruang, menarik kerah bajunya, dan
menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa ia berada di
tempat itu, dan apa yang telah ia curi dengar dari pembicaraan mereka. Nyali
Nadine ciut seketika, rasanya persis seperti ketika harus melalui koridor kamar
mayat.

Kalau begitu, saya permisi dulu, Dokter, suaranya bergetar.

Silakan, Dokter Karel yang menjawab. Ia mengantarkan Nadine hingga ke


pintu.

Beberapa saat setelah Nadine keluar dari ruangan rapat, hendak pulang,
Dokter Karel menyusulnya.|

Nadine.

www.ac-zzz.blogspot.com

Nadine menoleh dan berhenti.

Tadi, apakah kau sudah lama masuk ke ruangan rapat ketika Dokter Amar
keluar dan menemukanmu?

Belum, saya baru saja masuk.

Kau mendengar pembicaraan kami?

Tidak, Dok. Sama sekali tidak.

Kau yakin?

Saya tidak sempat mendengarkan apa pun.

Nadine kembali menangkap sesuatu yang aneh. Apa yang sangat rahasia
dengan pembicaraan para dokter itu? pikirnya heran. Ingin menghancurkan
dunia?

Nadine, Dokter Karel menahan ketika dilihatnya Nadine akan meneruskan


langkahnya.

Kini mereka saling berhadapan. Raut muka Dokter Karel serius, tetapi
keramahan yang sempat lenyap dari wajah itu semenjak tadi telah sedikit

www.ac-zzz.blogspot.com
mencair. Nadine dapat melihat pesona itu kembali memancar. Kematangan
usia telah membentuk karakter tersendiri dalam diri Dokter Karel.

Seandainya kau sempat, sedikit saja, menangkap pembicaraan kami, aku rasa
kau cukup bijaksana untuk tidak pernah menganggapnya ada. Kau mengerti
maksudku?

Nadine tercengang mendengarnya.

Apa maksud Dokter? ia bertanya bingung.

Dokter Karel berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk membuat Nadine
mengerti.

Itu tadi, semata-mata hanyalah pertengkaran antarkawan. Kesalahpahaman


yang biasa terjadi dalam sebuah hubungan persahabatan, dan tidak ada
kaitannya dengan profesionalisme kerja. Wajar, bukan?

Nadine mulai paham. Ia mengangguk-angguk.

Tentu, Dokter Karel. Itu hal yang sangat biasa terjadi. Saya mengerti. Saya
tidak mendengarkan pembicaraan Anda, dan tentu saja, kalau yang Anda
khawatirkan adalah saya akan menceritakan hal ini kepada orang lain, saya
tidak akan melakukannya.

Dokter Karel tersenyum lega. Ia menepuk bahu Nadine pelan.

Terima kasih, Nadine. Kau memang asistenku yang paling baik.

www.ac-zzz.blogspot.com

Muka Nadine jadi kemerah-merahan.

Tak jadi soal, Dokter, ia berusaha untuk biasa-biasa saja. Tapi, Dokter ia
berusaha mencegah ketika Dokter Karel hendak berbalik meninggalkannya.

Apakah Dokter sudah mau pulang? Saya perlu kawan untuk keluar dari rumah
sakit ini. Saya, agak jeri sendirian. Apalagi harus melewati kamar mayat
itu.

Dokter tercengang sesaat, tapi kemudian ia tertawa.

Kau takut, Nadine? Kau calon dokter, dan mayat itu hanyalah raga yang telah
mati yang telah biasa kau pegang-pegang. Mengapa pula harus takut? Kau
aneh.

Saya hanya, Nadine jadi agak canggung mendengar komentar Dokter Karel
yang sebenarnya telah ia duga sebelumnya. Bukankah, seperti halnya
bertengkar dengan kawan sendiri, merasa takut pada hal-hal gaib di luar logika
ilmiah itu juga wajar, Dok?

Baiklah. Kau rupanya telah membalikkan kata-kataku sendiri, Dokter Karel


mengalah. Aku juga mau pulang. Kau boleh bersamaku keluar dari rumah sakit
ini, melalui jalan yang lain. Tidak melalui kamar mayat. Oke?

