Você está na página 1de 15

BASEL III SEJARAH PERKEMBANGANNYA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pentingnya

manajemen

resiko

bagi

perbankan

Syari'ah

untuk

mengetahui sejauh mane resiko yang akan muncul dimasa yang akan datang
agar kite mampu mengantisipasi dan meminimalaisir resiko yang muncul. Ada
berbagai macam resiko yang dihadapi dalam perbankan syariah yaitu resiko
operasional, resiko hukum, resiko, strategis, resiko kepatuhan, resiko pasar,
resiko pembiayaan, resiko investasi, resiko, likuiditas, resiko imbal hasil dan
resiko reputasi.
Perkembangan Bank Islam yang pesat harus diimbangi dengan adanya
peraturan perbankan terkait manajemen risiko yang berpengaruh aktif. Semua
perbankan harus diatur dan diawsasi agar bank Islam mampu berjalan sesuai
koridor yang ada. Industri keuangan syariah sebagai bagian dari pasar
keuangan global sangat terpengaruh oleh standar internasional.
Ada pun peraturan Internasional yang mulai diterbitkan, yaitu Basel I
sebagai peraturan dan pengawasan standar internasional dalam pengelolaan
kecukupan modal bank untuk menyerap kerugian yang terjadi sehingga
mencegah terjadinya masalah yang sistematis. Keberadaan Basel I mampu
memberikan banyak perubahan dalam sistem keuangan dunia. Untuk
menyempumkan kerangka permodalan Basel I make peraturan internasional
menerbitkan konsep permodalan barn yang lebih dikenal dengan Basel 11.
Perjalanan Basel II membawa dua perubahan dalam, regulasi perbankan.
Sebagai penyempurna Basel II diterbitkalah Basel III.
Peraturan internasional ini ditttiukan untuk menciptakan peraturan
bersama dalam rangka memperkuat stabilitas dan kesehatan sistem perbankan
inetrnasional, menciptakan kerangka sistem yang adil dalam mengukur
kecukupan modal secara inetrnasional dan mendapatkan kerangka yang
konsisten untuk mengurangai ketidaksamaan kompetisi antar bank yang

bergabung di tingkat internasional.Dengan demikian, peraturan internasional


yang terbentuk dalam Basel I, Basel II dan Basel III perlu untuk di perhatikan
dan diketahui, terutama pada Basel III yang dibahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah diterbitkannya Basel III ?
2. Bagaimana tujuan diterbitkannya Basel III ?
3. Bagatipana kerangka kerja pada Basel III ?
4. Bagaimana ketentuan pada Basel III ?
5. Bagaimana Kerangkan kerja pada Basel III ?
6. Bagaimana rencana penerapan Basel III ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Terbitnya Basel III


Basel III merupakan peraturan yang lengkap dengan mengatur dan
mengawasi jalannya bank. Akan tetapi, bayang-bayang terjadi krisis keuangan
masih menghantui. Terbukti dengan kembali dengan terjadinya krisis ekonomi
dan keuangan pada 2007-2008. Faktor pemicu utamanya karena banyaknya
bank yang terlilit utang tinggi, pada laporan posisi keungan yang dilaporkan
(on-balance sheet) maupun laporan posisi keungan yang tidak dilaporkan (offbalance sheet). Akibatnya, terjadi penggerusan tingkat dan kualitas modal
yang dimiliki bank. Secara bersamaan, terjadi keterkaitan risiko, keuangan
yang sistematis dan tidak didukung likuiditas yang mencukupi dan timbullah
krisis.
Berdasarkan permasalahan yang menyebabkan krisis inilah, muncul
pemikiran untuk menyempurnakan peraturan permodalan yang ada, yaitu
Basel II. Akhirnya pada akhir tahun 2010, BCBS mempublikasikan dokumen
yang berjudul Basel III : Global Regulatory Framework for More Resilient
Banks and Banking Sistem. 1
Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 tanggal 12 Desember
2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, berlaku
pada 1 Januari 2014. Dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang
sehat dan mampu berkembang Berta bersaing secara nasional maupun
internasional, maka Bank perlu meningkatkan kemampuan untuk menyerap
risiko yang disebabkan oleh kondisi krisis dan/atau pertumbuhan kredit
perbankan yang berlebihan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas
permodalan Bank sesuai dengan standar internasional yang berlaku yaitu
Basel III.
1

