Você está na página 1de 11

BAB V

TUGAS KHUSUS
5.1 Latar Belakang
Penukar panas (Heat Exchanger) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan energi
dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperaturnya. Fluida yang bertukar energi dapat
berupa fluida yang sama fasenya (cair ke cair atau gas ke gas) atau dua fluida yang berbeda
jenisnya.
Kondensor adalah salah satu alat penukar panas yang sering digunakan di industri.
Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan pipa dan digunakan untuk mengubah uap
menjadi zat cair (air). dapat juga diartikan sebagai alat penukar kalor (panas) yang berfungsi
untuk mengkondensasikan fluida atau mendinginkan fluida. Dalam penggunaanya kondensor
diletakkan diluar ruangan yang sedang didinginkan supaya panas yang keluar saat
pengoperasiannya dapat dibuang keluar sehingga tidak mengganggu proses pendinginan.
Kondensor sangat berpengaruh dalam industri terhadap seluruh keberhasilan rangkaian
proses, karena kegagalan operasi pada peralatan ini akan mengakibatkan kegagalan mekanika
maupun kegagalan operasional yang dapat menyebabkan berhentinya unit operasi. Di samping
itu di dalam pabrik pupuk, proses pertukaran panas penting dalam rangka konversi energi,
keperluan proses, persyaratan keamanan, dan perlindungan terhadap lingkungan. Maka
kondensor dituntut untuk mampu memiliki kinerja yang baik agar dapat diperoleh hasil yang
maksimal serta dapat menunjang penuh terhadap suatu unit operasi.
5.2 Permasalahan
Pada umumnya alat-alat yang berada di pabrik harus dilakukan perawatan serta perbaikan untuk
memantau kondisi alat tersebut. Setelah dilakukan perbaikan dan perawatan, dilakukan test pada
alat-alat tersebut untuk melihat kinerja setelah dilakukan perbaikan dan perawatan. Pada unit
urea 1-A, terdapat kondensor EA-404 (A-D) pada seksi ammonia recovery yang berguna untuk
menurunkan suhu ammonia yang berasal dari ammonia reservoir yang akan dipompa menuju
ammonia preheater dan menuju kembali ke reaktor sebagai feed recycle. Akan dilakukan
evaluasi kondensor ammonia EA-404 (A-D) setelah dilakukan performance test.

5.3 Tujuan
Untuk mengevaluasi kondensor EA-404 (A-D) jenis Shell and Tube pada seksi ammonia
recovery dan dibandingkan dengan data kondensor desain.
5.4 Landasan Teori
5.4.1 Alat Penukar Panas
Alat penukar panas (Heat Exchanger) adalah alat yang sangat banyak digunakan di dalam
industri yang berguna untuk memindahkan atau mentransfer panas dari suatu zat ke zat lainnya.
Terdapat banyak sekali jenis alat penukar panas, maka untuk mencegah timbulnya
kesalahpahaman maka alat penukar panas dikelompokkan berdasarkan fungsinya :
1. Chiller
Digunakan untuk mendinginkan fluida sampai temperature yang sangat rendah. Temperature
fluida hasil pendinginan di dalam chiller yang lebih rendah di bandingkan dengan fluida
pendinginan yang dilakukan dengan cooling water. Untuk chiller media pendingin yang
digunakan umumnya ammonia atau Freon.
2. Kondensor
Digunakan untuk mendinginkan uap atau campuran uap, sehingga fasenya berubah menjadi
cairan. Media pendingin yang digunakan umumnya air atau udara. Uap atau campuran uap
akan melepaskan panas laten kepada pendingin, sehingga akan mengembun menjadi
kondensat.
3. Cooler
Digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas dengan menggunakan air sebagai media
pendingin. Disini tidak terjadi perubahan fase, dengan perkembangan teknologi dewasa ini
maka pendingin cooler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
4. Evaporator
Digunakan untuk menguapkan cairan menjadi upa. Pada alat ini terjadi evaporasi
(penguapan) suatu zat dari fase cair ke fase gas.yang dimanfaatkan alat ini adalah panas laten
dan zat yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.
5. Reboiler
Digunakan untuk mendidihkan kembali (reboil) serta menguapkan sebagian cairan yang
diproses. Adapun media pemanas yang digunakan adalah uap zat panas yang sedang diproses
itu sendiri.

