Você está na página 1de 8

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVW

XYZABCDEFGHIJKLMNOPQRSTU
VWXYZABCDEFGHIJKLMNOPQRS
TUVWXYZABCDEFGHIJKLMNOP
AQIDAH-AKHLAK
QRSTUVWXYZABCDEFGHIJKLMN
AKHLAK TERPUJI
OPQRSTUVWXYZABCDEFGHIJKL
MNOPQRSTUVWXYZABCDEFGHI
JKLMNOPQRSTUVWXYZABCDEF
GHIJKLMNOPQRSTUVWXYZABC
DEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZA
BCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXY
ZABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUV
WXYZABCDEFGHIJKLMNOPQRST
UVWXYZABCDEFGHIJKLMNOPQ
RSTUVWXYZABCDEFGHIJKLMNO
PQRSTUVWXYZABCDEFGHIJKLM
NOPQRSTUVWXYZABCDEFGHIJK
Tomy Alfian Wiranata
XI IPA 1

Agama Islam adalah agama yang sempurna, mengatur kehidupan manusia


dengan segala aspeknya. Ajaran Islam tidak hanya mengatur hubungan secara
vertikal antara Allah dengan manusia (hablum minallah) tetapi juga hubungan
antar sesama manusia (hablum minannas). Karena itulah Islam dikatakan ajaran
yang sempurna, Islam mengajakan kepada manusia mulai dari cara bergaul,
berpakaian, bertamu, makan, minum, sampai cara untuk menyembah Allah Yang
Maha Esa, Tuhan seluruh alam. Sejak awal Islam menanamkan kesadaran
berperilaku sopan dan santun dalam berbagai hal. Karena sopan santun
menunjukkan kualitas seorang muslim. Bahkan Nabi Muhammad SAW mengukur
kesempurnaan iman seorang muslim dari budi pekertinya yang baik (Akhlak
Karimah). Untuk memberikan gambaran lebih rinci berikut akan dibahas adab
berpakaian, berhias, dalam perjalanan, bertamu dan menerima tamu.

AKHLAK BERPAKAIAN
Pakaian adalah kebutuhan dasar dari seluruh manusia selain rumah dan
makanan. Islam sebagai agama yang sempurna untuk umat manusia, telah
mengajarkan kepada pemelukanya untuk berpakaian. Menurut Islam berpakaian
bukan hanya sebuah kebutuhan dasar, tapi juga sebagai sarana untuk mencari
ridhlo dari Allah. Oleh karena itu umat muslim harus berpakaian seperti yang
telah ditetapkan oleh Allah. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
adab berpakaian dalam Islam, berikut ini akan di jelaskan lebih mendalam.
1. Pengertian
Pakaian adalah kebutuhan pokok bagi setiap orang sesuai dengan
situasi dan kondisi di mana seseorang berada. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia pakaian adalah barang apa saja yang biasa dipakai oleh
seseorang seperti jaket, celana, baju, sarung, selendang,dan lain
sebagainya.
Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan
seseorang dalam berbagai ukuran dan modenya serupa (baju, celana,
kaos, jaket dan lain sebagainya) yang disesuaikan dengan kebutuhan
pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun umum.
Tujuan utama dari berpakaian adalah untuk ,elindungi bagian tubuh yang
perlu ditutup atau dilindung, baik menurut kepatutan adat atau agama.
2. Bentuk Akhlak Berpakaian
Dalam pandangan islam bentuk akhlak berpakaian ada 2 macam yaitu
berpakaian sebagai penutup aurat untuk melaksanakan perintah Allah dan
berpakaian sebagai perhiasan yang menyatakan identitas diri akibat dari
berkembangnya peradaban manusia.
Busana seorang muslim haruslah memenuhi kriteria berikut ini:
Tidak transparan dan ketat.
Tidak menyerupai pakaian lawan jenis.
Tidak menyerupai pakaian khusus umat beragama yang lain.
Sederhana dan pantas.

3. Nilai Positif Akhlak Berpakaian


Agama islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk bepakaian yang
baik, indah dan bagus, sesuai dengan kemamuan masing-masing. Dalam
pengertian bahwa pakaian yang dikenakan dapat memenuhi hajat tujuan
pemakaian yakni menutup aurat dan keindahan. Sehingga bila hendak
menunaikan sholat pakaian tersebut bisa langsung dikenakan dan
sebaiknya pakaian kita baik dan bersih (bukan berarti mewah).

