Você está na página 1de 21

Skenario 2

Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik


Tahapan skill lab ilmu Bahan Dan Teknologi Kedokteran Gigi I mahasiswa
FKG UNEJ kali ini adalah tentang resin akrilik. Mahasiswa dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama membuat sendok cetak perorangan rahang atas dengan
bahan resin akrilik self cured. Kelompok kedua membuat basis gigi tiruan rahang atas
dengan bahan resin akrilik heat cured. Sebelum melakukan perkerjaannya kedua
kelompok mahasiswa tersebut masing-masing oleh instruktu lab diminta untuk
menjelaskan tentang perbedaannya, sifat, proses manipulasinya, polimerisasinya,
kelebihan dan kekurangannya, serta indikasinya. Hasil akhir kedua kelompok tidak
boleh ada yang porous, kalau ada yang porous mengapa hal ini bisa terjadi?

Step 1:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Skill Lab: Wes eruh dewe


Ilmu Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi:
Resin akrilik
Self cured
Heat cured
Polimerisasi
Porous

Step 2:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apakah yang dimaksud dengan resin akrilik?


Terbuat dari apa resin akrilik?
Bagaimana komposisi resin akrilik?
Perbedaannya resin akrilik self cure dan heat cure?
Macam-macam akrilik?
Sifat resin akrilik?
proses manipulasinya akrilik?
Proses polimerisasi akrilik?

9. kelebihan dan kekurangan?


10. Indikasi / penggunaan dalam kedokteran gigi?
11. Apa saja syarat resin dalam kedokteran gigi?
12.
Step 3:

1. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN RESIN AKRILIK?


Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok
cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik
dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita
mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik
dengan melakukan serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau
aplikasinya bisa tercapai dengan baik.
Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa
kompon non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin
akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila
dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi
antara polimer dan monomer.

2. TERBUAT DARI APA RESIN AKRILIK?


Acrylic berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia
dinamakan polymethyl methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau
arang batu. Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran (monomer)
mono methyl methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl
methacrylate.
3. BAGAIMANA KOMPOSISI RESIN AKRILIK?
Komposisi Resin Akrilik:

Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu bubuk
polimer dan cairan monomer.

Polimer
Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator
(0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric
oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan
tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan
anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured , ada
bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured terdapat
aktivator berupa camphoroquinone.

Monomer
Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 0.1% metil
ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi selama
penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan silang
(cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-link agent
ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki ikatan
silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut (Chanaka, 2010)
(Disarankan stop sampe sini, yang bawah sebaiknya untuk step 7)

Komposisi
Sebagian besar resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk
bubuk dan cairan. Bubuknya dapat transparan, sewarna gigi, atau berwarna pink
untuk menyerupai warna gingiva. Beberapa sediaan bahkan mengandung seratserat
merah agar dapat menyerupai pembuluh darah. Cairannya tersedia dalam

botol kecoklatan untuk mencegah premature polimerisasi yang disebabkan cahaya


atau radiasi ultraviolet pada saat penyimpanan (Mc Cabe, 2008).
Bubuk dari resin akrilik tersebut mengandung beberapa komposisi yaitu
polimetil metakrilat sebagai polimer, benzoil peroksida (0,2-0,5%) sebagai
inisiator, merkuri sulfit atau cadmium sulfit sebagai zat pigmen yang tercampur di
dalam partikel polimer, dan dibutil pthalat sebagai plasticizer. Sedangkan cairan
dari resin akrilik mengandung monomer (metil metakrilat), hydroquinone (0,006
%) sebagai inhibitor atau stabilizer untuk mencegah polimerisasi selama
penyimpanan, dibutil pthalat sebagai plasticizer, dan glikol dimetakrilat (1-2%)
sebagai bahan untuk memicu ikatan silang (cross-linking agent) untuk
meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik sehingga tahan terhadap
goresan (Combe, 1992).
Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk
polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa
bahan tambahan. Berikut adalah komposisi resin akrilik:
1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat
menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength
250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan
tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan modulus
elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa).
Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya
ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125C dan dapat
dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di antara

