Você está na página 1de 11

Eksistensi Mahasiswi untuk

Indonesia Jaya (Happy 50th


KOHATI)

50 tahun sudah KOHATI


mengabdi untuk Indoneisa. 50 tahun
bukanlah usia yang muda lagi bagi
organisasi mahasiswi, seiring usia
yang sudah mulai menginjak tua,
sudah banyak kontribusi KOHATI
untuk ibu pertiwi berupa ide dan
gagasan, proses pembinaan internal
kader, respon terhadap problematika
perempuan

serta

terdistribusinya

para almuni yang menduduki posisi


strategis

di

berbagai

bidang

pembangunan.
2 Jumadil Akhir 1386 H
bertepatan

dengan

tanggal

17

September 1966 M merupakan hari


bersejarah bagi keluarga besar HmI
khususnya

KOHATI.

Momentum

lahirnya KOHATI adalah dimana


kondisi politik di Indonesia pasca
tragedi G30S/PKI merupakan masa
yang cukup menegangkan bagi HmI
dan

Indonesia.

pendapatnya

Nurhayati

Mengutip
Jamaz

mengungkapkan

bahwa

situasi

sosial-politik pada sekitar tahun 1966


menyebabkan timbulnya hasrat dan
semangat

dari

masyarakat

seluruh

unsur

ada

untuk

kekuatan

dalam

yang

mempersatukan

menumpas gerakan PKI pada waktu


itu. PKI merupakan lawan ideologis
HmI yang masuk melalui pintu
Gerakan
Upaya

Wanita
HmI

(GERWANI).

untuk

langsung

bersentuhan

pada

gerakan

keperempuanan

membawa

konsekuensi logis masuknya HmI ke


kancah

perjuangan

gerakan

perempuan, baik formal maupun


informal. Sebagai langkah taktis
untuk masuk ke wilayah perempuan
akan lebih efektif bila HmI memiliki
kelompok

kepentingan

(interest-

group) yang dapat diperhitungkan


sebagai bagian langsung dari gerakan
perempuan yang berbasis organisasi
perempuan.
Lahirnya KOHATI inilah
yang merupakan bukti nyata dalam
menghadapi

berbagai

keperempuanan,

isu

HmI

mempunyai

pandangan

depan

sebelum

telah
jauh

ke

negara

menformulasikan

pemberdayaan

perempuan.

Lahirnya

KOHATI

merupakan

upaya

untuk

meningkatkan kualitas dan peran


HmI-Wati dalam mencapai tujuan
HmI,

serta

memikirkan

kondisi

perempuan di setiap level. Sebagai


organisasi perempuan, KOHATI juga
bertanggungjawab atas terciptanya
adil dan makmur yang dapat ditandai
dengan proses transformasi perannya
sebagai

pencetak

dan

pembina

muslimah sejati untuk menegakan


dan mengembangkan nilai-nilai keIslaman dan juga ke-Indonesiaan.
Di era modern saat ini,
masalah perempuan menjadi isu
sentral yang intens diperbicangkan
mulai

dari

kekerasan

perempuan,

terhadap
KDRT,

pemerkosaan/pelecehan

seksual,

kekerasan terhadap Pekerja Rumah


Tangga baik dalam negeri maupun di
luar negeri, kematian ibu melahirkan,
maraknya

perempuan

pengidap

HIV/AIDS, penggunaan Narkoba,


akses

perempuan

pembangunan,

kuota

dalam
30%

perempuan dalam politik-legislatifeksekutif, sehingga terwujud realitas

kemiskinan

yang

berwajah

perempuan.

Terbukti

dengan

banyaknya gerakan-gerakan terhadap


kasus tindak kekerasan yang dialami
kaum perempuan. Para stakeholder
yang memiliki wewenang dalam
memberikan perlindungan terhadap
hak-hak perempuan terkesan tidak
responsif

terhadap

kasus

yang

menimpa perempuan. Dari fakta


ketimpangan

tentang

perempuan

yang ada, hal tersebut membutuhkan


keterlibatan perempuan dalam hal
ide,

gagasan,

pengambilan

partisipasi
kebijakan

dalam
maupun

melalui aksi nyata.