Alat penukar panas ini bertujuan untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida yang lain. Maka
akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu

5.4.2

Memanaskan fluida
Mendinginkan fluida

Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk terjadinya kondensasi refrigeran uap dari kompresor dengan
suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kondensor sebagai alat penukar kalor berguna mendinginkan uap
atau campuran uap, sehingga fasenya berubah menjadi cairan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kondensor:
1. Luas muka perpindahan panasnya meliputi diameter pipa kondensor, panjang pipa

2.
3.
4.
5.4.3

kondensor dan karakteristik pipa kondensor.


Aliran udara pendinginnya secara konveksi natural atau aliran paksa oleh fan.
Perbedaan udara pendinginnya antara refrigeran dengan udara luar.
Sifat dan karakteristik refrigeran di dalam sistem.

Klasifikasi kondensor
Menurut zat yang mendinginkannya, kondensor dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Kondensor berpendingin udara (Air Cooled Condenser)
Air Cooled Condenser adalah kondensor yang menggunakan udara sebagai
cooling mediumnya, biasanya digunakan pada sistem berskala rendah dan sedang dengan
kapasitas hingga 20 ton refrigerasi. Air Cooled Condenser merupakan peralatan AC (Air
Conditioner) standard untuk keperluan rumah tinggal (residental) atau digunakan di suatu
lokasi di mana pengadaan air bersih susah diperoleh atau mahal. Untuk melayani
kebutuhan kapasitas yang lebih besar biasanya digunakan multiple air colled condenser.
Udara sebagai pendingin kondensor dapat mengalir secara alamiah atau dialiri
paksa oleh fan. Kulkas pada umumnya menggunakan kondensor berpendingin udara
secara alamiah (konveksi natural) yang umum disebut sebagai kondensor statis. Fan
dapat meniupkan udara kearah kondensor dalam jumlah yang lebih besar, sehingga dapat
memperbesar kapasitas pelepasan panas oleh kondensor.
Refrigeran dari kompresor pada suhu dan tekanan tinggi dialirkan ke bagian
paling atas kondensor. Di dalam kondensor, refrigeran melepas kalor embunnya sehingga
mengembun, wujudnya berubah dari uap menjadi cair. Refrigeran dengan tekanan tinggi
ini dialirkan dari bagian bawah kondensor ke saringan dan alat ekspansi. Pelepasan panas
ini dapat dirasakan yaitu muka kondensor menjadi hangat.

Kondensor berpendingin udara bentuknya sederhana, tidak memerlukan


perawatan khusus. Ini adalah keuntungan dari kondensor berpendingin udara. Sistem
refrigerasi yang berkapasitas kurang dari 1 kW umumnya menggunakan kondensor jenis
ini.

