Você está na página 1de 59

ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFRENIA TAK TERINCI

PADA TN.A DENGAN PRILAKU KEKERASAN


DI WISMA GATOTKACA RSJ.GRHASIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa Semester VI

Disusun oleh :
Putri Prastiti Mubarokah
P07120213042

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2016

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFRENIA TAK TERINCI
PADA TN.A DENGAN PRILAKU KEKERASAN
DI WISMA GATOTKACA RSJ.GRHASIA
Diajukan untuk disetujui pada :
Hari

Tanggal :
Tempat :

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan

Mamat Supri Rahmat, S.Kep.Ns

Pembimbing Akademik

Sri Hendarsih, S.Kep.M.Kes

BAB I
PENDAHULUAN

A. Masalah Utama

Skizofrenia tak terinci dengan prilaku kekerasan


B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Skizofrenia tak terinci
Menurut Arif (2006), skizofrenia tak terinci merupakan sejenis
skizofrenia dimana gejala-gejala yang muncul sulit dihubungkan
dengan skizofrenia lainnya. Skizofrenia tak terinci dikarakteristikkan
dengan prilaku yang disorganisasi dan gejala-gejala psikologis yang
mungkin memenuhi lebih dari satu tipe atau kelompok kriteria
skizofrenia.
Menurut Lisa (2008), skizofrenia tak terinci didiagnosis dengan
memenuhi kriteria umum untuk diagnos skizofrenia, tidak memenuhi
kriteria untuk skizofrenia paranoid; hebefrenik; katatonik dan tidak
memenuhi kriteria untuk skizofrenia tak terinci atau depresi pasca
skizofrenia.
Tanda dan gejala yang timbul pada pasien dengan skizofrenia
sebagai berikut:
a. Gejala positif
1) Waham
2) Halusinasi
3) Kekacauan alam pikir
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, gembira berlebihan,
agresif, mondar mandir, bicara dengan semangat
5) Pikiran penuh dengan kecurigaan
6) Menyimpan rasa permusuhan

b. Gejala negatif
1) Alam perasaan: tumpul atau datar

2) Menarik diri
3) Kontak emosional amat miskin atau pendiam
4) Pasif, apatis
5) Sulit dalam berpikir abstrak
6) Pola pikir sterotipy

Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh
gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu
stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan dimana hal
tersebut untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif (Stuart & Sundeen, 2005).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri
sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan.

2.

Etiologi
a. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku


kekerasan yaitu :
1) Faktor psikologis
Psychoanalytical theory: teori ini mendukung bahwa
perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives.
Freud berpendapat bahwa perilaku anusia dipengaruhi oleh
dua insting. Kesatu insting hidup yang di ekspresikan dengan
seksualitas dan kedua insting kematian yang di ekspresikan
dengan agresivitas.
Frustation-aggresion theory: teori yang dikembangkan oleh
pengikut freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan
memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau
objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang
yang melakukan tindakan agrresif mempunyai riwayat perilaku
agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,
mendukung pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi
atau pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa
manusia mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya
tidak merusak. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut:
a) Kerusakan otak organik, retardasi mental sehingga tidak
mampu untuk menyelesaikan secara efektif.
b) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan
pada masa kanak-kanak,atau seduction parental, yang
mungkin telah merusak hubungan saling percaya dan harga
diri.
c) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk
child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga,
sehingga membentuk pola pertahanan atau koping.
2) Faktor soosial budaya
Social-Learning Theory: teory yang dikembangkan oleh
Bandura (1977) dalam Yosep (2009) ini mengemukakan bahwa
agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi

dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin


sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon
terhadap kebangkitan emosionalnya secara agresif sesuai
dengan respon yang dipelajarinya. Pelajaran ini bisa internal
atau eksternal.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan.
Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima.
Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan
marah dengan cara yang asertif.
3) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan
agrsif mempunyai dasar biologis.
Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya
pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus bidatang
ternyata menimbulkan perilaku agresif. Rangsangan yang
diberikan terutama pada nukleus periforniks hipotalamus dapat
menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya,
mengangkat ekornya, mendesis dll. Jika kerusakan fungsi
sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk
pemikiran rasional) dan lobus temporal.
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku
agresif: serotonin, dopamin, norepineprine, acetilkolin dan
asam amino GABA.
Faktor-faktor yang mendukung:
- Masa kanak-kanak yang mendukung
- Sering mengalami kegagalan
- Kehidupan yang penuh tindakan agresif
- Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering
kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):

1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol

2)
3)

4)
5)

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,


geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya

pada saat menghadapi rasa frustasi.


6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap

3.

Tanda dan gejala


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik

4) Mengumpat dengan kata-kata kotor


5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam


dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
4. Akibat yang ditimbulkan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan risiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
5. Rentang respon
Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan ( panik ).
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
f.

Asertif

Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

Gambar 1. Rentang Respon


Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan
agresif sampai kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan
bahwa :
a. Asertif :
b.
c.
d.
e.

individu
dapat
mengungkapkan
marah
tanpamenyalahkanorang lain dan memberikan ketenangan.
Frustasi
: individu gagal mencapai tujuan kepuasan
saatmarah dan tidak dapat menemukan alternatif.
Pasif
: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
Agresif
: perilaku yang menyertai marah terdapat dorongaan
untuk menuntut tetapi masih terkontrol.
Kekerasan
: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
sertahilangnya kontrol. Perilaku kekerasan merupakan suatu
rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanivestasikan
dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk
komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang
yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan
pesan bahwa ia tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap,
merasa tidak dituruti atau diremehkan. Rentang respon kemarahan
individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon
yang tidak normal (maladaptif).
Perbandingan antara perilaku asertif, pasif, agrsif / kekerasan

Isi

Pasif

Asertif

Agresif

Negatif menurun

Positif dan

Menyombongkan diri,

menwarkan diri,

memindahkan orang

contoh

contoh :

lain contoh

dapatkah saya?

saya dapat.

kamu selalu.

pembicaraan menandakan diit,

Dapatkah kamu? saya akan.

kamu tidak
pernah

Tekanan

Cepat lambat ,

Sedang

Keras dan mengotot

suara

mengeluh.

Posisi badan Menundukan

Tegap dan santai

Kaku, cenderung

kepala
Jarak

Menjaga

jarak Mempertahankan

Siap dengan jarak dan

dengan sikap acuh jarak yang nyaman menyerang orang lain


mengabaikan
Penampilan

Loyo, tidak dapat Sikap tenang

Mengancam

tenang

menyerang

Kontak mata Sedikit/


sekali tidak

sama Mempertahankan

posisi

Mata melotot dan di

kontak mata sesuai pertahankan


dengan hubungan

6.

Pohon masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Core
7.
Problem

Perilaku
Kekerasan/amuk

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

Koping individu tidak efektif


Gambar 2.Pohon Masalah
8.

Penatalaksanaan
a. Adapun penalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005
sebagai berikut:
1) Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung
berkaitan dengan badan.
2) Medikasi psikotropik

Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat


psikotropik atau psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai
efek terapeutik langsung pada proses mental pasien karena efek
obat tersebut pada otak.
a) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
b) Obat anti depresi, amitriptyline
c) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d) Obat anti insomnia, phneobarbital
3) Terapi Elektrokonvulsi (ECT)

Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke


tubuh penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus.
4) Somatoterapi yang lain

Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan


kardiazol 10% sehingga timbul konvulsi.
Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin
sehingga pasien menjadi koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam,
kemudian dibangunkan dengan suntikan.
b. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan
terhadap suatu gangguan atau penyakit, yang pada umumnya
dilakukan melalui wawancara terapi atau melalui metode-metode
tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat
dilakukan secara individu atau kelompok, tujuan utamanya adalah
untuk menguatkan daya tahan mental penderita, mengembankan
mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih baik serta untuk
mengembalikan keseimbangan adaptifnya.
c. Manipulasi lingkungan
Manipulasi
llingkunagan
adalah
upaya
untuk
mempengaruhi lingkungan pasien, sehingga bisa membantu dalam
proses penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan atau
diterapkan kepada lingkungan penderita, khususnya keluarga.

