Você está na página 1de 7

BETON

atau 1 MPa = (100/9,81) kg/cm2 ; gravitasi = 9.81 m/s2


( jika ditetapkan secara khusus oleh Konsultan Desain )

Memahami Mutu Beton fc (Mpa) dan Mutu Beton K (kg/cm2)


By Mahdi W 6/07/2012 Konstruksi, Konstruksi Beton, sipil
Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran
beberapa material sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi
material pembentuk ataupun pada proses pembuatannya.
Untuk itu kualitas bahan dan proses pelaksanaannya harus
dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.
Mutu Beton fc'
Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum
adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan
silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI
(American Concrete Institute).
MPa = Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.
Mutu Beton Karakteristik
Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik
minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan
menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.
Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama
.
Contoh :
K. 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus
15 x 15 x 15
Fc = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa, dengan benda uji
silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm

uji mutu beton


Berikut tabel konversi dari mutu beton fc ke beton K.

Contoh :
1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2
fc. 5 Mpa setara dengan = (5x10) / 0,83 = 50 / 0,83 = 60,24 kg/cm2
K. 100 kg/cm2 setara dengan = (100/10) x 0.83 = 10 x 0,83 = 8,3
Mpa
( cara praktis )
tabel diatas merupakan contoh yang bisa dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan mutu beton dalam pelaksanaan terkait dengan
pemahaman antara Kualitas Beton dengan fc ( Mpa ) dan K
( kg/cm2 ).
Untuk mengetahui kepastian komposisi campuran dan kualitas yang
diinginkan bisa dilakukan uji laboratorium Mix Design ( penyelidikan
material ) serta melakukan slump tes
tabel slump test beton
Penentuan nilai Fc bisa juga didasarkan pada hasil
pengujian pada nilai fck yang didapat dari hasil uji
tekan benda uji kubus bersisi 150 mm.
Dalam hal ini fc didapat dari perhitungan konversi
berikut ini :
Fc=(0,76+0,2 log (fck/15) fck
Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk
kebutuhan praktis bisa diambil berkisar 0,83
(sebagaimana penjelasan diatas).
Contoh :
K.300 (kg/cm2) ------> MPa. Dengan mengalikan 0,098
==> fck = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
Konversi K ke Fc sebagai berikut :
Fc=(0,76+0,2 log (fck/15) fck
K 300 = 300 kg/cm2 = ............MPa ;
1 MPa = (100/9,81) kg/cm2 ; gravitasi = 9.81 m/s2
1. K.300 = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
2. K.300 = (0,76 + (0,2xlog(29,4/15)))x29,4 = 24,06
MPa
terima kasih ..
semoga bermanfaat ....

Pengujian Tarik Baja


tabel konversi mutu beton
note :
Nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI

Faktor konversi benda uji kubus ke silinder = 0,83

Konversi satuan Mpa ke kg/cm2 ; 1 MPa = 1 N/mm2 =


10 kg/cm2

Ditulis pada 22 Juni 2013

Semua bahan padat akan berubah bentuk apabila diberi beban.


Perubahan bentuk tergantung pada besar beban, unsur kimia maupun
kondisi beban, bentuk benda uji, suhu, kecepatan pembebanan, dan
sebagainya. Suatu kurva yang menghubungkan antara beban dan
perubahan bentuk pada benda uji (deformasi) merupakan bagian
utama dari studi tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu. Akan
tetapi, biasanya pengujian itu agak berbeda bila bentuk geometrinya
berbeda, walaupun bahannya sama. Oleh karena itu bentuk benda uji

dibuatkan suatu standard yang sedemikian rupa sehingga kurva


tegangan-tegangan diperoleh juga merupakan standard pula.

1. Beban leleh : 10,23 KN

2. Beban maksimum : 12,38 KN


Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya tegangan
leleh dan kuat tarik baja. Benda uji yang digunakan adalah batang
3. Pertambahan panjang : L = (a + b) l0
logam yang berpenampang bulat atau persegi empat dengan ukuran
sesuai standard benda uji menurut Standardisasi Industri Indonesia
L = (92,4 + 39,48) 100 = 131,88 100 = 31,88 mm
(SII) atau PUBI 1982.
Sedangkan alat yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai
berikut :
1.