4. Membiasakan Akhlak Berpakaian


Islam telah menggariskan aturan-aturan yang jelas dalam berpakaian
yang harus ditaati oleh semua umat muslim yakni etika berbusana.
Seorang muslim atau muslimah diwajibkan untuk memakai busana sesuai
dengan apa yang telah diperintahkan. Tidak dibenarkan seorang muslim
atau muslimah memakai pakaian berdasarkan pada mode atau
kesenangan sementara garis yang sudah ada malah ditinggalkan. Hanya
orang munafiq yang meninggalkan aturan agama yang diyakini
kebenaranya.

AKHLAK BERHIAS
Berhias adalah naluri setiap manusia. Berhias merupakan kebutuhan dasar
manusia sesuai dengan perkembangan peradabanya. Berhias dalam islam
adalah kegiatan yang berorientasi kepada ridho Allah.
1. Pengertian
Berhias dalam Bahasa Arab disebut dalam kata Zayyana-Yuzayyinu
(QS. Al-Hijr ayat 16). Menurut Kamus Besar Bahasa indonesia, berhias
adalah usaha memperelok diri dalam pakaian ataupun lainya yang indahindah, berdandan dengan dandanan yang indah danmenarik. Secara
istilah berhias dapat bermakna upaya setiap orang untuk memperindah
diri dengan berbagai busana, aksesoris ataupun yang lain dan dapat
memperindah diri bagi pemakainya, sehingga memunculkan kesan indah
bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan
untuk suatu tujuan tertentu.
2. Bentuk Akhlak Berhias
Agama Islam telah memberikan rambu-rambu yang tegas agar setiap
mukmin mengindahkan kaidah berhias yang meliputi;
Niat yang lurus untuk beribadah.
Tidak diperkenankan memakai bahan yang dilarang agama.
Dilarang menggunakan simbol-simbol non muslim.
Tidak berlebihan.

Tidak mengikuti cara berhias orang jahiliyah.


Menurut kelaziman dan kepatutan dengan memperhatikan jenis
kelamin.
Dilarang berhias untuk berfoya-foya.

3. Nilai Positif Akhlak Berhias


Dalam masalah berhias Islam telah mengariskan aturan-aturan yang
harus ditaati yakni dalam apa yang disebut etika berhias (berdandan).
Seorang muslim atau muslimah dituntut untuk berhias sesuai dengan
aturan yang telah digariskan. seorang muslim atau muslimah yang berhias
sesuai dengan kektentuan islam pada dasarnya talah menegaskan jati
dirinya sebagai mukmin. Mereka telah menampilkan diri sebagai sosok
yang bersahaja dan berwibawa ssebagai cermin diri yang konsisiten dalam
berhias secara syari. Selain itu juga akan menimbulkan rasa nyaman saat
berhias karena sudah pasti yang dikenakan itu halal dan tidak melanggar
norma. Jika berhias ini ditujukan untuk ibadah, maka segala aktifitas
berhias yang dilakukan akan bernilai pahala dan mendapat barokah Allah
SWT.
4. Membiasakan Akhlak Berhias
Sejak awal agama islam telah menanamkan krsadaran akan kewajiban
pemeluknya untuk menjaga sopan santun dalam kaitanya dengan berhias
atau berdandan, dengan cara menentukan bahan, bentuk, ukuran, dan
batasan aurat baik bagi laki-laki maupun perempuan. Islam mengajak
manusia untuk hidup secara wajar, berpakaian secara wajar, berhias
secara lazim, tidak kurang dan tidak lebih sesuai dengan firman Allah
dalam QS al-araf ayat ke 31. Karena itu setiap muslim harus membiasaan
diri untuk berpenampilan yang baik, bagus, indah, dan meyakinkan, tidak
menyombongkan diri, tidak angkuh, tetapi tetap sederhana dan penuh
kesahajaan sebagai wujud dari konsisitensi terhadap ajaran agama Islam.

