Você está na página 1de 12

Analisis Lintas Negara Tentang Strategi Mencapai Kemajuan pada Tujuan Global

Kesehatan Wanita dan Anak-anak


Tujuan: untuk mengidentifikasi bagaimana 10 negara dengan penghasilan menengah ke
bawah mencapai percepatan kemajuan, lebih maju dari negara yang sebanding, dalam
pencapaian tujuan pembangunan milenium (millenium development goals) ke 4 dan 5A
yaitu menurunkan mortalitas ibu dan anak.
Metode: kami menyatukan berbagai temuan dari dialog lintas sektor dan laporan
kebijakan negara yang telah dilakukan sebelumnya untuk penelitian Faktor-Faktor
Keberhasilan di 10 negara: Banglades, Kamboja, Cina, Mesir, Etiopia, Republik Laos,
Nepal, Peru, Rwanda, dan Vietnam. Digunakan suatu pendekatan kerangka kerja untuk
menganalisis dan menyintesis data dari laporan negara tersebut, yang menghasilkan
kesimpulan berupa deskripsi atau keterangan berdasarkan tema.
Temuan: Pendekatan program dan kebijakan yang berhasil dikategorikan dalam empat
bagian: kepemimpinan dan kerjasama lintas sektor; sektor kesehatan, sektor diluar
kesehatan, dan akuntabilitas sumber dan hasil. Dilakukan penilaian, berdasarkan
intervensi berdampak besar, terhadap input antar sektor yang konsisten dan
terkoordinasi. Pada sektor kesehatan, kunci strategi program dan kebijakan meliputi
pengertian standar, pengumpulan dan penggunaan data, memperbaiki proteksi
keuangan, dan memperbaiki ketersediaan dan kualitas pelayanan. Diluar sektor
kesehatan, strategi meliputi investasi dalam pendidikan anak perempuan, air, sanitasi
dan higiene, penurunan kemiskinan, jaminan nutrisi dan makanan, dan pembangunan
infrastruktur. Negara memperbaiki akuntabilitas dengan menguatkan dan menggunakan
sistem data untuk perencanaan dan evaluasi kemajuan.
Kesimpulan: penurunan mortalitas ibu dan anak pada 10 negara yang berhasil dengan
cepat dapat dihubungkan dengan input program dan kebijakan yang konsisten dan
terkoordinasi antara sektor kesehatan dengan sektor lainnya. Pendekatan yang
digunakan oleh negara yang berhasil memiliki hubungan dengan negara lainnya yang
mencari cara meningkatkan atau mempercepat kemajuan pada tujuan pembanguan
berkelanjutan.
Pendahuluan

