Você está na página 1de 40

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN HAID

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Perdarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan system
hormone dengan rongga tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus
serta faktor lain di luar organ reproduksi. Bisa dibayangkan penyebab gangguan haid
pasti sangat bnyak dan bervariasi. Diagnosis banding gangguan haid menjadi sangat
luas sehingga menyebabkan para klinisi mengalami kesulitan saat menangani
keadaan tersebut.
Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal merupakan
keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan dating berobat ke dokter atau
tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi dari ringan sampai
berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita maupun dokter
yang merawatnya. Data dibeberapa Negara industri menyebutkan bahwa seperempat
penduduk perempuan dilaporkan pernah mengalami menoragia, 21% mengeluh
siklus haid memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid dan 6% mengeluh
perdarahan pascasanggama. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan
haid ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari yaitu 28% dilaporkan merasa
terganggu saat bekerja sehingga berdampak pada bidang ekonomi. Di RSUD
Dr.Soetomo pada tahun 2007 dan 2008 didapatkan angka kejadian perdarahan uterus
abnormal sebanyak 12,48% dan 8,8 % dari seluruh kunjungan poli kandungan (sifasi
kepustakaan).
2. Jenis-Jenis gangguan menstruasi
1. Hipermenorea (Menoragia)
Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak
dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur. Secara
klinis menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah haid lebih dari 80 ml per
siklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari. Sulit menemukan jumlah darah haid
secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2-5 kali
perhari menunjukkan jumlah darah haid normal. Menoragia adalah bila ganti
pembalut lebih dari 6 kali perhari. WHO melaporkan 18 juta perempuan usia 30-

55 tahun mengalami haid yang berlebih dan dari jumlah tersebut 10% dalam
kategori menoragia.
Penyebab menoragia terletak pada kondisi dalam uterus. Hemostasis di
endometrium pada siklus haid berhubungan erat dengan platelet dan fibrin.
Formasi trobin akan membentuk plugs dan selanjutnya diikuti vasokontriksi
sehingga terjadi hemostasis. Pada penyakit darah tertentu misalnya penyakit von
Willebrands dan trombositopenia terjadi defisiensi kompenen tersebut sehingga
menyebabkan terjadi menoragia. Gangguan anatomi juga akan menyebabkan
terjadi menoragia, termasuk diantaranya adalah mioma uteri, polip, dan
hyperplasia endometrium. Mioma yang terletak pada dinding uterus akan
mengganggu kontraktilitas otot rahim, permukaan endometrium menjadi lebih
luas dan akan menyebabkan pembesaran pembuluh darah serta berisiko
mengalami nekrosis. Proses patologis ini akan menghambat hemostasis normal.
Etiologi
Biasanya muncul sebagai kejadian yang biasa hanya sekali:
-

Kehamilan
Intrauteri
Ektopik
Neoplasma tromboplastik gestasional (ex: mola hidatidosa)

Infeksi (biasanya terkait dengan PRP, Penggunaan AKDR, atau prosedur


lanjutan intrauteri yang berbasiskan instrument)

Endometriasis

Salpingitis

Biasanya muncul sebagai pola siklis berlanjut:


-

Penggunaan AKDR

Neoplasma
Kista Ovarium
Fibroid uteri (mioma)
Adenomiosis (jaringan endometrium yang berlokasi dalam miometrium)

Hiperplasia endometrium
Polip
Karsinoma
-

Kelainan koagulasi
Bawaan (ex: penyakit von Willebrand)
Didapat (ex: idiopatihic thrombocytopenia purpura/ITP)
Farmakologis (ex: penggunaan heparin, atau bahkan aspirin)

Penyakit hati (ex: sirosis)


Gangguan metabolism estrogen
Penurunan sintesis fibrinogen dan faktor pembekuan

Endokrin
Hipotiroidisme

Tanda dan Gejala


-

Adanya gumpalan-gumpalan darah pada perdarahan

Sakit panggul patologi

Galaktorea akibat tumor hipofisis

Perdarahan fase menstruasi yang berlebihan

Perdarahan diantara dua siklus haid

Nyeri mengejang pada abdomen

Ptekie, memar, pupura

Lesu

Anemia

Hipo/Hipertiroid

Obesitas

Pemeriksaan Penunjang
-

Uji Lab
Mencakup uji hemoglobin dan hematocrit untuk menentukan apakah
perdarahan yang terjadi pada wanita mengarah ke keadaan anemia.
Pemeriksaan hitung darah lengkap juga memungkinkan untuk mendeteksi
jumlah trombosit yang rendah (tromositopenia) yang dapat menyertai
kelainan perdarahan. Uji kadar tyroid-Stimulating hormon (TSH) untuk
menyingkirkan penyakit thyroid, waktu protombin (PT), waktu paruh
tromboplastin (PTT) untuk mengkaji adanya kelainan darah tertentu.

Ultrasonografi panggul juga dapat menjadi alat diagnostik yang efektif


untuk menunjukkan adanya hyperplasia atau arsinoma.

Sonografi

mampu

mendeteksi

mioma

serta

polip

endometrium

(pertumbuhan benign yang dapat mengakibatkan menoragia).