' Imam Wahyudi,dkk, Manajemen Risiko Bank Islam, (Jakarta: Salemba Empat,2013), hal 45-46

B. Tujuan Diterbitkannya dan cakupan Basel III


Pada dasarnya, Basel III diterbitkan sebagai penyempurna alas Basel II.
Menurut the BCBS Basel III memiliki dua tujuan utama, yaitu:
1. Memperkuat aturan tentang permodalan dan likuiditas global melalui
peningkatan ketahanan sektor perbankan;
2. Meningkatkan

kemampuan

sektor

perbankan

dalam

menghadapi

guncangan yang timbul akibat terjadinya krisis keuangan dan tekanan


ekonomi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, aturan Basel III dibagi menjadi
tiga bagian utama sebagai berikut:
1. Pembaruan ketentuan permodalan (terdiri antara lain: kualitas, dan
kuantitas modal, cakupan resiko secara komprehensif, leverage ratio
penyangga konservasi modal (capital conservation buffers) dan (countercydical capital buffer)
2. Pembaruan ketentuan likuiditas (rasio-rasio jangka pendek dan jangka
panjang);
3. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan peningkatan stabilitas
sistem keuangan.2
Secara umum ruang lingkup dokumen Basel III mengenai kewajiban
modal dan likuiditas global mencakup aspek-aspek sebagai berikut (Bank
Indonesia, 2012) :
a. Penguatan Kerangka Permodalan Global
1. Meningkatkan kualitas, konsistensi dan transparansi permodalan
2. Mengembangkan cakupan rasio
3. Tambahan persyaratan modal berbasis resiko dengan leverage ratio
4. Mengurangi Procydicality dan meningkatkan countercydical buffer
5. Penanganan terhadap resiko sistemik dan keterkaitan antar lembaga
keuangan
b. Pengenalan Standar Likuiditas Global
2

http://www.fiskal.dcpkeu.go.id/20I0/adoku/2012%5Ckajian%5Cpkppim`/`5CDampak_E
konomi_Penerapan_Base1_III.pdf, diunduh pada 20 Maret 2014

1. Liquidity Coverage Ratio (LCR)


2. Net Stable Funding Ratio (NSFR)
3. Monitoring Tools
Dalam rangka menyempumakan Basel II, Basel III menyarankan bank
untuk

memperkuat

sisi

pengaturan

mikroprudensial

dalam

upaya

meningkatkan kesehatan dan daya tahan individual bank dalam menghadapi


krisis. Syarat yang harus dipenuhi adalah kualitas dan level permodalan yang
lebih tinggi dengan fokus utama pada komponen modal saham dan pentingnya
ketersediaan kecukupan cadangan modal yang harus dimiliki oleh individu
bank dengan membentuk conservaion buffer.
Selain

itu,

cakupan

aspek

makroprudensial

lainnya

mencakup

pengembangan indikator untuk memantau tingkat procylicality sitem keungan.


Bank yang bersifat sistematis harus meyiapkan cadangan modal di saat
ekonomi dalam kondisi baik dengan tujuan menyerap kerugian di masa krisis.
Ini disebut dengan countercydical capital biffer. Tambahan modal lain yang
dibutuhkan adalah capital surcharge bagi institusi lembaga keungan yang
dipandang mengandung risiko sistematis. Karena terdapat keterkaitan sangat
erat antara aspek mikro, yakni kondisi bank, dengan aspek makro ekonomi
sehingga kedua aspek tersebut perlu dimonitor secar berkesinambungan.3
C. Ketentuan pada Basel III
Ketentuan yang terdapat paba Basel III yang tidak terjabarkan pada Bsel
sebelumnya, yaitu adanya perubahan pada:
1. Struktur permodalan
Adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja
perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari
dana internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur modal adalah
struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek.4

