Você está na página 1de 8

Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti dan Aedes
albopictus yang telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita penyakit DBD sebelumnya.
Kedua nyamuk Aedes ini tersebar luas di rumah-rumah dan tempat umum di seluruh wilayah
Indonesia, kecuali di tempat-tempat yang ketinggiannya lebih dari1000

meter di atas

permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue (DBD) tingkat kematian tinggi terutama pada
anak-anak. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian DBD maupun Demam
Dengue (DD) yang tinggi.
Demam Berdarah (DB) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis dan sub tropis.
Penyakit DBD dapat menyebabkan kematian pada penderita dan angka kesakitan di berbagai
negara sangat bervariasi dan bergantung pada berbagai macam faktor, seperti status
kekebalan dari populasi, kepadatan fektor dan frekuensi penularan (sering terjadi penularan
virus Dengue), prevalensi sero tipe virus Dengue dan keadaan cuaca. Penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini perlu penanganan yang serius mengingat
dapat membahayakan keselamatan nyawa manusia (Soegijanto, 2006; Triyani, 2010).
Jika penderita penyakit DBD tidak mendapat perawatan yang memadai maka penderita DBD
dapat mengalami perdarahan yang hebat, syok dan dapat menyebabkan kematian.
Untuk membantu mengubah perilaku masyarakat
pencegahan DBD sangatlah

diperlukan karena sangat

menjadi lebih terlibat dalam


mustahil dapat memutus rantai

penularan. Penggunaan model perilaku ABC merupakan cara yang efektif untuk memahami
mengapa perilaku bisa terjadi dan merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan perilaku
yang diharapkan karena dalam model perilaku ini terdapat konsekuensi yang digunakan
untuk memotivasi agar frekuensi perilaku yang diharapkan dapat meningkat serta model
perilaku ABC ini berguna untuk mendesain intervensi yang dapat meningkatkan perilaku,
individu, kelompok, dan organisasi. Dalam hal ini perilaku yang diharapkan frekuensinya
meningkat ialah keterlibatan masyarakat dalam pencegahan DBD.

Isi
Teori A-B-C
Model perilaku ABC ialah suatu model perubahan perilaku yang terdiri dari
Antecedent-Behavior-Consequence. Teori dalam model perilaku ABC ini sesuai dengan
The lawfullness of behavior dalam ilmu perilaku yang disampaikan oleh Asad (1998).
Asad mengemukakan bahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya stimulus, tidak
ada tingkah laku manusia yang terjadi tanpa adanya stimulus,stimulus merupakan sebab
terjadinya perilaku, dan semakin besar stimulus yang ada maka semakin besar
kemampuannya untuk menggerakkan tingkah laku.
Penggunaan model perilaku ABC merupakan cara yang efektif untuk
memahami mengapa perilaku bisa terjadi dan merupakan cara yang efektif untuk
meningkatkan perilaku yang diharapkan karena dalam model perilaku ini terdapat
konsekuensi yang digunakan untuk memotivasi agar frekuensi perilaku yang diharapkan
dapat meningkat serta model perilaku ABC ini berguna untuk mendesain intervensi yang
dapat meningkatkan perilaku, individu, kelompok, dan organisasi. Dalam hal ini perilaku
yang diharapkan frekuensinya meningkat ialah perilaku aman.
A. Antecedent (anteseden)
Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu
perilaku (Holland & Skinner, 1961 ; Sulzer-Azaroff & Mayer, 1977 ; Bandura,
1977 ; Miller, 1980). Anteseden yang secara reliable mengisyaratkan waktu untuk
menjalankan perilaku dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya suatu perilaku
pada saat dan tempat yang tepat.
Anteseden ada 2 macam, yaitu :
1. Anteseden yang terjadi secara alamiah (naturally occurings antesendents)
Yaitu perilaku yang dipicu oleh peristiwa-peristiwa lingkungan.
2. Anteseden terencana
Pada perilaku kesehatan yang tidak memiliki antesenden alami, komunikator
bisa mengeluarkan berbagai peringatan yang memicu perilaku sasaran.
B. Behavior (perilaku)

Ciri-ciri suatu perilaku membawa implikasi penting bagi penyusunan strategi


komunikasi (Nelson & Hayes, 1981). Ketika mengamati perilaku sasaran,
komunikator mempertimbangkan apakah :
a. Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam frekuensi yang cukup
b.

Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam jangka waktu yang mencukupi

c. Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam bentuk yang diharapkan


d.

Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam saat yang tepat

e. Perilaku sasaran tidak ada sama sekali


f.

Ada perilaku tandingan

g.

Perilaku sasaran merupakan perilaku yang kompleks.