Optimalisasi
gerakan

KOHATI

peran
harus

dan
sejalan

dengan program kerja yang akan


dilaksanakan.

Perumusan

pola

gerakan pun harus sesuai dengan


basis

masyarakat

yang

ada.

Penguatan basis masyarakat juga


sangat

penting

buat

KOHATI,

sebagai titik pijak untuk melakukan


perubahan yang optimal akan kondisi
masyarakat dari problem-problem
sosial. Sudah saatnya KOHATI harus
terjun kemasyarakat yang riil, untuk
melakukan

proses-proses

transformasi sosial demi sebuah


pencapaian

Perempuan,

KOHATI

dan Pembangunan di Indonesia.


Dalam
tantangan

upaya

menjawab

tersebut,

KOHATI

membentuk dasar kebijakan yang


terformulasi

secara

integral

dan

komprehensif sehingga gerakan yang


dilakukan dapat mengenai sasaran
yang

tepat,

terdapat

pedoman

pembinaan yang mengatur tentang


perkaderan di internal, serta Plat
Form

KOHATI

problematika

yang

merespon

perempuan

secara

menyeluruh. Seluruh anggota yang


sudah menjadi bagian dari KorpHMI-wati

mempunyai

tanggungjawab
terutama

untuk

peduli

dilingkungan

sekitar,

dimulai dari lingkungan terdekat


disekitar kita. Dunia Kampus. Dunia
kampus yang dipenuhi oleh para
mahasiswa/I

yang

merupakan

tonggak bangsa. Masa depan bangsa


ini diciptakan oleh para pemuda
bangsa Indonesia itu sendiri, bahkan
nama
sejarah

Mahasiswa

telah

menjadi

tersendiri

bagi

bangsa

Indonesia.

Eksistensi

Mahasiswa

sudah terkenal di Indonesia ini akan

perannya

untuk

Indonesia,

sedangkan Mahasiswi masih kurang


akan eksistensinya. Padahal, jika
ditinjau lebih dalam lagi, Perempuan
itu akan membawa perubahan yang
bisa lebih besar, karna apabila baik
Perempuan di Bangsa tersebut maka
Majulah Negara tersebut.
Menurut Fitriani (Formatur
Ketua Umum Korp HmI-Wati ) dari
dulu hingga kini, Kohati lebih paling
banyak mengalami kendala yang
berasal dari internal Kohati itu
sendiri. Menurut Fitriani, luasnya
cakupan

dan

banyaknya

cabang

Kohati se-Indonesia yang berjumlah


159 cabang dan tersebar di 33
provinsi, ini menjadi kendala besar
ketika harus menjangkau temanteman di daerah terpencil. Meski
pada kepengurusan Kohati periode
sebelum-sebelumnya

dinilainya

sudah berjalan maksimal, hanya


karena

cakupan yang

luas

dan

banyak, menjadikan hambatan itu


selalu terus terjadi. Sudah saatnya
Kohati kembali pada dasarnya, yakni
di internal Kohati membawa isu
keperempuanan dan penyadaran isuisu tentang itu, baik bagi HmI-wati

maupun

HmI-wan.

Adapun

di

eksternal, Kohati melakukan dan


mengawal isu-isu keperempuanan
dan

menjawab

segala

persoalan

keperempuanan Indonesia. Saat ini,


baik di pusat atau daerah, Kohati
terus mengawal bersama dengan
organisasi perempuan lainnya, untuk
mengekspos

atau

mengadvokasi

beberapa hal menyangkut persoalan


perempuan, seperti KDRT, TKW,
dan buruh perempuan. kata Fitri.
Saat
melupakan
karena

ini

Kohati

aktivitas

lebih

sedikit

di

banyak

kampus,
berbicara

eksternal kampus. Kegiatan Kohati


di kampus itu yang kurang, karena
itu Kohati harus eksis kembali di
kampus. Berawal dari kampus inilah
nantinya kedepannya bisa membuat
Indonesia

menjadi

lebih

Maju

dengan karya-karya anak bangsa ini.


