Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
oleh:
Alvianti Fatma Pratami S
G1B012009
G1B012020
G1B012065
KASUS
Anak-anak SMP Terindikasi Seks Bebas, Ancaman Kesehatan Reproduksi
dan Masalah Sosial
TRIBUNNEWS.COM- Masalah seks pranikah sering kali terjadi pada usia
remaja. Tak hanya mereka yang duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA),
tetapi juga mulai terjadi pada anak-anak sekolah menengah pertama (SMP).
Padahal, seks pranikah dapat merugikan kesehatan reproduksi dan juga
menimbulkan masalah sosial. Direktur Direktorat Bina Ketahanan Remaja Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Temazaro Zega mengatakan,
remaja perlu diberi pendidikan agar tidak melakukan seks pranikah. Menurut
Zega, BKKBN kini tak hanya menyasar pada anak-anak SMA, tetapi juga sejak
mereka duduk di bangku SMP.
Kita lihat perilaku remaja SMP sudah berisiko. Mereka harus diberikan
pemahaman. Pendidikan kesehatan reproduksi bukan mengajarkan remaja
berhubungan seks. Tapi supaya mereka terhindar dari perilaku berisiko, terang
Zega di Gedung BKKBN, Jakarta, Selasa (10/2/2015).
Zega mengatakan, BKKBN pun melakukan program Genre untuk mengajak
remaja melakukan pola hidup sehat, bebas dari narkoba, menghindari kehidupan
seks bebas, dan mendewasakan usia pernikahan.
Remaja didorong untuk mendewasakan usia pernikahan supaya mereka nikah
pada usia lebih matang, kata Zega.
Ia menjelaskan, usia ideal menikah untuk wanita minimal di usia 21 tahun dan
laki-laki minimal usia 25 tahun. Para remaja ini diharapkan dapat menyelesaikan
sekolahnya, kemudian bekerja, lalu merencanakan untuk berumah tangga. Untuk
diketahui, hamil usia dini dapat meningkatkan risiko angka kematian ibu dan bayi.
Zega mengungkapkan, berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2010, seks
pranikah berisiko dilakukan pada anak-anak atau remaja pada usia 10-24 tahun.
Menurut Zega, media internet yang mudah diakses merupakan salah satu
pengaruh remaja melakukan perilaku seks pranikah.
KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH DAN REMAJA DI INDONESIA
Menurut Kemenkes RI (2010) usia adalah lamanya hidup
seseorang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu saat
ini. Usia sekolah berkisar antara usia 7-24 tahun. Menurut
Kementerian Kesehatan RI (2015) sesuai kategori dibagi menjadi
3 kelompok umur yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD,
13-15 tahun mewakili umur setingkat SMP/MTs, 16-18 tahun
mewakili umur setingkat SMA/SMK dan 19-24 tahun mewakili
umur setingkat perguruan tinggi.
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa
yang akan menjadi tumpuan kualitas bangsa dalam konteks
sumberdaya manusia yang akan datang. Kelompok usia anak
sekolah di Indonesia berjumlah sekitar 66 juta atau 28% dari
jumlah penduduk menurut hasil sensus penduduk 2010. Dari
jumlah tersebut, sekitar 46 juta atau 70% diantaranya bersekolah
baik di tingkat sekolah dasar (SD)/madrasah ibtidaiyah (MI);
sekolah menengah pertama (SMP)/madrasah tsanawiyah (MTs);
dan sekolah menengah atas (SMA)/sekolah menengah kejuruan
(SMK)/madrasah aliyah (MA) (Depkes RI, 2014). Sedangkan
jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta
jiwa, 26,67% diantara ya adalah remaja. Penduduk remaja (10-24
tahun) merupakan kelompok yang perlu mendapat perhatian
serius karena remaja termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja
(BKKBN, 2011).
Anak usia sekolah dan remaja dimengerti sebagai individu
yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa
dewasa.
Menurut
Departemen
Kesehatan
RI
(2009)
sekolah
berbasis
agama)
dengan
melaksanakan
kabupaten/kota
dengan
minimal
empat
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gizikia.depkes.go.id/sekretariat/anak-
usia-sekolah-menjadi-tumpuan-kualitas-bangsa/.
Diakses
R.
Y.
2013.
Kesehatan
Remaja
di
Indonesia,
Kementerian
Kesehatan
Republik