Mesin uji tarik

2.

Cetok

3.

Mesin gambar X-Y (X-Y Plotter)

4.

Kaliper

4. Diameter ditempat putus

Cara pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :


1.

Ukur dimensi benda uji, beserta jarak dua titik ukur awal.

2.

Pasang penolok ukur regangan pada benda uji.

3.

Perhatikan 2 indikator yaitu perpanjangan (mm) dan juga


beban (kN), catat beban untuk setiap perpanjangan terjadi
kelipatan 1 mm. Data ini yang akan digunakan dalam
membuat grafik hubungan antara tegangan dan regangan.

4.

Diameter ditempat putus


5. Luas penampang awal
Luas (A) = d = x 3,14 x 5,93 = 27,60 mm
6. Luas penampang akhir

Setelah selesai pengujian (benda uji telah putus), catat


Luas (A) = d = x 3,14 x 3,25 = 8,2 mm
diameter pada tempat putus dari keadaan putusnya benda uji.

Berikut adalah contoh hasil pengujian dan cara mengolah data hasil
pengujian

7. Tegangan leleh (batas ukur)


Tegangan leleh = P/A = 10,23 / 27,60 = 0,3706 kN/mm = 370,6 MPa

A. Benda uji :

8. Tegangan maksimum (kuat tarik)

Diameter pengenal : 5,85 mm


Diameter terukur :

Tegangan maksimum = P/A = 12,86 / 27,60 = 0,4659 kN/mm


9. Perpanjangan akhir (regangan)
Regangan = { L / l0 } x 100 % = { 31,88 / 200 } x 100 % = 15,94 %
10. Pengurangan luas ditempat putus
Pengurangan luas ditempat putus = { (A1 A2) / A1 } x 100% =
{ (27,60 8,2) / 27,60 } x 100% = 70,28 %
C. Kesimpulan

Tegangan leleh (batas ukur) = 370,6 MPa

Diameter Terukur

Tegangan maksimum (kuat tarik) = 465,9 MPa

Jarak dua titik ukuran awal (sebelum diuji) = 100 mm

Perpanjangan akhir (regangan) = 15,94 %

Pengurangan luas ditempat putus = 70,28 %

B. Hasil pengujian dan perhitungan

Menurut PUBI 1982 tabel 74-6, baja ini termasuk BJTP 24

Berikut adalah tabel hasil pengujian (perhatikan langkah pengujian no


3 diatas)

Grafik Tegangan Regangan

Tabel Hasil Pengujian


Berikut ini adalah grafik yang didapatkan dari tabel diatas

Grafik Pertambahan Panjang dan Pertambahan Beban

jembatan
Perencanaan Jembatan
PENDAHULUAN
I. Pengertian
Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang
menghubunkan suatu lintasan yang terputus akibat
suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara
melompati rintangan tersebut tanpa menimbulkan /
menutup rintangan itu.
Lintasan tersebut bisa merupakan jalan kendaraan,
jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan
rintangan tersebut dapat berupa sungai, jalan, jalan
kereta api, atau jurang (bisa juga berupa jurang
pemisah antar gedung bertingkat)
Jembatan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu mempunyai
Bangunan atas, Bangunan bawah dan Bangunan
pelengkap.
Bangunan atas adalah komponen jembatan yang
menerima beban kendaraan di atas perlekatan.
Termasuk katagori Bangunan atas adalah :
- Balok, Rangka, Dek yang terdiri atas plat, dsb.
- Perletakan.
Bangunan bawah adalah bangunan untuk
meneruskan beban ke tanah dasar. Bangunan bawah
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala jembatan
(abutment) atau pilar (pier) dan pondasi.
Termasuk katagori Bangunan bawah adalah :
- Kepala jembatan/pilar
- Pondasi untuk kepala jembatan/pilar

Termasuk katagori Bangunan pelengkap adalah :


- Perkuatan lereng dan apron pada dasar sungai.
- Jalan pendekat jembatan.
- Guard rails dan pasangan batu pengaman
II. Survey Jembatan
Ada pun tahapan perencanaan jembatan, sebagai
berikut :
Pekerjaan lapangan, meliputi semua survei yang
diperlukan.
Kriteria Perencanaan, meliputi klasifikasi jembatan,
karakteristik lalu-lintas, kondisi lapangan,
pertimbangan ekonomi, dll.
Penyiapan Peta Planimetris, yang merupakan peta
hasil survei topografi yang diperlukan sebagai peta
dasar perencanaan geometrik.