AKHLAK PERJALANAN
Pada masyarakat modern saat ini, perjalanan (safar)menjadi bagian mobilisasi
kehidupan. Artinya semakin maju perdaban seseorang, maka akan semakin
sering melakukan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan.

1. Pengertian
Perjalanan dalam Bahasa Arab disebut kata rihlah atau safar. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjalanan diartikan; perihal (cara,
bergerak, dsb) berjalan atau bepergian dari suatu tempat menuju tempat
yang lain untuk suatu tujuan.

Secara istilah perjalanan sebagai aktifitas seseorang untuk keluar


ataupun meninggalkan rumah dengan berjalan kaki ataupun
menggunakan alat transportasi yang mengantarkan sampai pada tempat
tujuan yang dimaksud ataupun tempat tertentu.
2. Bentuk Akhlak Perjalanan
Islam mengajarkan agar setiap perjalanan yang dilakukan bertujuan
untuk mencari ridho Allah. Di antara jenis perjalanan yang dimaksud
adalah pergi haji atau umroh, menyambung silaturahhim, menuntut ilmu,
berdakwah, berperang di jalan Allah, mencari karunia Allah dan lain-lain.
Beberapa pedoman dalam perjalanan adalah;
Bermusyawarah dan sholat istikharah.
Mengembalikan hak dan amanat kepada pemiliknya.
Membawa enam benda: gunting, siwak, tempat celak, tempat
air minum, cebok dan tempat wudlu.
Menyertakan istri atau anggota keluarga.
Wanita menyertakan muhrim atau temanya.
Memilih kawan pendamping yang sholeh dan shalihah.
Mengangkat pemimpin atau ketua rombongan.
Mohon izin pada keluarga dan handai taulan serta mohon doa.
3. Nilai Positif Akhlak Bepergian
Imam Ghozali berpendapat: Bersafarlah, sesungguhnya dalam safar
memiliki beragam keuntungan. Keuntungan itu antara lain yaitu;
Safar dapat menghibur diri dari kesedihan.
Safar menjadi sarana bagi seseorang untuk mencari hasil usaha.
Safar dapat mengantarkan seseorang untuk memperoleh
tambahan pengalaman dan ilmu pengetahuan.
Dengan Safar, maka seseorang akan lebih mengenal adab
kesopanan yang berkembang pada suatu komunitas
mesyarakat.
Perjalanan akan menambah wawasan dan bahkan kawan baik
dan mulia.
4. Membiasakan Akhlak Perjalanan
Sebaiknya setiap orang memikirkan terlebih dahulu secara matang
terhadap semua perjalanan yang akan dilakukan. Apapkah niat dengan
melakukan perjalanan sudah benar yaitu untuk beribadah atau suatu hal
yang bermanfaat, jika niat melakukan perjalanan untuk suatu yang tidak
jelas sebaiknya diurungkan karena ditakutkan akan membawa banyak
mudharat daripada manfaat.
Usahakan dalam melakukan perjalanan dengan perhitungan jadwal
yang matang, akurat, rinci dan jelas agendanya karena hal ini akan
membuat perjalanan menjadi nyaman. Jika sudah selesai safar
bersyukurlah dan rewnungkan segala sesuatu yang ditemui untuk
menjadikan diri kita menjadi lebih bermanfaat bagi manusia yang lain.