C. Consequence (konsekuen)
Konsekuensi adalah peristiwa lingkungan yang mengikuti sebuah perilaku,
yang juga menguatkan, melemahkan atau menghentikan suatu perilaku (Holland &
Skinner, 1961 ; Miller, 1980). Secara umum, orang cenderung mengulangi perilakuperilaku yang membawa hasil-hasil positif (konsekuensi positif) dan menghindari
perilaku-perilaku

yang

memberikan

hasil-hasil

negative.

Istilah

reinforcement mengacu pada peristiwa-peristiwa yang menguatkan perilaku.


Reinforcement positif adalah peristiwa menyenangkan dan diinginkan,
peristiwa ramah yang mengikuti sebuah perilaku. Tipe reinforcement ini
menguatkan perilaku atau meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut akan terjadi
lagi (Baer, Wolf & Risley, 1969, Miller, 1980). Reinforcement negative adalah
peristiwa atau persepsi dari suatu peristiwa yang tidak menyenangkan dan tidak
diinginkan, tetapi juga memperkuat perilaku, karena seseorang cenderung
mengulangi sebuah perilaku yang dapat menghentikan peristiwa yang tidak
menyenangkan.
Orang akan mencoba menjalankan berbagai perilaku untuk mengakhiri
peristiwa negative. Perilaku yang pada akhirnya bisa menghentikan suatu peristiwa
kemungkinan besar bisa dicoba lagi di masa mendatang (Rimm & Masters, 1979 ;
Karoly & Harris, 1986).

Rantai abc
Hubungan antara peristiwa-peristiwa lingkungan dengan perilaku sering
disebut sebagai rantai ABC (Antecendent-Behavior-Consequence) . Hubungan ini
mempunyai beberapa implikasi dalam komunikasi kesehatan.
1. Anteseden atau Konsekuen
Kejadian serupa kadang-kadang dapat berfungsi sebagai antesenden dan di saat lain
sebagai konsekuens, tergantung bagaimana hal kejadian tersebut mempengaruhi
perilaku.
2. Kekuatan Konsekuen
Teori ABC menjelaskan konsekuens mengarahkan lebih banyak pengaruh terhadap
kelangsungan pelaksanaan perilaku daripada pengaruh yang diberikan oleh
antesenden (Miller, 1980).

Keterkaitan dalam rantai abc


Program komunikasi yang paling berdayaguna adalah program yang memperkuat
keterkaitan antara antesenden, pelaksanaan perilaku dan konsekuensnya. Di samping
memicu perilaku dalam bentuk pengingat dan improvisasi tambahan, strategi anteseden
dapat juga memperkuat jalinan antara konsekuens dan perilaku sasaran

Strategi ini mampu memasarkan konsekuens


Strategi tersebut bisa menjanjikan konsekuens yang menyenangkan
Strategi tersebut mampu mengajarkan kepada yang lain bagaimana memantapkan
perilaku.

Analisis
Desa Sibea merupakan bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja
Puskesmas Lampasio yang juga merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan
Kabupaten Toli-Toli. Warga di Desa tersebut terkena DBD. Lokasi DBD berada di desa
di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus
DBD menyerang 22 anak-anak dari 100 anak di desa tersebut pada minggu pertama.
Minggu berikutnya menjadi 38 anak yang terkena DBD. Minggu selanjutnya menjadi 45
anal yang terkena DBD. Kasus tersebut terjadi saat musim hujan ditambah perilaku
masyarakat yang tidak melakukan pencegahan terhadap demam berdarah dengue seperti
mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi dan menutup tempat penampungan
air yang dapat meningkatkan kasus DBD di desa tersebut. Berikut penjelasan analisis
4

pencegahan demam berdarah dengue pada anak-anak dengan komunikasi perubahan


perilaku

a-b-c :

Anteseden
Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu
perilaku (Holland & Skiner, 1961 ; Bandura,1977 ; Miller, 1980). Melihat batasan
tersebut menunjukan bahwa dengan adanya anteseden dapat memicu untuk
terjadinya perilaku seseorang, artinya dengan adanya sebuah peristiwa seperti
terkena demam berdarah dengue bisa menjadikan seseorang untuk berperilaku
seperti mencegah agar tidak terkena demam berdarah dengue. Proses anteseden pada
kasus ini