Perencanaan Geometrik, meliputi perencanaan


glagar, pondasi dan pilar
Geoteknik dan Material jembatan, menguraikan
pengolahan data geoteknik dan material untuk
keperluan konstruksi perkerasan jalan/glagar, podasi
dan tiang/pilar.
Hidrologi sungai, menguraikan analisis material yang
terbawa
Perkiraan Biaya, meliputi perhitungan kwantitas,
analisis harga satuan dan dokumen pelelangan.

PEMBAHASAN
I. Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan lapangan ini mencakup keseluruhan kegiatan
survei dan investigasi di lapangan untuk memperoleh
data-data akurat yang diperlukan dalam proses
perencanaan jembatan, yaitu :
Kegiatan lapangan yang perlu dilakukan meliputi
beberapa item, yaitu :
Data Penunjang
Survei Pendahuluan
Survei AMDAL
Survei Topografi
Survei Hidrologi
Survei Lalu lintas
Survei Geoteknik
Data Penunjang : data penunjang dan data dasar yang
tersedia, yang diperlukan sebagai referensi pada saat
pelaksanaan survei.
Kegiatan pengumpulan data penunjang dan analisis
atau studi data awal (desk study) ini sangat diperlukan
agar regu survei mendapatkan gambaran tentang
kondisi lokasi dan pencapaian lokasi, serta gambaran
rencana.
Data-data yang perlu di kumpulkan:
1. Peta :
Peta Jaringan Jalan : dari DPU, info.jaringan jalan yang
sudah ada di sekitar loasi rencana jembatan & batasbatas wilayah, skala peta antara 1:1.000.000
1:1.500.000
Peta Topografi : dari Direktorat Geologi dan Jawatan
Topografi A.D. (JANTOP), data yang paling fundamental,
karena merupakan peta dasar sebagai pedoman route
survei, skala peta antara 1:250.000 1:25.000
Peta Geologi Regional : dari Direktorat Geologi,
info.kondisi geologi (formasi batuan, proses
pembentukan, umur geologi suatu lapisan, struktur
geologi, dll.), skala peta 1:250.000
Photo Udara / citra satelit : info.batuan dasar dan
kelembabannnya dengan mengamati jenis vegetasi,
penyebaran serta kesuburannya serta memperkirakan

lokasi rawan gerakan tanah dan patahan serta lipatan.


Peta Rupa Bumi : dari BAKOSURTANAL, info.tata guna
lahan, skala peta 1:50.000 (peta topografi/peta dasar).
2. Data dan Informasi
Data Curah Hujan : dari BMG / Dinas Pertanian di
daerah-daerah, bila data tersedia maka dapat
menggunakan peta hujan sebagai pendekatan.
Informasi : sarana transportasi untuk menuju lokasi,
biaya hidup dilokasi survei, & cuaca dan suhu di lokasi,
dll.
Data dan peta yang terkumpul, dipilah pilah dan
dipelajari agar data dan peta yang benar-benar
diperlukan saja yang digunakan sebagai dasar.
II. Survai Pendahuluan Jembatan (Bridge
Reconnaissance Survey) dan Survai Topografi
Survai ini dimaksudkan untuk mengumpulkan secara
visual di lapangan guna mendukung usulan
penanganan jembatan baik penggantian jembatan
maupun pembangunan jembatan baru berdasarkan
pertimbangan teknis dan ekonomis.
Ruang lingkup survai pendahuluan jembatan meliputi
survai untuk menentukan :
- Perlu tidaknya jembatan diganti atau dibangun,
- Penempatan jembatan baru atau jembatan lama yang
akan direlokasi
Data penunjang :
Peta Indeks
Peta Indeks digambar dengan skala yang cukup
(biasanya 1:50000), dan pada peta
tersebut diplotkan dengan jelas lokasi jembatan yang
diusulkan atau alternatif
jembatan yang akan diselidiki, lokasi jembatan yang
mungkin, jalur komunikasi
yang ada, topografi umum dari daerah, dan kota-kota
penting.