Hasta dan Elisa tetap merasa bisa bekerja sama, meski mereka selalu berbeda
pendapat dan hati mereka sering panas oleh pertengkaran.

www.ac-zzz.blogspot.com
Ada jalan lain, ya Dok? Nadine tiba-tiba merasa menjadi orang paling bodoh
sedunia. Mengapa ia tak memikirkan kemungkinan itu?

Sedikit lebih jauh karena harus memutar. Tapi tak apa, akan ku tunjukkan
kepadamu. Jalan itu nanti berakhir di pintu utara, di tempat parkir mobil. Aku
mau mengambil berkas-berkasku dulu di kantor, baru kemudian kita keluar
besama.

Nadine mengiyakan dengan gembira.

Sesaat kemudian Nadine dan Dokter Karel telah melangkah bersisian. Berjalan
di samping dokter itu membuat Nadine merasa tenang. Sosoknya yang gagah
telah memberikan rasa aman dan Nadine merasa terlindungi. Tiba-tiba Nadine
merasa sangat beruntung bisa berada dalam jarak sedekat itu dengan Dokter
Karel, menjadi asisten dosen baginya. Banyak yang merasa iri terhadap Nadine
karena kedekatannya dengan Dokter Karel, yang pada usia yang sebenarnya
tidak cukup muda lagi, 38 tahun, telah membuat banyak wanita tergila-gila.
Sayang ia bernasib malang. Istrinya meninggal setengah tahun yang lalu, dan ia
kini hidup sendirian karena belum memiliki seorang anak pun. Ia baru beberapa
minggu lalu memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen. Rumah besar
terlalu lapang untuk seorang duda, demikian menurutnya. Ia tak bisa mengatur
rumah sebesar itu tanpa sentuhan tangan wanita, dan kesepian akan makin
terasa ketika kelengangan telah menyergap dari seluruh penjuru ruangan.

Di apartemen ia merasa tenang karena tak harus terganggu dengan kenangankenangan lama karena kesepian tak banyak mendapatkan ruang. Bila tiba-tiba
hening mulai menggelisahkannya, Dokter Karel memiliki sebuah home theatre
yang suaranya memenuhi seluruh ruangan dan ia tak akan lagi merasa kesepian.

Dokter Karel memberikan isyarat kepada Nadine untuk menunggu di luar


sementara ia masuk ke kantor untuk mengambil berkas-berkasnya. Pada saat
itu datang seseorang mendekati Nadine. Pria yang duduk bersamanya sewaktu
menunggu Dokter Karel. Nadine mengangguk dan terseyum melihatnya.

www.ac-zzz.blogspot.com
Mana Dokter Karel? pria itu bertanya.

Sedang mengambil beberapa file di dalam.

Nadine kini dapat lebih jelas mengamati pria itu. Ia tampak terpelajar dan
bukan orang sembarangan. Pakaian yang melekat di tubuhnya sudah pasti
bermerek mahal. Mungkin ia seorang pengusaha atau semacamnya. Namun, ada
yang lebih menarik perhatian Nadine ketimbang penampilannya. Wajahnya
seperti sedang dicekam gelisah.

Kenapa Dokter Karel lama? tanyanya lagi setelah beberapa saat mereka
menunggu.

Entahlah, Nadine menggedikkan bahu. Bapak ada perlu juga dengan Dokter
Karel?

Pada saat itu Dokter Karel sudah keluar dari ruangannya. Ia tertegun saat
melihat lelaki yang berada di samping Nadine, tetapi ia kemudian berhasil
mengubah mimik mukanya. Senyum Dokter Karel mengembang. Ia menjabat
tangan lelaki itu.

Apa kabar, Pak Norman?

Akhirnya saya dapat bertemu dengan Anda, Dokter. Saya ingin bicara banyak
dengan Anda. Ini mengenai anak saya. Dia,

Eh, Pak Norman, Dokter Karel mengajak lelaki itu agak menjauh dari
Nadine. Saya saat ini belum punya waktu untuk membicarakannya. Saya
ditunggu urusan lain yang juga sangat penting. Jadi mohon, jangan sekarang

www.ac-zzz.blogspot.com
kita bicarakan hal ini. Kita cari waktu yang agak longgar agar bisa lebih leluasa
bicara. Bagaimana?