2. Kondensor berpendingin air (Water Cooled Condenser)


Kondensor jenis ini digunakan pada system yang berskala besar untuk keperluan
komersil di lokasi yang mudah memperoleh air bersih. Kondensor jenis ini menjadi
pilihan yang ekonomis bila terdapat suplai air bersih mudah dan murah.
Pada umumnya kondensor seperti ini berbentuk tabung yang di dalamnya berisi
pipa (tubes) tempat mengalirnya air pendingin. Uap refrigeran berada di luar pipa tetapi
di dalam tabung (shell). Kondensor seperti ini disebut shell and tube water cooled
condenser. Air yang menjadi panas, akibat kalor yang dilepas oleh refrigeran yang
mengembun, kemudian air yang telah menjadi panas ini didinginkan di dalam alat yang
disebut menara pendingin (cooling tower). Setelah keluar dari cooling tower, air menjadi
dingin kembali dan disalurkan dengan pompa kembali ke kondensor. Dengan cara inilah
pendingin disirkulasikan. Kondensor jenis ini biasanya digunakan pada sistem
berkapasitas besar.
3. Kondensor berpendingin campuran udara dan air (Evaporative Condenser)
Kondensor jenis ini merupakan kombinasi dari kondensor berpendingin udara dan
kondensor berpendingin air. Koil kondensor ini diletakkan berdekatan dengan media
pendinginnya yang berupa udara tekan dan air yang disemprotkan melalui suatu lubang
nozzle.
Kondensor jenis ini disebut juga evaporative condenser. Kondensornya sendiri
berbentuk seperti kondensor dengan pendingin air, namun diletakkan di dalam menara
pendingin. Percikan air dari atas menara akan membasahi muka kondensor jadi kalor dari
refrigeran yang mengembun diterima oleh air dan kemudian diberi pada aliran udara yang
mengalir dari bagian bawah ke bagian atas menara. Sebagai akibatnya air yang telah
menjadi panas tersebut diatas, didinginkan oleh aliran udara, sehingga pada saat air
mencapai bagian bawah menara, air ini sudah menjadi dingin kembali. Selanjutnya air
dingin ini dipompakan ke bagian atas menara demikian seterusnya. Dalam Negara yang
bemusim empat, pada musim dingin sering kali tidak dibutuhkan percikan air dari atas
menara, karena udara sudah cukup dingin dan mampu secara langsung menerima beban
kondensor. Dalam keadaan seperti ini, dikatakan bahwa evaporative condenser

dioperasikan secara kering. Dengan cara ini maka evaporative condenser dioperasikan
secara kering. Maka evaporative condenser ini akan berfungsi seperti kondensor
berpendingin udara.
5.5

Parameter evaluasi kinerja kondensor


Evaluasi kinerja kondensor dapat ditentukan oleh beberapa parameter berikut:
5.5.1 Laju perpindahan panas
Laju perpindahan panas dapat di evaluasi dengan menggunakan persamaan
Q=m x L
Namun pada kasus ini, tidak terjadi perubahan fase hanya perubahan nilai temperature sehinnga
persamaan yang digunakan menjadi
Q=m x cp x T

5.5.2

LMTD (Log Mean Temperature Difference)


Beda temperature rata-rata logaritmik dievaluasi dengan menggunakan persamaan :
T 1 T 2
LMTD=
x Ft
T 1
ln(
)
T 2

5.5.3

Koefisien perpindahan kalor / panas


Saat kondensor beroperasi, maka nilai koefisien perpindahan kalor akan berubah terhadap waktu
(kondisi kotor). Koefisien perpindahan kalor kondisi kotor, dievaluasi menggunakan persamaan :
Q
U=
A x LMTD

5.6
5.6.1

Metodologi perhitungan
Menghitung laju perpindahan panas / kalor
Tidak terjadi perubahan fase zat hanya perubahan suhu, maka digunakan persamaan
sebagai berikut:
Q=m x cp x T
Q = Laju perpindahan panas / kalor fluida panas atau dingin
m = laju alir massa fluida panas atau dingin
cp = kalor jenis fluida panas atau dingin
T = beda temperature fluida

5.6.2

Mencari LMTD (Log Mean Temperature Difference)


T 1 T 2
LMTD=
x Ft
T 1
ln
T 2

LMTD = beda temperature rata rata logaritmik


T1 = beda temperature fluida panas masuk kondensor dengan temperature fluida dingin
keluar kondensor.
T1 = Thi - Tco
Thi = temperatut fluida panas masuk kondensor
Tco = temperature fluida dingin keluar kondensor
T2 = beda temperature fluida panas keluar kondensor dengan temperature fluida dingin
masuk kondensor.
T2 = Tho Tci
Tho = temperature fluida panas keluar kondensor
Tci = temperature fluida dingin kelaur kondensor
Ft = Faktor koreksi
Mencari faktor koreksi
ThiTho
R=
TcoTci
S=