PetaTopografi
Peta Topografi dengan skala 1:5000 yang disertai
penggambaran perkiraan
jalannya arus air (sungai dan anak-anak sungai) dan
perkiraan luas daerah yang
mempengaruhi debit anak-anak sungai dan debit
sungai yang akhirnya akan
mempengaruhi debit sungai di lokasi jembatan yang
diusulkan, yang kesemuanya
ini diplotkan di peta tersebut. Jarak garis batas daerah
pengaruh ini diambil dari
ketinggian garis tinggi kontur terhadap sungai/anakanak sungai, dengan melihat
keadaan tanah, kondisi curah hujan yang tidak merata.

Garis batas ini


dapat dipertimbangkan dalam jarak 100 m, 300 m,
1500m dari tepi sungai
dan Daerah Tangkapan Hujan (catchment area)dapat
dipertimbangkan
seluas 3 Km2, 15 Km2, dan di atas 15 Km2 sesuai
dengan keperluan.
Gambar Rencana Lapangan
Gambar Rencana lapangan digambar dengan skala
yang cukup yang menunjukkan
detail dari lokasi yang dipilih dan detail dari arus sungai
pada jarak 100 sampai 200
m ke arah hulu dan hilir dari lokasi yang dipilih.
Rencana tersebut harus menggambarkan detail hal-hal
berikut :
1. Nama sungai/jalan dan tanda Km terdekat.
2. Gambaran garis besar keadaan tepi sungai sewaktu
air rendah/tinggi.
3. Arah mengalirnya arus air
4. Alinemen jembatan lama dan usulan dari pertemuan
dengan alinemen yang diusulkan.
5. Sudut dan arah miringnya lintasan (skew), apabila
alinemen yang diusulkan tidak tegak lurus arah sungai.
6. Nama desa terdekat.
7. Lokasi dan reduksi dari patok (Bench Mark) yang
kelak akan dipakai sebagai peil 00.00.
8. Lokasi potongan memanjang dan potongan
melintang jalan dan sungai
9. Lokasi sumur dan boring dengan nomor
identifikasinya.
10. Lokasi seluruh bangunan-bangunan, tumbuh tumbuhan, batu, dan rintangan-rintangan yang
mungkin berpengaruh pada alinemen jalan.
Potongan Melintang
Potongan Melintang sungai pada lokasi jembatan
dibuat dengan skala horizontal
1:1000 dan vertikal 1:100. Potongan melintang
tersebut harus mengandung
informasi sebagai berikut :
1. Nama sungai, jalan atau pertemuan.
2. Garis dasar sungai dan tepi sungai sampai level di
atas ketinggian air banjir tertinggi.
3. Gambaran dari keadaan struktur lapisan tanah
(subsoil)
4. Muka air terendah, permukaan banjir rata-rata,
permukaan banjir tertinggi.
5. Bila terjadi arus pasang - surut, maka diperlukan
informasi tentang pasang terendah dan pasang
tertinggi, serta muka air laut rata - rata.
Potongan Memanjang
Potongan memanjang menunjukkan lokasi jembatan
dengan muka air terendah,
muka air rata-rata dan tertinggi, dan garis dasar sungai

dengan jarak yang cukup,


sepanjang garis sumbu jalan. Skala horisontal dapat
dipakai secukupnya,
sedangkan skala vertikal tidak boleh kurang dari 1 :
1000