Ini juga harus berbarengan dengan
langkah HmI kembali ke kampus,
menggalakkan kegiatan intelektual
dan pro-gam lainnya di kampus.
Secara riil, Kohati harus memenuhi
kebutuhan mahasiswi di kampus,
dengan

menciptakan

figur

di

kampus, agar menjadi suri tauladan

bagi

semua

mahasiswa,

keintelektualannya

baik

maupun

kesalehan sosial. Karena itu Kohati


harus melahirkan muslimah yang
berkualitas insan cita. Perempuan
yang memiliki wawasan intelektual
yang baik, bertangung jawab, penuh
dengan nilai keislaman, dan selalu
berusaha terbaik untuk masyarakat.
Semua

itu

untuk

mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur.


Itu tujuan besar dari HMI, Kohati
ada untuk pencapaian itu.
Secara konteks Indonesia, ke
depan Kohati masih akan lebih
banyak

mengawal

keperempuanan.

Saat

isu
ini

yang

diperlukan perempuan bukan hanya


kesetaraan
bagaimana

dan

pengakuan,

menyadarkan

tapi
semua

orang,laki-laki dan perempuan akan


sensitif gender, dan itu menjadi
bagian

tugas

dari

Kohati.

Menyuarakan hak-hak perempuan


dengan bersinergi dengan lembaga
masyarakat keperempuanan, untuk
satu tujuan menyuarakan aspirasi
perempuan tapi dengan membawa
nilai keislaman dan keindonesiaan.
Langkah awal yang harus dilakukan

adalah

mengoptimalkan

semua

struktur Kohati dari pusat, Badko,


Cabang, hingga komisariat. Selain
itu,

Kohati

pun

tetap

akan

menciptakan pola training yang akan


memberikan

kapasitas,

dan

mengasah potensi kader Hml-wati.


Dengan seperti itu, diharapkan akan
lahir paling kurang 20 persen di
tingkat

cabang

se-Indonesia

perempuan HmI yang siap lahir


berkontribusi di segala hal. Saat ini
lebih banyak alumni Kohati yang
menjadi pendidik, dalam dua tahun
ke depan diharapkan akan lahir
perempuan HmI siap bertarung di
semua

ranah.

Terkait

persoalan

gender, tantangan yang besar adalah


berasal dari diri perempuan itu
sendiri. Masih ada keengganan dari
perempuan

karena

persoalan

kultural, seperti norma dan stigma di


masyarakat.
bangsa

Persoalan

budaya

masih

belum

ini

memungkinkan

perempuan

beraktivitas di luar. Karena itu


Kohati

harus

memberikan

bekerja

keras

kesadaran

dan

pemahaman di masyarakat, tentu


dengan

nilai

keislaman,

keindonesiaan yang menjadi ciri


Kohati.
Oleh karena itu, HMI-wati
dituntut untuk menjadi Wanita yang
Sarjana dan Sarjana yang Wanita.
Wanita yang Sarjana artinya HMIWati harus menjadi insan akademis
yang memiliki kapasistas intelektual,
nalarkritis, jiwa kepemimpinan dan
skill karena para perempuan/wanita
nantinya

akan

menjadi

sekolah

pertama bagi anak-anaknya yang


menjadi generasi penerus bangsa
yang

menjadi

motor

untuk

perubahan bangsa dan akhlak agar


menjadi

lebih

baik

sedangkan

Sarjana yang Wanita mengandung


arti bahwa para Sarjana HMI-Wati
harus

senantiasa

menyadari

kodratnya sebagai perempuan dan


perannya

sebagai

Ibu/Istri

dan

Anggota masyarakat secara luas.


Dengan ulang tahun Kohati yang ke
50 tahun ini, Kedepannya Kohati
harus lebih eksis lagi dimulai dari
dunia kampus, karena eksistansi
didunia kampus itu sangat penting,
mengingat sekarang ini eksistensinya
HmI didunia kampus sudah mulai
berkurang.

JAYALAH KOHATI
BAHAGIA HmI

Você também pode gostar