termasuk anteseden yang terjadi secara alamiah (naturally occurings

antesedents) karena semakin meningkatnya kasus DBD, masyarakat banyak


melakukan usaha untuk membasmi nyamuk yang menyebabkan penyakit DBD.
Behavior (perilaku)
Kasus DBD meningkat, maka masyarakat melakukan pemberantasan penyakit
demam berdarah dengue (DBD) agar tidak mengenai anak-anak lain yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti seperti melakukan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan mengubur barang-barang bekas, menguras
bak mandi dan menutup tempat penampungan air (3M) serta menaburkan serbuk
abate agar jentik-jentik nyamuk mati. Memasang kawat anti nyamuk di seluruh
ventilasi rumah, memasang kelambu di ranjang tidur, memakai anti nyamuk, dan
mengenakan pakaian yang cukup bisa melindungi dari gigitan nyamuk juga
dilakukan masyarakat untuk mencegah terkena DBD. Karena memasuki musim
hujan, masyarakat juga menjaga lingkungannya dari nyamuk jenis aedes aegypti.
Consequence (konsekuen)
Konsekuensi adalah peristiwa lingkungan yang mengikuti sebuah perilaku,
yang juga menguatkan, melemahkan atau menghentikan suatu perilaku. Kasus ini
termasuk reiforcement positif. Reinforcement mengacu pada peristiwa-peristiwa
yang menguatkan perilaku. Reinforcement positif adalah peristiwa menyenangkan
dan diinginkan, peristiwa ramah yang mengikuti sebuah perilaku.

Tipe

reinforcement ini menguatkan perilaku atau meningkatkan kemungkinan perilaku


tersebut akan terjadi lagi.
Desa tersebut yang awal mulanya kasus DBD meningkat saat musim hujan
tiba, menjadi menurun karena masyarakat melakukan PSN- 3M. Semakin banyak

masyarakat sadar akan pentingnya melakukan PSN- 3M maka semakin sedikit


jumlah anak yang terkena DBD. Selain itu masyarakat mulai rajin memeri abate
pada bak mandi nya, memberi kelambu pada tempat tidur, memasang kawat anti
nyamuk di seluruh ventilasi rumah dan pencegahan lain yang dapat dilakukan untuk
mencegah terkena DBD. Jika musim hujan datang lagi, warga di Desa Sibea akan
melakukan tindakan preventif agar kasus DBD di desa tersebut tidak terjadi lagi.

Kesimpulan
Model perilaku ABC ialah suatu model perubahan perilaku yang terdiri dari
Antecedent-Behavior-Consequence. Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk
tahap atau pemicu perilaku. Behavior adalah reaksi dari anteseden. Konsekuensi adalah
peristiwa lingkungan yang mengikuti sebuah perilaku, yang juga menguatkan, melemahkan
atau menghentikan suatu perilaku
Pada Desa Sibea termasuk anteseden yang terjadi secara alamiah karena semakin
meningkatnya kasus DBD, masyarakat banyak melakukan usaha untuk membasmi nyamuk
yang menyebabkan penyakit DBD. Behavior (perilaku) pada masyarakat adalah setelah
dilakukan penyuluhan, masyarakat melakukan pemberantasan penyakit demam berdarah
dengue (DBD) agar tidak mengenai anak-anak lain yang belum terkena DBD. Consequence
(konsekuen) dari kasus DBD tersebut adalah DBD yang terjadi pada anak-anak menurun
setelah masyarakat melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M (menguras,
mengubur dan menutup). Saat musim hujan selanjutnya, warga desa tersebut sudah
mengetahui tindakan preventif apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadi demam
berdarah dengue (DBD).

DAFTAR PUSTAKA
Erma.

2014.

10

Tips

Mencegah

Demam

Berdarah

Dengue.

[online]

http://www.kolomsehat.com/10-tips-mencegah-demam-berdarah-dengue-dbd/.
Diakses pada 11 November 2015 pukul 19.30 WIB
Hairani,

Lila

Kesuma.

2009.

[online]

http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCkQFjACah
UKEwjHs5TPtYjJAhVKj5QKHd70DH0&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile
%3Ffile%3Ddigital%2F124729-S-5794-Gambaran%2520epidemiologiPendahuluan.pdf&usg=AFQjCNGjwWAqstSEgXje27ONjqn83Ypcvw&sig2=5HXZf2
DKfJVLNP0XbuPKzA. Diakses pada 11 November 2015 pukul 18.14 WIB
Irlianti, Ayu, Endang Dwiyanti.2014. Analisis perilaku aman tenaga kerja menggunakan
model perilaku ABC. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 3
(1), 94-106
Unknown. 2014. Gerakan 3M Plus Tetap Cara Terbaik Cegah Demam Berdarah. [online]
http://dinkesriau.net/berita-182-gerakan-3m-plus-tetap-cara-terbaik-cegah-demamberdarah.html. Diakses pada 11 November 2015 pukul 19.45 WIB
Unknown.

2014.

Teori

ABC

(Antesenden-Beavior-Consequence).

[online]

http://halifmardian.student.unej.ac.id/?p=9. Diakses pada 11 November 2015 pukul


17.05 WIB

Você também pode gostar