Tapi saya harus membicarakannya dengan Anda sekarang juga, Dokter. Kita
telah lama menunda pertemuan kita. Andalah yang menangani kasus anak
saya

Oke, oke, Dokter Karel menenangkan lelaki itu. Bagaimana kalau besok
sore, sepulang saya mengajar? Saya ada di apartemen kira-kira pukul lima
sampai pukul tujuh. Anda bisa menemui saya di apartemen.

Lelaki bernama Norman itu menimbang-nimbang sejenak. Ia masih kelihatan


tidak puas dengan jawaban Dokter Karel dan berusaha menawar lagi. Dokter
Karel buru-buru mencegahnya berbicara, ia menoleh ke arah Nadine dengan
sorot mata meminta pengertian.

Sebentar ya, Nadine. Saya bicara sebentar dengan Bapak ini.

Nadine mengangguk.

Dokter Karel mengajak Pak Norman menjauh. Mereka terlibat pembicaraan


yang sangat serius. Nadine dapat melihat ekspresi wajah Pak Norman yang
sangat tegang. Dokter Karel berusaha untuk menenangkannya, tetapi itu
tampaknya membuat Pak Norman makin kesal. Kemudian Nadine melihat Pak
Norman seperti sedang mengancam Dokter Karel. Ia menunjuk-nunjuk wajah
Dokter Karel, suaranya meninggi kendati Nadine tak dapat menangkap
perkataannya. Setelah itu, bergegas dengan langkah-langkahnya yang panjang
meninggalkan Dokter Karel yang termangu.

Nadine menghampiri Dokter Karel, melihat wajahnya yang muram.

www.ac-zzz.blogspot.com

Tampaknya ini hari yang berat buat Anda, ya Dok? tanyanya hati-hati.

Begitulah, Nadine.

Boleh tahu, ada apa sebenarnya? Kelihatannya semua masalah ini saling
berkaitan, antara rapat tadi, pertengkaran Anda dengan rekan-rekan kerja
Anda, kemudian bapak yang tadi. Betul, Dok? pancing Nadine lebih lanjut.

Bagaimana kau bisa menyimpulkan semua itu saling berkaitan?

Hanya menebak-nebak.

Tidak benar, tidak ada kaitannya.

Ada yang bisa saya bantu, Dok? Saya asisten Anda dan Anda tidak perlu
merasa sungkan untuk meminta bantuan saya, Nadine memberanikan diri
menawarkan jasa.

Dokter Karel tersenyum mendengarnya.

Tidak perlu, Nadine. Terima kasih. Kau sudah cukup banyak membantu. Lagi
pula, saya bisa menyelesaikannya sendiri. Kau tidak perlu khawatir.

Nadine sedikit merasa lega ketika melihat Dokter Karel akhirnya bisa
tersenyum. Ia menikmati perjalanan keluar mereka dengan hati berbungabunga.

www.ac-zzz.blogspot.com

Selalu saja bertengkar.


Stepa baru saja bergabung dengan Hasta dan Elisa beberapa jam, tapi ia sudah
melihat begitu banyak pertengkaran di antara keduanya. Hal-hal kecil saja
mereka ributkan, apalagi hal-hal besar seperti konsep pekerjaan. Hasta selalu
memandang sebelah mata pendapat-pendapat Elisa, dan sebaliknya, Elisa
selalu menyangkal apa pun yang diucapkan oleh Hasta. Keduanya sama-sama
angkuh dan keras kepala. Masing-masing merasa lebih tahu dari yang lain.

Stepa tidak habis pikir bagaimana mereka bekerja dalam suasana yang selalu
panas seperti itu. Mereka selalu berteriak satu sama lain. Stepa hanya bisa
terbengong-bengong ketika berusaha melerai dan tak pernah berhasil. Sopir
yang membawa kendaraan mereka, Anas namanya, hanya tertawa-tawa seolah
peristiwa itu merupakan hal yang sangat biasa terjadi. Sesekali ia malah
menimpali dan menambah-nambahi hingga perdebatan kian meruncing. Tidak
ada yang mau mengalah di antara mereka. Perdebatan baru akan berhenti saat
mereka sudah merasa capai dengan disertai gerutu panjang yang masih
terdengar.