Antara 1990 sampai 2015, selama era tujuan pembangunan milenium/ millenium
development goals (MDGs), belum pernah ada kemajuan menurunkan mortalitas ibu
dan anak smpai sekitar 50%.1,2 Kemajuan tidak merata, antar negara, begitupun juga di
dalam negara. Pada 95 negara dengan rasio mortalitas di atas 100 kematian per 100.000
kelahiran hidup tahun 1990, sembilan negara yang mencapai MDG 5A yaitu
menurunkan mortalitas ibu sampai tiga perempat. Hanya 24 dari 104 negara dengan
pendapatan menengah ke bawah yang berhasil mencapai target MDG 4 dengan
penurunan dua pertiga mortalitas balita antara 1990 sampai 2015.3,4 Untuk memahami
bagaimana suatu negara bisa lebih baik daripada negara lainnya yang sebanding dalam
hal mencegah kematian ibu dan anak, dilakukan suatu penelitian multidisiplin, antarnegara, selama tiga tahun tentang faktor-faktor keberhasilan dalam kesehatan wanita
dan anak-anak, yang disebut dengan penelitian Faktor-Faktor Keberhasilan.
Diantara 75 negara dengan beban tertinggi berdasarkan target pencapaian 2015,
10 negara berpenghasilan menengah ke bawah sedang dalam proses mencapai kedua
tujuan MDG 4 dan 5A ketika penelitian Faktor-Faktor Keberhasilan dimulai tahun
2012: Banglades, Kamboja, Cina, Mesir, Etopia, Republik Laos, , Nepal, Peru, Rwanda,
dan Vietnam. Berfokus pada hal yang lebih banyak menurunkan rate mortalitas ibu dan
anak di negara ini, penelitian ini menilai suatu kesatuan terpadu faktor-faktor yang
berpengaruh besar pada sektor kesehatan dan sektor luar kesehatan, yang didukung oleh
kepemimpinan negara yang baik, kolaborasi antar penentu kebijakan yang berbeda dan
pembangunan ekonomi.5 Analisis statistik, ekonometri, dan kebijakan menunjukkan
bahwa negara ini tidak hanya memiliki kemajuan yang lebih cepat dalam penurunan
mortalitas, tetapi juga menjalankan faktor-faktor keberhasilan teridentifikasi dengan
secara signifikan lebih baik daripada negara yang sebanding.5
Berdasarkan analisis awal dari faktor-faktor keberhasilan, kami melakukan suatu
penelitian dialog lintas sektor pada 10 negara yang berhasil dengan cepat tersebut untuk
mengetahui bagaimana negara ini menyusun dan mengimplementasikan kebijakan dan
program dalam hal yang diidentifikasi sebagai faktor-faktor keberhasilan. Tulisan ini
menunjukkan suatu sintesis temuan dari dialog lintas sektor negara-negara tersebut.
Temuan ini menunjukkan perkembangan Strategi Global kesehatan wanita, anak, dan
remaja (20162030)6 dan dapat memberi informasi tentang program dan kebijakan

negara untuk membantu mempercepat kemajuan pencapaian tujuan pembangunan


berkelanjutan/ sustainable development goals (SDGs).
Metode
Bagian pertama penelitian faktor-faktor keberhasilan meliputi analisis
komparatif data dari 144 negara berpenghasilan menengah ke bawah selama 20 tahun
dan sebuah tinjauan kepustakaan dari kemajuan negara dalam menurunkan mortalitas
ibu dan anak selama periode MDG, seperti yang dijelaskan sebelumnya. 4,5 Kemudian,
antara tahun 2014 dan 2015, laporan kebijakan negara dikembangkan melalui dialog
lintas sektor 10 negara yangberhasil dengan cepat yang diidentifikasi dalam penelitian
Faktor-Faktor Keberhasilan.4 Dialog lintas sektor merupakan suatu proses terstruktur,
difasilitasi yang mempertemukan para penentu kebijakan untuk bersama-sama
mengembangkan suatu pemahaman tentang persoalan dan fakta dan untuk menyusun
rencana kerja. Total, 407 penentu kebijakan (perwakilan pemerintah, akademisi,
masyarakat sipil, sektor swasta, organisasi multilateral dan rekan sekerja pembangunan
lainnya) dari 10 negara tersebut turut serta dalam dialog. Tiap dialog terdiri dari tiga
fase: (i) persiapan dan tinjauan kepustakaan dan data; (ii) pertemuan diskusi, biasanya
lebih dari dua hari, ditambah dalam beberapa kasus diadakan wawancara satu per satu
dan pertemuan tambahan; dan (iii) validasi dan persiapan laporan negara dan
penyebaran temuan. Metode dialog lintas sektor dijelaskan lebih rinci pada bagian lain. 7
Persetujuan etik penelitian Faktor-Faktor Keberhasilan diperoleh dari Komite Etik
Penelitian World Health Organization (WHO) (referensi RPC528), dan peserta dialog
diberikan pernyataan persetujuan wawancara untuk analisis.
Untuk menganalisis dan menyintesis data dari laporan 10 negara yang diperoleh
melalui dialog, kami mengadaptasi dan menggunakan Metode Kerangka Kerja karena
cocok unutk membandingkan dan membedakan data tekstual berskala besar dari seluruh
kasus.8 Metode ini meliputi tujuh langkah: (i) transkripsi; (ii) pengenalan data; (iii)
koding; (iv) pengembangan kerangka kerja analitik; (v) aplikasi kerangka kerja analitik;
(vi) memasukkan data ke dalam matriks kerangka kerja; dan (vii) interpretasi data.
Kesamaan dan perbedaan data dapat diidentifikasi dan adanya hubungan digambarkan
di bagian analisis lain, yang menghasilkan kesimpulan deskripsi atau penjelasan sesuai
tema.9

