Analisis Putusan MA RI Nomor 858 K/Sip/1971 tanggal 27 Oktober 1971
Pada intinya, Putusan MA RI Nomor 858 K/Sip/1971 tanggal 27 Oktober 1971 merupakan putusan mengenai kekuatan pembuktian dimana suatu keterangan saksi yang tidak disertai dengan sebab musababnya tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang sempurna. Mengenai keterangan saksi, Pasal 285 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa keterangan saksi yang dinyatakan dimuka sidang harus mengenai apa yang ia lihat dengan mata kepala sendiri, dia rasakan dengan persaannya sendiri, dan dia alami dengan panca indranya sendiri. Keterangan saksi yang didapat dari pihak ketiga hanya berdasarkan informasi disebut dengan testimonium de auditu atau kesaksisan yang tidak dapat diartikan sebagai saksi namun bersifat tambahan alat bukti, dan secara hukum kesaksian testimonium de auditu dalam hukum tidak diperkenankan sebagai alat bukti karena keterangan saksi tersebut tidak berhubungan dengan peristiwa hukum yang dialami sendiri oleh saksi. Sedangkan suatu saksi tanpa disertai sebab musababnya tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang sempurna (pasal 185 ayat (6) huruf (c) KUHAP). Bagi saksi, memberikan keterangan dalam persidangan disertai dengan sebab musababnya merupakan suatu kewajiban. Hakim dalam menilai keterangan saksi-saksi dalam persidangan tidak jarang menemui kebeneran bahwa saksi tidak mengetahui secara pasti mengenai perkara yang sedang diproses di pengadilan, seperti misalnya saksi tidak mengetahui secara pasti kapan, dimana, atau berapa atau hal lain mengenai kesaksian yang harusnya diketahui secara pasti oleh saksi secara pasti. Hal tersebut tentunya mengurangi nilai kekuatan pembuktian dalam suatu persidangan. Kesaksian tanpa sebab musabab tersebut juga dapat menghambat berjalannya suatu persidangan karena kurangnya alat bukti yang sah dan sempurna. Oleh karena itu hakim tidak diperbolehkan menjatuhkan putusannya jika saksi memberikan keterangannya tanpa disertai sebab musababnya atas kesaksiannya tersebut. hakim harus mendapatkan alat bukti yang sempurna lainnya untuk dapat menjatuhkan putusan. Apabila hakim telah menjatuhkan putusan dimana terdapat keterangan saksi diduga tidak disertai sebab musababnya, maka dapat dilakukan perlawanan dengan membuktikan bahwa keterangan saksi-saksi yang telah diterima dan dianggap bersesuaian dalam judex facti merupakan pertimbangan hukum yang tidak cermat dan keliru oleh hakim dalam menilai keterangan saksi-saksi. Misalkan membuktikan bahwa benar saksi hanya mendengar cerita dari orang-orang sekitar, atau misalakan bahwa benar saksi tidak mengetahui secara pasti mengenai kesaksiaannya.