3
4

Ibid. hal.46
http://ekonomi.kabo.biz/2011/02/pengertian-struktur-modal.html.diunduh pada 20 Maret 2014

2. Capital conservation buffer


Adalah tambahan modal yang berfungsi sebagai penyangga (buffer)
apabila terjadi kerugian pada periode krisis.5
3. Countercydical capital buffer
Adalah tambahan modal yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) untuk
mengantisipasi kerugian apabila terjadi pertumbuhan kredit perbankan
yang berlebihan sehingga berpotensi mengganggu stabilitas sistem
keuangan.
4. leverage ratio
Adalah rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan
perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang
terdiri dari hutang jangka panjang, saham.6
5. Penguatan manajemen likuiditas
Untuk struktur permodalan, Basel II tidak terdapat capital conservation
buffer, sedangkan pada Basel III bank diwajibkan menyediakan capital
conservation buffer sebesar 2,5% dalam kondisi normal. Namun, dalam
kondisi stress, capital conservation buffer ini dapat ditarik untuk menyerap
kerugian. Basel III jugs memperkenalkan countercydical capital buffer (CCB)
sebesar 0%-2,5% dari common equity atau modal yang dicadangkan khusus
untuk menyerap kerugian dari siklus bisnis dan penerapannya tergantung dari
kondisi masing-masing negara. Rasio kecukupan modal minimum atau capital
adequacy ratio (CAR) masih tetap sebesar 8%, tetapi apabila bank ingin dapat
memberikan dividen, share buyback, bonus, dan memitigasi risiko dari siklus
bisnis, rasio kecukupan modal minimum adalah sebesar 13%.
D. Kerangka Kerja Pada Basel III
Basel III merupakan standar global terbaru untuk pengaturan kecukupan
modal dan likuiditas perbankan. Aturan ini memang ditujukan untuk
5
http://www.bi.go.id/id/peraturan /perbankan/Documents/pbi_151213rev.pdf, diunduh pada
20 Maret 2014
6
http://www. kaj ianpustaka.com/2012/rasio-solvabi litas.htmi#sthash. Vv4fKft S.dpuf,
diunduh pada 20 Maret 2014

menanggapi krisis keuangan global dengan sejumlah persyaratan. Pada Basel


III, bank perlu untuk mempertahankan 4,5 persen saham umum dan 6 persen
dari modal inti dari aset-aset terbeban risiko.
Terdapat tiga poin utama dalam Basel III, yakni pengaturan cadangan
modal konservasi, pengenaan rasio utang dan penguatan manajemen
likuiditas. Untuk manajemen likuiditas, Basel III menerapkanpengukuran
stanadr minimum. Bagi bank yang aktif secara internasional, anturan barn ini
menggunakan dua pengukuran, yakni liquidity coverage ratio dan longerterm
structural ratio. Rasio pertama digunakan untuk mengetahui ketahanan bank
dalam memenuhi likuiditas jangkan pendek, kurang dari 30 hari. Rasio kedua
digunakan untuk memaeu bank menggunkan sumber pendanaan yang stabil.
Tidak hanya itu, Basel III memperkenalkan adanya penyangga tambahan
seperti countercydical buffer bebas. Dengan ini, para regulator nasional bisa
menetapkan modal tambahan 2,5 persen pada periode-periode pertumbuhan
kredit yang tinggi. Basel III juga memperkenalkan rasio leverage sebesar 3
persen dan mensyaratkan dua rasio likuiditas.
Langkah-langkah yang diusulkan Basel III juga bertujuan meredam
kondisi sektor finansial yang pro-siklikal dan mengurangi risiko sistemik,
termasuk dengan cara menyikapi permasalahan likuiditas.7
Basel III seharusnya sudah harus diimplementasikan pada tahun 2013.
Semua bank diwajibkan untuk memperkuat cadangan modal dengan
menambahkan total cadangan inti, dimana saat ini 2% menjadi 7%. Pada
tahun 2015, bank mengalokasikan modal inti (lapis 1) minimum 4,5% dari
DPK. Selanjutya, pada 2018, bank wajib menyediakan modal konversasi
sebagi dana cadangan minimum 2,5%. Sehingga, total modal berkualitas yang
harus dihimpun bank pada 2019 menjadi 8%.8
1. Peningkatan kualitas permodalan melalui perubahan komponen dan
persyaratan instrumen modal sesuai dengan kerangka Basel III antara lain:
7
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011 / 12/01 / 16222961 /Basel.III.Anti sipasi.Kri
sis .Global, diunduh pada 20 Maret 2014
8