Transkripsi laporan kebijakan negara, dokumen pertemuan dan wawancara


penentu kebijakan dilengkapi selama proses dialog di negara tersebut.7 Analisis lintas
negara dimulai dengan memeriksa data dan koding awal. Kami mengembangkan suatu
matriks kerangka kerja sistem kesehatan termodifikasi yang diisi dengan data dari
laporan kebijakan negara dan dikelompokkan berdasarkan area strategi utama dimana
input program dan kebijakan dibuat.7,10 Kami kemudian mengode data untuk
mengidentifikasi tema, berfokus pada kunci kebijakan dan program dan area strategi,
sampai kami tidak menemukan tema lain.11 Berdasarkan pendekatan ini, kami
menyintesis pendekatan kebijakan dan program negara ke dalam area strategi. Kami
melakukan triangulasi temuan, sebisa mungkin, dengan tinjauan kepustakaan dan data
lain yang berhubungan.4
Hasil
Dari tahun 1990 sampai 2015 negara ini mencapai penurunan utama dalam
mortalitas anak bawah lima tahun (Tabel 1) dan mortalitas ibu (Tabel 2) dan terdapat
perbaikan populasi-berdasarkan cakupan yang berhubungan dengan intervensi
berdampak besar dalam sektor kesehatan dan lainnya. Penentu kebijakan di 10 negara
yang program dan kebijakannya diidentifikasi berpengaruh terhadap kemajuan ini, dan
tinjauan data antara 1990 sampai 2015 menyoroti kecenderungan terhadap empat area
strategi: kepemimpinan dan kerja sama lintas sektor; sektor kesehatan; sektor di luar
kesehatan; dan akuntabilitas sumber dan hasil (Tabel 3 dan Tabel 4). Tabel 5
menunjukkan contoh tambahan kebijakan dan program negara yang dari dialog
diidentifikasi memiliki peran dalam kemajuan pencapaian MDGs 4 dan 5A; rincian
lebih lanjut dapat dilihat dari laporan negara dan lampiran situs mereka.13
Kepemimpinan dan Kerjasama
Negara menunjukkan kepemimpinan dengan menggunakan data populasi
berdasarkan survei dan penelitian untuk menentukan kebijakan dan perencanaan untuk
menjangkau populasi berisiko tinggi (Tabel 3 dan Tabel 5). Mereka mengutamakan
intervensi berdampak besar dan menggunakan standar teknik untuk membantu
implementasi. Kebijakan hak asasi manusia membantu meyakinkan populasi berisiko
tinggi bahwa mereka dilindungi dan diutamakan.10 Pada beberapa kasus, pemerintah

membuat lembaga untuk mendukung implementasi;14,15 sebagai contoh Mesir membuat


konsil nasional untuk meningkatkan partisipasi wanita pedesaan dalam kesehatan dan
pembangunan.14
Negara

mengambil

langkah

memperbaiki

pemerintahan

dengan

cara

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, menurunkan korupsi dan menciptakan


