Você está na página 1de 3

IKHTIAR DAN DOA ADALAH

KUNCI BAGI MELLA SEMBUH


DARI KANKER OTAK
Mella (25): Kanker Otak
Hal yang paling penting keyakinan dari dalam diri sendiri jika kita bisa. Kita
harus terus berusaha. Ini adalah ujian dari Allah SWT sebagai proses hidup.
Jangan hanya bisa mengeluh! Terus ikhtiar dan berdoa adalah kunci!
Gadis seusianya tentu sedang mengalami masa-masa indah dalam hidup.
Mahasiswi Universitas Diponegoro ini tak pernah membayangkan bahwa dirinya
mengidap penyakit mematikan. Ia yang amat menyukai drama Korea, tak
menyangka nasibnya sama dengan akhir kisah Endless Love, drama kesukaannya.
Setelah dokter memvonisnya mengidap kanker otak, seakan keceriaan pada raut
muka gadis periang ini berangsur menghilang.Mella Holida (25) merasa pengalaman
hidup yang ia lalui sarat dengan hikmah. Mella yang saat itu tengah menjalani awalawal masa kuliah di tahun 2009 mengaku tak pernah menyangka bisa mengidap
kanker di otaknya. Mella merasakan perubahan yang sangat drastis pada
hidupnya.Awal mula gejala yang ia alami adalah gangguan pendengaran. Ia
kemudian mendatangi dokter spesialis THT. Memang sudah nasib, bukannya
membaik malah rasa sakit di kepala sering menyerang. Keadaan ini semakin parah
hingga penglihatannya juga terganggu. Tak jarang Mella jatuh pingsan dan kejang.
Mulai saat itu hidup Mella berubah.Mella dibawa orang tuanya kembali ke
Bojonegoro. Kuliahnya kemudian harus dipindah agar orang tua Mella bisa terus
memantau perkembangan kesehatan buah hati mereka. Mella kemudian dirawat di
sebuah rumah sakit ternama di Surabaya. Dokter hanya menyebutkan bahwa dari
hasil MRI terdapat cairan di orak Mella. Kala itu dokter belum mengetahui jika Mella
mengidap kanker di otaknya.Tahun 2010, Mella menjalani operasi pengambilan
cairan di otaknya. Pasca operasi, tim dokter baru mengetahui jika terdapat kanker di
otaknya. Tim dokter hanya berani mengambil sampel dan tidak mengambil seluruh
kanker di otak Mella. Mereka takut jika Mella akan mengalami kelumpuhan. Dokter
akhirnya memutuskan agar Mella menjaladi terapi menggunakan radiasi.Hari-hari
setelah menjalani operasi, Mella merasakan hal yang berbeda dengan tubuhnya. Ia
sering merasa eror, sistem motoriknya memburuk, keseimbangan tubuh menurun,
kemampuan pengindraannya semakin lemah, dan memori otaknya sebagian tidak

bisa dipakai. Kanker yang hinggap di otaknya semakin mendesak, bahkan hingga
tulang
tengkoraknya
mengalami pembesaran
akibat desakan kanker
otaknya.Keadannya semakin memburuk. Ia sejenak tinggalkan bangku kuliah untuk
berusaha melawan penyakitnya. Di tengah perjuangan Mella melawan penyakitnya,
tak sengaja teman orang tuanya membawa koran yang berisi kisah sukses terapi
kanker ,menggunakan listrik statis yang dikembangkan oleh Dr. Warsito P. Taruno,
M. Eng yang berhasil menyembuhkan Willy, pemuda penderita kanker otak yang
sudah lumpuh dan tidak berdaya, dalam waktu beberapa bulan. Singkat cerita, Mella
dibawa orang tuanya menuju Tangerang untuk mendapatkan terapi menggunakan
alat ini.Orang tua Mella hanya guru sekolah menengah pertama. Keluarganya hidup
sederhana. Namun berapapun biaya yang ditanggung demi kesembuhan anaknya
tak pernah dipikirkan oleh orang tua Mella. Biaya melakukan operasi yang sangat
mahal kala itu juga tak pernah dianggap menjadi beban. Semua demi Mella.Mella
mendapatkan pemeriksaan oleh tim fisika medis di Tangerang. Tak membutuhkan
waktu lama, Mella mendapatkan alat terapi berupa helm yang telah didesain khusus
untuk mengurangi aktivitas sel kanker di otak bagian kirinya. Mella mengaku, awal
mula memakai alat ini memang ia sering merasa mual dan berkeringat sangat
banyak. Keringatnya pun berbau lebih tajam, begitu pula ketika buang air besar.
Namun ini adalah pertanda bila sedang terjadi proses penekanan pada aktivitas sel
kanker hingga sel-sel itu mati dan tidak berkembang.Dalam waktu enam bulan,
kondisi Mella membaik. Ia tak lagi mengalami kejang di seluruh tubuhnya.
Penglihatanpun kembali normal dan memori otaknya membaik. Ia yang sebelumnya
susah mengutarakan isi di dalam otaknya, berangsur dapat kembali berdiskusi.
Akhirnya Mella melalui masa-masa kritis itu.Sarjana sastra Inggris ini kini memilih
untuk menetap di Tangerang. Ia ingin dekat dengan tempat terapi Edwar Technology
agar kankernya bisa segera hilang tak berbekas. Rasa syukur selalu mengisi hati
Mella. Ia merasa beruntung menjadi salah satu dari ribuan orang yang sembuh
menggunakan alat terapi karya anak bangsa ini. Mella ingin hidup normal kembali,
menikah dan membangun keluarga yang bahagia tanpa kembali dihantui rasa takut
dengan penyakit mematikan itu.Memang ujian hidup ini telah diatur Tuhan sesuai
dengan kadar kekuatan manusia. Manusia yang bisa melewati ujian Tuhan tentu
akan naik kelas menjadi pribadi yang lebih baik. Bagi mereka yang tidak lulus, bisa
jadi Tuhan menurunkan tingkat ujian yang Dia berikan agar manusia bisa
melewatinya. Kisah Mella ini dapat menjadi bukti jika Tuhan selalu memberi kasih
sayang pada makhluknya.

Regita

Putri

IX D / 31

Você também pode gostar