Você está na página 1de 4

1. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin, usia, berat badan dengan keluhan pada kasus?

Usia
Pada 65 % pasien, epilepsi dimulai pada masa kanak-kanak. Puncak insidensi epilepsi
terdapat pada kelompok usia 0-1 tahun, kemudian menurun pada masa kanak-kanak, dan
relatif stabil sampai usia 65 tahun. Menurut data yang ada, insidensi per tahun epilepsi per
100000 populasi adalah 86 pada tahun pertama, 62 pada usia 1 5 tahun, 50 pada 5 9 tahun,
dan 39 pada 10 14 tahun.
2. Apa saja bentuk bangkitan kejang pada anak? (klonik tonik dsb)
Kejang Parsial
- Kejang Parsial Sederhana
Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:
Tanda-tanda motoriskedutaan pada wajah. Tangan, atau salah satu sisi
tubuh : umumnya gerakan kejang yang sama.
Tanda atau gejala otonomikmuntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus-mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia.
Gejala psikikdejavu, rasa takut, sisi panoramic.
- Kejang parsial komplesk
o Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks.
o Dapat mencakup otomatisme atau gerakan aromaticmengecapkan
bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan
dan gerakan tangan lainnya.
o Dapat tanpa otomatismetatapan terpaku.
- Kejang parsial yang menjadi kejang generalisata sekunder
o Kejang parsial sederhana menjadi kejang umum
o Kejang parsial kompleks menjadi kejang umum
o Kejang parsial sederhana menjadi kejang parsial kompleks dan kemudian
menjadi kejang umum
Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)
- Kejang Absens
o Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.
o Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari
15 detik.
o Awitan dan khiran cepat, setelah itu kembali waspada dan berkonsentrasi
penuh.
o Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering sembuh
dengan sendirinya pada usia 18 tahun.
- Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
mendadak
- Kejang MioklonikLanjutan
o Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik, berupa
kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki.
o Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam
kelompok.
o Kehilangan kesadaran hanya sesaat
- Kejang Tonik-Klonik

Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
otot ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung kurang dari 1
menit.
o Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kebih dan usus.
o Tidak adan respirasi dan sianosis
o Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan
bawah.
o letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical
Kejang Atonik
o Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak
mata turun, kepala menunduk atau jatuh ketanah.
o Singkat, dan terjadi tampa peringatan.
Status Epileptikus
o Biasanya. Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang.
o Anak tidak sadar kembali diantara kejang.
o Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia
o memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera
o

3. Apa kontraindikasi pemberian diazepam pada anak?


- Pasien yang hipersensitif dengan diazepam
- Pada anak dibawah umur 6 bulan
- Pasien dengan myasethenia gravis, insufisiensi saluran pernapasan berat,
insufisiensi hati berat dan sindroma sleep apnea serta glukoma sudut tertutup
akut.

4. Apa hubungan riwayat meningitis dengan keadaan anak saat ini?


Kejang demam akibat meningitis yang dialami oleh anak pada usia 6 bulan merupakan factor
resiko dari epilepsy. Jika anak mengalami kejang demam saat usia masih kurang dari 12 bulan
maka memiliki kemungkinan untuk mengalami kejang berulang.
5. Mekanisme tampak mulut penderita mencong ke sebelah kiri
Kejang dua kali dengan periode interiktal tidak sadar yang cukup lama hipoksia lesi
pada cortex motorik system saraf pusat yang mengenai nervus facialis (N.VII) sinistra
paralisis semua otot ekspresi wajah dextra, termasuk otot-otot yang berfungsi untuk:
Menarik bibir atas ke lateral dan ke atas (m. levator labii superioris),
menarik angulus oris ke arah medial dan ke atas (m. levator anguli oris),
menarik angulus oris ke sisi lateral atas (m. zygomaticus mayor dan minor)
Ini menyebabkan hipotoni pada otot yang mengalami kelemahan (tonus otot menururun/tidak
dapat dipertahankan) mulut mencong ke sebelah kiri
6. Lidah deviasi ke kanan dan tremor lidah
Kejang dua kali dengan periode interiktal tidak sadar yang cukup lama hipoksia lesi
pada cortex motorik system saraf pusat yang mengenai nervus hipoglosus (N.XII) bagian kiri
kelumpuhan pada M. genioglossus dextra lidah deviasi ke kanan dan tremor lidah
7. Bagaimana grading dari interpretasi pemeriksaan tonus otot?

Maka anak laki-laki pada kasus memiliki kekuatan otot derajat 3 pada ekstremitas kanan dan
derajat 5

8. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan apa diagnosis kerja dari kasus?
3 Langkah untuk mendiagnosa epilepsi:
I : pastikan epilepsi/ bukan.

II : tentukan jenis bangkitan

III : tentukan sindrom epilepsi + etiologi


Penyebab tersering
- Kejang demam
- Infeksi: meningitis, ensefalitis
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia,
gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan
metabolik bawaan
- Trauma kepala
- Keracunan: alkohol, teofilin
- Penghentian obat anti epilepsy
- Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial,
- idiopatik
Epilepsi ditegakkan diatas dasar gambaran epileptoform dan juga melalui gambaran
pada EEG.
Urutan pemeriksaan:
1) Anamnesis

Pada anamnesia kita perlu menanya karakeristik bangkitan (Pola / bentuk, waktu,
durasi frekuensi, faktor pencetus, Gejala (sebelum, selama & sesudah)). Selain itu
kita menanya ada atau tidak ada penyakit penyerta pada saat ini dan menanya usia
saat bangkitan pertama.Kita juga perlua menanya riwayat (perinatal, tumbuh
kembang, penyakit penyebab, keluarga, pengobatan terdahulu)
2) Pemeriksaan Fisik : Umum & Neurologik
Trauma kepala
Infeksi telinga / sinus
Gangguan kongenital
Gangguan neurologik fokal/ difus
Kecanduan alkohol/ obat terlarang
Kanker.
3) Pemeriksaan Penunjang:
EEG dan Gambaran epileptiform
Brain imaging : MRI, CT Scan
Laboratorium :
- Darah
- Cairan serebrospinal (infeksi SSP)

9. Bagaimana prognosis dari kasus?


Prognosis pasien dengan SE tergantung dari etiologi, usia, lamanya kejang.dan
tatalaksana kejang teratasi. Tata laksana penyebab kejang memegang peranan
penting dalam mencegah kejang berulang setelah kejang teratasi. Kemungkinan
teratasinya SE konvulsivus dapat menjadi SE bukan konvulsivus. Gejala sisa
yang sering terjadi pada SE konvulsivus adalah gangguan intelektual, deficit
neurologi atau epilepsi. Angka kematian berkisar 16 32 %.

Você também pode gostar