TcoTci
ThiTho

Setelah menghitung nilai R dan S maka dapat dilihat faktor koreksinya pada grafik dalam
5.6.3

lampiran.
Menghitung koefisien perpindahan kalor / panas
Q
U=
A x LMTD
U = Koefisien perpindahan kalor / panas menyeluruh
Q = laju perpindahan kalor / panas fliuda panas atau dingin
A = luas permukaan perpindahan kalor / panas

LMTD = beda temperature rata-rata logaritmik

5.7 Hasil Perhitungan

Keterangan :

5.7.1

DA-401 = High Pressure Absorber (HPA)


EA-405 = Ammonia Recovery Absorber
FA-401 = Ammonia Reservoir
CW = Cooling Water

Laju perpindahan panas / kalor (Q)

Item
EA-404
A
EA-404
B
EA-404
C
EA-404
D

Description
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser

Q
Kcal/hr

Desain

Aktual

5,272,8
00
5,272,8
00
5,272,8
00
5,272,8
00

637,60
0
5,470,8
80
4,063,6
40
712,80
0

5.7.2

Log Mean Temperature Difference (LMTD)

Item
EA-404
A
EA-404
B
EA-404
C
EA-404
D

5.7.3

Description
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser

LMTD
C

Desain

Aktual

8.592

5.464

8.592

3.198

8.592

4.222

8.592

5.108

Koefisien perpindahan panas / kalor (U)

Item
EA-404
A
EA-404
B
EA-404
C
EA-404
D

Description
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser
Ammonia
condenser

Ud
Kcal/hr.m2.C

Desain

Aktual

625.57

118.96

625.57

1743.74

625.57

981.13

625.57

142.26

5.8 Pembahasan
Hasil pengamatan dan perhitungan evaluasi kondensor EA-404 A dan D
umumnya untuk kondensor EA-404 A dan D menunjukkan penurunan kinerja terlihat dari
nilai Q, LMTD dan U yang menurunan terhadap nilai desain. Nilai laju perpindahan kalor
/ panas (Q) desain sebesar 5.272.800 kcal/hr sedangkan hasil aktual kondensor EA-404 A
sebesarc637.600 kcal/hr, kondensor EA-404 D sebesar 712.800 kcal/hr sedangkan untuk
kondensor EA-404 B dan C hasil aktualnya 5.470.880 kcal/hr, dan 4.063.640 kcal/hr.
Untuk nilai LMTD desain sebesar 8.592C sedangkan hasil aktual kondensor EA-404 A
5.464C, kondensor EA-404 D sebesar 5.108C sedangkan untuk kondensor EA-404 dan
C masing masing 3.198C, dan 4.222C. Untuk nilai koefisien perpindahan panas /
kalor (U) desain sebesar 625.57 kcal/hr.m2.C sedangkan hasil aktual kondensor EA-404
A sebesar 118.96 kcal/hr.m2.C, kondensor EA-404 D sebesar 142.26 kcal/hr.m2.C
sedangkan untuk nilai kondensor EA-404 B dan C masing masing sebesar 1743.74
kcal/hr.m2.C, dan 981.13 kcal/hr.m2.C. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
penurunan yang terjadi, salah satunya fouling faktor yang terdapat di dalam tube atau
shell.
Akibat dari fouling faktor ini sangat mempengaruhi perpindahan panas atau kalor
pada kondensor. Pengotoran ini dapat terjadi dari fliuda yang mengalir, juag disebabkan
oleh korosi alat pada komponen kondensor akibat dari pengaruh fluida yang mengalir.
Namun hal tersebut dapat diperlambat dengan maintenance yang teratur dan
menambahkan treatment khusus pada alat exchanger ini.
5.9 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan data desain dan data aktual, dapat
disimpulkan:
1. Kinerja dari kondensor EA-404 A-D secara keseluruhan mengalami penurunan dari
nilai Q, LMTD, dan U.
2. Salah satu penyebab penurunan ini karena adanya fouling faktor yang dapat
mengakibatkan penurunan hantaran panas / kalor oleh fliuda dingin.

5.10 Saran
Dilakukan pengecekkan dan perawatan secara rutin dan berkala terhadap kondensor EA404 A-D yang khususnya di kondensor A dan D.

Você também pode gostar