Jangan heran, ucap Anas sambil nyengir. Mereka memang begitu, seperti
anjing dan kucing. Entah siapa yang kucing dan siapa yang anjing. Kalau
bertemu dan tidak bertengkar, pasti ada sesuatu yang salah. Mungkin keduanya
sedang sakit gigi.

Stepa berusaha untuk memahami, tapi ia tidak bisa. Oleh karena itu, ia hanya
berusaha untuk memaklumi. Keduanya memang sama-sama cerdas dan
berusaha menonjolkan kecerdasan masing-masing. Terlebih lagi Elisa adalah
lulusan dari luar negeri. Sudah pasti ia merasa lebih unggul ketimbang Hasta
yang produk dalam negeri. Elisa punya banyak pengalaman selama
berkecimpung di dunia broadcasting luar negeri. Ia merasa lebih banyak tahu
ketimbang Hasta yang hanya produk lokal dan notabene adalah juniornya.
Karena itulah ia merasa bahwa pendapatnya selalu harus diperhitungkan. Dan
Hasta amat membenci kearoganan semacam itu.

Elisa, menurut Hasta, adalah jenis manusia sombong yang suka menonjolkan
diri. Terkadang Elisa bahkan tak menyadari bahwa ia tak benar-benar memiliki

www.ac-zzz.blogspot.com
hal yang dibangga-banggakannya. Menyanyi di kafe adalah salah satunya. Elisa
sebenarnya tak begitu pandai menyanyi, tetapi ia begitu percaya diri dengan
suaranya. Ia meyakini bahwa entertain dapat disiasati dengan penampilan.Ada
dua kemungkinan mengapa penonton tak beranjak dari tempat duduknya saat
menikmati suguhan musik. Karena terpesona pada merdunya suara penyanyi,
atau karena menariknya penampilan si penyanyi. Untuk kasus Elisa, sudah pasti
penonton akan memilih yang kedua, karena suara Elisa memang tidaklah
istimewa, kalau tidak boleh dikatakan jelek. Hasta mendongkol dengan
ketidaktahudirian itu. Sebaliknya, ia adalah seorang yang sangat down to
earth dan low profile. Hanya pada Elisa ia merasa perlu meninggikan dirinya,
hanya untuk menekan kesombongan wanita itu.

Perjalanan menuju Merican memakan waktu sekitarlima jam. Kru berangkat


berempat. Hasta, Elisa, Stepa, dan Anas. Baru setengah jam mobil berjalan,
pertengkaran Hasta dan Elisa sudah dimulai. Awalnya sebenarnya sangat
remeh, Elisa bersin terus-menerus.

Kau kelihatan kurang sehat, Anas menegurnya. Elisa yang membekap


hidungnya dengan sapu tangan, mengangguk mengiyakan.

Beberapa hari ini aku kurang enak badan, sahutnya.

Kau pasti kecapekan. Di saat kondisi tubuh tidak fit, penyakit akan mudah
menyerang. Suaramu saja sengau begitu, mungkin kau mau flu.

Ya, nih, aku minggu ini memang kurang istirahat.

Basa-basi yang biasa, sebenarnya, tapi itu ditanggapi sinis oleh Hasta. Ia
tertawa. Elisa yang duduk di depan, di samping Anas, menoleh ke belakang
dengan wajah bertanya-tanya dan waspada. Rupanya ia mengendus sesuatu di
balik tawa Hasta.

www.ac-zzz.blogspot.com
Suaranya parau bukan karena dia mau flu, Nas, ujar Hasta. Tapi karena
terlalu banyak menyanyi di kafe. Maklumlah, dia kan penyanyi. Masa kau lupa?

Oh, ya, seru Anas. Betul juga kata Hasta. Mungkin suaramu habis karena
menyanyi, bukan karena mau sakit flu.

Elisa cemberut.