kesempatan untuk partisipasi masyarakat (Tabel 4). Kemajuan tiap negara bervariasi. Di
Etiopia, reformasi pemerintahan menurunkan korupsi antara 1996 sampai 2014 dan
memperbaiki efisiensi pelayanan publik.16 Meskipun terjadi instabilitas politik, Nepal
memiliki kemajuan sederhana dalam aturan hukum dan kontrol korupsi antara 2004
sampai 2014.17 Proporsi anggota wanita dalam badan legislatif nasional Republik
meningkat tiga kali lipat antara 1990 sampai 2003, sehingga tahun 2014 wanita
mencapai seperempat jumlah anggota parlemen.18 Rwanda memiliki wakil wanita
sejumlah 64% kursi parlemen dan 40% di senat.19
Terjadi perbaikan kolaborasi dari keseluruhan pemerintah, rekan sekerja
pembangunan dan organisasi non pemerintah dan komunitas. Di Etiopia, persetujuan
tahun 2005 antara pemerintah dan rekan sekerja pembangunannya memberikan
dukungan pada program pembangunan sektor kesehatan, dan berujung pada persetujuan
terkait kerjasama kesehatan internasional dan kerjasama keuangan. Beberapa negara
lainnya menerapkan pendekatan lintas-sektor untuk memastikan alokasi yang lebih baik
dan penggunaan sumber daya untuk kesehatan (Tabel 5).15,2024
Sektor Kesehatan
Negara mengambil langkah penguatan sistem kesehatan esensial untuk
menerapkan intervensi prioritas (Tabel 3 dan Tabel 5). Mereka menjamin suatu
campuran penerapan strategi untuk intervensi dalam kesehatan wanita dan anak,
berdasarkan sistem kesehatan mereka saat itu dan konteks kenegaraan. Intervensi kunci
diterapkan menggunakan suatu kombinasi penerapan target vertikal dengan strategi
kampanye, dilengkapi dengan pendekatan komunitas untuk populasi yang sulit
dijangkau. Mereka juga menguatkan pelayanan fasilitas umum. Banglades memulai
dengan program imunisasi vertikal, tetapi kemudian mengintegrasikannya ke dalam
sistem pelayanan kesehatan, dengan kampanye tengah tahunan untuk menyalurkan
tambahan vitamin A dan vaksinasi polio.20 Nepal menggunakan kampanye kesehatan

anak dan program terintegrasi yang dilakukan oleh relawan kesehatan komunitas
perempuan untuk memberikan pelayanan kepada komunitas dengan akses terbatas.2326
Berbagai mekanisme digunakan untuk memperbaiki pembiayaan kesehatan,
termasuk

meningkatkan

pengeluaran

tahunan

per

kapita

dalam

kesehatan,

memperkenalkan asuransi kesehatan berbasis komunitas, mengurangi pengeluaran tak


terduga kesehatan dan menyediakan dana insentif untuk populasi pinggiran. Walaupun
pemerintah meningkatkan pengeluaran kesehatannya (Tabel 4), kebanyakan mereka
masih bergantung pada pendanaan dari luar. Kecuali Cina; pengeluaran kesehatan
pemerintah per kapita meningkat dari 53 Dolar Amerika (US$) tahun 1995 sampai 646
US$ tahun 2013.27 Cina juga menerapkan skema kesehatan yang mencakup 95%
populasi pedesaan yang layak.28
Negara mengembangkan pendekatan jangka pendek dan panjang untuk
menjawab tantangan tenaga kesehatan. Beberapa negara meningkatkan pelatihan bidan
dan memberikan insentif untuk merekrut dan mempertahankan pekerja, dimana yang
lain melakukan rotasi pekerjaan dan pekerja kesehatan komunitas atau relawan untuk
mencegah kekurangan pekerja dan mencapai populasi pinggiran. Kamboja secara drastis
meningkatkan jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan (Tabel 4). 29 Pemerintah Cina
melatih sejumlah besar petugas kesehatan tambahan, termasuk dokter pedesaan (dokter
barefoot) untuk menguatkan persalinan pada pelayanan primer.30 Peru memperbaiki
akses ke pelayanan kedaruratan obstetri pada komunitas pedesaan dengan melatih
petugas kesehatan agar berespon lebih baik terhadap kepercayaan dan ekspektasi lokal.31
Aksi peningkatan kualitas pelayanan juga mencakup penguatan pengawasan dan
sistem pemantauan pelayanan persalinan, perbaikan sistem rujukan, implementasi
proses akreditasi dan tinjauan kematian ibu (Tabel 5). Pengujian komunitas berdasarkan
manajemen sepsis neonatus di Nepal memberikan kontribusi terhadap perbaikan akses
ke pelayanan penyelamatan-hidup neonatus.32 Rwanda fokus kepada pelatihan khusus
perawat dan dokter.33 Banglades meningkatkan strategi kesehatan dan perubahan
perilaku yang telah meningkatkan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan
komunitas.34 Kamboja memiliki sebuah strategi untuk meningkatkan pemberian ASI
eksklusif dan pelayanan antenatal.35
Sektor Lain