6. Ketersediaan quarry (kualitas dan kuantitas) seperti


batu, tanah, pasir, kapur, dll.
7. Tempat tersedianya semen, baja, kayu yang
terdekat.
8. Kemudahan transportasi material.
9. Ketersediaan tenaga kerja terampil dan tidak
Potongan Melintang Tambahan
terampil
Potongan Melintang Tambahan arus pada jarak yang
10. Fasilitas rumah/bedeng untuk pekerja selama
tepat, arah hilir dan hulu dari
pekerjaan
lokasi jembatan yang diusulkan. Harus ditunjukkan juga 11. Detail-detail dari jembatan lain yang melompati
jarak dari lokasi
sungai / rintangan yang sama, dalam jarak yang
jembatan, ketinggian banjir dan ketinggian air
terdekat (kalau ada)
terendah, dan bila ada potongan
12. Ketersediaan tenaga listrik
melintang dimana muka air banjir sedikit lebih tinggi
13. Ketersediaan fasilitas pelayanan (telepon, sumber
dari tepi sungai. Pada
tenaga, suplai air, dll) dan cara mendapatkannya.
Gambar Indeks harus ditunjukkan letak potongan, arah
utara dan arah aliran air,
Pemilihan Lokasi
rencana survai kontur dan rencana lokasi.
Lokasi jembatan baru yang akan dibangun agar
mempertimbangkan segi-segi
Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
teknis, ekonomis, sosial, dampak lingkungan, serta
Peta Daerah Aliran Sungai di daerah lokasi usulan
estetika yang mencakup
jembatan garisnya digambarkan
alinemen jalan dan kecepatan rencana.
pada peta topografi, dan bisa dihitung luas daerahnya
Disamping itu perlu diperhatikan masalah yang
dengan cara
berkaitan dengan pembebasan
membandingkannya dengan jumlah bujur sangkar
tanah dan bangunan, adanya timbunan atau galian
yang dicakupnya.
yang terjadi sesuai dengan
kondisi tanah ash (existing ground) yang ada dan
masalah - masalah lainnya,
ProfilTanah,bisa ditentukan dengan cara visual.
sehingga lokasi jembatan dapat terletak pada tempat
Data-data Yang Dikumpulkan
yang ideal dengan
Diusahakan untuk mendapatkan data-data berikut :
memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
1. Nama sungai/Jalan/Jalan Kereta Api/lain-lain yang
1. Arah jembatan sedapat mungkin tegak lurus arah
dilintasi oleh Jembatan
aliran sungai.
2. Lokasi B.M (Bench Mark) terdekat berikut reduksi
2. Pilih arus sungai yang tenang, sedapat mungkin
ketinggian dilokasi jembatan terhadap B.M (Bench
hindari arus sungai yang deras / mengikis
Mark) tersebut.
3. Di daerah alur sungai yang pendek dengan tepi yang
3. Volume kendaraan sekarang dan prediksi volume
kuat.
kendaraan yang akan datang (20 tahun) yang
4. Kedua tepi yang ada sedapat mungkin lebih tinggi
menggunakan jembatan tersebut.
dari muka air banjir dan kuat.
4. Data-data hidraulis sungai antara lain
5. Lapisan keras (rock) sedapat mungkin tidak terlalu
a. Potongan melintang sungai tiap - tiap 5 M', masingjauh dari dasar sungai.
masing 20 m kearah hulu dan 20 m kearah hilir dari
6. Jaian pendekat (oprit) dari jembatan sedapat
lokasi jembatan.
mungkin ekonomis, antara lain dilakukan dengan cara :
b. Muka air banjir tertinggi (Banjir 20 th)
- Hindari penyempitan profil sungai.
c. Muka air rata-rata
- Oprit jembatan harus mempunyai daerah bebas
d. Muka air terendah
pandang yang sesuai.
e. Benda hanyutan yang dihanyutkan (kayu besar,
- Sedapat mungkin lokasi jangan berdekatan dengan
lahar dingin, dan lain - lain)
percabangan aliran.
f. Kontur tanah di lokasi jembatan / potongan melintang - Hindari tempat-tempat bersejarah, yang dianggap
tanah sepanjang rencana lokasi jembatan.
keramat, dan
g. Catatan navigasi/lalu-lintas (jenis
tempat-tempat penting lainnya, yang kira-kira nantinya
kapal/perahu/kereta api/bis/truk dalam hal ini yang
sulit dalam
dimaksudkan guna profil ruang bebas)
pembebasan tanahnya.
h. Catatan dari pekerjaan air yang besar (dam,
7. Hindari tikungan tajam dari oprit
bendung, saluran pengairan dll)
5. Kemungkinan adanya daerah patahan pada lokasi
Bentang, Lebar dan Tipe Jembatan