Kau jangan ikut-ikutan, Nas, katanya


mengejekku.

ketus. Hasta hanya ingin

Lho, kok mengejek? Aku justru kagum kepadamu. Di sela-sela agenda kerjamu
yang begitu padat, kau masih menyempatkan diri menyanyi. Kafe tude
memang hebat. Mereka berani membayar mahal untuk hiburan berkelas dengan
mengundang banyak penyanyi terkenal. Bahkan seorang reporter televisi pun
memulai karier menyanyinya dari sana. Sayang, belum ada produser yang
sempat melihat penampilanmu di kafe. Bisa-bisa kau nanti beralih profesi
menjadi penyanyi dan Space TV bakalan kehilangan reporter terbaiknya.

Kata-kata yang cukup memukul. Hasta tidak sedang bercanda. Ia memberikan


tekanan-tekanan khusus pada kalimatnya. Ia memang sedang menyindir Elisa
dan Elisa cukup tanggap dengan arah kalimat Hasta.

Aku hanya memanfaatkan apa yang telah diberikan Tuhan kepadaku.

Apa yang telah diberikan Tuhan kepadamu?

Suara.

www.ac-zzz.blogspot.com

Ah suara rupanya, Hasta tergelak.

Elisa sangat tersinggung. Kini ia benar-benar membalikkan tubuhnya, kedua


lututnya naik di atas kursi mobil. Wajah cantiknya memerah padam.

Apa sih maksudmu? ia marah. Kenapa begitu sinis pada hobi menyanyiku?

Hobi yang aneh.

Menyanyi? Aneh? Di mana letak keanehannya? Aku yakin hampir semua orang
suka menyanyi. Hanya mungkin mereka tidak menyanyi di atas panggung
sementara aku melakukannya. Lagi pula apa salahnya? Bagiku, menyalurkan
hobi itu perlu. Aku ingin menjadi penyanyi, maka ketika aku punya
kesempatan, aku mengambilnya. Penonton menyukaiku.

Hasta tak menjawab kali ini. Ia hanya tersenyum-senyum dan mengalihkan


pandangan ke luar jendela mobil.

Kau hanya iri, kan? Kalau kau juga ingin jadi penyanyi, ya melamarlah di
tude. Aku jamin kau tidak akan diterima!

Apakah harus melalui tes dulu untuk bisa menyanyi di tude? Stepa buruburu menyela. Ia berharap pertengkaran Elisa dan Hasta bisa berhenti, tetapi
rupanya kata-katanya yang kurang tepat malah memperkeruh suasana.

Ya, tentu saja. Tapi, Elisa kan tidak harus melalui tes, Hasta yang
menjawab. Mulut Elisa yang sudah hendak menanggapi pertanyaan Stepa,
terkatup kembali.

www.ac-zzz.blogspot.com

Elisa punya orang dalam, Step. Ia memacari pemilik Kafe tude.

Oh, Stepa segera menyadari kekeliruan kalimatnya. Ia jadi merasa


bersalah melihat Elisa kian murka.

Jangan didengarkan! teriak Elisa. Dia memang selalu ngaco! Hasta, bisa
tidak kau barang beberapa hari saja tidak usah menggangguku?

Siapa yang bermaksud mengganggu? Hasta mengangkat bahu tinggi-tinggi


dengan sikap tak peduli yang menyebalkan. Sama sekali tidak berminat.

Elisa sangat jengkel. Merasa kehabisan kata-kata, ia kembali pada posisi


duduknya semula dengan gerutu panjang yang masih terdengar. Sejenak
kemudian ia sudah memejamkan mata, berusaha meredam kemarahannya.
Keadaan pun menjadi tenang kembali.

Hasta, Stepa, dan Anas kemudian berdiskusi tentang Human Care, perusahaan
bioteknologi Merican yang menjadi tujuan perjalanan mereka. Kontroversi yang
beredar di masyarakat adalah bahwa perusahaan yang selama ini tidak banyak
diketahui keberadaannya itu sebenarnya adalah proyek pemerintah. Mereka
mendapatkan dana dari pemerintah untuk penelitian kloning terhadap manusia.
Perusahaan itu sebelumnya telah hampir ditutup karena kasus the laughing catnya yang menggemparkan dan kegagalan-kegagalan yang beruntun mereka
lakukan. The laughing cat adalah sebuah kasus yang menghebohkan dan
memancing reaksi keras banyak kalangan. Tindakan mengklonkan sel manusia
ke dalam embrio kucing dianggap sebagai penghinaan terhadap martabat
manusia.

