Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Fraktur kompresi adalah diskontinuitas dari jaringan tulang akibat dari
suatu penekanan atau tindihan yang melebihi kemampuan dari tulang tersebut.
Fraktur kompresi vertebra terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra
dalam menopang beban tersebut, seperti pada kasus terjadinya trauma. Pada
osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi gerakan sederahana seperti terjatuh
pada kamar mandi, bersin, atau mengangkat beban yang berat.
Fraktur kompresi vertebra merupakan jenis fraktur yang sering terjadi dan
merupakan masalah yang serius. Setiap tahun, sekitar 700.000 insidensi di
Amerika Serikat, dimana prevalensinya meningkat 25% pada wanita yang
berumur diatas 50 tahun. Satu dari dua wanita dan satu dari empat laki-laki
berumur lebih dari 50 tahun menderita osteoporosis berhubungan dengan fraktur.
Insidensi fraktur kompresi vertebra meningkat secara progresif berdasarkan
semakin bertambahnya usia, dan prevalensinya sama antara laki-laki (21,5%) dan
wanita (23,5%), yang diukur berdasarkan suatu studi pemeriksaan radiologi.
Meskipun hanya sekitar sepertiga menunjukkan gejala akut, awalnya semua
berhubungan dengan angka yang signifikan meningkatkan mortalitas dan
gangguan fungsional dan psikologis.
Penderita fraktur kompresi vertebra dapat mengalami penurunan kualitas
hidup yang berhubungan dengan kesehatan berdasarkan fungsi fisik, status emosi,
gejala klinis, dan keseluhuran performa fungsional, dan dampak terhadap
psikologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Vertebra
Vertebra adalah pilar yang berfungsi sebagai penyangga tubuh dan
melindungi medulla spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang
tersusun secara segmentel yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal (vertebra
servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas tulang lumbal
(vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sacral yang menyatu (vertebra sacral), dan 4
ruas tulang ekor (vertebra koksigea).1
supraspinosum
dan
intraspinosum,
ligamentun
Gambar 5. Otot yang memproduksi gerakan dari sendi intervertebrata torakal dan
lumbal
B. Definisi Fraktur Kompresi Vertebra
Fraktur kompresi adalah diskontinuitas dari jaringan tulang akibat dari
suatu penekanan atau tindihan yang melebihi kemampuan dari tulang
tersebut. Fraktur kompresi vertebra terjadi jika berat beban melebihi
6
awalnya
semua berhubungan
dengan angka
yang
signifikan
2. Posmenopausal osteoporosis
Merupakan penyebab tersering pada wanita yang berumur di atas
60 tahun. 2
3. Keganasan
Semakin bertambahnya usia begitu juga peningkatan resiko
terjadinya fraktur patologis akibat keganasan, dan multiple mieloma,
nekrosis avaskular, limpoma atau metastasis keganasan lain atau adanya
infeksi juga ikut berperan. Fraktur kompresi vertebra terjadi pada 50%
sampai 70% pasien dengan multiple mieloma.2
4. Osteoporosis Sekunder
Beberapa pasien ditemukan memiliki densitas tuang dibawah nilai
normal berdasarkan usia. Pada kasus ini penyebab sekunder dari
kehilangan masa tulang harus diperhatikan, seperti penggunaan terapi
glukokortikoid, penggunaan alkohol, hipogonadisme, dan endokrinopati
seperti hipertiroid, dan penyakit chusing, hiperparatiroid, dan diabetes
mellitus.2
E. Mekanisme Cedera
Pada cedera tulang belakang, mekanisme cedera yang mungkin adalah :
1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi)
Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering
pada leher. Ligament anterior dan diskus dapat rusak atau arkus saraf
mungkin mengalami fraktur. Cedera ini stabil karena tidak merusak
ligament posterior.4
5. Rotasi-fleksi
Cedera spina yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi
dan rotasi. Ligamen dan kapsul sendi teregang sampat batas
kekuatannya, kemudian dapat robek, permukaan sendi dapat
mengalami fraktur atau bagian atas dari satu vertebra dapat terpotong.
Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi ke depan
pada vertebra di atas, dengan atau tanpa kerusakan tulang. 4
6. Translasi horizontal
Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah
dapat bergeser ke anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak
stabil dan sering terjadi kerusakan saraf. 4
injuries
Seat belt fracture
posterior
Anterior, middle dan
Tidak stabil
posterior
F. Klasifikasi
Francis Denis mengembangkan konsep tiga kolum dari fraktur spinal
torakolumbal, awalnya konsep ini dikembangkan untuk mengklasifikasikan
fraktur spinal torakolumbal, namun dapat juga diaplikasikan pada tulang
10
Kolum medial:
-
Kolum posterior:
- Pedikel
- Sendi facet dan processus articular
- Ligamentum flavum
- Neural arch dan ligament interconnecting
Menurut sistem Denis ', trauma tulang belakang diklasifikasikan menjadi
cedera minor dan mayor, berdasarkan potensi risiko untuk menyebabkan
ketidakstabilan. Cidera minor adalah fraktur yang disebabkan dari prosessus
tranversus, prosessus artikular, pars interarticularis, dan prosessus spinosus
yang hanya melibatkan sebagian dari kolom posterior dan tidak menyebabkan
ketidakstabilan akut. cedera tulang belakang mayor diklasifikasikan ke dalam
empat kategori, semua didefinisikan dalam hal tingkat keterlibatan masingmasing dari tiga kolom, yaitu: compression, burst, seat-belt-type, dan fraktur
tipe fracture-dislocation. Setiap jenis fraktur juga dapat dibagi beberapa
subclass berdasarkan tingkat keparahan kerusakan. 7
11
Fraktur kompresi, adalah fraktur akibat kompresi dan terdapat fraktur dari
kolom anterior. Kolom tengah utuh dan bertindak sebagai engsel. Mungkin
terdapat cedera parsial dari kolom posterior, yang menunjukkan kekuatan
ketegangan di tingkat itu. kolom tengah yang kompeten mencegah fraktur
dari subluksasi atau kompresi elemen saraf oleh retropulsion fragmen dari
dinding posterior ke kanal. Empat subtipe dari fraktur kompresi dapat
diidentifikasi7:.