Di sektor lain selain kesehatan, 10 negara yang berhasil dengan cepat tersebut
menerapkan strategi program dan kebijakan yang mencakup pendidikan anak
perempuan, penurunan kemiskinan, jaminan makanan dan pembangunan infrasttruktur
(Tabel 3 dan Tabel 5). Negara membuat pendidikan- primer, lanjutan primer dan kadang
sekunder- yang gratis bagi semua. Akses anak perempuan ke pendidikan diprioritaskan,
dengan fokus pada penyebaran yang lebih baik dan kondisi hidup guru, terutama guru
perempuan, dan insentif untuk keluarga miskin agar mampu menyekolahkan anaknya.
Proyek beasiswa sekolah menengah lanjutan perempuan di Banglades secara cepat
mengembangkan perlunya sekolah lanjutan bagi perempuan sejak tahun 1990; membuat
perempuan lebih lama sekolah dan membantu menunda menikah dan melahirkan anak,
yang secara tidak langsung mempengaruhi mortalitas ibu.36
Negara berinvestasi dalam infrastruktur air dan sanitasi (Tabel 4) dan fokus pada
isu kesehatan khusus tentang intervensi berorientasi komunitas, seperti defekasi di
tempat terbuka. Rwanda mengenalkan beberapa inisiatif berbasis komunitas, termasuk
tempat cuci tangan di rumah makan, sekolah dan tempat umum.37
Pendekatan lain yang sering dilakukan pada negara-negara ini antara lain
menurunkan kemiskinan, dengan sasaran yang jelas manjangkau wanita dan kelompok
yang rentan, terutama pada komunitas pedesaan dan pertanian. Di Banglades,
perkembangan cepat industri garmen dan program kredit mikro meningkatkan jumlah
tenaga kerja wanita.38 Kemiskinan berkurang di Kamboja dengan cara menghilangkan
kontrol harga dan pajak produksi beras, perbaikan infrastruktur pedesaan dan
pendapatan minimum yang lebih tinggi bagi pekerja industri garmen.21,39
Akuntabilitas
Kesepuluh negara tersebut mengumpulkan dan menggunakan data untuk
perencanaan dan evaluasi kemajuan sasaran MDGs (Tabel 3 dan Tabel 5). Mereka
mengadopsi MDGs, menyusun sasaran mereka sendiri dan mencapainya. 21,40
Kebanyakan negara bergantung pada survei kesehatan dan demografi reguler untuk
mengumpulkan data berbasis populasi, berkualitas tinggi untuk mengikuti kemajuan
dan menyususn perencanaan.
Beberapa negara telah mulai merubah sistem informasi kesehatan rutin berbasis
kertas ke sistem elektronik dengan manajemen data sentral. Sistem surveilans kesehatan

