Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Step 1:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Step 2:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu bubuk
polimer dan cairan monomer.
Polimer
Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator
(0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric
oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan
tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan
anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured , ada
bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured terdapat
aktivator berupa camphoroquinone.
Monomer
Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 0.1% metil
ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi selama
penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan silang
(cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-link agent
ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki ikatan
silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut (Chanaka, 2010)
(Disarankan stop sampe sini, yang bawah sebaiknya untuk step 7)
Komposisi
Sebagian besar resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk
bubuk dan cairan. Bubuknya dapat transparan, sewarna gigi, atau berwarna pink
untuk menyerupai warna gingiva. Beberapa sediaan bahkan mengandung seratserat
merah agar dapat menyerupai pembuluh darah. Cairannya tersedia dalam
125C dan 200C. Sekitar suhu 450C, 90% polimer telah terdepolimerisasi
membentuk monomer.
Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui
proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal yang
tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan
tenaga aktivasi yang banyak. Ia dapat larut dalam beberapa pelarut organik seperti
kloroform dan aseton.
b. Initiator
Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan reaksi
polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah berupa 0.2 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan ikatan oleh karena
adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-cured, dan cahaya pada
light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan menghasilkan dua buah
radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan mengikat monomer-monomer
sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.
c. Pigmen
Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki
bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang
menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah sehingga
menyerupai pembuluh darah. Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit, cadmium sulfit,
cadmium selenit, dan ferric oxide.
d. Plasticizer
Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin akrilik.
Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.
e. Opacifiers
5. MACAM-MACAM AKRILIK?
Resin akrilik memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan cara polimerisasinya:
A. Heat Cured (Resin Akrilik Polimerisasi Panas)
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan
menggunakan perendaman air atau microwave.Penggunaan energy termal
menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal
bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisasi ( Ecket, dkk.,
2004).
B. Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self- Cured) Autopolymerizing
Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia.Resin yang
teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan
dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui
penambahan amintersier terhadap monomer. Bila komponen powder dan
liquid diaduk, amintersier akan menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida
sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai ( Ecket, dkk.,
2004).
C. Resin Akrilik Polimerisasi Microwave
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang
frekuensi megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin
Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai molekul yang
lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan polimer yang
memiliki berat molekul yang lebih rendah.
b. Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu
yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih
tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan
mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin
akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer
yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun.
Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer
sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses kuring yang kuat pada temperatur tinggi
sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang
diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).
c. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada
lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2.
Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air
dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat
menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai
polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang
disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar
0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.
e. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya
tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul
polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress
akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak
kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.
f. Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik
adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin
akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan
hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.
g. Kestabilan dimensional
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik.
Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik
dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini
sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.
Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh
adanya panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang
karena adanya aktivator amin tersier.
Reaksi polimerisasi resin akrilik. (From: Powers JM, Wataha JC. Dental
Materials Properties and Manipulation. 9th Ed. Missouri : Mosby
Elsevier 2008 : 291)
1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi
jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang
dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.
2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit atau
pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi di
dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya dibawah
semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban.
3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok
dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai atau
dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah
pembentukan.
4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik selama
penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses,
mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja, resin harus dapat
diperbaiki dengan mudah dan efisien.
5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses tersebut
tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)
Menurut Anusavice tahun 2003, syarat-syarat yang dibutuhkan untuk resin
akrilik yaitu :
a. Tidak toksis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang
tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidak
mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah
jika terbentur atau jatuh.