Ibid, hal.46-47

a. Komponen modal inti (Tier 1) yang terdiri atas:


1) Modal inti utama (common equity Tier 1) yaitu instrumen modal
berkualitas tinggi dalam bentuk saham biasa (common stock) dan
tidak memiliki fitur preferensi dalam pembayaran dividen/imbal
hasil.
2) Modal inti tambahan (Additional Tier 1) yaitu penyempurnaan
komponen modal inovatif yang berupa saham preferen atau
instrumen utang yang bersifat subordinasi, tidak memiliki jangka
waktu, pembayaran dividen atau imbal basil bersifat non kumulatif,
dan tidak memiliki fitur step up.
b. Komponen modal pelengkap (Tier 2) yaitu instrumen utang yang
bersifat subordinasi, memiliki jangka waktu paling kurang 5 (lima)
tahun, dan tidak memiliki fitur step up
2. Bank wajib menyediakan modal inti (Tier 1) paling rendah sebesar 6%
(enam persen) dari ATMR dan modal inti utama (Common Equity Tier 1)
paling rendah sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari ATMR baik
secara individual maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
3. Bank yang memenuhi kriteria tertentu wajib membentuk tambahan modal
sebagai penyangga (buffer) di atas kewajiban penyediaan modal minimum
sesuai profit risiko yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Capital Conservation Buffer sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari
ATMR untuk Bank yang tergolong dalam Bank Umum Kegiatan
Usaha (BUKU) 3 dan BUKU 4 yang pemenuhannya secara bertahap;
b. Countercydical Buffer dalam kisaran sebesar 0% (nol persen) sampai
dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR bagi seluruh Bank;
dan
c. Capital Surcharge untuk D-SIB dalam kisaran sebesar I % (satu
persen) sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR untuk
Bank yang ditetapkan berdampak sistemik.
4. Jangka waktu penyesuaian rasio permodalan, pemberlakuan komponen
modal, dan pembentukan tambahan modal sebagai penyangga (buffer)

E. Rencana Penerapan Basel III


Basel III secara mendasar menyajikan reformasi yang dilakukan oleh
BCBS untuk memperkuat permodalan dan standar likuiditas dengan tujuan
untuk meningkatkan ketahanan sektor perbankan terhadap krisis. Kemampuan
sektor perbankan menyerap shock yang teriadi karena tekanan keuangan dan
perekonomian diharapkan dapat mengurangi penyebaran risiko dari sektor
keuangan terhadap perekonomian.
Basel III memperkenalkan juga standar likuiditas baik untuk jangka
pendek yaitu liquidity coverage ratio (LCR) dan untuk jangka yang lebih
panjang yaitu net stable funding ratio (NSFR). Secara mendasar, kedua
standar likuiditas merupakan lompatan baru yang dimaksudkan untuk
melengkapi monitoring tools yang sudah ada untuk memantau likuiditas bank
dan sekaligus dapat digunakan sebagai pembanding kondisi likuiditas antar
bank.
Kerangka permodalan dan standar likuiditas Basel III secara bertahap
akan mulai diterapkan pada Januari 2013 hingga implementasi penuh pada
Januari 2019. Melihat rentang waktu yang disediakan untuk adopsi penuh
Basel III ini maka tidak dipungkiri bahwa diharapkan persiapan termasuk
penilaian dampak atas Basel III dapat dilakukan secara komprehensif sehingga
pada saat penerapannya dapat berjalan dengan baik.
Inisiatif penerbitan CP Basel III oleh Bank Indonesia akan memuat
pokok-pokok pemikiran arah kebijakan dan pengaturan Basel III di Indonesia.
Dalam dokumen tersebut dibahas rekomendasi pengaturan permodalan sesuai
Basel III berdasarkan studi literatur atas dokumen Basel III, peraturan
perundang-undangan yang berlaku, hasil studi dampak kuantitatif, referensi
terkait lainnya, serta masukan dari pengawas, perbankan dan lain-lain.
Selanjutnya untuk memudahkan pemahaman, struktur CP akan disajikan
dalam format paparan substansi Basel III dan usulan pengaturan yang
diperbandingkan dengan ketentuan relevan yang berlaku saat ini.9
9