125C dan 200C. Sekitar suhu 450C, 90% polimer telah terdepolimerisasi
membentuk monomer.
Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui
proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal yang
tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan
tenaga aktivasi yang banyak. Ia dapat larut dalam beberapa pelarut organik seperti
kloroform dan aseton.

b. Initiator
Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan reaksi
polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah berupa 0.2 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan ikatan oleh karena
adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-cured, dan cahaya pada
light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan menghasilkan dua buah
radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan mengikat monomer-monomer
sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.
c. Pigmen
Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki
bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang
menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah sehingga
menyerupai pembuluh darah. Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit, cadmium sulfit,
cadmium selenit, dan ferric oxide.
d. Plasticizer
Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin akrilik.
Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.
e. Opacifiers

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin akrilik


terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan adalah
zinc atau titanium oxide.
f. Bahan tambahan
Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat
sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat
kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan
untuk merubah sifat fisik dan menkanik, seperti penambahan serat kaca akan
menyebabkan densitas resin akan akrilik semakin meningkat.
2. Monomer
a. Metil metakrilat
Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan bening pada suhu
ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:

Berat molekul : 100 u

Suhu lebur : - 48C

Suhu didih : 100.8C

Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20C

Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol


Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan merupakan pelarut
organik yang baik.
b. Stabilizer
Terdapat sekitar 0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah
terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.

c. Plasticizer: dibutil pthalat


d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent)
Cross-linked agent dapat berupa etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Bahan
ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki ikatan silang
bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut.

4. PERBEDAAN RESIN AKRILIK SELF CURE DAN HEAT CURE?


Perbedaan Akrilik Heat Cure dan Self Cure
SELF CURED ACRYLIC
Komposisi serupa dengan bahan heat cured acrylic, kecuali bahwa cairannya
mengandung bahan activator seperti dimethyl-p-toluidine. Perbandingan bahan
akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :
a. Berbeda dalam metode aktivasinya.
b. Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan
activator seperti dimethyl paratoluidin.
c. Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured, meskipun tidak mudah
dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena terlarutnya
udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu kamar.
d. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah dan
mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%.
e. Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-kira
80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang
lebih rendah.
f. Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat cured lebih baik dari self cured karena
bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dalam pemakaian. Pada
pengukuran creep bahan poly (polymethyl methacrylate), polimer heat cured
mempunyai deformasi awal yang lebih kecil, juga lebih sedikit creep, dan lebih cepat

kembali dibandingkan dengan bahan self cured.


g. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertier dapat
terjadi penguningan setelah beberapa lama.
(E. Combe 1992:277)

5. MACAM-MACAM AKRILIK?
Resin akrilik memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan cara polimerisasinya:
A. Heat Cured (Resin Akrilik Polimerisasi Panas)
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan
menggunakan perendaman air atau microwave.Penggunaan energy termal
menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal
bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisasi ( Ecket, dkk.,
2004).
B. Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self- Cured) Autopolymerizing
Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia.Resin yang
teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan
dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui
penambahan amintersier terhadap monomer. Bila komponen powder dan
liquid diaduk, amintersier akan menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida
sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai ( Ecket, dkk.,
2004).
C. Resin Akrilik Polimerisasi Microwave
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang
frekuensi megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin

akrilik. Prosedur ini sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan


pengenalan serat kaca khusus, cocok untuk digunakan dalam oven microwave.
Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang tepat, dalam waktu yang sangat
singkat sekitar 3 menit. Kontrol yang cermat dari waktu dan jumlah watt dari
oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori dan memastikan
polimerisasi lengkap ( Ecket, dkk., 2004).
D. Resin Akrilik Polimerisasi Cahaya
Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah
kopolimer dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama
dengan silika microfine. Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan
resin akrilik yang telah dicampur dalam moldable di model master pada
sebuah meja berputar, dalam ruang cahaya dengan intensitas cahaya yang
tinggi dari 400-500 nm, untuk periode sekitar 10 menit ( Ecket, dkk., 2004).

6. SIFAT RESIN AKRILIK?


Sifat
Beberapa sifat-sifat umum resin akrilik adalah:
a. Berat molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi yaitu
500.000 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul
polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah
berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan
lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan antar rantai molekul.

Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai molekul yang
lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan polimer yang
memiliki berat molekul yang lebih rendah.
b. Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu
yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih
tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan
mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin
akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer
yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun.
Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer
sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses kuring yang kuat pada temperatur tinggi
sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang
diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).
c. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada
lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2.
Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air
dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat
menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai
polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang
disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar
0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.
e. Retak

Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya
tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul
polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress
akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak
kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.
f. Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik
adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin
akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan
hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.
g. Kestabilan dimensional
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik.
Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik
dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini
sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.

h. Resistensi terhadap asam, basa, dan pelarut organik


Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah
adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa. Ethanol
juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca.
Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan
untuk membersihkan protesa.

7. PROSES MANIPULASINYA AKRILIK?


Tahapan Manipulasi resin akrilik
Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap
sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan guna
mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Sebelum diaplikasikan pada
pasien, resin akrilik harus diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga
memenuhi kriteria pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam memanipulasi resin akrilik, antara lain:
1. Perbandingan monomer dan polimer
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau
2,5 : 1 satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer
sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesai
berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak boleh terlalu
banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan resin
akrilik.
2. Pencampuran
Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan
dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai
fase dough.( SK Khindria ,2009) . Pada saat pencampuran ada empat tahapan
yang terjadi, yaitu:
1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah.
2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut
dalam cairan dan berserat ketika ditarik.
3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk

memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam


waktu 10 menit.
4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk
dengan kompresi konvensional.
5. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin
kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada
tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould.
dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap
selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah
dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan
pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi
selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya ditemukan flash,
yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan
dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan
ini tahap berikutnya adalah dilakukannya curing.
6. Curing.
Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap
jenis resin akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh
adanya panas.

Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang
karena adanya aktivator amin tersier.

Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya


tampak.

8. PROSES POLIMERISASI AKRILIK?


Proses Polimerisasi Resin Akrilik heat cured
Saat monomer dan polimer diaduk dengan komposisi yang tepat,
dihasilkan campuran yang dapat diproses. Campuran yang dihasilkan akan
melalui 5 tahap yang berbeda (Anusavice, 2003) :
a. Sandy, tahap berpasir, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat
molekuler. Butir- butir polimer tetap tidak berubah, dan konsistensi
adukan dapat digambarkan sebagai coarse atau berbutir.
b. Stringy, tahap berbenang, monomer memasuki permukaan setiap butir
polimer. Beberapa rantai polimer terdispersi dalam monomer cair.
Rantai-rantai polimer ini melepaskan ikatan, sehingga meningkatkan
kekentalan campuran. Tahap ini mempunyai ciri berbenang atau
lengket bila bahan disentuh atau ditarik.
c. Dough, Tahap menyerupai adonan. Pada tingkat molekul, jumlah
rantai polimer yang memasuki larutan akan meningkat dan
terbentuklah suatu lautan monomer dan polimer terlarut. Terdapat
pula sejumlah polimer yang tidak terlarut. Secara klinis, campuran
bersifat seperti adonan yang dapat dibentuk. Campuran tidak lagi
seperti benang dan tidak melekat pada permukaan pot atau spatula
pengaduk. Karakteristik fisik dan kimia yang terlihat dari fase lanjutan
dari tahap ini adalah ideal untuk compressing molding.
d. Ruberry, Tahap karet atau elastik. Monomer dihabiskan dengan
penguapan dan dengan penembusan lebih jauh ke dalam butir-butir

polimer yang tersisa. Secara klinis, campuran akan memantul bila


ditekan atau diregangkan. Karena campuran tidak mengalir dengan
bebas lagi sehingga mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini tidak dapat
dibentuk dengan teknik kompresi konvensional.
e. Stiff, Tahap menjadi keras atau kaku. Bila dibiarkan hingga suatu
tahap campuran akan menjadi keras. Hal ini disebabkan karena
penguapan monomer bebas. Secara klinis, campuran tampak amat
kering dan tahan terhadap deformasi mekanik.