ibu dan anak di Cina merupakan salah satu contoh jaringan sentral tebesar.41 Aplikasi
berbasis- web di Rwanda memampukan publik untuk mengakses sejumlah informasi
kesehatan, dengan demikian memperbaiki transparansi dan mendorong penggunaan
informasi yang lebih luas.42 Mesir juga membuka sejumlah informasi kesehatan kepada
publik.43
Beberapa negara yang bekerja cepat memiliki kesuksesan yang sama dengan
cara memperbaiki keseluruhan sistem registrasi kelahiran dan kematian mereka.
Banglades menerbitkan suatu sistem registrasi kelahiran dan kematian online
tersentralisasi, dan berhasil mendapatkan daftar lebih dari setengah anak bawah lima
tahun, 10% di atas batas sasaran. 44 Vietnam mengenalkan sistem pelaporan komunitas
kelahiran dan kematian ibu dan anak dan Republik Laos menguatkan fasilitas standar
pelaporan kematian.45,46
Diskusi
Kami menganalisi input program dan kebijakan yang teridentifikasi selama
dialog lintas sektor pada 10 negara dan menemukan beberapa karakteristik yang
memungkinkan adanya kemajuan kesehatan wanita dan anak.
Pusat kemajuan di seluruh negara adalah pengembangan kebijakan, strategi, dan
standar teknik yang jelas, yang dilakukan dan dikoordinasi oleh pemerintah. Negara
memeperbaiki koordinasi, menyusun prioritas, mengembangkan strategi jangka panjang
dan memegang teguh komitmen tersebut, menunjukkan kekuatan pemerintahan tingkat
tertinggi, seperti budaya akuntabilitas untuk memperbaiki penggunaan sumber
daya.16,17,19,27 Perbaikan dalam pemerintahan juga didukung oleh suatu iklim stabilitas
politik, yang memungkinkan penerapan kebijakan secara konsisten sepanjang waktu dan
perbaikan progresif.
Negara menetapkan indikator, dan mengumpulkan, menggunakan data untuk
menyusun prioritas dan perencanaan. Data digunakan untuk menciptakan intervensi
berdampak besar yang akan menjadi dasar dari seluruh program, kebijakan dan
panduan, dan hal ini akan membantu memaksimalkan pengaruh mereka. 20,4143,47 Negara
menciptakan peningkatan ketersediaan finansial yang kokoh dan sumber daya manusia
di seluruh sektor. Metode-metode inovatif juga digunakan untuk memperbaiki proteksi

finansial wanita dan anak-anak, dan untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan dan
mencegah bencana pengeluaran kesehatan yang tak terduga.20,23,24
Terdapat peningkatan komitmen untuk memperbaiki akses ke dan ketersediaan
palayanan kesehatan kepada populasi yang lebih besar. Investasi dalam bidang
infrastruktur, dengan keterlibatan populasi, membantu meningkatkan ketersediaan
fasilitas kesehatan primer, sekunder atau tersier.7 Negara juga memperbaiki ketersediaan
sumber daya manusia dengan cara pelatihan dan perekrutan bidan, dengan pertukaran
jam kerja dan melalui pembangunan jaringan pekerja kesehatan komunitas untuk
melakukan pelayanan preventif, termasuk skrining kesehatan dasar, dan , pada beberapa
kasus, manajemen kasus penyakit anak di komunitas.7
Perbaikan sektor di luar kesehatan memeberikan kontribusi terhadap
pengurangan sekitar setengah mortalitas ibu dan anak di negara berpenghasilan
menengah ke bawah sepanjang MDGs.4,48 Pada 10 negara yang berhasil dengan cepat,
perbaikan lintas sektor ini dilakukan dengan berbagai pendekatan program dan
kebijakan yang berinvestasi pada pendidikan anak perempuan, air dan sanitasi,
pembangunan infrastruktur, jaminan makanan, kebijakan penurunan kemiskinan seperti
meningkatkan pertumbuhan pekerjaan pada populasi pedesaan dan industri yang
mempekerjakan wanita dari kalangan berpenghasilan rendah. Investasi tersebut juga
berkontribusi pada pengurangan perbedaan sosioekonomi, geografi, dan jenis kelamin.
Temuan ini mengulangi pendekatan holistik dan terintegrasi bidang kesehatan dan
peningkatan pembanguan berkelanjutan oleh SDGs.
Implikasi Kebijakan
Tahun 2015, 8 dari 10 negara yang sedang dalam usaha pencapaian MDG 4 telah
berhasil, dan empat negara telah mencapai MDG 5A. Bagaimana negara
mempertahankan kemajuan bukan fokus dari tulisan ini, tetapi hal tersebut merupakan
bagian yang memerlukan penelitian selanjutnya. Beberapa dugaan awal dapat,
meskipun demikian, digambarkan dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kemajuan negara dan perubahan kontekstual sejak saat dialog, yang menyoroti
tantangan kritis era SDG.
Pertama, MDG memaksakan sasaran ambisius yang sama pada setiap negara,
tanpa memandang beban mortalitas, sumber daya dan potensial kebijakan. Kegagalan