9.

Tujuan
utamanya
untuk
mengembangkan
atau
merubah/menciptakan situasi baru yang lebih kondusif terhadap
lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita kepada
lingkunmgan baru yang dipandang lebih baik dan kondusif, yang
mampu mendukung proses penyembuhan yang dilakukan
Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan:
1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2) Perilaku kekerasan / amuk
3) Gangguan harga diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji:
1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif:
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jikasedang kesal atau marah
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif:
- Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,

menjerit, memukul diri sendiri/orang lain


- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
- Merusak dan melempar barang-barang.
2)

Perilaku kekerasan/amuk
Data Subyektif:
-

Klien

mengatakan

benci

atau

kesal

pada

seseorang.
-

Klien suka membentak dan menyerang orang


yang

mengusiknya

jikasedang

kesal

atau

marah
-

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa


lainnya.

Data Obyektif:
-

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang,


pandangan tajam.

3)

Merusak dan melempar barang-barang.

Gangguan harga diri : harga diri rendah


Data subyektif:
-

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak


bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri
sendiri,

mengungkapkan

perasaan

malu

terhadap diri sendiri.


Data obyektif:
-

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila


disuruh

memilih

alternatif

tindakan,

ingin

mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.


10. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan perilaku kekerasan/amuk.


b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah.
11. Perencanaan Keperawatan
1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan perilaku kekerasan


a. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya:
- Sapa klien dengan ramah

- Perkenalkan diri
- Tanyakan nama dan namapanggilan
- Jelaskan tujuan interaksi
- Buat kontrak setiap interaksi(topik, waktu, tempat)
- Bicara dengan rileks dan tenang tanpa menantang
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Rasional: Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk


kelancaran interaksi
2.

Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


Tindakan:
Beri kesempatan mengungkapkn perasaan jengkel/ kesel
Bantu klien mengidentifikasi penyebab jengkel
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan dengan sikap tenang
Rasional: Setelah diketahui penyebab perilaku kekerasan
dapat dijadikan titik awal penanganan selanjutnya.

3.

Klien mampu mengenali perasaan marahnya


Tindakan:
Bantu klien untuk mengidentifikasi tanda-tanda marah
Bantu klien untuk mengidentifikasi perasaannya saat
marah
Tanyakan pada klien apakah dengan marah bisa
menyelesaikan persoalan
Katakan pada klien bahwa marah itu normal dirasakan
setiap orang tetapi perlu cara-cara yang konstruktif
Rasional:Meningkatkan insight

4.

Klien mampu menilai efek perilaku agresif terhadap diri


sendiri dan orang lain
Tindakan:
Tanyakan pendapat klien tentang efek perilaku agresif
terhadap diri sendiri dan orang lain
Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang
benar

Beri penjelasan lebih lanjut pada klien tentang efek

perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lain


Rasional:Klien menyadari efek perilaku agresif terhadap
diri sendiri dan orang lain yang telah dilakukannya.
5.

Klien dapat mengetahui menyalukan rasa marah yang sehat


Tindakan:
Gali pendapat klien tentang cara untuk meyalurkan
marah dengan cara yang sehat (tidak merusak lingkungan
dan mengganggu lingkungan, tidak menyebabkan cedera
pada diri sendiri dan orang lain)
Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang
benar
Sampaikan kepada klien cara sehat yang lain untuk
menyalurkan marah menyatakan kalimat baik tanpa
menyakiti, membersihkan rumah, jalan-jalan dan berdoa
Rasional:Penyaluran rasa marah yang konstruktif dapat
menghindari perilaku kekerasan

6.

Klien dapat memilih/ menentukan cara yang sehat untuk


menyalurkan energi marah yang digunakan bila marahnya
timbul
Tindakan:
Dorong klien untuk menentukan cara yang sehat untuk
menyalurkan energi saat marah
Jelaskan pada klien manfaat dari penggunaan cara
tersebut
Motivasi klien untuk melakukan cara yang sehat untuk
menyalurkan rasa marah yang dipilih klien sendiri
Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok
Tanyakan perasaan klien setelah menggunakan cara
marah yang dipilihnya.
Rasional:Bila klien memilih sendiri cara yang akan
digunakan saat marah, maka diharapkan klien akan
melakukannya secara ikhlas.

7.

Klien mampu mengungkapkan marah secara efektif


Tindakan:
Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara
asertif
Beri reinforcement positif atas pendapat klien yang benar
Jelaskan pada klien tentang cara pengungkapan marah
yang sehat
Lakukan latihan asertif secara individual (antara perawat
dengan klien)
Motivasi klien untuk menerapkan cara marah yang
asertif pada situasi yang nyata
Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok
Beri umpan balik positif pada setiap kali klien mencoba

melakukan marah yang sehat


Rasional:Ungkapan marah asertif menghindari cedera diri
sendiri dan orang lain.
8.

Keluarga mampu membantu klien untuk berperilaku adaptif


Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah,
penyebab marah dan cara menghadapi klien saat marah
Beri reinforcement positif pada hal-hal yang dicapai
keluarga
Rasional:Keluarga adalah orang yang terdekat dengan klien,
dengan melibatkan keluarga, maka mencegah klien kambuh

2) Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri:

harga diri rendah


a. Tujuan Umum
Klien tidak melakukan kekerasan
b. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang
dimiliki.
Tindakan:

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

klien
Hindari penilaian negatif setiap pertemuan dengan klien
Utamakan pemberian pujian yang realitas
Rasional:Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran interaksi
2.

Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan


untuk diri dan keluarga
Tindakan:
Diskusikan kemampuan positif yang dapat digunakan
untuk diri sendiri dan keluarga
Rasional:Penilaian kemampuan yang dimiliki digunakan
untuk titik awal penanganan selanjutnya

3.

Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai


kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
Rencanakan aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
setiap hari
Rasional:Klien siap melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuan dan norma secara bertahap

4.

Keluarga mampu memberikan dukungan pada klien untuk


memenuhi kebutuhan klien
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien dan
memberikan dukungan pada klien
Rasional:Dukungan keluarga sebagai motivasi untuk klien

BAB II
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Hari/tanggal
Waktu
Tempat
Oleh
Sumber data
Metode
dokumentasi

: Senin, 09 Mei 2016


: Pukul 14.00 WIB
: Ruang makan Wisma Gatotkaca
: Putri Prastiti Mubarokah
: Tn.A, tenaga kesehatan di Wisma Gatotkaca, RM
: Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi

1. Identitas Klien

Nama
Umur
TTL
Jenis kelamin
Suku/ Bangsa
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
No. RM

2.

3.

4.

5.

: Tn.A
: 29th
: Bantul, 14 Juni 1987
: Laki-laki
: Jawa/ Indonesia
: Piyungan, Bantul
: Islam
: SMK jurusan Logam
: Pelajar
: Belum kawin
: 00831xx

Dx. Medis
: Skizofrenia tak terinci
Tanggal masuk RS : 16 April 2016
Kunjungan ke
: III (Satu)
Identitas Penanggungjawab
Nama
: Tn.A
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Piyungan, Bantul
Hub. dengan klien : Orangtua
Alasan masuk
Klien marah-marah, mengamuk, bingung, diajak berbicara tidak
nyambung, mengganggu lingkungan fisik, klien merasa ingin ganti motor
tetapi tidak punya uang klien membacok ayahnya, klien memotong
tangan ibunya.
Faktor predisposisi-presipitasi
a. Predisposisi
1) Saat ini adalah kunjungan ketiga klien di RSJ
2) Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan
jiwa
b. Presipitasi
1) Klien ingin memiliki motor yang baru
Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
TD

: 110/80 mmHg

Nadi

: 82 x/menit

RR

: 20 x/menit

b. Ukuran

TB
: 160 cm
BB
: 57 kg
IMT
: 22.2 kg/m2
c. Keluhan fisik
Klien mengatakan kakinya kapalan karena selama dirawat di wisma
tidak menggunakan sandal.