Gambar 1 : Gambaran struktur kimia metil metakrilat dan poli(metil metakrilat).


(From : Craig RG, Powers JM. Restorative Dental Materials. 11th
Ed.Missouri : Mosby Inc 2002 : 272)

Reaksi polimerisasi resin akrilik. (From: Powers JM, Wataha JC. Dental
Materials Properties and Manipulation. 9th Ed. Missouri : Mosby
Elsevier 2008 : 291)

Selama tahap berbagai konsistensi, polimerisasi sedikit terjadi dan reaksi


terjadi secara fisik di alam. Reaksi ini mencakup beberapa larutan dari partikelpartikel polimer. Untuk plastik akrilik konvensional, tidak ada polimerisasi
substansial yang terjadi hingga kuvet dipanaskan di atas 70C. Jika terlalu banyak
monomer digunakan dalam campuran, penyusutan polimerisasi akan lebih besar,
waktu tambahan akan diperlukan untuk mencapai konsistensi pengepakan dan
akan ada kecenderungan untuk porositas dapat terjadi pada gigi tiruan (Craig,
2008).

9. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN?


10. INDIKASI / PENGGUNAAN DALAM KEDOKTERAN GIGI?
Penggunaan pada kedokteran gigi:
Akrilik digunakan sebagai basis pada gigi tiruan lengkap atau gigi tiruan
sebagian. Bahan resin akrilik sering digunakan pada pembuatan gigi tiruan karena
warna yangmirip dengan gingiva, mudah diproses, dan perubahan dimensi kecil,
harga relatif murah (Combe, 1992).
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok
cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan,
baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Selain itu resin digunakan
untuk reline dan perbaikan prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah digunakan
untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung mulut dari
bruxism, mahkota gigi. (philis, 2003)
Resin akrilik digunakan sebagai bahan restorasi karena memilki kelebihan yaitu
daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan light-cured selama 10 menit, dan
menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat. Digunakam sebagai

sendok cetak karena dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga


sering disebut sendok cetak individual. Sebagai alat ortodonsi lepasan karena
dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan plat
akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan
lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold
curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga
pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga
kekuatannya lebih rendah.Sebagai reparasi yaitu bahan yang biasa digunakan
adalah jenis self-cured dan heat-cured. Bias juga digunakan sebagai relining,
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan
yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang
diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan
menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung
terjadi. Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap
jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan
relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding
tekanan.Dan yang terakhir digunakan untuk rebasing, rebasing adalah mengganti
keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya
adalah bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke
daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila
polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada
suhu 40-50oC. (Philips,2003)

11. APA SAJA SYARAT RESIN AKRILIK DALAM KEDOKTERAN GIGI?


Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat fundamental sebelum
dapat digunakan secara klinis pada pasien, tidak terkecuali resin akrilik. Berikut
adalah syarat-syarat standar dental material:

1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi
jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang
dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.
2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit atau
pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi di
dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya dibawah
semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban.
3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok
dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai atau
dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah
pembentukan.
4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik selama
penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses,
mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja, resin harus dapat
diperbaiki dengan mudah dan efisien.
5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses tersebut
tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)
Menurut Anusavice tahun 2003, syarat-syarat yang dibutuhkan untuk resin
akrilik yaitu :
a. Tidak toksis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang
tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidak
mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah
jika terbentur atau jatuh.

f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehingga akrilik dapat dipakai sebagai


bahan restorasi yang cukup lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah
dipigmen. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengan sinar x jika
tertelan.
j. Mudah direparasi jika patah.
k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
l. Mudah dibersihkan.

12. MENGAPA DAPAT TERJADI PORUS?


Adanya gelembung udara pada permukaan dan dibawah permukaan
dapat mempengaruhi kekuatan, estetika, dan kebersihan basis gigi tiruan.
Porositas cenderung terjadi pada bagian basis protesa yang lebih tebal.
Porositas terjadi sebagai akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi
serta polimer berberat molekul rendah, bila temperatur resin mencapai atau
melebihi titik didih bahan tersebut.

Você também pode gostar