Penatalaksanaan
Terapi menoragia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk
memiliki anak, ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau
polip. Spektrum pengobatannya sangat luas mulai dari pengawasan sederhana,
terapi hormon, operasi invasive minimal seperti pengangkatan dinding
endometrium (endrometrial resection atau EMR), poli (polipektomi), atau
fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus yang refrakter).
Dapat juga digunakan herbal yarrow, nettle purse, agromony, ramuan
cina, dan lain-lain yang diperkirakan dapat memperkuat uterus. Selain itu
dianjurkan juga pemeberian suplemen besi untuk mengganti besi yang hilang
melalui perdarahan. Vitamin diberikan adalah vitamin A kaarena wanita
dengan kehilangan darah hebat biasanya mengalami penurunan kadar vitamin
A dan K yang dibutuhkan untuk pembekuan darah. Vitamin C, zink dan
bioflavonoids dibutuhkan untuk memperkuat vena dan kapiler.
Patofisiologi

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin


releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan
Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan
folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan
folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah.
Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum,
dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan
poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah
ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan
endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron
akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah
menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus
anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya
stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak
terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada
progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika
folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan
perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan
yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung
tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
2. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit
dan/atau durasi lebih pendek dari normal. Hipomenorea adalah siklus haid yang
lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, wanita dengan polimenorea akan
mengalami haid hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, sedangkan jumlah
perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa. Terdapat beberapa penyebab
hipomenorea yaitu gangguan organik misalnya pada uterus pasca operasi

miomektomi dan gangguan endokrin. Hipomenorea menunjukkan bahwa tebal


endometrium tipis dan perlu evaluasi lebih lanjut.
Tanda dan Gejala
-

Nyeri saat menstruasi

Waktu haid yang singkat <3 hari

Perdarahan haid yang memendek atau singkat < 40 ml

Etiologi
Sebagian besar penyebab terjadi hipomenorea adalah karena kekurangan
hormone estrogen dan maupun hormon progesterone, tetapi dari beberapa
sumber mengatakan tentang penyebab-penyebab hipomenorea antara lain :
1. Hipomenorea disebabkan oleh pada konstitusi penderita, pada uterus
(misalnya : sesudah miomektomi). Pada gangguan endokrin, dan lain-lain
dan tidak menyebabkan fertilitas. (www.sindrom-pra haid. com)
2. Hipomenorea menyebabkan oleh pada gangguan hormonal (Estrogen dan
progesterone) dan gangguan

pada kelainan uterus

(terjadi

pada

hipoplasia uteri, karena bentuk uterus yang kecil).


3. Hipomenorea disebabkan karena kekurangan estrogen, progesterone
(biasanya pada masa klimakterium), stenosis hymen, stenosis servik uteri,
sinekia uteri (sindroma ashema)

Penatalaksanaan
Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar subsitusi hormon E&P bila perlu
induksi ovulasi jika siklus anovulatoar dan ingin anak. Tindakan:
1) Menenangkan penderita
2) Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap
3) diberi obat berupa: endometril

Pengobatan hipomenorea adalah bila siklus haid berovulasi tidak perlu


dilakukan pengobatan apapun. Bila ternyata ingin diberikan pengobatan, maka
dapat diberikan kombinasi estrogen. Progesterone yang dimulai hari ke-16
sampai hari

ke-25 siklus haid. (Endikronologi

Ginekologi edisi kedua,

Dr. Med. Ali Badziad, SpOG-KFER)


3. Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
yaitu kurang dari 21 hari. Sering kali sulit membedakan polimenorea dengan
metroragia yang merupakan perdarahan antara dua siklus haid. Penyebab
polimenorea

bermacam-macam

antara

lain

gangguan

endokrin

yang

menyebabkan gangguan ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti ovarium


karena peradangan.
Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus
luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa
disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek
atau karena keduanya.
Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan
kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi
akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamushipofisis-ovarium.

Ketidak

seimbangan

hormon

tersebut

dapat

mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau


memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus
haid normal sehingga didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan
keseimbangan hormon dapat terjadi pada:
1. 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
2. Beberapa tahun menjelang menopause
3. Gangguan indung telur

4. Stress dan depresi


5. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,
bulimia)
6. Penurunan berat badan berlebihan
7. Obesitas
8. Olahraga berlebihan, misal atlit
9. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,
NSAID, dan lain-lain.
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika
polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus
menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah
yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea dapat juga akan
menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan
hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses
pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami
kesulitan mendapatkan keturunan.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada penderita polimenorea adalah mengontrol
perdarahan,

mencegah

perdarahan

berulang,

mencegah

komplikasi,

mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga kesuburan.


Untuk polimenorea yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, terapi
yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan,
dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk
terapinya. Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi
selama 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk
reevaluasi efek yang terjadi.