6. Psikososial
a. Genogram

Tn.A
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki

: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal satu rumah
: pasien (Tn.A)
: meninggal

b. Konsep diri
1) Gambaran diri

Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuh dari


tubuhnya. Klien menyukuri apapun yan g ada di dalam
tubuhnya.
2) Identitas
Klien bangga sebeumnya pernah kerja di Kerajinan kulit
daerah Banyakan, Bantul. Klien mengatakan suka berada di
sana.
3) Peran
Klien mengatakan merasa puas memiliki peran sebagai anak
Tn.A. Sebelum masuk RSJ, klien selalu membantu pekerjaan
rumah dan menggembala kambing milik keluarga. Klien juga
mengatakan menyesal telah marah-marah pada ayahnya karena
ingin motor baru.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan mencari kerja lagi.
Karena selama dirawat di RSJ, klien sudah tidak bekerja
hampir 1 bulan. Klien ingin membahagiakan keluarganya dulu
baru mencari istri.
5) Harga diri
Klien mengatakan ada sedikit rasa minder pada orang-orang
yang lebih dari dirinya, contohnya: lebih kaya, lebih pintar
lebih beruntung daripada Tn.A.
c. Spiritual

Klien mengatakan selama dirawat di RSJ jarang melakukan sholat


karena fasilitas untuk sholat tidak ada. Sedangkan saat di rumah,
klien berusaha untuk aktif dalam beribadah.
7. Status mental
a. Penampilan
Penampilan klien tidak begitu rapi. Rambut klien tampak pendek,
kuku sedikit panjang dan kotor, baju yang dikenakan sesuai tetapi
celana tampak kebesaran. Klien juga tidak menggunakan sandal
selama berada di RSJ.
b. Pembicaraan
Saat dilakukan pengkajian, klien tampak koheren (tidak mudah
berpidah dari satu kalimat ke kalimat berikutnya). Klien juga
tampak kooperatif saat di wawancarai.

c. Aktivitas motorik

d.

e.
f.

g.

h.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, klien tampak


biasa saja. Klien tertawa saat suasana lucu dank lien akan sedih
apabila ingat keluarganya di rumah. Selain itu klien juga dapat
serius saat perawat mengajak bicara perihal yang serius.
Alam perasaan
Klien tidak mengalami khawatir saat ini. Klien hanya sedih karena
sudah lama berada di RSJ.
Afek
Mimik muka klien sesuai dengan keadaan dan situasi yang ada.
Interaksi selama wawancara
Klien dapat fokus dengan 1 hal dan tidak mudah teralihkan. Kontak
mata klien juga baik.
Persepsi
Klien mengatakan merasa mendengar bisikan yang membujuknya
untuk melakukan sesuatu. Bujukan itu datang ketika siang hari.
Frekuensinya hanya sebentar yaitu 2-3 menit saja. Klien merasa
terganggu dengan bisikan yang muncul tersebut. Klien mengetahui
bahwa itu adalah halusinasi.
Proses pikir

Klien memiliki proses pikir yang baik. Berbicara langsung pada


tujuan pembicaraan. Klien tidak tampak berbelit-belit.
b. Isi pikir
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan klien tidak
mengalami waham.
c. Tingkat kesadaran
Klien dapat menyebutkan waktu, tempat dan juga situasi dengan
benar. Klien mengatakan pukul 14.00 WIB (siang hari), berada di
ruang Gatotkaca dan dalam situasi yang sepi.

d. Memori

Memori klien jangka pendek dan panjang masih bagus. Klien


masih ingat siapa yang mengantarnya ke RSJ beberapa minggu
yang lalu. Klien juga ingat saat SMP ia mengayuh sepeda dari
rumahnya ke sekolah bersama teman-teman di kampungnya.
e. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhatian klien tidak mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
Klien tidak pernah meminta pertanyaannya diulang. Klien juga
dapat berhitung dengan baik dan benar.
f. Kemampuan penilaian
Klien dapat menentukan penilaian dengan baik, contohnya: klien
memilih mandi terlebih dahulu sebelum makan di pagi hari.
g. Daya tilik diri
Daya tilik klien baik. Klien mengatakan berada di RSJ ini karena
marah-marah dan sering bingung.
8. Kebutuhan Klien
a. Makan
Klien makan sesuai jadwal yaitu 3x/ hari dengan menu yang
bervariasi sesuai yang diberikan rumah sakit. Klien makan secara
mandiri. Sebelum makan klien mengatakan cuci tangan.
b. BAB/ BAK
Klien BAB secara rutin 1x/hari dan BAK secara mandiri. Klien
melakukan BAB dan BAK di toilet yang sudah disediakan di

c.

d.

e.

f.

9.

10.

11.

12.

Wisma Gatotkaca, setelah BAK dan BAB klien mengatakan


disiram sampai bersih.
Mandi
Klien mengatakan mandi 2x/hari di kamar mandi secara rutin dan
mandiri dengan menggunakan sabun. Gosok gigi 1x/ hari.
Berpakaian
Klien mengatakan selama di RSJ, ia mengganti pakaian 1x/ hari.
Sedangkan saat di rumah, klien ganti pakaian 2x/ hari.
Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur mulai jam 20.00 WIB dan bangun jam
05.00 WIB.
Penggunaan obat

Klien mengonsumsi obat respiredone 2mg dosis 1-0-1,


Trihexyphenidil 2mg dosis 1/2-0-1/2 dan Clozapine 25mg dosis 00-1.
Mekanisme koping
Mekanisme koping dari keluarga tampak baik. Keluarga mengunjungi
klien 1x/ minggu. Keluarga mendukung segala sesuatu yang demi
kesehatan Tn.A.
Masalah Psikososial dan lingkungan
Klien tinggal di dusun piyungan. Sejak lahir klien tinggal bersama
keluarga yang sederhana. Klien selalu mengikuti acara di tempat
tinggalnya.
Pengetahuan
Klien tidak mengetahui obat yang harusnya ia minum bernama apa.
Klien tidak mengetahui Puri Nirmala adalah RSJ seperti Grhasia.
Aspek medik
Diagnosa pada Tn.A adalah Skizofrenia tak terinci. Selain
diberikan terapi obat, klien juga mendapatkan terapi aktivitas
kelompok dan terapi rehabilitasi.

B. Analisa Data

No.
1.

Data
DS :
-

Masalah
Resiko perilaku kekerasan
Klien mengatakan marah ingin beli motor baru
Klien mengatakan marah pada ayahnya

DO :
-

2.

Mata klien tampak tajam


Klien mengepalkan tangan
Klien gelisah
Klien mondar-mandir
TD 110/80 mmHg, Nadi 82 x/ menit, RR 20 x/ menit

DS :
-

Klien mengatakan ada bisikan yang membujuknya untuk melakukan sesuatu


Klien mengatakan terganggu dengan bisikan yang ada
Klien mengatakan bisikan muncul ketika siang hari
Klien mengatakan lama bisikan 2-3 menit

DO :
-

Klien gelisah
Klien bingung saat halusinasi datang

Gangguan

persepsi

halusinasi

pendengaran

consequering

sensori:
fase

C. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perilaku kekerasan ditandai dengan:


DS :
-

Klien mengatakan marah ingin beli motor baru


Klien mengatakan marah pada ayahnya
DO :

Mata klien tampak tajam


Klien mengepalkan tangan
Klien gelisah
Klien mondar-mandir
TD 110/80 mmHg, Nadi 82 x/ menit, RR 20 x/ menit

2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran fase consequering


ditandai dengan:
DS :
-

Klien mengatakan ada bisikan yang membujuknya untuk melakukan


sesuatu
Klien mengatakan terganggu dengan bisikan yang ada
Klien mengatakan bisikan muncul ketika siang hari
Klien mengatakan lama bisikan 2-3 menit

DO :
-

Klien gelisah

Klien bingung saat halusinasi datang. D. Perencanaan


No.