mencapai sasaran khusus tahun 2015 tidak meniadakan tingkat kemajuan yang tinggi
dalam 20 tahun terakhir, dan kurangnya data yang dapat dipercaya berarti bahwa
keseluruhan kemajuan diperhitungkan. Analisis menunjukkan bahwa sasaran spesifik
negara dapat melengkapi sasaran global untuk mengidentifikasi di bawah atau melebihi
kinerja relatif potensial suatu negara, dan hal ini dapat membantu kemajuan perjalanan
menuju SDGs.49
Kedua, ketika negara secara inisial mampu menurunkan rata-rata rate mortalitas
nasional, tantangan negara adalah mengurangi ketidakadilan akses ke pelayanan
esensial, berkualitas, terutama orang-orang yang tidak terlayani, pinggiran dan tempat
terpencil. Kelompok ini cenderung memiliki mortalitas yang lebih itnggi dan terpapar
risiko kesehatan yang lebih besar, dengan demikian memperlambat penurunan rate
mortalitas secara keseluruhan dalam suatu negara. Selanjutnya, keperluan khusus
remaja perempuan yang mungkin memiliki kehamilan risiko tinggi tidak masuk dalam
MDGs, demikian juga isu tentang kesehatan remaja secara keseluruhan: isu yang
berpusat pada perbaikan kesehatan dan pencapaian SDGs. Keadilan secara luas tidak
terevaluasi sepanjang MDGs; namun keadilan harus menjadi perhatian utama seluruh
negara yang turut dalam cakupan universal SDG dan memepertimbangkan tujuan
strategi global untuk menjangkau wanita, anak, dan remaja di setiap tempat.6
Ketiga, epidemiologi mortalitas anak bawah lima tahun berubah sesuai dengan
penurunan mortalitas, dengan peningkatan proporsi kematian anak yang terjadi selama
masa neonatus. Hal ini merupakan tantangan sering lainnya yang diidentifikasi oleh
negara sebagai suatu fokus prioritas era SDG. Strategi untuk mencegah kematian
neoatus memerlukan perbaikan kualitas persalinan dan pelayanan segera bayi baru lahir,
yang masih terbatas pada banyak negara.
Keempat, penurunan kontiniu mortalitas ibu memerlukan investasi dan
perbaikan berkelanjutan pada akses, cakupan dan kualitas pelayanan untuk kedua
pencegahan dan manajemen persalinan bermasalah. Hal ini memerlukan investasi
berkelanjutan pada pembangunan tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan sistem
kesehatan lain, seperti jalan dan transportasi untuk mencapai pelayanan kesehatan,
bersamaan dengan pengurangan batas akses finansial. Kebijakan untuk menguatkan
sistem kesehatan, termasuk ketersediaan tenaga berpengalaman, sering menjadi hal
yang paling sulit untuk diterapkan dan dipertahankan.