Bank Indonesia Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Grup Penelitian dan
Pengaturan Bank u.p. Divisi Basel, (Jakarta: 2012), hal.4-5

D. Efek Basel III Terhadap Perbankan Di Indonesia


Indonesia, di bawah Bank Indonesia, telah menerapkan Basel II sejak
tahun 2007. Belum selesai dengan Basel II, krisis global melanda. Basel
Committee pun melakukan pengkayaan kembali terhadap kerangka regulasi
tersebut sehingga dipublikasikanlah Basel III yang dinamakan International
Regulatory Framework for Banks pada tahun 2011 yang diharapkan akan bisa
selesai diimplementasikan di seluruh dunia pada awal tahun 2019.
Sebagai bagian dari kerangka pengaturan modal bank, sebagaimana
halnya Basel I, Basel II dan Basel 2,5, Bank Indonesia memandang bahwa
perlu melakukan langkah-langkah untuk menyiapkan implementasi Basel III
dengan baik agar sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dan
berkontribusi baik dalam perkembangan industri perbankan nasional ke depan.
Basel III kini sudah diadopsi oleh Bank Indonesia melalui PBI no 15/
12 /PBI/2013 mengenai KPMM bank umum. Ada 7 hal yang dikedepankan:10
1. Meningkatkan kualitas modal
2. Memperbaiki cakupan risiko khususnya risiko pihak lawan (counterparty)
3. Melengkapi ketentuan KPMM dengan leverage ratio minimal 3%
4. Lebih mengamankan perbankan dari pengaruh bank yang dinilai sistemik,
dimana bank yang dinilai sistemik diminta menyediakan modal tambahan
sebesar 1%-2.5%
5. Mengurangi procyclicality dengan mengharuskan bank memelihara
countercyclical buffer sebesar 0%- 2.5%
6. Meningkatkan daya tahan bank pada masa krisis dengan meminta bank
menyediakan capital conservation buffer modal tier 1 sehingga paling
tidak tahan selama 3 bulan selama krisis terjadi.
7. Menetapkan standar likuiditas. Dari ketujuh perubahan tadi, PBI diatas
baru mengadopsi nomor 1, 4, 5 dan 6 dengan mengikuti jadwal
pemberlakukan seperti yang diatur pada Basel III.

10

Pardi Sudrajat, Dampak Basel III Pada Perbankan Dan Ekonomi, (Online Pada:
http://www.bara.or.id/risk_management/regulation/basel/Basel_III, diakses pada tanggal 21 April
2014)