Dx. Keperawatan

1.

Perilaku kekerasan

Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan
Kriteria hasil
Tujuan Umum:
Setelah
dilakukan

Rasional
Intervensi
asuhan1. Bina hubungan saling percaya:1.
Mempermudah

Klien dapat mengontrolkeperawatan selama 3x interaksi salam terapeutik, perkenalanperawat


perilaku kekerasan

diharapkan

klien

menunjukkan

sikap

dapat diri, jelaskan tujuan interaksi,melakukan intervensi


percaya ciptakan

dengan kriteria:
TUK 1:
Klien

membina - Menunjukkan rasa senang

hubungan saling percaya

lingkungan

yang

tenang, buat kontrak yang jelas

- Ekspresi wajah bersahabat


dapat

dalam

(waktu, tempat, topik)


2. Beri kesempatan pada klien
untuk

- Ada kontak mata

mengungkapkan

perasaannya

- Mau berjabat tangan


- Mau menyebutkan nama

2.

Meningkatkan

kepercayaan klien pada


perawat

- Mau menjawab salam


- Mau duduk berdampingan
dengan perawat

TUK 2:
Klien

Setelah
dapat

mengenalinteraksi

dilakukan

askep

diharapkan

1x1. Diskusikan perilaku kekerasan1.


klienyang dialami klien

Membantu

merencanakan intervensi

perilaku kekerasan

mengenal

perilaku

kekerasan

selanjutnya yang akan

dengan kriteria hasil:

dilakukan

- Klien menjelaskan perilaku2.

kekerasan
- Klien menjelaskan
dan

gejala

Diskusikan

tanda
tanda

dan

bersama
gejala

menjelaskan

penyebab

perilaku

kekerasan

Meningkatkan

perilakupengetahuan

kekerasan yang klien alami

perilaku

kekerasan
- Klien

klien2.

klien

tentang tanda dan gejala


perilaku kekerasan

3. Diskusikan penyebab perilaku3.


kekerasan yang klien hadapi

Membantu

mengingat
klien

klien

penyebab
melakukan

perilaku kekerasan

TUK 3:

Setelah

dilakukan

asuhan1. Ajarkan nafas dalam untuk1. Membantu klien untuk

Klien dapat mengontrolkeperawatan selama 3x interaksi mengontrol perilaku kekerasan relaksasi


2. Diskusikan cara mengontrol

perilaku kekerasan

diharapkan

klien

dapat perilaku kekerasan secara fisik:2. Mencegah perilaku

mengontrol perilaku kekerasan melakukan

aktivitas

rumahkekerasan

yang

dengan kriteria hasil:

tangga
menimbulkan
akibat
3. Diskusikan cara mengontrol
- Klien
melakukan nafas
negatif
perilaku kekerasan secara
dalam (relaksasi) saat emosi
3. Mengurangi emosi
- Klien menjelaskan cara sosial:
bercakap-cakap,
dan amarah dengan
mengontrol
perilaku mengungkapkan
perasaan
mengungkapkan rasa
kekerasan secara: fisik, dengan baik
4. Mendekatkan klien
4. Diskusikan cara mengontrol
sosial, spiritual
pada penciptaNya
perilaku kekerasan secara
spiritual: wudlu, sholat dzikir,
istighfar

TUK 4:
Klien
memanfaatkan
dengan baik

Membantu
klien
asuhan1. Diskusikan nama obat yang1.
dapatkeperawatan selama 3x interaksiklien konsumsi, frekuensi, waktumengingat obat yang
obatdiharapkan
harus
ia
konsumsi,
klien
dapatdan dosis.
frekuensi, waktu dan
memanfaatkan obat dengan
Setelah

dilakukan

2. Diskusikan akibat pemakaiandosis.

kriteria hasil :
-

Klien menyebutkan nama


obat yang dikonsumsi, dosis,
frekuensi dan waktu

Klien

dapat

obat tanpa konsultasi


3.

Diskusikan

2. Mencegah klien putus

efek

sampingobat

konsumsi obat

4. Jelaskan prinsip
memahamipenggunaan obat

3.
5

Mengurangi

cemas

benarsaat efek samping obat


muncul

akibat pemakain obat tanpa

4.

konsultasi

kemandirian klien dalam

Klien

menyebutkan

samping

obat

efek

Meningkatkan

mengonsumsi obat

yang

dikonsumsi
-

Klien dapat menyebutkan


prinsip 5 benar penggunaan
obat.

2.

Gangguan
sensori:

persepsiTujuan Umum:

Setelah

dilakukan

asuhanBina hubungan saling percayaHubungan

HalusinasiKlien dapat mengontrolkeperawatan selama 3x interaksidengan

prinsip

komunikasipercaya

saling
merupakan

pendengaran

halusinasi

diharapkan

klien

menunjukkan
TUK 1:
Klien

dapatterapeutik.

tanda-tanda

percaya kepada perawat dengan


dapat

membinakriteria hasil:

hubungan saling percaya

- Ekspresi wajah bersahabat


- Menunjukkan rasa senang
- Ada kontak mata

- Sapa klien dengan ramah


baik secara verbal maupun

- Mau menyebutkan nama


- Mau menjawab salam
- Mau duduk berdampingan
dengan perawat

hubungan

interaksi

selanjutnya.

non verbal.
- Perkenalkan

diri

dengan

nama

lengkap

sopan.
- Tanyakan

- Mau berjabat tangan

dasar untuk kelancaran

klien dan nama panggilan


- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Jujur dan menepati janji.
- Tunjukan sikap empati dan
terima klien apa adanya.
- Beri

perhatian

dan

perhatikan kebutuan dasar


TUK 2:

Setelah

dilakukan

klien.
asuhan1. Adakan kontak sering dengan 1. Kontak sering dan

Pasien dapat mengenalkeperawatan selama 2x interaksi


halusinasinya

singkat secara bertahap.

singkat selain upaya

diharapkan klien dapat mengenal

membina hubungan

halusinasinya

saling percaya dapat

dengan

kriteria

hasil :
- Bersedia

memutus
mengungkapkan

masalah yang dihadapi

2. Observasi tingkah laku klien

terkait dengan halusinasinya

- Dapat menyebutkan waktu,

halusinasinya
perilaku

2. Mengenal

saat

halusinasi

timbul

isi, dan frekuensi timbulnya


halusinasi
- Klien

dapat

3. Mengenal

mengungkapkan

perasaan 3. Bantu
klien
mengenal
terhadap halusinasinya
halusinasinya dengan cara :
- Jika menemukan klien yang

memungkinkan
klien

menghindari

sedang

berhalusinasi

faktor

tanyakan

apa

halusinasi

yang

dilihatnya
- Jika klien menjawab ada,
lanjutkan
-

halusinasi

apa

yang

dikatakan
Katakan jika

perawat

percaya

melihat

bayangan
perawat

klien

itu,namun
sendiri

tidak

timbulnya

melihatnya (dengan nada


bersahabat

tanpa 4. Dengan mengetahui

menuduh)
4. Diskusikan
dengan

waktu, isi, frekuensi


kilen

halusinasi,

tentang :
- situasi yang menimbulkan

mempermudah
tindakan

atau tidak menimbulkan


-

halusinasi
waktu dan

keperawatanyang
frekuensi

halusinasi (pagi, siang,


sore, malam atau jika

akan

dilakukan

perawat.
5. Mengidentifikasi

sendiri, jengkel, sedih)


5. Diskusikan dengan kilen

pengaruh halusinasi
pada klien

tentang yang dirasakan jika


terjadi

halusinasi

(marah,

takut, sedih, tenang) beri


kesempatan mengungkapkan
perasaan
TUK 3:

asuhan 1. Identifikasi bersama klien 1.