AKHLAK BERTAMU
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan
bertamu. Adakalanya kita yang datang mengunjungi sanak saudara, temanteman atau para kenalan, dan pada kesempatan yang lain giliran kita yang
dikunjungi. Islam sebagai agama yang rahmattan lil alamin telah memberikan
aturan tatacara bertamu dengan tujuan agar kegiatan ini dapat memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak.
1. Pengertian
Bertamu dalam Bahasa Arab disebut dengan kata Ataa liziyaroti, atau
Istadloofa-Yastadliif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertamu
diartikan; datang berkunjung kerumah seorang teman ataupun kerabat
untuk suatu tujuan ataupun maksud(melawat dan sebagainya).
Secara istilah bertamu merupakan kegiatan mengunjungi rumah
sahabat, kerabat ataupun orang lain, dengan tujuan untuk menjalin
persaudaraan ataupun untuk suatu keperluan lain, dalam rangka
menciptakan kebersamaan dan kemaslahatan bersama.
2. Bentuk Akhlak Bertamu
Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaknya orang yang bertamu
meminta izin dan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada penghuni
rumah. Diamaping meminta izin dan mengucapkan salam, hal lain yang
perlu diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu adalah;
Jangan bertamu sembarang waktu.
Kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama sehingga
merepotkan tuan rumah.
Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah
terganggu.
Kalau disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu.
Hendaklah pamit pada waktu mau pulang.
3. Nilai Positif Akhlak Bertamu
Apabila prinsip-prinsip akhlak bertamu ditegakkan dengan baik akan
dapat banyak manfaat antara lain;
Bertamu secara baik dapat menimbulkan rasa toleran terhadap
orang lain dan menjauhkan sikap paksaan, tekanan, intimidasi
dan lain-lain.
Islam memandang setiap orang mempunyai persamaan dan
kesesuaian dalam berbagai aspek dan kepentingan. Karena itu
dengan bertamu seorang akan mempertemukan persamaan
atau kesesuaian, sehingga terjalin persahabatan dan kerjasama
dalam kehidupan.
Bertamu sebagai alternatif yang efektif untuk membina
persahabatan antar manusia

Bertamu sebagai pendekatan (approach) terhadap semua orang


yang berada dalam wilayah konflik tertentu.
Bertamu sebagai media dakwah, meningkatkan kualitas diri
setiap muslim.

4. Membiasakan Akhlak Bertamu


Alquran dalam surat An-Nur ayat 28 telah memberikan isyarat yang
tegas betapa pentingnya setiap orang yang bertamu agar dapat menjaga
diri agar tetap menghormati tuan rumah. Setiap tamu harus berusaha
menahan segala keinginan dan kehendak baiknya sekalipun, jika tuan
rumah tidak berkenan menerimanya.

AKHLAK MENERIMA TAMU


Islam memberikan aturan yang jelas agar setiap mukmin memuliakan tamu yang
datang, karena memuliakan tamu sebagai perwujudan keimanan kepada Allah
dan hari akhir. Dengan demikian seorang muslim yang mengabaikan tamunya,
maka berdosa dan menunjukkan rendahnya akhlak.
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerima tamu (ketamuan)
diartikan; kedatangan orang yang bertamu, melewat atau berkunjung.
Secara istilah menerima tamu tamu dimaknai menyambut tamu
dengan berbagai cara penyambutan yang lazim dilakukan menurut adat
ataupun agama dengan maksud untuk menyenangkan atau memuliakan
tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah.
2. Bentuk Akhlak Menerima Tamu
Memuliakan tamu dilakukan antara lain dengan menyambut
kedatangannya dengan muka manis dan tutur kata lemah lembut,
mempersilahkan duduk di tempat yang baik. Kalau perlu disediakan
ruangan khusus untuk menerima tamu yang selalu dijaga kerapian dan
keastianya.
3. Nilai Positif Akhlak Menerima Tamu
Menerima tamu dapat meningkatkan kesabaran, sering kali kesibukan
menjadikan diri melupakan tanggung jawab terhadap sesamanya. Setiap
saat kita sering dihadapkan pada satu kenyataan, ada urusan yang harus
diselesaikan dengan segera, namun di sisi lain ada seorang tamu yang
datang. Di saat inilah kita dilatih kesabaran untuk mengambil keputusan
yang terbaik. Menerima tamu juga sebagai wujud keimanan, artinya
semakin kuat iman seseorang maka semakin ramah dan santun dalam
menyambut tamunya.

4. Membiasakan Akhlak Menerima Tamu


Agar dapat menyambuta tamu dengan suka cita maka tuan rumah
harus menghadirkan pikiran positif (huznudzan) terhadap tamu, jangan
sampai kehadiran tamu disertai dengan munculnya pikiran negatif
(suudzon) dari tuan rumah. Sebagai tuan rumah harus sabar dalam
menghadapi tamu yang datang apapun keadaanya. Pada kenyataanya
tamu yang datang tidak selalu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
tuan rumah, kehadiran tamu seling kali mengganggu aktifitas yang
sedang kita seriusi. Jangan sampai seorang tuan rumah menunjukkan
sikap yang kasar terhadap tamu.

Você também pode gostar