Patofisiologi
Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormone
dalam tubuh. Atau bisa juga terjadi karena penyakit di dalam tubuh organ
reproduksi, contohnya tumor Rahim, tumor di indung telur. Selian itu
gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stress, kelelahan,
gangguan gizi dan penggunaan kontrasepsi. Siklus haid yang tidak teratur
kebanyakan akibat faktor hormonal. Seorang wanita yang memiliki hormone
estrogen dan progesterone secara berlebihan memungkinkan terjadinya haid
dalam waktu yang lebih cepat. Jika gangguan haid dikarenakan oleh faktor
hormonal maka dapat dipastikan wanita tersebut mengalami gangguan
kesuburan. Dan dapat diatasi dengan suntikan untuk mempercepat
pematangan telur.
4. Oligomenorea
Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal
yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada sindroma ovarium polikistik yang
disebabkan oleh peningkatan hormon androgen sehingga terjadi gangguan
ovulasi. Pada remaja oligomenorea dapat terjadi karena imanuritas poros
hipotalamus hipofisis ovarium endometrium. Penyebab lain oligomenorea antara
lain stress fisik dan emosi, penyakit kronis, serta gangguan nutrisi. Oligomenorea
memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab. Perhatian perlu
diberikan bila oligomenorea disertai dengan obesitas dan infertilitas karena
mungkin berhubungan dengan sindroma metabolik.
Pada perkembangan selanjutnya mulai dipikirkan terminologi keluhan
gangguan haid yang gampang dipahami oleh petugas kesehatan dan juga para
penderita sehingga bisa dimengerti kedua belah pihak dengan menggunakan satu
bahasa. Terminologi keluhan gangguan haid tersebut membutuhkan parameter,
karakteristik haid normal yang ditunjukkan oleh frekuensi haid, keteraturan siklus
dalam 12 bulan, durasi haid dan volume darah haid. Haid yang terjadi lebih besar
atau lebih kecil dari persentil ke-5 dan ke-95 dikategorikan sebagai abnormal,
demikian juga durasi haid diluar persentil tersebut dikategorikan sebagai

gangguan haid. Rekomendasi terminology untuk keluhan dan tanda gangguan


haid tercantum dalam tabel dibawah ini.

Parameter Haid
Frekuensi haid (hari)
Keteraturan siklus (hari)
dalam 12 bulan
Durasi Haid (hari)
Volume darah haid (ml)

Definisi Klinis
Normal
Sering
Jarang
Normal
Tidak Teratur
Tidak Ada
Normal
Panjang
Pendek
Normal
Banyak
Sedikit

Batasan ( Persentil Ke-5 dan Ke-95)


24-38
<24
>38
Variasi 2-20
Variasi >20
4-8
>8
<4
5-80
>80
<5

Tanda dan Gejala


-

Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya
didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun.

Haid yang tidak teratur dengan jumlah ayang tidak tentu. Pada beberapa
wanita yang mengalami oligomenorea terkadang juga mengalami
kesulitan untuk hamil.

Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin


mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler. Wanita tersebut juga
memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus.

Penatalaksanaan
-

Pengobatan oligominorea dengan anovolatoir serta pada remaja dan pada


wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan terapi.

Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat


memperbaiki keadaan oligominorea.

Oligominorea sering di obati dengan pil KB untuk memperbaiki


ketidakseimbangan hormonal.

Bila gejala terjadi apabila adanya tumor, operasi mungkin diperlukan:


adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormone estrogen, maka
tumor ini perlu ditindak lanjuti seperti dengan operasi, kemoterapi, dan
lain-lain.

Pengobatan alternative lainnya dapat menggunakan akupuntur atau


ramuan herbal.

5. Amenorea
Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan dengan
mencakup salah satu tiga tanda sebagai berikut.
1. Tidak terjadi haid pada usia 14 tahun, disertai tidak adanya
pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder.
2. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun disertai adanya pertumbuhan
normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder.
3. Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada
perempuan yang sebelumnya pernah haid.
Amenorea dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Amenorea primer
Pada usia 14 tahun lebih tidak terjadi haid dan pada yang bersangkutan
tidak di temukan adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder
seperti penonjolan payudara atau rambut pubis, atau pada usia 16 tahun tidak
terjadi

haid

(menarche)

namun

pada

perkembangan karakteristik seksual sekunder.


Etiologi

yang

bersangkutan

terjadi

Dengan kekurangan karakteristik seksual sekunder (hypogonal)

Hypogonadotropic Hypogonadism:
-

Keterbelakangan mental

Kallamans Syndrom (difisiensi GnRH)

Tumor sistem saraf pusat

Disfungsi pituitary/ hypothalamic: anoreksia dan kehilangan berat


badan, kegiatan yang berlebihan, penyakit sistemik

Hypothyroidism

Hiperprolaktenia

Hypergonadotropic Hypogonadism:
-

Perkembangan

abnormal

kelamin

(Gonadal

Dydgnesis);

45XO,46XX, 46XY
-

Perkembangan abnormal kelamin murni

Kelainan kromosom seks (Sex Cromosom Mosaicism)

Kegagalan ovarium karena radiasi

Gonadotropin Resitance (Savage or Jones Syndrom)

Defisiensi enzim galaktosemia

Karena karakteristik keberadaan alat seksual sekunder:

Bentuk abnormal:
-

Hymen Inperforata

Transverse Vaginal Septum

Androgen Insensitivity

Hemaprodit

Endrometrium tidak terbentuk

Kegagalan ovarium

b. Amenorea sekunder
Proses haid sudah terjadi namun berhenti selama 6 bulan atau dalam
jangka waktu yang setara dengan siklus haid.
Etiologi
Penyebab yang biasanya sering terjadi:
-

Pregnancy

Kerusakan Hypothalamus

Stres atau latihan berlebihan

Anoreksia nervosa

Idhiopatic

Penyakit kronik

Anovulation

Polycystic Ovari Syndrom

Hyperprolactemia

Hyper/Hypothyroid

Penyebab yang kurang sering terjadi:


-

Premature ovarium failure

Asherman syndrome (penempelan intrauterine)

Pituitary failure (sheen syndrome)

Penyebab yang jarang terjadi:


-

Penyakit chusing

Andrenal tumor

Diabetes

Radiation of chemotheraphy

Operasi

Malnutrisi

Sirosis hepatis

Tanda dan Gejala Amenorea


Gejala amonorea bervariasi tergantung dari penyebabnya, jika
penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pemebesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak saat perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebabnya kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah hormone tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan
lembab.
Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain;
-

Sakit kepala

Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
menyusui)

Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)

Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

Vagina kering

Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola


pria), perubahan suara, dan perubahan payudara.