Klien dapat mengontrolkeperawatan selama 3x interaksi
tindakan yang dilakukan jika
Setelah

dilakukan

Merupakan
untuk

upaya
memutus

halusinasi

diharapkan

klien

dapat

terjadi halusinasi.

halusinasinya 2. Diskusikan manfaat cara


yang digunakan klien, jika
dengan kriteria hasil :
mengontrol

Klien dapat menyebutkan


tindakan

yang

dilakukan

dapat
untuk

mengendalikan
halusinasinya.

3. Diskusikan cara baru untuk


mengontrol

timbulnya

halusinasi seperti
a. Katakan sambil menutupi

telinga

dengan

kedua

Klien dapat memilih cara


yang telah dipilih untuk

tidak nyata
pada saat

halusinasi

muncul.
b. Menemui orang lain atau

mengendalikan halusinasi.

perawat,

Klien dapat mengikuti terapi

anggota keluarga yang

aktivitas kelompok.

lain

teman

untuk

atau

bercakap-

cakap atau mengatakan


halusinasi yang dilihat.
c. Membuat jadwal sehari-

siklus halusinasi.
Reinforcement
positif

dapat

meningkatkan harga

bermanfaat beri pujian.

tangan : Pergi, kamu

2.

3.

diri klien.
Memberi alternative
pikiran bagi klien

hari agar halusinasi tidak


sempat muncul.
d. Meminta

teman/

keluarga/
perawat,

jika

tampak bicara sendiri.


4. Bantu

klien

melatih

dan

memutus halusinasi secara


misalnya 4.

bertahap
mengambil

air

membersihkan
rumah

tangga,

Memotivasi

wudhu,

meningkatkan

alat-alat

keinginan
untuk

mengikuti

cara
kesempatan

klien

melakukan cara yang dilatih

klien
mencoba

memilih salah satu

keanggotaan dimasyarakat.
5. Beri

dapat

5.

pengendalian

halusinasi.
Memberi
kesempatan
kepadaklien

untuk

mencoba cara yang


6. Anjurkan

klien

mengikuti

telah dipilih

TAK

6.

TAK

dapat

mengontrol
halusinasi

TUK 4:

klien
untuk1.
asuhan 1. Anjurkan
Klien mendapat dukungankeperawatan selama 1x interaksi
memberi tahu keluarga bila
keluarga
dalamklien
halusinasi.
mendapat
dukungan
mengontrol halusinasinya keluarga dalam mengontrol
Setelah

dilakukan

halusinasinya

dengan

hasil:
- Klien
hubungan

2.

kriteria

saling

dengan perawat

menjalin
percaya

bantuan
dalam

keluarga
mengontrol

halusinasi.
Meningkatkan
pengetahuan

2. Diskusikan dengan keluarga

dapat

Untuk mendapatkan

tentang
a. Gejala

halusinasi

yang

dialami klien.
b. Cara klien dan keluarga

untuk

memutus

tentang halusinasi.

- Keluarga
menyebutkan

dapat
pengertian,

tanda dan tindakan untuk


mengendalikan halusinasi

halusinasi.
merawat

c. Cara

anggota

keluarga yang halusinasi:


beri

kegiatan

jangan

biarkan sendiri.
informasi

tentang

d. Beri

kapan pasien memerlukan


bantuan.
TUK 5:
Klien
memanfaatkan
dengan baik

asuhan 1. Diskusikan dengan klien dan 1. Dengan mengetahui


dapatkeperawatan selama 3x interaksi
keluarga
tentang
dosis,
efek samping obat
obatdiharapkan
frekuensi dan manfaat obat.
klien tahu apa yang
klien
dapat
harus
dilakukan
memanfaatkan obat dengan
Setelah

dilakukan

setelah minum obat.


2. Bantu
klien

kriteria hasil :
-

Klien dan keluarga mampu

menggunakan

menyebutkan manfaat, dosis 2. Diskusikan bahayanya obat


dan efek samping
-

tanpa konsultasi.

Klien
menginformasikan

dapat
manfaat 3. Bantu

dan efek samping obat

klien

menggunakan

prinsip lama benar.


3. dengan mengetahui
prinsip

maka

kemandirian

klien

tentang pengobatan

Klien

dapat

memahami

akibat pemakain obat tanpa


konsultasi
-

Klien dapat menyebutkan


prinsip 5 benar pengunaan
obat.

prinsip lama benar.

dapat

ditingkatkan

secara bertahap

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Dx
1

Implementasi
Senin, 09 Mei 2016

Evaluasi
Senin, 09 Mei 2016

Pukul 14.30 WIB

Pukul 14.30 WIB

Membina

hubungan

salingS :

percaya
- Klien mengatakan namanya Tn.A
Memperkenalkan diri dengan - Klien mengatakan ingin segera pulang ke

sopan
Meminta

menyebutkan namanya
Memberi kesempatan

rumah
klien

untuk
O:

pada - Klien menjawab salam


pasien untuk mengungkapkan - Klien mau berjabat tangan
- Klien mau menyebutkan nama
perasaannya
- Klien mau duduk berdampingan dengan
perawat
- Ada kontak mata

Putri
A:
TUK 1: Membina hubungan saling percaya
tercapai
P:
- Diskusikan tentang perilaku kekerasan
- Diskusikan tentang tanda dan gejala

perilaku kekerasan
- Diskusikan penyebab perilaku kekerasan

Putri

Dx
1

Implementasi
Senin, 09 Mei 2016

Evaluasi
Senin, 09 Mei 2016

Pukul 17.00 WIB

Pukul 17.15 WIB

a. Diskusikan perilaku kekerasan yangS :


dialami klien
b.

Diskusikan

tanda

dan

gejala

Diskusikan

penyebab

mengatakan

marah

pada

ayahnya karena ingin memiliki motor

perilaku kekerasan yang klien alami


c.

Klien

perilaku

kekersan yang klien alami

baru
Klien mengatakan saat klien marah

maka ia akan berteriak


Klien mengatakan sebelum dibawa ke
RSJ, ia mengamuk

Putri
O:
-

Klien mengepal
Sorot mata tajam
Klien mempraktekan teriak ketika
marah

A:
TUK 2 : Mengenal perilaku kekerasan
tercapai
P:
-

Diskusikan tentang cara mengontrol


perilaku kekerasan secara: fisik, sosial
dan spiritual

Putri

Dx

Implementasi

Evaluasi

Senin, 09 Mei 2016

Senin, 09 Mei 2016

Pukul 18.00 WIB

Pukul 18.20

a. Meminta klien melakukan tarikS :


nafas dalam saat emosi

Klien mengatakan lebih tenang setelah

tarik nafas dalam


Klien mengatakan akan melakukan

kegiatan rumah tangga saat emosi


Klien mengatakan tenang setelah

wudlu dan melakukan sholat maghrib


Klien mengatakan ia senang kalau

b. Mengajarkan klien cara mengontrol


perilaku kekerasan secara fisik
c.

Mengajarkan

cara

mengontrol

perilaku kekerasan secara sosial


d.