Kelima, faktor eksternal seperti sosial, ekonomi, dan gangguan lingkungan


memiliki pengaruh penting pada seberapa efektif program memberikan intervensi pada
wanita dan anak-anak dan faktor ini dapat meningkatkan risiko kematian. Sebagai
contoh kekeringan periodik di Etiopia, gempa di Nepal tahun 2015 dan kerusuhan
politik di Mesir dan Banglades di akhir era MDGs.
Akhirnya, dalam perjalanan kemajuan, MDGs berfokus pada pengukuran
penurunan mortalitas ibu dan anak tanpa menghubungkan hal ini pada pengukuran
faktor-faktor yang juga mempengaruhi penurunan mortalitas- dimana sekitar 50%
penurunan berkaitan dengan sektor kesehatan dan 50% dengan sektor di luar
kesehatan.48 SDG dan strategi global untuk kesehatan wanita, anak, dan remaja (20162030)6 menawarkan kesempatan kepada suatu pendekatan yang lebih holistik dan
terintegrasi untuk penerapan dan evaluasi kemajuan antar sektor.
Kendala
Sebagai bagian dari penelitian Faktor-Faktor Keberhasilan, negara pada analisis
ini pertama sekali dipilih berdasarkan percepatan kemajuan mereka menuju MDG
antara 1990 sampai 2012. Jika pemilihan negara dilakukan kemudian, sebagai contoh
setelah laporan akhir kemajuan MDG tahun 2015, suatu susunan negara yang berbeda
mungkin akan diidentifikasi. Meskipun demikian, negara-negara ini memiliki kemajuan
yang secara signifikan lebih baik daripada negara lainnya yang sebanding pada waktu
yang sama.4,5 dan analisis ini menyoroti bagaimanna mereka mencapai hal tersebut.
Sintesis data dibuat berdasarkan data yang digunakan dalam dialog. Sebagai contoh,
beberapa negara lebih suka menggunakan data nasional daripada data internasional
dalam dialog karena dianggap lebih sesuai dan dapat dipercaya untuk mennentukan
program dan kebijakan spesifik negara. Hal ini membatasi perbandingan data kuantitatif
antar negara. Dialog mencoba memastikan bahwa input sesuai dengan kriteria dasar
yang dapat dipercaya. Namun, terbatasnya data pada beberapa wilayah kadang-kadang
memepersulit menentukan kriteria tersebut. Dengan mempertimbangkan kesulitan
dalam menilai kekuatan kebijakan individu dan input program dan kontribusi relatif
mereka dalam memperbaiki hasil kesehatan, kami tidak mencoba mengukur strategi
teridentifikasi antar negara. Dengan demikian, pengaruh program dan kebijakan
tertentu- luas pengaruh mereka terhadap observasi hasil kesehatan- ditujukan untuk

interpretasi, walaupun kami memverifikasi bahwa hal ini memungkinkan jika melalui
triangulasi data dan konsensus antar penentu kebijakan. Perkembangan proses dialog
yang sehat, termasuk persiapan, tinjauan bukti dan penentuan kriteria kelogisan/
plausibilitas, seperti yang telah dijelaskan,7 dapat membantu mengururangi batasan ini.
Di semua negara dibutuhkan data lokal yang lebih baik tentang input program dan
kebijakan negara lintas sektor, dan untuk evaluasi hubungan input dengan keseluruhan
kesehatan dan pembangunan berkelanjutan yang lebih baik.
Kesimpulan
Penurunan mortalitas ibu dan anak pada 10 negara yang berhasil dengan cepat
dapat dihubungkan dengan input program dan kebijakan yang konsisten dan
terkoordinasi lintas sektor. Pendekatan yang digunakan oleh negara yang berhasil
memiliki hubungan dengan negara lain yang mencari cara untuk meningkatkan atau
mempercepat kemajuan dan dapat menjadi panduan kemajuan negara menuju SDGs.

Você também pode gostar