- Tipe A - keterlibatan kedua end plates
- Jenis B keterlibatan superior end plate
- Jenis C inferior end plate
- Jenis D - tekuk dari korteks anterior dengan kedua end plates utuh.
Burst fraktur, terjadi akibat beban aksial dari kedua kolum yaitu kolum
anterior dan kolom tengah yang berasal di tingkat satu atau kedua ujungpiring dari vertebra yang sama. Lima jenis burst fraktur dapat digambarkan. 7
- Tipe A: Fraktur pada kedua end-plates. tulang yang retropulsed ke
-
kanal.
Tipe B: Fraktur superior end-plate. Hal ini umum dan terjadi karena
rotasi.
Jenis E: Burst fleksi lateral. Jenis fraktur berbeda dari fraktur kompresi
lateral yang menyajikan peningkatan jarak interpediculate pada
anteroposterior pemeriksaan radiologis.
12
13
Gambar 12. fraktur dislokasi. Dari kiri ke kanan, tipe flexion-rotation tipe
flexion-distraction tipe shear (posteroanterior shear, anteroposterior shear)
G. Cedera Medula Spinalis
14
15
Anterior cord
Deskripsi
Lesi yang mengakibatkan hilangnya fungsi
motorik
dan
sensifitas
terhadap
nyeri,
Brown-sequard
Central cord
Dorsal cord
(posterior cord)
mempengaruhi propioseptif
Cedera pada sacral cord dan nervus lumbar
Conus medullaris
Cauda eqiuna
16
Description
Lengkap: tidak ada sensorik maupun motorik dibawah level
defisit neurologi
Tidak lengkap: sensorik maupun motoriknya menurun di
bawah level deficit neurologi
Tidak lengkap: sensorik baik dan fungsi motorik dibawah
defisit neurologi memiliki kekuatan otot dibawah 3
Tidak lengkap: sensorik baik namun kekuatan otot
motoriknya lebih dari 3 atau sama dengan 3
Fungsi sensorik dan motorik normal
18
2. Fungsional
Pasien yang mengalami fraktur kompresi memiliki level yang lebih
rendah dalam performa fungsional dibandingkan dengan control, lebih
banyak membutuhkan pembantu, pengalaman lebih sering mengalami
sakit saat bekerja, dan mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Penelitian terbaru pada pasien-pasien ini memiliki nilai yang
rendah pada indeks kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan
berdasarkan fungsi fisik, status emosi, gejala klinis, dan keseluhuran
performa fungsional. Oleh karena itu, banyak pasien yang mengalami
fraktur kompresi vertebra akan menjadi tidak aktif, dengan berbagai alas
an antara lain rasa nyeri akan berkurang dengan terlentang, takut jatuh
sehingga terjadi patah tulang lagi. Sehingga kurang aktif atau malas
bergerak pada akhirnya akan mengakibatkan semakin buruknya
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. 2
3. Psikologis
Kejadian depresi meningkat pada pasien yang menderita fraktur
kompresi vertebra, akibat nyeri kronis, perubahan bentuk tubuh,
detorientasi dalam kemampuan merawat diri sendiri, dan akibat bedrest
yang lama. Pasien yang mengalami depresi biasanya yang mengalami
lebih dari satu fraktur dan akan menjadi cepat tua dan terisolasi secara
sosial.2
I. Diagnosis
Diagnosis fraktur kompresi vertebra dapat dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dengan cara pasien berdiri,
sehingga tanda-tanda osteoporosis seperti kiposkoliosis akan lebih
tampak. Kemudian pemeriksaan dilakukan dengan menekan vertebra
dengan ibu jari mulai dari atas sampai ke bawah yaitu pada prosesus
spinosus. Fraktur kompresi vertebra dapat terjadi mulai dari oksiput
sampai dengan sacrum, biasanya terjadi pada region pertengahan thorak
(T7-T8) dan pada thorakolumbal junction. Ulangi lagi pemeriksaan
sampai benar-benar ditemukan lokasi nyeri yang tepat. Nyeri yang
19
20
4. CT Scan
Ct scan sangan berguna menggambarkan adanya fraktur dan dapat
memberikan informasi jika tentang adanya kelainan densitas tulang. CT
Scan dan MRI juga sangat penting dalam menentukan diferensial
21
22
23
fluoroscopy
atau
computed
tomography.
Kemudian
24
25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fraktur kompresi adalah diskontinuitas dari jaringan tulang akibat dari
suatu penekanan atau tindihan yang melebihi kemampuan dari tulang tersebut.
Fraktur kompresi vertebra terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra
dalam menopang beban tersebut, seperti pada kasus terjadinya trauma. Pada
osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi gerakan sederahana seperti terjatuh
pada kamar mandi, bersin, atau mengangkat beban yang berat.
Etiologi dari fraktur kompresi vertebra dapat dikarenakan oleh trauma,
posmenopausal osteoporosis, keganasan, ataupun osteoporosis.
Pada pasien yang tidak ditemukan adanya kelainan neurologis, pengobatan
pada pasien dapat berupa pengurangan rasa nyeri, dengan pembatasan bedrest,
penggunaan analgetik, bracing, latihan fisik, vertebroplasty dan kypoplasty.
26