Pemeriksaan Penunjang
-

Biopsi endometrium

Progestin withdrawal

Kadar prolactin

Kadar hormon (misalnya testosterone)

Tes fungsi tiroid

Tes kehamilan

Kadar FSH (follicle stimulating hormone)<LH (luteinizing hormone),


TSH (thyroid stimulating hormone)

Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom

CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)

Penatalaksanaan
Amenorea Primer:
-

Pada pasien hypergonadotropic hypogonadal dengan penggantian estrogen


(diawali dengan dosis rendah), dan kombinasi penggantian hormone lain
atau dengan kontrasepsi oral untuk memulai pubertas dan memelihara
perkembangan tulang.

Untuk dysgenetic gonad dilakukan pembedahan

Pasien dengan keterbelakangan perkembangan vagina dapat menormalkan


vagina dengan vagina dilator, jika tidak bisa maka dibutuhkan
pembedahan.

Pasien dengan Hypogonadotropic hypogonadal membutuhkan pengkajian


secara hati-hati dalam diet, latihan , dan faktor stress.

Amenorea Sekunder:
- Penatalaksanaan pada amenorea sekunder tergantung dari etiologinya dan
gangguan reproduksi
-

Pasien dengan estrogen normal harus disilkuskan dengan progesterone


agent (medroxyprogesterone acetate 10 mg oral selama 10-12 hari/bulan)
atau dengan kontrasepsi oral setiap hari untuk mencegah hyperplasia
endometrium dan karsinoma.

Pasien hypoestrogen seperti pada hypothalamic amenorea, ovarian failure


atau hyperprolactemia membutuhkan terapi penggantian hormon.

Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari
sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama
dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan
genetik. Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular
feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang
normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang kadang tidak ada atau
mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir
sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara
morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini
menyebabkan pasien mengalami amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum.
Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan

pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya


endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini
adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau
hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur
menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang
individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic
amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah
mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini
dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk
kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamushipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.
6. Disminorea
Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri hadi dapat terjadi bervariasi mulai
dari yang ringan sampai berat. Keparahan disminorea berhubungan langsung
dengan lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu
diikuti dengan rasa mulas atau nyeri. Namun, yang dimaksud dengan
disminorea adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan tersebut
datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya sendiri dengan obat anti
nyeri.

Disminorea dapat dibagi menjadi dua kelompok, disminorea primer dan


disminorea sekunder.
a. Disminorea Primer
Disminorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul. Disminorea berhubungan dengan siklus ovulasi
dan disebabkan oleh kontraksi meometrium sehingga terjadi iskemia
akibat adanya prostaglandin yang di produksi oleh endometrium fase
sekresi.
Molekul yang berperan pada disminorea adalah prostaglandin F2
yang selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E
menghambat kontraksi uterus. Terdapat peningkatan di endometrium
saat perubahan dari fase poliferasi ke fase sekresi. Perempuan dengan
disminorea primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi di
bandingkan

perempuan

tanpa

disminorea.

Peningkatan

kadar

prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada 48 jam pertama. Hal ini
sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas keluhan nyeri
haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering menyertai
disminorea yang diduga karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi
sistemik.

Adapun faktor penyebab nyeri menstruasi antara lain:


-

Faktor psikis
Remaja dan ibu-ibu emosinya tidka stabil sehingga mudah
mengalami nyeri menstruasi

Faktor endokrin
Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim
uterus yang berlebihan.

Faktor Prostaglandin

Teori ini menyatakan nyeri menstruasi timbul karena


peningkatan produkai prostaglandin (oleh dinding rahim) saat
menstruasi.
b. Disminorea sekunder
Disminorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan
berbagai

keadaan

patologis

di

organ

genetalia,

misalnya

endrometriosis, adenomiosis, mioma uteri, strenosis serviks, penyakit


radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome.

Adapun penyebab nyeri haid ini antara lain:


-

Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil

Posisi rahim yang tidak normal

Adanya tumor dalam rongga rahim, misalnya mioma uteri

Adanya tumor dalam panggul, terutama tumor fibroid, yang


letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya
selaput lendir Rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat
lain (endometriosis), bisa ditemukan di dalam selaput usus di
jaringan payudara atau di tempat lain.

Penyakit-penyakit tubuh seperti: TBC, anemia, konstipasi,


postur tubuh terlalu kurus.

Udara terlalu dingin

Penyakit rongga panggul

Polip uterus, uterine fibroids, servikal stenosis

Tanda dan Gejala pada Disminorea


-

Mual dan muntah

Rasa letih

Sakit daerah bawah pinggang

Perasaan cemas dan tegang

Pusing dan bingung

Diare

Sakit kepala

Pemeriksaan Penunjang
-

Ultrasonografi untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam


anatomi Rahim, misal posisi, ukuran, dan luas ruangan Rahim.

