Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Menjaga martabatnya
Bukan kebetulan, semua pasti sudah ada yang mengatur, tumben-tumbenan saya
beli pulsa di konter hape pinggir jalan.
Sementara masih menunggu pulsa terisi, mata ini tertarik pada sesosok bapak
paruh baya yang sedang melihat-lihat hape seken. Beberapa kali ia bertanya ke
penjaga konter perihal harga beberapa hape yang ditunjuknya, namun beberapa
kali pula dahinya mengernyit.
Akhirnya saya beranikan diri bertanya, "mau beli hape pak?" Ia mengangguk, lalu
tangannya kembali menunjuk satu hape lagi. Lagi-lagi ia murung, karena harganya
terlalu mahal baginya.
"Hape nya buat bapak pakai sendiri?" tanya saya lagi. Ia hanya menggeleng.
Kemudian hendak berlalu pergi. Langkahnya gontai, lalu saya tahan. "Buat siapa
pak?"
"Saya sudah lama ingin memenuhi janji. Waktu ulang tahun anak saya yang SMA
tahun lalu, saya janji akan belikan hape kalau ia berprestasi, nilai raportnya
bagus..."
Lalu...
Intinya, janjinya sudah lewat satu tahun. Si anak sebenarnya nggak pernah menagih
karena ia sadar keadaan bapaknya. Begitu yang saya tangkap dari ceritanya.
Tapi seorang Ayah pantang ingkar janji. Ia berusaha untuk membayar janjinya,
meski harus tertunda sekian waktu. Dan hari ini, ternyata hari ulang tahun anaknya
itu, ia berencana menunaikan janjinya sekaligus memberi kejutan. Tapi apa boleh
buat, ia berencana menunda kembali janjinya. Sampai datang waktunya nanti.
"Memang Bapak pegang uang berapa?" tanya saya.
"Dua ratus lima puluh ribu..." sambil menunjukkan uang yang digulung dan diikat
karet gelang. Hanya ada pecahan ribuan dan dua ribuan. Entah berapa lama ia
mengumpulkannya.
"Boleh saya bantu?" sambil beri senyum terbaik.
Tapi ia menolak. "Saya harus membeli dengan yang saya sendiri," katanya.
Saya melirik hape yang tadi ditunjuk dan bertanya pelan ke penjaga perihal
harganya.
"Oh bukan gitu pak, saya hanya akan bantu menawar harganya, biar bapak tetap
bisa beli dengan uang itu," saya nggak mau kalah. Dan ia pun setuju. Tanpa ia
ketahui kesepakatan antara saya dan penjual hape itu.
Akhirnya, Bapak itu tersenyum karena ia bisa membawa pulang janjinya. Boleh jadi
itu hanya satu janji dari sekian banyak janji yang belum mampu ia penuhi. Entah
kenapa tiba-tiba ia memegang tangan dan pundak saya lalu ia memijat-mijatnya.
"Terima kasih anak muda, sudah bantu walau cuma bantu menawar harga hape itu,
biar saya pijat sebentar untuk membalas kebaikan anak muda".
Takjub saya dengan Bapak ini. Ia menjaga martabat dirinya, bahkan ia mencoba
membayar kebaikan saya dengan memijat pundak dan tangan ini.
Hari ini saya belajar lagi. Seorang Ayah bukan hanya pantang mengingkari janji,
tetapi juga tetap harus menjaga martabat diri dan keluarganya.
Mubarok menjawab
"... Hamba belum pernah merasakannya tuan, jadi belum mengerti"
"Kenapa kau tidak mencobanya" tanya Nuh
Mubarok menjawab
"Karena tuan hanya menyuruh hamba mengurusnya, dan tidak menuruh memakannya, maka
hamba tidak akan berkhianat"
Rupanya Mubarok bukan sekedar seorang budak, namun seorang yang ahli ibadah dan taat pada
Allah.
Singkat kisah Nuh menjodohkan Mubarok kpada Putrinya,
Masya Allah...
Sang putri cantik itu menerima sang budak jadi suaminya, padahal pangeran2 tampan telah ia
tinggalkan
Dan dari mereka lahirlah Abdullah bin Mubarok seorang Ulama Besar dikalangan Tabiin.
Hikmah:
..Memilih suami/istri itu utamakan taqwanya, jugan menolaknya karena ga ganteng dan ga kaya.