Karena kasus beruntun yang menimpa Human Care, pihak donatur menarik
dukungannya. Aktivitas terpaksa diberhentikan seiring dengan diperkarakannya
perusahaan ini di pengadilan. Namun, terlepas dari itu semua, perusahaan
bioteknologi itu ternyata telah melangkah lebih jauh dari apa yang dapat

www.ac-zzz.blogspot.com
diamati oleh masyarakat. Masuknya teknologi rekayasa genetika yang telah
menggemparkan dunia sekian puluh tahun silam itu ke Indonesia adalah benarbenar suatu prestasi sekaligus juga bahaya yang cukup mengancam bagi
moralitas. Namun, kerja para ilmuwan itu begitu rapi. Mereka bekerja dalam
diam dan setiap langkah metodologis disimpan rapat-rapat sebelum merasa
benar-benar yakin akan keberhasilan mereka.

Mereka sangat berhati-hati, karena suatu kegagalan akan menghancurkan


karier dan nama mereka. Segalanya harus selalu diperhatikan dengan matang,
Hasta berkata.

Tetapi mereka memang menerima klien dan servis pembuahan artifisial, ya?
Stepa mengerutkan keningnya.

Ya, berangkat dari pelayanan bayi tabung yang mereka tawarkan pada masa
awal mereka berdiri. Mereka punya akses ke bank sperma internasional dan
klien tinggal pilih sperma siapa yang mereka inginkan. Hittler? Atau John
Travolta? Tinggal sebutkan nama yang mereka inginkan di dalam daftar,
bereslah semua.

Ternyata saat itu Elisa sudah bangun dari tidurnya dan segera melibatkan diri
dalam percakapan.

Ya, dan kemudian kloning manusia juga telah mereka jadikan salah satu
pelayanan mereka. Jika kita review saat pertama kali kloning mulai disahihkan
maka makhluk-makhluk kopian itu kini telah beranjak remaja, ujar Elisa.

Di mana saja makhluk-makhluk kopian itu sekarang ini? gumam Stepa.

Beberapa dari mereka masih berada dalam pengawasan intensif laboratorium


besar Human Care. Mereka ditempatkan di sebuah lingkungan yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga menyerupai komunitas belajar. Produk kopian itu

www.ac-zzz.blogspot.com
berasal dari bibit-bibit manusia unggul negeri kita. Bayangkan saja, dalam
waktu sekitar lima hingga sepuluh tahun ke depan akan bermunculan tokohtokoh penting generasi kedua yang bakalan menguasai negeri ini, lengkap
dengan karakter turunannya.

Apa maksudmu karakter turunan? sergah Hasta. Mereka belajar dan


beradaptasi dengan lingkungan. Pembentukan karakter bukanlah masalah
genetika belaka. Faktor eksternal jauh lebih punya peran.

Bagaimana sifat genetika yang diperoleh dari induknya? Elisa melebarkan


matanya. Ia merasa pendapatnya diremehkan. Itu tetap akan melekat dalam
dirinya. Bagaimanapun jiwa koruptor akan tetap terbawa pada turunan
klonnya, sebagaimana hasil klon orang-orang pintar menyebabkan lahirnya
jenius-jenius baru pula. Itulah mengapa klon ada, karena ia dapat mengkopi
genetika sama persis.

Nona, yang menurun adalah ciri fisik, kapasitas otak, bakat, dan sifat-sifat
genetis lainnya. Behaviour bisa dibentuk oleh masyarakat. Kloning seorang
koruptor bisa meniru kecerdasan induknya, tetapi apakah akan digunakan untuk
menipu dan bermuslihat, itu tergantung dari bagaimana ia menyerap pelajaran
tentang nilai-nilai, apakah korup itu dibenarkan atau tidak. Bagaimana
menurutmu, Stepa?

Meskipun ragu-ragu karena melihat ekspresi Elisa yang menahan kegeraman,


Stepa lebih sepakat dengan pendapat Hasta. Ia mengangguk-angguk.

Jangan cuma mengangguk-angguk! bentak Elisa. Menurutmu sendiri


bagaimana?