Jadi besar kemungkinan Bank Indonesia atau OJK segera akan


mengeluarkan aturan lainnya, dan bank perlu mempersiapkan diri akan dapat
memenuhi ketentuan tersebut.
Kalau sekarang KPMM ditetapkan 8% plus modal sesuai profil risiko
misalkan 2%, total 10%. Setelah Basel III diterapkan, maka KPMM harus
ditambah 2.5% modal T1 atau TCE (tangible common equity), plus counter
cyclical buffer 0% - 2.5%, maksimum 15%. Apabila bank dinilai sistemik,
maka maksimum KPMM akan menjadi 17.5%. Ini baru modal regulasi. Diluar
itu, bank juga harus menyediakan modal untuk membiayai rencana ekspansi,
biaya akuisisi perusahaan lain apabila ada, dan biaya untuk belanja modal
seperti modernisasi core banking, buka cabang, menambah ATM dsb.
Ketentuan standar likuiditas mengharuskan bank memenuhi dua hal:
(1) Liquidity coverage ratio (LCR) meminta bank memelihara aset likuid
minimal 100%, yang dinilai cukup untuk melindungi bank dalam kondisi
stress selama 30 hari kedepan. (2) memenuhi rasio net stable funding ratio
(NSFR) minimal 100%, sebagai jaminan bank mempunyai sumber dana
menengah panjang untuk mendanai aset dan aktivitas bank lainnya.
Hal yang perlu diperhatikan, apabila bank memenuhi ketentuan tersebut,
maka bank wajib memelihara aset likuid dan menanggung negative carry,
artinya imbal hasil yang diperoleh dari penempatan aset lebih kecil dari biaya
dana. Kerugian tersebut logikanya diserap pada biaya kredit (dalam bentuk
bunga atau provisi), sehingga bunga kredit kemungkinan besar naik. Efek
ikutan mungkin terjadi seperti kenaikan NPL, perlambatan pertumbuhan
kredit, penurunan laba bank, dan pada skala lebih luas menurunkan
pertumbuhan ekonomi.
Studi dari IIF, estimasi penurunan GDP sebesar 3% pada negara G3 (US,
Eropa, Jepang) pada saat Basel III diimplementasikan secara penuh. Studi dari
Basel Committee (BCBS), dampak pada GDP sebesar 0.2% setiap tahun
selama 4 tahun untuk setiap kenaikan 1% TCE. Sesuai studi BCBS, setiap
kenaikan aset likuid sebesar 25%, memberikan dampak penurunan GDP
sebesar 0.1% selama 4 tahun kedepan. Namun demikian, Basel III diyakini

akan memberikan dampak positif bagi industri perbankan pada jangka


panjang.
Secara sederhana, bank harus memperkuat aspek permodalannya,
kualitas good corporate governance, kualitas manajemen risiko, dan
transparansi. Namun pada tingkat teknis, seperti biasanya, pasti ada rumusan
dan kebijakan terbaru dalam penerapannya di bank, misalnya berbagai rasio
atau perhitungan matematis yang mencerminkan pengelolaan dana bank yang
sesuai dengan tujuan Basel III ini. Jadi siap-siap saja perbankan Indonesia
mengutak-atik perhitungan baru dari kecukupan modal atau rasio-rasio
keuangan atau manejemen lainnya. Yang jelas, kerangka permodalan dan
kerangka likuiditas Basel III secara bertahap akan mulai diterapkan pada
Januari 2013 hingga implementasi penuh pada Januari 2019. Padahal
penerapan Basel II di Indonesia sendiri baru selesai pada akhir tahun 2012.

BAB HI
PENUTUP

Kesimpulan
Peraturan internasional yang tertuang pada Basel-basel diharapkan mampu
memberikan yang terbaik untuk berlangsungnya perbankan di dunia internasional
maupun nasional. Penerapan peraturan ini bermaksud untuk membentuk
perbankan secara keseluruhan agar lebih berhati-hati dalam menghadapi risiko.
Basel III merupakan peraturan perbankan yang menjadi acuan dalam
perbankkan internasional penyempuma Basel II. Dimana pada Basel III lebih
ditegaskan mengenai permodalan dan likuiditas untuk menghadapi risiko yang
mungkin timbul akibat praktik pemberian kredit atau pinjaman dan investasi yang
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Imam Wahyudi,dkk. 2013. Manajemen Risiko Bank Islam. (Jakarta: Salemba
Empat)
Bank Indonesia Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Grup
Penelitian dan Pengaturan Bank u.p. Divisi Basel. 2012. Jakarta
http://ekonomi.kabo.biz/2011/02/pengertian-struktur-modal.htmi
http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/pbi_l 51213re.pdf
http://www.kajianpustaka.com/2012/rasiosolvabilitas.html#sthash.Vv4fKfiS.dpuf
bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/12/01/1622296I/Basel.III.Antisipasi.krisi.
Global.
http://www.fiskat.depkeu.go.id/2010/adoku/2012%5Ckajian%5Cpkppim%5CDa
mpak_Ekonomi_Penerapan_Basel_II I .pdf

Você também pode gostar