..Menjaga Amanah dan menjauhi yang syubhat-haram, Allah ganti dg yang lebih baik
..Generasi terbaik lahir dari teladan orang tuanya
ILMU YAKIN
Minggu lalu saya dapat rejeki, waktu pulang dari satu tempat saya melihat seorang
simbah-simbah berkain jarik membawa tenggok bambu sedang berjalan di pinggir
jalan aspal yang ramai, langsung motor saya pepetkan di depan simbah itu..
"Ajeng ten pundi mbah? Monggo sareng leh kulo.." Saya mengajak simbah itu untuk
saya boncengkan.
"Inggih mas, matur nuwun.." Tanpa ragu simbah itu naik ke boncengan, siuuutt!
PW.. Posisi wuenak!
Motor saya gas pelan, ternyata siang itu saya akan dapat ilmu baru..
Namanya mbah Muji, sehari-hari jualan toge di sebuah pasar di Jogja. Kalau pagi
mbah Muji diantar oleh cucunya naik motor sejauh 6 kilometer, cucunya lanjut kerja
sampai sore sehingga tidak bisa menjemput mbah Muji ke pasar. Bubaran pasar jam
11 siang, mbah Muji pulang dengan naik bis, turun di perempatan jalan besar, lalu
harus berjalan kaki 3 kilo sampai ke rumah di siang hari yang panas itu..
Whottt! Jalan kaki pulangnya?
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya
[QS. Ath Tholaq: 2-3]
Hutang belum selesai, sabarrr.. Bersandar terus pada Allah biar dikasih jalan keluar..
Ibadahnya makin digenjot habis, habissss sehabis-habisnya!
Masalah-masalah seperti buntu, gak ada jalan keluar, sabarr.. Minta ke Allah
langsung semua solusinya, yakin pasti ada jalannya..
Ilmu yakin, "Aku ini diciptakan oleh Zat Yang Maha Kaya, kenapa aku harus takut
menjadi miskin.."
Simbah sudah sampai di depan rumah, saya pamitan langsung, sambil
menyalaminya, simbah mengguyuri saya dengan doa-doa yang membuat saya
merinding mendengarnya..
Jogja yang panas siang ini, entah mengapa jadi terasa sejuk tembus ke hati...
Nilai dari sebuah baju bekas
Dia berkulit hitam, lahir di daerah kumuh Brooklyn, New York, ia melewati kehidupannya dlm
lingkungan miskin dan penuh diskriminasi.
Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya,
Menurutmu, brp nilai pakaian ini?
Ia menjawab, Mungkin USD 1.
Bisakah dijual seharga USD 2?
Jika berhasil, berarti engkau telah membantu ayah dan ibumu."
Saya akan mencobanya.
Lalu dia membawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah dan menjual selama lebih dari
enam jam, akhirnya ia berhasil menjual USD 2 dan berlari pulang.
Kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kpdnya,
Coba engkau menjual seharga USD 20?
"Bagaimana mungkin?
Pakaian ini paling hanya USD 2."
Ayahnya berkata, Mengapa engkau tdk mencobanya dulu?
Akhirnya, ia mendapatkan ide. Ia meminta bantuan sepupunya untuk menggambarkan seekor
Donald Duck yang lucu dan seekor Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Ia lalu
menjualnya di sekolah anak orang kaya, dan laku USD 25.
Ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya,
Apakah engkau mampu menjualnya dgn harga USD 200?"
Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun, kebetulan aktris film populer Charlie Angels,
Farrah Fawcett berada di New York, sehabis konferensi pers, ia pun menerobos penjagaan pihak
keamanan dan meminta Farrah Fawcett membubuhkan tanda tangan di pakaian bekasnya.
Kemudian terjual USD 1500.
Malamnya, ayahnya bertanya,
Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian ini, apa yang engkau pahami?
Ia menjawab Selama kita mau berpikir pasti ada caranya.
Ayahnya menggelengkan kepala,
Engkau tdk salah!
Tapi bukan itu maksud ayah, ayah hanya ingin memberitahukanmu bahwa sehelai pakaian bekas
yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya.
Apalagi kita sebagai manusia?
Mungkin kita berkulit gelap dan miskin, tapi apa bedanya?
Sejak itu, ia belajar dengan lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun
kemudian, namanya terkenal di seluruh dunia.
Prasangka
Seseorang SMS sahabat karibnya: "Bro, aku lagi butuh 500 ribu, penting banget, darurat. Please,
tolong pinjami aku dulu".