Mengajarkan

cara

mengontrol

perilaku kekerasan secara spiritual

mengobrol

dengan

perawat

dapat

meluapkan perasaan yang membuat


Putri

emosi
O:
-

Klien melakukan tarik nafas dalam


Klien membereskan meja makan

setelah makan
Klien merapikan

digunakan saat makan


Klien tampak menyapu
Klien tampak wudlu
Klien melakukan sholat maghrib

kursi

setelah

A:
TUK 3: Mengontrol perilaku kekerasan
tercapai
P:
Diskusikan memanfaatkan obat secara baik
dan benar
Putri

Dx

Implementasi

Evaluasi

Senin, 09 Mei 2016

Senin, 09 Mei 2016

Pukul 19.00 WIB

Pukul 19.20 WIB

a. Diskusikan nama obat yang klienS :

konsumsi, frekuensi, waktu dan


dosis
b. Diskusikan

akibat

pemakaian

obat tanpa konsultasi


c. Diskusikan
efek

samping

Klien mengatakan minum obat 2x/

hari saat pagi dan sore


Klien mengatakan minum obat pagi 2

obat dan sore 3 obat


Klien mengatakan setelah minum obat

konsumsi obat Jelaskan prinsip 5

rasanya akan lemas, mengntuk dan

benar penggunaan obat

Putri

cepat haus
Klien mengatakan jika ia tidak minum

obat maka akan sulit tidur


Klien menyebutkan 5 benar sesuai
yang diajarkan perawat

O:
-

Klien kooperatif
Klien tenang
Klien menjawab

pertanyaan

dari

perawat
A:
TUK 4: Klien dapat memanfaatkan obat
dengan baik tercapai
P:
Diskusikan tentang halusinasi yang terjadi
pada klien
Putri

Dx
2

Implementasi
Senin, 09 Mei 2016

Evaluasi
Senin, 09 Mei 2016

Pukul 14.30 WIB

Pukul 14.40 WIB

a. Mendiskusikan jenis halusinasiS :


yang dialami klien
b.

Mendiskusikan

frekuensi

Klien mengatakan halusinasinya pada

pendengaran
Klien mengatakan bisikannya timbul

ketika siang hari


Klien mengatakan halusinasi muncul

2-3 menit
Klien mengatakan merasa terganggu

saat halusinasi datang


Klien mengatakan akhir-akhir in sudah

dan

waktu halusinasi
c. Mendiskusikan perasaan klien saat
halusinasi terjadi
Putri

tidak muncul lagi halusinasinya


O:
-

Klien lebih tenang


Klien tidak gelisah
Klien kooperatif

A:
TUK 2: Mengenal halusinasi tercapai
P:
Diskusikan

cara

mengontrol

halusinasi

dengan menghardik dan bercakap-cakap


Putri

Dx
2

Implementasi
Rabu, 11 Mei 2016

Evaluasi
Rabu, 11 Mei 2016

Pukul 07.30 WIB

Pukul 08.00 WIB

a. Mendiskusikan jenis halusinasi, isiS :


halusinasi,
halusinasi

frekuensi

dan

waktu

Klien

mengatakan

halusinasinya

b. Mendiskusikan pada klien yang


menimbulkan halusinasi
c. Beri kesmpatan pada klien untuk
mengungkapkan

perasaannya

sekarang sudah tidak muncul


Klien mengatakan halusinasi datang

saat klien melamun


Klien
mengatakan

saat

halusinasinya

berupa bisikan yang membujuk klien

terjadi halusinasi
-

untuk melakukan sesuatu


Klien mengatakan frekuensi halusinasi

2-3 menit ketika siang hari


Klien mengatakan tidak nyaman dan

Putri

merasa terganggu apabila halusinasi


terjadi
O:
-

Klien kooperatif
Klien tenang
Klien tidak gelisah

A:
TUK 2: mengenal halusinasi tercapai
P:
Diskusikan

cara

mengontrol

halusinasi

dengan bercakap-cakap dan menghardik


Putri

Dx
2

Implementasi
Rabu, 11 Mei 2016

Evaluasi
Rabu, 11 Mei 2016

Pukul 11.00 WIB

Pukul 11.20 WIB

a.

Menjelaskan

cara

mengontrolS :

halusinasi dengan menghardik


b.

Menjelaskan

cara

mengotrol

Klien

mengatakan

mempraktekkan

cara

akan
mengontrol

halusinasi dengan bercakap-cakap

halusinasi dengan menghardik dan


-

Putri

bercakap-cakap
Klien
mengatakan

saat

ini

halusinasinya tidak muncul


O:
-

Klien

mempraktekkan

menghardik

halusinasi
Klien mempraktekkan bercakap-cakap

dengan perawat
Klien kooperatif
Klien tenang
Klien aktif

A:
TUK 3: Mengontrol halusinasi tercapai
P:
Diskusikan

pada klien tentang manajemen

dan pemanfaatan obat


Putri

Dx
2

Implementasi
Rabu, 11 Mei 2016

Evaluasi
Rabu, 11 Mei 2016

Pukul 12.00 WIB

Pukul 12.15 WIB

a. Mendiskusikan pada klien tentangS :


obat yang klien konsumsi dan waktu

Klien mengatakan minum obat 2x/

hari pada pagi dan sore hari


Klien mengatakan kalau tidak minum

b. Mendiskusikan akibat tidak patuh

obat

obat makan akibatnya klien akan

c. Memotivasi klien untuk patuh

merasa bingung, susah tidur dan

minum obat
-

rasanya ingin marah


Klien mengatakan akan rutin minum

obat
Klien mengatakan 5 benar obat:

d. Mendiskusikan 5 benar pemberian


obat

pasien, obat, dosis, waktu, rute


Putri
O:
-

Klien kooperatif
Klien tenang
Klien mau menjawab

pertanyaan

perawat
A:
TUK 5: Memanfaatkan obat dengan baik
tercapai
P:
-

Monitor klien dalam patuh minum

obat
Motivasi klien untuk minum obat
secara rutin
Putri

DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP. Jakarta:
Selemba Medika
Keliat, B. A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi II. Jakarta : EGC

Said, S.2013. Laporan Pendahuluan Perilaku Kekerasan. Diunduh pada tanggal


19 April

2014

dari

http://nandarnurse.blogspot.com/2013/11/laporan-

pendahuluan-askep perilaku.html
Sembiring, E.2011.Perilaku Kekerasan. Diunduh pada tanggal 19 April 2014 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27602/4/Chapter%20II.pdf.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung
Yosep. 2009. Keperawatan jiwa edisi refisi. Bandung: PT.Refika Aditama

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA


DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Strategi Pelaksanaan 1

Proses Keperawatan

Kondisi klien
DS:
a. Klien mengatakan ingin beli motor baru tapi belum dibelikan oleh ayahnya
sehingga ia marah
b. Klien mengatakan ingin segera pulang ke rumah
DO:

a
b
c

Klien datang ke RSJ Grhasia pada tanggal 16 April 2016


Klien dirawat sudah kunjungan ke III (ketiga)
Klien putus obat selama 3 bulan
2 Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)
3 Tujuan
a Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, seperti
marah, jengkel, merusak, dan memukul.
c Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
e Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol atau mencegah perilaku
kekerasan secara fisik.
4 Tindakan Keperawatan
a. Bantu pasien mengidentifikasi penyebab PK saat ini dan yang lalu
b. Bantu pasien mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Bantu pasien mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan saat
marah secara verbal
d. Bantu pasien mengidentifikasi akibat PK
e. Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dengan nafas
dalam dan memukul kasur/ bantal.
f. Dorong pasien untuk memasukkan latihan fisik dengan nafas dalam dan
memukul kasur/ bantal ke dalam jadwal kegiatan harian agar terbiasa
mempraktikkannya.
5 Proses Pelaksanaan Tindakan
Fase Orientasi
Menyampaikan salam terapeutik, evaluasi atau validasi, kontrak topik,
waktu, dan tempat.