Dalam menetapkan panjang bentang, lebar dan tipe


jembatan harus
memperhatikan stabilitas tebing, profil sungai, arah
aliran, sifat-sifat sungai, bahanbahan yang terbawa akibat arus pengerasan vertikal
dan horizontal, kepadatan
dan pembebanan lalu-lintas. Apabila jalan pendekat
jembatan terletak pada
daerah rawa, di atas tanah lembek dan tanah hasil
pemadatan (compressible)
yang akan menimbulkan masalah stabilitas dan
penurunan, maka dapat
disarankan penambahan panjang bentang, perbaikan
tanah atau kemungkinan
penanggulangan lainnya.
Pada pelebaran jembatan lama, tipe dan jenis
jembatan hendaknya disesuaikan
dengan tipe dan jenis jembatan lama dan arah
pelebaran disesuaikan
dengan kondisi setempat.
Hidrologi
Data hidrologi yang perlu dikumpulkan dalam survai
pendahuluan jembatan adalah
data yang dapat digunakan langsung untuk
perencanaan meliputi antara lain :
sifat morfologi sungai, periode banjir, serta banjir
terbesar yang pernah terjadi
dalam kurun waktu 50 tahun dan data curah hujan
pada pos-pos pengamatan
yang mempengaruhi.
Penentuan Lokasi dan Jenis Penyelidikan Tanah
Penentuan tanah diperlukan untuk menetapkan jenis
dan lokasi penyelidikan tanah
yang diperlukan (sondir, bor, SPT, test pit, stabilitas).
Dalam menentukan perkiraan jenis pondasi jembatan,
dapat dipergunakan cara
dengan membandingkannya dengan jenis pondasi
jembatan lama, jenis
lapisan tanah dasar serta sifat-sifat tebing.
DataJembatan Lama
Dalam hal jembatan lama akan digunakan sebagai
jembatan darurat
selama pembangunan jembatan baru, maka perlu data
kekuatan serta kondisi
jembatan lama.
Material/Quarry
Untuk menghindari harga material yang tinggi
diperlukan adanya data/tempat
pengambilan material (quarry) yang dekat dengan
lokasi jembatan yang akan
dibangun. Dalam hal ini perlu ditentukan lokasi

pengambilan material dengan


perkiraan mutu sesuai dengan persyaratan. Biasanya
peta quarry dapat diperoleh di
DPUP setempat.
Foto Dokumentasi
Dalam survai pendahuluan dibuat foto dokumentasi
mengenai keadaan jembatan
lama, keadaan sungai dan keadaan lokasi perkiraan
jembatan baru.
a. Pengambilan foto pada jembatan lama meliputi :
1. Foto jembatan dari arah hulu
2. Foto jembatan dari arah hilir
3. Foto jembatan dari arah jalan masuk
4. Foto jembatan dari arah jalan. keluar
5. Foto-foto lain yang dianggap diperlukan perhatian
khusus dalam perencanaan
Untuk foto jembatan lama sebaiknya diberikan
identitas yang jelas tertulis dalam
Foto.
b. Pengambilan foto rencana lokasi jembatan
baru/relokasi meliputi
1. Dari hulu kearah hilir.
2. Dari hilir kearah hulu.
3. Dari jalan masuk kearah jalan keluar (rencana lokasi
kepala jembatan).
4. Dari jalan keluar kearah jalan masuk (rencana lokasi
kepala jembatan).
5. Foto perspektif rencana lokasi jembatan .
6. Foto lainnya yang memerlukan perhatian khusus
dalam perencanaan.
Pada foto tersebut di atas agar dicantumkan tandatanda antara lain, arah aliran
sungai, rencana sumbu jembatan, rencana lokasi
kepala jembatan, dan lain-lain.
Survei Topogafi
Merupakan pengukuran yang bertujuan memindahkan
kondisi permukaan bumi dari lokasi yang diukur pada
kertas yang berupa peta planimetri. Peta ini akan
digunakan sebagai peta dasar untuk plotting
perencanaan geometrik jembatan.
Hal-hal yang perlu di perhatikan :
1. penempatan lokasi titik silang dan titik-titik
perpanjangan garis lurus
2. penempatan garis sumbuh, yang meliputi
penempatan garis-garis lurus dan lokasi belokanbelokan
3. pengukuran topografi
4. sipat-datar profil dan potongan melintang
pembuatan gambar-gambar pengukuran : Peta
planimetris, potongan melintang & profil.

Você também pode gostar