Sahabatnya membalas: "Tunggu barang setengah jam ya bro, insya Allah nanti aku transfer".
Sudah lewat dari 1/2 jam . . satu jam . . tapi sahabatnya tidak juga memberi kabar. Ketika
ditelpon pun ternyata HP nya tidak aktif.
Ia pun kecewa kepada sahabatnya itu. Ia merasa sahabatnya meninggalkannya. Bahkan setelah
dua jam berlalu HP sahabatnya belum juga bisa dihubungi, tidak aktif!
Ia pun mengirim SMS kepada sahabatnya, isinya:
"Selama ini aku tidak pernah mengecewakanmu bro. Selama ini kita saling bantu. Kita sudah
seperti saudara. Tapi kenapa sekarang engkau lari dariku?! Apa salahku?!"
Tapi status pengirimannya PENDING, belum terkirim.
15 menit kemudian, sahabatnya menelpon. Baru saja ia bertanya kepada sahabatnya kenapa tidak
bisa dihubungi, tiba-tiba ada SMS masuk ke HP sahabatnya.
"Sebentar ya bro, aku matiin dulu, ada SMS masuk, aku takut ini SMS penting".
Ternyata SMS yg tadi dikirim, baru saja sampai ke HP sahabatnya itu. Setelah dibaca,
sahabatnya menelpon kembali dan berkata:
"Astaghfirullah, semoga Allah mengampunimu, brooo . . Aku tidak bermaksud mematikan HP
untuk lari darimu. Aku mematikan HP karena aku sedang menjual HPku untuk membantu
kebutuhanmu. Lalu, dari sisa penjualan, aku belikan HP second agar bisa menghubungimu".
*****
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian"
prasangka itu adalah dosa..." (QS. al-Hujuraat/49: 12)
~copas
***
Kami dapat dari status seorang teman di fb, jika Anda tahu siapa penulis aslinya mohon
sampaikan kepada kami untuk kami cantumkan
kisah umar dan keperihatinan para rakyat
Pelajaran mana yang lebih baik daripada sebuah keteladanan? Terlebih dalam kondisi ketika
banyak pemimpin negeri kita yang tak amanah. Namun tak selayaknya kita berputus asa, justru
kita wajib berdoa. Semoga Allah kan hadirkan sosok pemimpin teladan seperti sejarah merekam
Umar bin Khattab dan kepemimpinan beliau dalam kisah inspirasi berikut...
***
Krisis itu masih melanda Madinah. Korban sudah banyak berjatuhan. Jumlah orang-orang miskin
terus bertambah. Khalifah Umar Bin Khatab yang merasa paling bertanggung jawab terhadap
musibah itu, memerintahkan menyembelih hewan ternak untuk dibagi-bagikan pada penduduk.
Ketika tiba waktu makan, para petugas memilihkan untuk Umar bagian yang menjadi
kegemarannya: punuk dan hati unta. Ini merupakan kegemaran Umar sebelum masuk islam.
Dari mana ini? Tanya Umar.
Dari hewan yang baru disembelih hari ini, jawab mereka.
Tidak! Tidak! kata Umar seraya menjauhkan hidangan lezat itu dari hadapannya. Saya akan
menjadi pemimpin paling buruk seandainya saya memakan daging lezat ini dan meninggalkan
tulang-tulangnya untuk rakyat.
Benar, kata badui itu. Saya tidak pernah makan dengan samin atau minyak zaitun. Saya juga
sudah lama tidak menyaksikan orang-orang memakannya sampai sekarang, tambahnya.
Mendengar kata-kata sang badui, Umar bersumpah tidak akan makan lemak sampai semua orang
hidup seperti biasa. Ucapannya benar-benar dibuktikan. Kata-katanya diabadikan sampai saat itu,
Kalau rakyatku kelaparan, aku ingin orang pertama yang merasakannya. Kalau rakyatku
kekenayangan, aku ingin orang terakhir yang menikmatinya.
Padahal saat itu Umar bisa saja menggunakan fasilitas Negara. Kekayaan Irak dan Syam sudah
berada ditangan kaum Muslimin. Tapi tidak. Umar lebih memilih makan bersama rakyatnya.