1) Menyampaikan salam terapeutik

Selamat pagi mas,masih ingat dengan saya? Saya perawat X yang


hari ini jaga shift. Dengan mas siapa ? Lebih senang dipanggil siapa
mas ?
2) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan Mas saat ini? Masih adakah perasaan kesal
atau marah?
3) Menyampaikan kontrak
a) Topik :Sesuai dengan janji kita yang kemarin yaa mas,
hari ini kita sama-sama belajar bagaimana cara
mengontrol marah secara fisik dengan nafas dalam
dan memukul kasur/ bantal.
b) Waktu
c) Tempat
b

:Mas mau berapa lama ?


:Tempatnya mau di sini atau dimana Mas ?

Fase Kerja
Membantu pasien mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu, perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan,
dan perilaku kekerasan yang dilakukan saat marah secara verbal, terhadap
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
1) Apa yang menyebabkan Mas merasa marah? Apakah sebelumnya
Mas pernah marah?
2) Apakah penyebab kemarahan Mas yang sebelumnya sama dengan
penyebab marah Mas saat ini?
3) Lalu apa yang mas lakukan saat Mas marah?
Membantu pasien mengidentifikasi akibat perilakunya
Lalu menurut Mas apa kerugian dari tindakan yang Mas sudah lakukan
tadi ?
Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dengan
nafas dalam dan memukul kasur/ bantal.
Sekarang bagaimana kalau saya latih cara mengontrol marah yang
baik? Caranya adalah secara fisik dengan nafas dalam dan memukul
kasur/ bantal. Cara yang pertama nafas dalam, yaitu tarik nafas dalam
dalam melalui hidung, kemudian ditahan 3 detik/ semampunya, lalu

keluarkan melalui mulut. Sekarang silahkan untuk dicoba dulu. Nah


benar seperti itu, nanti kalau merasa pengen marah, Mas bisa
mempraktikkannya, dilakukan sampai marahnya hilang ya.
Kemudian cara mengontrol marah secara fisik yang kedua adalah
dengan memukul kasur/ bantal, sehingga tidak akan melukai orang lain
dan diri sendiri ketika marah. Nanti bisa juga dipraktikkan ketika merasa
pengen marah ya Mas.
c

FaseTerminasi
1) Evaluasi subjektif
Sekarang bagaimana perasaan Mas setelah belajar teknik
mengontrol rasa marah secara fisik dengan nafas dalam dan
memukul kasur/ bantal?
d Evaluasi Objektif
Coba Mas sebutkan, tadi apa saja yang sudah kita diskusikan
barsama?
Memberikan reinforcement
Iya bagus sekali, Mas sudah dapat melakukannya dengan benar. Mas
bisa menerapkannya nanti kalau ada keadaan yang seperti itu yaa?
f Tindak lanjut klien
1) Nah, Mas kalau ada keadaan yang seperti tadi, Mas bisa
mencoba yaa untuk menerapkan apa saja yang sudah kita
diskusikan barsama
2) Sekarang, kita buat jadwal latihannya ya. Berapa kali sehari Mas
mau melakukan latihan mengontrol marah secara fisik? Jam
berapa saja?
3) Baiklah. Saya catat ke dalam jadwal ya
g Merangkum dan menyampaikan rencana tindak lanjut
a. Tadi kita sudah sama-sama belajar cara untuk mengontrol/
mencegah marah secara fisik : nafas dalam dan memukul bantal/
kasur. Besok ketika Mas sudah pulang, itu bisa diterapkan
e

b. Besok kalau saya kembali lagi berbincang bincang sama Mas

untuk belajar cara mengontrol marah yang lain apa Mas bersedia?
Tempatnya mau dimana ?
c. Yasudah, kalau begitu saya permisi dulu. Mas silahkan istirahat
ya. Selamat pagi.
B. Strategi Pelaksanaan 2
Proses Keperawatan
1. Kondisiklien
DS:
a. Klien mengatakan ingin beli motor baru tapi belum dibelikan oleh ayahnya
sehingga ia marah
b. Klien mengatakan ingin segera pulang ke rumah
DO:
a. Klien datang ke RSJ Grhasia pada tanggal 16 April 2016
b. Klien dirawat sudah kunjungan ke III (ketiga)
c. Klien putus obat selama 3 bulan
2. Diagnosa Keperawatan

Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)


3. Tujuan
Pasien mampu mengontrol PK secara verbal dengan mengungkapkan,
meminta dan menolak tanpa menyakiti orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal dengan
mengungkapkan, meminta dan menolak tanpa menyakiti orang lain.
b Dorong pasien
untuk memasukkan latihan verbal dengan
mengungkapkan, meminta dan menolak tanpa menyakiti orang lain ke
dalam jadwal kegiatan harian agar terbiasa mempraktikkannya.
5. Proses Pelaksanaan Tindakan
a Fase Orientasi
Menyampaikan salam terapeutik, evaluasi atau validasi, kontrak topik,
waktu, dan tempat.
1) Menyampaikan salam terapeutik
Selamat pagi Mas,masih ingat dengan saya?
2) Evaluasi/validasi

Bagaimana perasaan Mas saat ini?


3) Menyampaikan kontrak
a) Topik :Sesuai dengan janji kita yang kemarin yaa mas,
hari ini kita sama-sama belajar bagaimana cara
mengontrol marah secara verbal dengan dengan
mengungkapkan, meminta dan menolak tanpa
menyakiti orang lain
b) Waktu
:Mas mau berapa lama ?
c) Tempat
:Tempatnya mau di sini atau dimana Mas ?

Fase Kerja
Mengevaluasi kegiatan pasien mengontrol PK secara fisik dengan nafas
dalam dan memukul kasur/ bantal.
Bagaimana Mas, apakah latihan fisik dengan nafas dalam dan memukul
kasur/ bantal sudah dilakukan sesuai jadwal? Apakah efektif untuk
mengontrol PK Mas?
Wah bagus sekali Mas, ditingkatkan ya
Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal dengan
dengan mengungkapkan, meminta dan menolak tanpa menyakiti orang
lain.
Sekarang kita sama-sama belajar bicara yang baik untuk mencegah
marah ya Mas. Kalau rasa marahnya Mas sudah bisa disalurkan dengan
cara nafas dalam dan memukul bantal, dan itu membuat mas lega, maka
kita bisa berbicara dengan orang yang membuat Mas marah tersebut.
Caranya ada 3 ya Mas :
1) Meminta dengan baik tanpa marah, dengan nada suara yang rendah, dan
tidak menggunakan kata-kata yang kasar. Kemarin kan Mas cerita
sama saya kalau Mas marah karena orangtua mas tidak segera
membelikan sepedamotor. Coba sekarang Mas praktikan, misalnya gini
Mas (Bu, pak, tolong sepeda motor saya dijual, saya ingin ganti

sepeda motor, kambing saya dijual tidak apa-apa untuk tambahtambah)


2) Menolak dengan baik jika ada yang menyuruh Mas untuk mengerjakan
sesuatu, misalnya Maaf pak/bu, atau siapa yang menyuruh Mas, saya
tidak bisa melakukannya. Saya sedang ada pekerjaan yang tidak bisa
ditinggal. Coba Mas. Nah bagus seperti itu Mas.
3) Mengungkapkan perasaan kesal jika ada yang membuat Mas merasa
kesal dan ingin marah. Misalnya, mas sedang tidur kemudian ada
yang berisik dan mengganggu tidur mas. Mas bisa bilang (Mas/mas,
maaf jangan ribut-ribut yaa, saya mau istirahat dulu). Coba seperti
itu Mas. Nah bagus sekali mas.
c Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
Sekarang bagaimana perasaan Mas setelah belajar teknik
mengontrol rasa marah secara verbal dengan mengungkapkan,
meminta dan menolak tanpa menyakiti orang lain.
Evaluasi Objektif
Coba Mas sebutkan, tadi apa saja yang sudah kita diskusikan
barsama?
2 Memberikan reinforcement
Iya bagus sekali, Mas sudah dapat melakukannya dengan benar. Mas
bisa menerapkannya nanti kalau ada keadaan yang seperti itu yaa?
3 Tindak lanjut klien
a) Nah, Mas kalau ada keadaan yang seperti tadi, Mas bisa
mencoba ya untuk menerapkan apa saja yang sudah kita
diskusikan barsama
b) Sekarang, kita buat jadwal latihannya ya. Berapa kali sehari
Mas mau melakukan latihan mengontrol marah secara fisik? Jam
berapa saja?
i. Baiklah. Saya catat ke dalam jadwal ya
4 Merangkum dan menyampaikan rencana tindak lanjut
a. Tadi kita sudah sama-sama belajar cara untuk mengontrol/
mencegah marah secara verbal : mengungkapkan, meminta dan
menolak tanpa menyakiti orang lain. Besok ketika Mas sudah
pulang, itu bisa diterapkan
1

b. Besok kalau saya kembali lagi berbincang bincang sama Mas

untuk belajar cara mengontrol marah yang lain apa Mas bersedia?
Tempatnya mau dimana ?
c. Yasudah, kalau begitu saya permisi dulu. Mas silahkan istirahat
ya. Selamat pagi.