Histerosalphingographi, untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan


dalam rongga rahim, seperti polipendometrium, mioma submukosa, atau
adenomiosis.

Hestroscopy, untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polip


atau tumor lain.

Laparoscopy, untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan


penyakit-penyakit lain dalam rongga panggul.

Penatalaksanaan
-

Secara umum olah raga dan latihan peragangan otot-otot dan ligament
sekitar rongga panggul, agar aliran darah dirongga panggul lancar. Selain
itu, dengan berolah raga perlu di atasi, misalnya dengan kebiasaan makan
berserat. Bila perlu sekali-sekali boleh diberi obat pencahar. Penderita
dianjurkan tetap melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pemberian obat-obat
anti sakit.

Secara khusus kelainan-kelainan didalam rongga panggul perlu dibenahi,


misalnya lubang salurang leher rahim yang terlalu sempit bisa dilebarkan,

posis rahim yang tidak normal dibenarkan menggunakan alat yang disebut
pessarium. Setelah posisi rahim benar dan kelihatannya disminore menjadi
berkurang/hilang kemudian dilanjutkan dengan penegangan ligament
rahim. Penyakit radang di daerah rongga panggul memerlukan obat-obatan
anti biotik atau penyinaran/pemanasan daerah panggul.
-

Pengobatan secara umum yaitu;

Obat-obatan analgesic sebaiknya bukan dari golongan narkotik seperti


morpin dan codein.

Obat-obatan tecolotic, yaitu obat-obatan untuk mengurangi kontraksi


otot rahim, dan memperlancar aliran darah ke dalam rongga panggul,
khususnya Rahim.

Pengobatan hormonal berupa obat-obatan KB yang kombinasi untuk


menghambat terjadinya pelepasan telur dari kelenjar ovarium.

Obat-obat menghambat pengeluaran hormone prostaglandin, seperti


jeni I, aspirin, indometchine, asam mefenamat.

Operasi seperti curet, dan operasi pemotongan saraf daerah pinggul.

Patofisiologi

Pada disminorea primer :


Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron.
Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga
mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini
akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat
bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam
arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan

PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya


peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan
merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi
dan distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke
uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan
ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap
rangsang fisik dan kimia.

Pada disminorea sekunder :


Adanya kelainan pelvis, misalnya: endometriosis, mioma uteri,
stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan
kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri

7. Sindroma Prahaid
Sindroma Prahaid (Pre Menstrual Syndrome/PMS) berbagai keluhan yang
muncul sebelum haid yaitu antara lain cemas, lelah, susah konsentrasi, susah
tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan sakit pada payudara.
Sindroma prahaid biasanya ditemukan 7-10 hari menjelang haid. Penyebab
pasti belum diketahui, tetapi diduga hormone estrogen, progesterone, prolactin,
dan aldosterone berperan dalam terjadinya sindroma prahaid. Gangguan
keseimbangan hormone estrogen dan progesterone akan menyebabkan retensi
cairan dan natrium sehingga berpotensi menyebabkan terhjadi keluhan
sindroma prahaid. Perempuan yang peka terhadap factor psikologi, perubahan
hormone sering mengalami gangguan prahaid.
Tanda dan Gejala
Berikut tanda dan gejala yang timbul sesuai tipe PMS:
1. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitive,
saraf tegang, perasaan labil. Bahkan bebrapa wanita mengalami depresi
ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul

akibat ketidakseimbangan hormone estrogen dan progesterone: hormone


estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormone progesterone.
Pemberian hormone progesterone kadang dilakukan untuk mengurangi
gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi
kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya
banyak mengonsumsi makanan berserta dan mengurangi atau membatasi
minum kopi.
2. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan),
perut kembung, nyeri pada payudara, pembengkakan tangan dan kaki,
peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan
bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat
berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginmya
asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretic untuk
mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya
mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini
penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet
makanan serta membatasi minum sehari-hari.
3. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi
makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana
(biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula
dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan,
jantung

berdebar,

pusing

yang

kadang-kadang

sampai

pingsan.

Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormonj insulin dalam tubuh


meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh
stress, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak
esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
4. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin
menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa
ingin buh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung

bersmaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS
benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormone progesterone dan estrogen, dimana hormone
progesterone dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan
hormone estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu stress, kekurangan asam amino tyrosine,
penyerapan dan penyimpanan timbal ditubuh, atau kekurangan magnesium
dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang
mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi
gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
Penatalaksanaan
Pencegahan PMS (sindrom pra haid) dapat dilakukan melalui diet yang tepat
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Batasi konsumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah (sapi
dan kambing), alcohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
2. Kurangi rokok atau berhenti merokok.
3. Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per
orang).
4. Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-bijian
sebgai sumber protein.
5. Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan
lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
6. Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang
digoreng.
7. Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.

8. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial


linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.

9. Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium,


magnesium juga omega-6 (asam linoleat gamma GLA).
Disamping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah
munculnya PMS:
a. Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
b. Menghindari dan mengatasi stress.
c. Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan
risiko menderita PMS.
d. Catat jadwal siklus haid serta kenali gejala PMS-nya.
e. Perhatikan pula apakah kita sudah dapat menagatasi PMS pada siklussiklus datang bulan berikutnya.
Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di
dalam darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya
gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh
ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi
karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi
otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup
dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi
adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap
siklus.