Pada kesempatan lain, Umar menerima hadiah makanan lezat dari Gubernur Azerbeijan, Utbah
bin Farqad. Namun begitu mengetahui makanan itu biasanya disajikan untuk kalangan elit, Umar
segera mengembalikannya. Kepada utusan yang mengantarkannya Umar berpesan,
Kenyangkanlah lebih dulu rakyat dengan makanan yang biasa Anda makan.
Sikap seperti itu tak hanya dimiliki Umar bin Khattab. Ketika mendengar dari Aisyah bahwa
Madinah tengah dilanda kelaparan. Abdurrahman bin Auf yang baru pulang dari berniaga segera
membagikan hartanya pada masyarakat yang sedang menderita. Semua hartanya dibagikan.
Ironisnya, sikap ini justru amat jauh dari para pejabat sekarang. Penderitaan demi penderitaan
yang terus melanda bangsa ini, tak meyadarkan mereka. Naiknya harga kebutuhan pokok
sebelum harga BBM naik dan meningkatnya jumlah orang-orang miskin, tak menggugah hati
mereka. Bahkan, perilaku boros mereka kian marak.
Anggota Dewan yang ditunjuk rakyat sebagai wakil, justru banyak yang berleha-leha. Santai dan
mencari aman. Pada saat yang sama, para pejabat yang juga dipilih langsung, tak pernah
memikirkan rakyat. Yang ada dalam benak mereka , bagaimana bisa aman selama lima tahun ke
depan.
Mereka yang dulu vocal mengkritik para pejabat korup dan zalim, justru kini diam. Ia takut kalau
kursi yang saat ini didudukinya lepas. Sungguh jauh beda dengan Abu Dzar al-Ghifari, seorang
sahabat Rasulullah saw. Ketika suatu saat dia cukup pedas mengkritik para pejabat di Madinah,
Ustman bn Affan memindahkannya ke Syam agar tak muncul konflik. Namun, ditempat inipun ia
melakukan kritik tajam pada Muawiyah bin Abu Sufyan agar menyantuni fakir miskin.
Muawiyah pernah mengujinya dengan mengirimkan uang. Namun ketika esok harinya uang itu
ingin diambilnya kembali, ternyata Abu Dzar telah membagikannya pada fakir miskin.
Sesungguhnya, negeri kita ini tidak miskin. Negari kita kaya. Bahkan teramat kaya. Tapi karena
tidak dikelola dengan baik, kita menjadi miskin. Negeri kita kaya, tapi karena kekayaan itu
hanya berada pada orang-orang tertentu saja, rakyat menjadi miskin. Kekayaan dimonopoli oleh
para pejabat, anggota parlemen dan para pengusaha tamak.
Di tengah suara rintihan para pengemis dan orang-orang terlantar, kita menyaksikan para pejabat
dan orang-orang berduit dengan ayik melancong ke berbagai negari. Mereka seolah tanpa dosa
menghambur-hamburkan uang dengan membeli barang serba mewah.
Ditengah gubuk-gubuk reot penuh tambalan kardus bekas, kita menyaksikan gedung-gedung
menjulang langit. Diantara maraknya tengadah tangan-tangan pengemis, mobil-mobil mewah
dengan santainya berseleweran. Pemandangan kontras yang selalu memenuhi hari-hari kita.
Dimasa Umar bin Abdul azis, umat islam pernah mengalami kejayaan. Kala itu sulit mencari
mustahiq (penerima) zakat. Mereka merasa sudah mampu, bahkan harus mengeluarkan zakat.
Mereka tidak terlalu kaya. Tapi, kekayaan dimasa itu tidak berkumpul pada orang-orang tertentu
saja.
Disinilah peran zakat, infak dan shadaqah. Tak hanya untuk membersihkan harta si kaya, tapi
juga menuntaskan kemiskinan.
Jika ini tidak kita lakukan, kita belum menjadi mukmin sejati. Sebab, seorang Mukmin tentu
takkan membiarkan tetanggana kelaparan. Rasulullah saw bersabda, Tidak beriman seseorang
yang dirinya kenyang, sementara tetangganya kelaparan. (HR. Muslim)
mengerjakan apa?"
Tukang ketiga menjawab, "Saya sedang membangun mimpi anak-anak di desa ini supaya mereka
berani bermimpi lebih tinggi dan meraih cita-citanya, sehingga mereka membawa manfaat di
masyarakat."
------------------Kawan, itulah visi.. kita mungkin melakukan hal yang sama persis dengan rekan kerja kita, kita
mungkin melakukan bisnis yang sama dengan rekan maupun pesaing-pesaing kita. Tapi milikilah
visi yang jauh didepan sana dan mampu menggetarkan jiwa bagi siapa saja yang mendengarnya.
Tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah pekerjaan yang kita lakukan saat ini hanya untuk
mengisi perut bulan depan?
Terlebih ibadah kita, apakah hanya untuk menggugurkan kewajiban? ataukah kita memiliki visi
yang jauh untuk di akhirat nanti?
Banyak murid mulai datang memenuhi ruang pengajaran. Mereka datang dan duduk dengan
tenang dan rapi, memandang ke depan, siap untuk mendengar apa yang dikatakan oleh sang
guru.
Akhirnya sang guru pun datang, lalu duduk di depan para murid-muridnya. Sang guru membawa
sebuah toples besar, disampingnya terdapat setumpuk batu kehitaman seukuran genggaman
tangan. Tanpa bicara sepatah kata pun, Sang guru mengambil batu-batu tersebut satu persatu, lalu
memasukkannya hati-hati ke dalam toples kaca. Ketika toples tersebut sudah penuh dengan batu
hitam tadi, sang Guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya.
"Apakah toplesnya sudah penuh?"
"Ya guru," jawab para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".
Tanpa berkata apa-apa, sang guru mulai memasukkan kerikil-kerikil bulat berwarna merah ke
dalam toples itu.Kerikil-kerikil itu cukup kecil sehingga jatuh di sela-sela batu hitam besar tadi.
Setelah semua kerikil masuk kedalam toples, sang guru berbalik kepada para murid, lalu
bertanya.
"Apakah toplesnya sudah penuh?"
"Ya guru," jawab para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".
Masih tanpa berkata apa-apa lagi, kini sang guru mengambil satu wadah pasir halus, lalu
memasukkannya ke dalam toples. Dengan mudah pasir-pasir tersebut pun masuk memenuhi selasela kerikil merah dan batu hitam. Setelah masuk semua, kini sang guru berbalik kepada para
murid, lalu bertanya lagi.
"Apakah toplesnya sudah penuh?"
Sekarang para murid tak terlalu percaya diri menjawab pertanyaan gurunya. Namun terlihat
bahwa pasir tersebut jelas memenuhi sela-sela kerikil di dalam toples, membuatnya terlihat
sudah penuh. Kali ini hanya sedikit yang mengangguk, lalu menjawab,
"Ya guru," jawab beberapa murid, "Benar, toples itu sudah penuh".
Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru berbalik mengambil sebuah tempayan berisi air, lalu
menuangkannya dengan ahti-hati ke dalam toples besar tersebut. Ketika air sudah mencapai bibir
toples, kini sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya lagi.
"Apakah toplesnya sudah penuh?"
Kali ini kebanyakan murid memilih diam, namun ada dua hingga tiga yang memberanikan diri
menjawab,
"Ya guru," jawab sedikit murid tersebut, "Benar, toples itu sudah penuh".
Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru mengambil satu kantong berisi garam halus.
Ditaburkannya sedikit-sedikit dan hati-hati dari atas permukaan air, garam pun larut, lalu
ditambahkan lagi sedikit, demikian seterusnya hingga seluruh garam tersebut habis larut dalam
air. Kini sang guru menghadap kepada par amurid, dan sekali lagi bertanya, "Apakah toplesnya
sudah penuh?"
Kali ini semua murid benar-bnar diam. Hingga akhirnya seorang murid yang berani menjawab,
"Ya guru, toples itu sekarang sudah penuh".
Sang guru menjawab, "Ya benar, toples ini sekarang sudah penuh".
Sang guru kemudian melanjutkan perkatannya,
"Sebuah cerita selalu memiliki banyak makna, dan setiap dari kalian telah memahami banyak hal
dari demonstrasi ini. Diskusikan dengan tenang sesama kalian, apa hikmah yang kalian punya.
Berapa banyak hikmah berbeda yang dapat kalian temukan dan kalian ambil darinya."
Para murd pun memandang sang guru, dan ke arah toples yang kini berisi dengan berbagai
warna, ada hitam, ada merah, ada pasir, air, dan garam. Lalu dengan tenang mereka
mendiskusikan dengan murid lainnya. Setelah beberapa menit kemudian sang guru mengangkat
tangannya, seluruh ruangan pun diam. Sang guru lalu berkata,
"Selalu ingatlah bahwa tak pernah ada hanya satu interpretasi dari segalanya. Kalian telah
mengambil semua hikmah dan pesan dari cerita, dan setiap hikmah, sama pentingnya dengan
yang lain.