Ya aku lebih sepakat dengan Hasta. Tampaknya lebih masuk akal.

www.ac-zzz.blogspot.com
Hasta tertawa penuh kemenangan dan Elisa menggerutu panjang. Anas yang
melihat kejadian itu hanya tersenyum-senyum geli, tetapi tak berkomentar apa
pun. Ia yang duduk paling dekat dengan Elisa, tidak ingin mengambil risiko
menjadi sasaran kemarahan Elisa bila ikut-ikutan mendukung Hasta.

Di pesta ulang tahun Raia, pesta para eksekutif muda, ada kegelisahan
terpancar di raut wajah manis yang lembut itu. Nadine dapat merasakannya.
Raia berkali-kali mengedarkan pandangan ke segenap penjuru ruangan, seolaholah ingin menemukan sesuatu atau seseorang di sana. Wajahnya muram, hanya
sesekali ia berusaha menutupinya dengan senyum. Ia tidak sedang berbahagia
pada pesta ulang tahunnya. Tak ada seseorang yang mendampinginya. Nadine
menelan ludah. Ada rasa pahit tertelan di kerongkongannya. Apakah Raia
mengharapkan Nara datang?

Sebenarnya Nadine telah menyampaikan undangan pesta itu kepada kakak


laki-lakinya. Ia berusaha membujuk Nara untuk datang. Namun, Nara tak
bergerak. Ia bahkan tak mengeluarkan sedikit pun suara. Nadine akhirnya,
setelah lelah bicara, meletakkan undangan ulang tahun itu di karpet di samping
Nara yang asyik bermain dengan komputernya. Ia tahu, Nara hanya berusaha
untuk tidak peduli. Ia memahami, Nara tengah berusaha meredam gejolak di
dadanya karena ia sebenarnya tidak pernah melupakan Raia. Sekeras apa pun
usahanya untuk melenyapkan Raia, ia tak pernah berhasil melakukannya.
Sepedih apa pun debar dada Nara, ia tetap saja menyebutkan nama Raia dalam
setiap pembicaraan meski sekadar mengingat suatu hal yang berkaitan
dengannya, seperti film atau permen kesukaannya. Atau hanya
menyebutkannya tanpa maksud apa-apa. Namun, pandangan Nara sering kali
terlihat kosong saat memorinya diputar kembali. Mungkin saat itu ia
membayangkan wajah Raia dan masa-masa ketika mereka masih bersama.

Sungguh suatu pukulan yang teramat telak manakala tiba-tiba Raia


memutuskan pertunangan mereka.Ada hal-hal misterius yang mereka
sembunyikan.Nara tak pernah mengakui penyebab sebenarnya, tapi cara ia
menyikapi keputusan Raia menunjukkan bahwa kesalahan ada pada pihakNara .
Kesalahaan yang tak dapat dimaafkan Raia.

Tujuh tahun adalah masa yang cukup panjang untuk sebuah hubungan. Nadine
tak dapat memahami mengapa kurun waktu itu bisa runtuh begitu saja oleh
suatu hal gegabah yang dilakukanNara . Dan bagaimana mungkin Nadine bisa

www.ac-zzz.blogspot.com
melupakan saatNara menangis mengiba-iba di hadapan Raia yang beku,
memohon agar hubungan mereka dipertahankan.

Nadine yakin ada pihak ketiga di balik berakhirnya hubungan kakaknya dengan
Raia. Meskipun ia melihat dari sikap Raia bahwa Naralah yang menjadi biang
peristiwa itu, di dalam hati kecilnya ia masih belum mempercayai bahwa
kesalahan sepenuhnya harus ditimpakan pada kakak satu-satunya itu.
Perjalanan tujuh tahun sepasang kekasih tidak akan mudah dihentikan kendati
salah seorang melakukan kesalahan dan berusaha kembali, kecuali bila ia
benar-benar tersesat atau seorang yang lain memang berusaha untuk
meninggalkan. Nadine melihat Raia telah kepayahan bersamaNara dan ia
memang ingin berhenti. Nadine tahu betapa berat pula masalah itu buat Raia.
Ia pun sama terlukanya denganNara . Barangkali lebih terluka.

Tamat

Você também pode gostar