Jumlah

prolaktin

yang

terlalu

banyak

dapat

mengganggu

keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon

tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar


prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma
linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem
reproduksi (mengatur efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan
sebagai anti peradangan.

8. Metrorhagia
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan
dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu bercak-bercak (spotting) dan dapat lebih diyakinkan dengan
pengukuran suhu basal tubuh.
Etiologi

Kehamilan
Intrauteri
Ektopik
Neoplasma trophoblastik gastosional (mis, mola hidatisoda)

Infeksi (biasanya berkaitan dengan PRP, Penggunaan AKDR, atau


prosedur intrauteri yang menggunakan instrument )
Endometrisis
Salpingitis

Penggunaan AKDR

Pasca ligasi tuba (masih kontroversi)

Ovulasi

Penyebab hormone

OCP, Depo, Norplant


HRT
Obat-obatan, herbal
Gangguan tiroid

Neoplasia
Kista ovarium
Mioma uteri (fibroid)
Adenomiosis (jaringan endometrium yang berada dalam miometrium)
Hiperplasia endometrium
Polips
Karsinoma

Kelainan koagulasi, kelainan bawaan

Penyakit organ. misalnya, gagal hati atau gagal ginjal

Keterangan :
Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari
haemorrhagis

(seperti

kolpitis

haemorrhagia,

endometritis

haemorrhagia);

hormonal.
Perdarahan fungsional :
a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser,
ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik,
penyakit akut maupun kronis.
b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan
endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun
kronis..

Tanda dan Gejala

Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan


haid namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid
walaupun berupa bercak

Penatalaksanaan

Terapi : kuretase dan hormonal, pemeriksaan sonografi.

Menstimulasi

kelenjar

pituitary

di

otak

dan

adrenal

untuk

menyeimbangkan kadar dan LH FSH dengan pengobatan hormone.

Lebih memperhatikan organ reproduksi : melakukan tes usap bagi


yang

sudah menikah

1 tahun sekali termasuk

pemeriksaan

menggunakan kontrasepsi IUD setiap tahun sekali.

4. Penyebab Gangguan Menstruasi


Penyebab gangguan menstruasi sangat banyak, dan secara sistematis dibagi
menjadi 3 kategori penyebab utama, yaitu:
1. Keadaan Patologi Panggul
a. Lesi Permukaan pada Traktus Genital
-

Mioma uteri, adenomiosis

Polip endometrium

Hyperplasia endometrium

Adenokarsinoma endometrium, sarkoma

Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus

Kanker serviks, polip

Trauma

b. Lesi Dalam
-

Adenomeosis difus, mioma uteri, hipertrofi myometrium

Endometriosis

Malformasi arteri vena pada uterus

2. Penyakit Medis Sistemik


-

Gangguan hemostasis: penyakit von Willebrand, gangguan faktor II, V,


VII,VIII,IX,XIII, Trombositopenia, gangguan platelets.

Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE.

Gangguan hipotalamus hipofisis: adenoma, proklaktinoma, stress, olah


raga berlebihan.

3. Perdarahan Uterus Disfungsi


Merupakan gangguan haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada
panggul dan penyakit sistemik pada keputakaan pada tahun 2008, Fraser dan
kawan-kawan menyebut sebagai perdarahan uterus abnormal-Mecbanisms
currently unexplained (MCU) karena masalah ketepatan arti terminologi
perdarahan uterus disfungsi yang masih diperdebatkan.
Selain ketiga faktor penyebab tersebut bila perdarahan uterus abnormal
terjadi pada perempuan usia reproduksi harus dipikirkan gangguan kehamilan
sebagai penyebab. Abortus, kehamilan ektopik, solusio plasenta perlu
dipikirkan karena juga memberikan keluhan perdarahan. Penyebab iatrogenic
seperti penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, obat anti
koagulansia, antipsikotik, dan preparat hormone bisa juga menyebabkan
perdarahan sehingga harus dipikirkan pula saat evaluasi perdarahan uterus
abnormal.

Pohon Masalah Hipermenorea (Menoragia)

Abortus

Kehamilan:

Gangguan
hormonal

Intrauterine
ektopik
Gangguan
perdarahan
Medikamentosa

Lepasnya
implantasi hasil
konsepsi

hipotiroi
d

Gangguan haid

Endometriosis
Mioma Uteri
infeksi
Keganasan
Polip

Perdarahan
endometrium
Kelainan
koagulasi
Perdarahan fase
menstruasi yg
berlebih
Ptekie,
memar
/
ekimos
is,purp

Anemia

keletihan

Menoragi
a
Perdarahan di
anatara dua siklus
haid

Nyeri
abdomen
bawah

Dx Nyeri

lesu

Pohon Masalah Oligomenorea

Depoprovera,
norplant,
AKDR
Penggunaan/penghen
tian kontrasepsi
hormone

Gangguan
hormone
dlm tubuh

Estrogen dan
progesteron
e meningkat

Anovulasi pada
remaja

Ovulasi
belum
teratur

Waktu
haid lebih

Ganggu
an
kesubur

infertilita
s

Penurunan
aliran
menstruasi
oligomeno
ria

Pohon Masalah Amenorea


Amenore
a

Ansietas,
stress,
penyakit
kronis,
obatobatan,
lingkunga
n,status
penyakit,

keletihan

tumor rahim,
tumor di
indung telur.
menopause

nyeri

fisiolog
is
-Sebelum
-Menarche
-Hamil
-Post
partum
menopaus

patologis

hipertiroi
d
TRH

Primer

Sekunder

Menopaus
e Stres,
BB
,olahraga
=kolestrol

Hormona
l:

Kelainan kromosom,
agenesis genetalia,
kriptomenorea,hime
n imperforate,dst

Ganggua
n citra
tubuh

-pem
hormone

dll

Galaktore

Kehamil
an

GnRh
-Tanpa obat
-ANC
-Perawatan
post partum

Factor
endometrium:
estrogen
tinggi

Factor
ovarium: FSH
tinggi

mual

-prwtan
menopause

Faktor
hipofise:
-FSH & LH
rendah
-Kelainan
congenital
Ganggua
n
penglihat

Pohon Masalah Disminorea


Ovulasi

Mual dan
muntah

-Peningkatan
hormone
progesterone
-hormon
prostaglandin
meningkat
-proliferasi
endometrium dan

Disminor
hea

Dx:
resiko
kuran
g
nutrisi

Kanker endometrium, prdrahan


uterus difungsional, infertilitas,
osteoporosis(krn isufisiensi
hormone)
-Posisi rahim tdk
Sakit
normal
daerah
bwah
-Ukuran rahim terlalu
pingga
kecil
ng
-tumor
-penyakit lain: TBC,
anemia

Keluhan
pd seluruh
bag tubuh

Kerusaka
n jarigan

Nyeri

Disminorh
ea primer

Disminorhea
sekunder

Nyeri
haid
Cemas &
tegang

bingun
g

Kontraksi miometrium dan pembuluh darah uterus


Hipoksia meningkat

Nyeri
Intolera
nsi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan utama
a) Nyeri perut saat haid klien dengan disminore.
b) Keluarnya darah haid berlebihan atau sedikit pada hiperminore dan hipominore
c) Adanya keluhan haid disiklus menstruasi pada oligominore dan poliminore dan
aminore.

Rasa
letih

2. Riwayat penyakit sekarang


a. Mual dan Muntah
b. Pusing
c. Kelelahan
d. Nyeri yang menjalar dari bawah perut sampai punggung belakang (PQRST)
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Pernah hamil atau belum pernah hamil
b. Pernah melakukan oprasi atau pembedahan,DM dll.
c. Riwayat obstetric
4. Riwayat abortus
5. Riwayat siklus haid
a. Apakah haid teratur
b. Siklus berapa lama
c. Apakah ada masalah dengan haid
d. HPHT
6. Riwayat kehamilan
a. Hamil berapa kali
b. Ada masalah dalam kehamilan
7. Riwayat KB
a. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan.
b. Masalah dengan cara tersebut

c. Jenis kontrasepsi yang telah digunakan setelah persalinan


8. Riwayat psikososial
a. Keadaan yang menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehar-hari klien.
b. Pendapat klien terhadap penyakit saat ini
c. Perubahan yang timbul saat haid
9. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
a. Tekanan darah: 110/70-130/90 mmHg
b. Respiratori: 16-24x/mnit
c. BB
d. Kesadaran
e. Nadi:76-92x/menit
f. Suhu:36-37x/menit
g. TB
h. Mata
- Konjungtiva pucat pada perdarahan banyak (anemis).
i. Dada
-

Mammae pada penderita aminore tidah tumbuh.

j. Respiratori
- Jalan nafas
k. Abdomen
- Nodul/pembesaran tmbulnya mioma

l. Genitalia.
- Perinium
m. Vesika urinaria
n. Extrimitas (Integumen)
o. Turgor kulit (CRT)\
a. Warna kulit
b. Kesulitan dalam pergerakan.
10. Data penunjang
a) Lab (Urine,Hb)
b) USG
2) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis : perdarahan endometrium
2. Nyeri akut (haid) b/d kontraktilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri

uterus.
3. Keletihan b/d Anemia akibat kehilangan darah berlebih.
4.

Mual b/d Kehamilan: Peningkatan estrogen

5. Keletihan berhubungan dengan anemia


6. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik: tumor ovarium
3) Rencana Asuhan Keperawatan
No
1

Diagnosa
Nyeri akut (haid) b/d
kontraktilitas uterus,
hipersensitivitas, dan saraf
nyeri uterus.

Tujuan/NOC
NIC
Tujuan:
Aktivitas Keperawatan:
Stelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
selama 1x24 jam rasa nyeri
secara
konprehensif
haid teratasi
meliputi
lokasi,
Kriteria Hasil:
karakteristik,
Menunjukkan tingkat nyeri,
awitan/durasi, frekuensi,

dibuktikan
dengan
kualitas, intensitas, atau
indicator:
keperahan nyeri.
-Ekspresi nyeri lisan atau
2. Berikan informasi tentang
pd wajah (4)
nyeri, penyebab nyeri
-posisi tubuh melindungi
yaitu menoragia.
(4)
-kegelisahan
atau
3. Ajarkan
penggunaan
ketegangan otot (4)
teknik nonfarmakologis:
-perubahan
dalam
relaksasi, distraksi,
kecepatan
pernapasan,
denyut jantung atau tekanan
Aktivitas Kolaboratif:
darah (5)
4. Laporkan pada dokter jika
tindakan tidak berhasil.
Aktivitas lain:
5. Pastikan
pemberian
analgesic ketika nyeri
akibat perdarahan tidak
tertahankan.
2