Lalu tanpa berkata-kata lagi, sang guru pun bangkit dan meninggalkan ruangan.
PANJANG TANGAN DAN SEDEKAH
Dalam suatu riwayat Aisyah pernah berkisah, bahwa suatu waktu setelahkematian Nabi SAW,
para istrinya berkumpul pada suatu rumah salah satu diantaranya. Lalu mereka mengukur
tangan-tangan mereka di tembok untuk mencari tangan mana yang terpanjang. Aktivitas ini
sering dilakukan mereka, sampai meninggalnya Zainab binti Jahsy.
Apa sebab hal ini dilakukan oleh para istri Nabi SAW? Ternyata, suatu waktu Rasulullah SAW
pernah bersabda seperti diriwayatkan Bukhari dan Muslim,
"Bahwa yang paling cepat menyusul diriku dari kalian (istri-istriku) adalah yang paling pajang
tangannya."
Yang paling cepat menyusul Rasulullah SAW adalah Zainab binti Jahsy. Sementara Zainab
memiliki tangan yang pendek dan bukan yang terpanjang bila dibandingkan dengan istri Nabi
SAW lainnya.
Mengapa Zainab? Menurut Aisyah dinukil dari hadits yang sama, karena Zainab bekerja dengan
tangannya sendiri dan selalu bersedekah. Bahkan pada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh athThbarani dalam al-Ausath disebutkan bahwa Zainab radhiallhu 'anha merajut pakaian kemudian
memberikannya kepada pasukan Nabi SAW. Para pasukan Nabi SAW menjahit serta
memanfaatkannya pada saat peperangan.
Akhirnya para istri Nabi SAW pun mengetahui maksud Nabi SAW mengenai apa yang
disebutnya dengan "panjang tangan", yakni suka bersedekah. Dan Zainab-lah ang dimaksud
dalam hadits tersebut.
Wallahu'alam.
Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak,
tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat
berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais
senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan
yang sulit ia kabulkan.
"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu
dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah
jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta
dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki
kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kirakira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata
Uwais membuatkan kandang di puncak bukit.
Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais
gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin
hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi
karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg,
begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat
barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap
hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah,
alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit,
demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan
bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa.
"Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya
ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk
surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."
Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun
memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya.
Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan
disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua
sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan
"Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu
berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia
akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia
berdua untuk kamu berdua."
"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak
kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan
Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula
memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang
terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim.
Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi
lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai
sanak family sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan
menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya
cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk
membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya.
Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat
beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu
berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap
melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi
Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang
Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah
karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni.
Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai
ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah
bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui
Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi
Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara
Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula
lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian?
Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang
wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat
ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi
hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di
Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika
mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya
berkata, pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah
berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.
Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia
berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan
ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama
ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni
menuju Madinah.
Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun
tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman,
segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais
Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais AlQarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota.
Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais AlQarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi
salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam,
Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat
Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan,
Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan
kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah
dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais
Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu
adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab,
Abdullah. Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, Kami juga
Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya? Uwais
kemudian berkata, Nama saya Uwais Al-Qarni.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal
dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan
istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, saya lah yang
harus meminta do'a pada kalian.
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, Kami datang kesini untuk mohon doa
dan istighfar dari anda. Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena
desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan
membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan
uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais
menampik dengan berkata, Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang.
Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.
Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada
saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk
memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun
sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika
orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang
menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar
biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Apa arti sebuah lilin dalam kehidupan? Mungkin ini terlalu dipertanyakan. Sebab, lilin hanya
sebuah benda kecil. Kegunaannya baru Nampak ketika lampu listrik di rumah kita padam. Tapi,
lilin adalah cahaya. Dan cahaya merupakan sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Yang
terakhir ini bukan materi. Ia tidak memiliki daya. Ia adalah keadaan hampa cahaya. Karena itu,
meskipun kecil, lilin selalu dapat mengusir gelap.
Mencaci maki kerusakan dan kekacauan di sekitar kita, tak akan memperbaiki masalah.
Hanya dengan bertindak nyata-lah, insya Allah keburukan kan sirna, berganti dengan
kebaikan.