C. Strategi Pelaksanaan 3

Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS:
a. Klien mengatakan ingin beli motor baru tapi belum dibelikan oleh ayahnya
sehingga ia marah
b. Klien mengatakan ingin segera pulang ke rumah
DO:
a. Klien datang ke RSJ Grhasia pada tanggal 16 April 2016
b. Klien dirawat sudah kunjungan ke III (ketiga)
c. Klien putus obat selama 3 bulan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)
6. Tujuan
Pasien mampu mengontrol PK secara spiritual dengan latihan sholat/ berdoa.
7. Tindakan Keperawatan
c Evaluasi kegiatan pasien mengontrol PK secara verbal : mengungkapkan
marah, meminta, dan menolak tanpa menyakiti orang lain.
d Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual dengan
latihan sholat/ berdoa.
e Dorong pasien untuk memasukkan latihan sholat/ berdoa ke dalam
jadwal kegiatan harian agar terbiasa mempraktikkannya.
8. Proses PelaksanaanTindakan
a Fase Orientasi
Menyampaikan salam terapeutik, evaluasi atau validasi, kontrak topik,
waktu, dan tempat.
1) Menyampaikan salam terapeutik

Selamat pagi mas,masih ingat dengan saya? Saya datang sesuai


dengan janji saya kemarin ya Mas.
2) Evaluasi/validasi

Bagaimana perasaan Mas saat ini?Bagaimana Mas, latihan apa


yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?
3) Menyampaikan kontrak
a. Topik :Sesuai dengan janji kita yang kemarin yaa mas,
hari ini kita sama-sama belajar bagaimana cara
mengontrol marah secara spiritual dengan latihan
sholat/ berdoa.
b. Waktu
c. Tempat
d

:Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang?


Bagaimana kalau 15 menit
:Tempatnya mau di sini atau dimana Mas ?

Fase Kerja
1) Identifikasi ibadah klien :
Maaf kalau boleh tau agama mas apa? (muslim) Coba ceritakan
kegiatan ibadah yang biasa mas lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?
2) Membantu klien mempraktikkan latihan sholat/berdoa
Nah, kalau mas sedang marah coba mas langsung duduk dan tarik
napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat.
Mas bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.
Coba Mas sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?
Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).
Coba sekarang mas praktik shalat
Bagus sekali mas, pandai
3) Membantu klien memasukkan kegiatan sehari-hari
Mulai sekarang mas coba kerjakan sholat lima waktu sesuai jadwal
sholat dan masukkan dalam jadwal kegiatan mas sehari-hari
Fase Terminasi

1) Evaluasi

2)

Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara


yang ketiga ini?
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?
Bagus.
Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan mas.
Mau berapa kali mas sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........
(sesuai kesepakatan pasien)
Coba mas sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Maslakukan bila
Masmerasa marah.
RTL (Rencana Tindak Lanjut)
Setelah ini coba mas lakukan jadwal sholat/ berdoa sesuai jadwal

yang telah kita buat tadi


3) Kontrakwaktu yang akan dating
Besok kita ketemu lagi ya mas, nanti kita bicarakan lagi apa yang
sudah kita pelajari.
4) Antisipasi masalah
Mas, jika Mas merasa ingin marah lagi pada saat saya tidak ada,
Mas dapat melakukan sendiri teknik relaksasi napas dalam serta
pukul kasur dan bantal yang telah saya ajarkan kemarin. Mas juga
harus latihan cara bicara untuk mencegah marah, dan sholat atau
jika dengan teknik tersebut rasa marah Mas tidak berkurang Mas bisa
memanggil perawat yang ada di sini. Baik Mas, kalau begitu saya
permisi dulu, sampai nanti.
Baiklah kalau begitu saya permisi dulu. Mas silahkan melanjutkan
aktivitas ya. Selamat pagi.

D. Strategi Pelaksanaan 4

Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS:

a. Klien mengatakan ingin beli motor baru tapi belum dibelikan oleh ayahnya
sehingga ia marah
b. Klien mengatakan ingin segera pulang ke rumah
DO:
a. Klien datang ke RSJ Grhasia pada tanggal 16 April 2016
b. Klien dirawat sudah kunjungan ke III (ketiga)
c. Klien putus obat selama 3 bulan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)
3. Tujuan
Pasien mampu mengontrol PK dengan obat.
4. Tindakan Keperawatan
Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang
sudah dilatih.
b Evaluasi kebiasaan minum obat pasien dan adanya putus obat.
c Kontrol obat pasien selama perawatan dan efek samping yang mungkin
muncul.
d Beri edukasi tentang jadwal minum obat pasien, dosis, waktu, rute, dan
efek samping.
e Kelola pemberian terapi obat sesuai anjuran dokter.
5. Proses Pelaksanaan Tindakan
a. Fase Orientasi
1 Menyampaikan salam terapeutik
Assalamualaikum Mas, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini
kita ketemu lagi.
a

Evaluasi/ validasi
Bagaimana Mas, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek
kegiatannya.
3 Menyampaikan kontrak
a) Topik :Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan
2

b) Waktu
c) Tempat

latihan tentang cara minum obat yang benar untuk


mengontrol rasa marah?
:Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit
:Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di tempat kemarin?

d. Fase Kerja
1) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar

(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat.
Mas sudah dapat obat dari dokter?
Berapa macam obat yang Mas minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapa Mas minum? Bagus!
Obatnya ada tiga macam mas, yang warnanya kuning namanya
Clozapin gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya
THP(Ttihexyphenidyl) agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah
jambu ini namanya Resperidon agar pikiran teratur dan rasa marah
berkurang.. Obat warna kuning diminum 1x sehari, yang warna
kuning diminum malam hari. Sedangkan yang warna putih dan merah
jambu diminum 2x sehari, yaitu pagi dan malam hari
Bila nanti setelah minum obat mulut Mas terasa kering, untuk
membantu mengatasinya Mas bisa mengisap-isap es batu.
Bila terasa mata berkunang-kunang, Mas sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu
Nanti di rumah sebelum minum obat ini Mas lihat dulu label di
kotak obat apakah benar nama Mas tertulis disitu, berapa dosis yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah
nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster
kemudian cek lagi apakah benar obatnya!
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya Mas, karena dapat terjadi kekambuhan.
2) Susun jadwal minum obat secara teratur
Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya
Mas.

e. Fase Terminasi
1) Evaluasi

Bagaimana perasaan Mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara


minum obat yang benar?
Coba Mas sebutkan lagi jenis obat yang Mas minum! Bagaimana
cara minum obat yang benar?
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan
minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.
2) RTL (RencanaTindakLanjut)
Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana Mas
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa
marah. Sampai jumpa, selamat beraktivitas.

Você também pode gostar