Keletihan
b/d Anemia Tujuan:
akibat kehilangan darah Setelah dilakukan tindakan
dalam waktu 2x24 jam
berlebih.
keletihan teratasi.
Kriteria hasil:
Pasien akan menunjukkan
pengehematan
energy,
dibuktikan
dengan
indicator:
Tingkat daya tahan
adekuat
untuk
beraktivitas (4)

Mempertahankan
nutrisi yg adekuat (4)

Aktivitas Perawat:
1. Pantau
bukti
adanya
keletihan
fisik
yang
berlebihan pada pasien.
2. Tentukan presepsi pasien
tentang
penyebab
keletihan: menoragia
3. Ajarkan pasien untuk
mengenali tanda dan
gejala keletihan yang
memerlukan pengurangan
aktivitas.

Aktivitas Kolaboratif:
dengan
Keseimbangan aktivitas 4. Konsulltasikan
ahli gizi tentang cara
dan istirahat(4)
untuk
meningkatkan
asupan makanan berenergi
Gunakan
teknik
tinggi (untuk mengatasi
penghematan energy (4)
anemia)
Kriteria lain:

3.

Mual b/d Kehamilan:


Peningkatan estrogen

Pasien
menyatakan Aktivitas lain:
tidak merasa lelah terus 5. Kurangi ketidaknyamanan
fisik pada pasien
menerus

Tidak lesu

Perdarahan berkurang

stimulus

7. Cegak perdarahan lebih


lanjut.

Tujuan:
Aktivitas Keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau
status
nutrisi
selama 1x24 jam mual
pasien
dapat dikurangi
2. Pertahankan
kekuatan
Kriteria Hasil:
pencatatan asupan dan
Menunjukkan status nutrisi
haluran cairan; pantau
dengan indicator:
makanan/ cairan yang
Asupan makanan oral
diingestikan
dan
perhitungkan
asupan
Asupan cairan
kalori setiap hari.
Lain-lain:
Melaporkan
dari mual

4.

6. Batasi
lingkungan.

terbebas

3. Ajarkan untuk
secara berlahan.

makan

Aktivitas Kolaboratif
Mengidentifikasi
4. Berikan obat antiemetic
tindakan yang dapat
sesuai dengan anjuran
menurunkan mual
Aktivitas lain:
5. Perhatikan
perubahan
status
nutrisi
yang
signifikan
dan
mulai
lakukan penanganan

Keletihan
berhubungan Tujuan:
1. Bina hubungan saling
dengan anemia
Setelah dilakukan tindakan
percaya
selama 1x24 jam keletihan
2. Pantau
bukti
adanya
dapat dikurangi
keletihan fisik dan emosi
Kriteria hasil
berlebihan pada pasien
Pasien akan beradaptasi
3. Pantau
nutrisi
untuk
dengan keletihan yang
menjamin
keadekuatan

dibuktikan

dengan

konsentrasi

4. Pantau

Pasien

dapat

beradaptasi gaya hidup


dengan

tingkatan

energy

sumber energy

Pasien

efek

pemberian
stimulant

dan
serta

depresan
5. Jelaskan pada keluarga
tentang teknik mengatur
waktu untuk mencegah

dapat

keletihan

antara 6. Kurangi ketidaknyamanan


fisik
yang
dapat
aktivitas dan istirahat
menunukkan

dipengaruhi oleh fungsi


Pasien dapat memper
tahankan nutrisi yang

kognitif dan pemantauan/


pengaturan aktivitas diri

adekuat
5.

Ketakutan berhubungan
dengan kondisi fisik: tumor
ovarium

Tujuan:
Pengkajian
Setelah dilakukan tindakan
selama 1x24 jam ketakutan 1. Kaji respons takut subjektif
dapat dikurangi
dan obyektif pasien
Kriteria Hasil:
- Pasien akan
memperlihatkan
pengendalian ketakutan,
dibuktikan dengan
indicator sebagai berikut
(Ketentuan 1-5 : tidak
pernah, jarang, kadangkadang, sering, atau
secara konsisten
menampilkan)
- Mencari information untik
menurunkan ketakutan
- Menghindari sumber
ketakutan bila mungkin
- Menggunakan teknik
relaksasi untuk

Pendidikan Untuk pasien


2. Jelaskan semua
pemeriksaan dan
pengobatan untuk pasien
atau keluarga
Aktifitas Kolaborasi
3. Kaji kebutuhan akan
layanan social dan atau
intervensi psikiatrik
4. Dukung diskusi pasiendokter tentang ketakutan
pasien

menurunkan ketakutan
- Mempertahankan control
terhadap kehidupan
- Mempertahankan

Aktifitas Lain
5. Sering berikan penguatan
positif bila pasien
mendemonstrasikan

penampilan peran dan

Perilaku yang dapat

hubungan social.

menurunkan atau
mengurangi takut.
6. Tetap dengan pasien selama
dalam situasi baru.

C. Daftar Pustaka
Varney,Helen dkk.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi 4. EGC: Jakarta
Duff, Patrick dkk.2005.Obstetrick & Gynecology.International Edition. Mc. Grow Hill
Medical: North America
DTM, Dr Faisal Yatim.2001.Haid Tidak Wajar dan Menopause.Pustaka Populer
Obor:Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC.EGC: Jakarta
Nanda Internasional.2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011.EGC:Jakarta.

Você também pode gostar