Você está na página 1de 13

RANGKUMAN ANATOMI DAN FISIOLOGI

SISTEM IMUN DAN SISTEM HEMATOLOGI

Nama: Larasaty Widyaningrum


Nim: 151211032
Lokal: 2 A

Dosen Pembimbing:
Ns. Lenni Sastra, S.Kep. MSN

PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2016
ANATOMI FISOLOGI SISTEM HEMATOLOGI

Ketika mendengar kata hematologi yang terpikir adalah darah. Hematologi


sebenarnya bukan hanya membahas darah saja tetapi juga organ lain yang
terkait dengan sitem darah itu sendiri. Darah merupakan bagian sistem sirkulasi
berupa cairan yang membawa berbagai zat ke dan dari jaringan. (Roger Watson,
2002)
Darah adalah cairan yang berwarna merah pekat. Warna darah pada
setiap orang memiliki tingkat kemerahan yang berbeda. Hal ini disebabkan
karena adanya hemoglobin yang berfungsi memberi warna merah pada darah.
Sebenarnya darah tidak hanya berupa cairan tetapi juga berupa padat. Darah
memiliki komposisi berupa cairan disebut plasma darah yang membentuk 55%
seluruh volume darah, sedangkan darah berupa padat disebut sel sel darah
yang membentuk 45% seluruh volume darah. Volume darah manusia kurang
lebih 8% dari total berat badan manusia. (Roger Watson, 2002)
Darah berfungsi membawa nutrien ke jaringan, membawa oksigen ke
jaringan dalam bentuk oksihemoglobin, membawa air ke jaringan, membawa
produk sisa keorgan yang akan mengeksresinya, melawan infeksi bakteri melalui
kerja sel darah putih dan antibodi, membawa zat yang dibutuhkan kelenjar untuk
menghasilkan sekret, mendistribusikan sekret darikelenjar buntu dan enzim,
mendistribusikan panas secara merata ke seluruh tubuh dengan demikian
mengatur

suhu

tubuh,

dan

menghentikan

perdarahan

melalui

proses

pembekuan. (Roger Watson, 2002)


1. Plasma Darah
Plasma darah merupakan cairan yang berwarna kekuning kuningan
(straw coloured), terdiri atas 90% air dan 10% sisanya zat zat yang terlarut
di dalamnya. Kandungan yang dimiliki plasma berupa :
1. Air
Air membentuk 90% volume darah yang berfungsi sebagai medium
transpor serta pelarut zat zat lain. (Lauralee Sherwood, 2011)
Enam puluh persen (60%) berat badan adalah air dan pada pria
dengan berat badan 70 kg, hal itu dapat berkisar 46 liter. Dari 46 liter
tersebut, sekitar 29 liter terdapat di dalam sel (cairan intrasel) dan 17 liter
terdapat di luar sel (cairan ekstrasel). Cairan ekstrasel terbagi atas cairan
di dalam pembuluh darah (3 liter) dan cairan pencuci sel yang disebut
cairan interstisial (14 liter). (Roger Watson, 2002)
2. Garam mineral

Garam garam seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium,


klorida, dan bikarbonat diperlukan untuk membentuk protoplasma dan
berfungsi sebagai zat bufer yang menetralisir asam atau basa di dalam
tubuh dan mempertahankan pH darah. (Roger Watson, 2002)
3. Protein plasma
Protein plasma membuat konsistensi darah lengket

disebut

viskositas. Protein plasma disintesis di hati. Protein tersusun atas albumin,


globulin (alfa, beta, dan gamma), fibrinogen, lisin, presipitin, antitoksin,
opimisin. Albumin memiliki peran paling besar dalam menentukan tekanan
osmotik koloid. Apabila terjadi defisiensi protein seperti pada penyakit
ginjal, dimana terjadi kebocoran protein (almumin) secara terus menerus
ke dalam urine, tekanan osmotik akan menurun dan cairan akan masuk ke
dalam jaringan secara berlebihan. Kelebihan cairan di dalm jaringan
disebut edema. (Lauralee Sherwood, 2011)
Albumin dibentuk di hati, berfungsi

untuk

mempertahankan

keseimbangan air dalam darah dan jaringan serta mengatur volume darah.
Globulin (alfa, beta dan gamma) dihasilkan oleh sejenis sel darah putih
yang disebut limfosit, berperan dalam pembentukan antibodi untuk
kekabalan tubuh (imun). Fibrinogen berperan dalam proses pembekuan
darah sebagai prekursor inaktif. Plasma tanpa fibrinogen disebut serum.
Lisin berperan dalam menghancurkan atau memecah antigen. Presipitin
berfungsi mengendapkan antigen. Antioksin berperan dalam menetralkan
racun.

Optimisin

berperan

memacu

sifat

fagositosit

pada

leukosit.

(Lauralee Sherwood, 2011)


4. Zat zat nutrisi
Zat nutrisi dalam bentuk glukosa, asam amino, asam lemak, dan
gliserol, diabsorpsi dari saluran cerna ke dalam darah. Mereka merupakan
hasil akhir metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Roger Watson,
2002)
5. Urea, asam urat, dan kreatinin adalah produk sisa metabolisme protein.
Diproduksi di dalam hati dan dibawa pleh darah untuk kemudian dieksresi
oleh ginjal. . (Roger Watson, 2002)
6. Hormon
Hormon berperan dalam mempengaruhi aktivitas organ yang dituju.
(Roger Watson, 2002)
7. Enzim
Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan badan, yang menyebabkan
perubahan kimiawi pada zat zat lain tanpa terlibat langsung dalam reaksi
perubahan tersebut. (Roger Watson, 2002)

2. Sel sel Darah


Sel darah merupakan bagian yang padat. Sel darah dibentuk pada sumsum
tulang. Proses pembentukan sel darah disebut hemopoiesis. . (Hoffbrand, A. V,
2005)

PROSES PEMBENTUKAN SEL DARAH (Hematopoiesis)


Hematopoiesis merupakanproses

pembentukan

komponen

sel

darah,

dimana terjadi Proliferasi, Maturasi dan Diferensiasi sel yang terjadi secara
serentak.

Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel,


dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah.

Maturasi merupakan proses pematangan sel darah.

Diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki


sifat khusus yang berbeda-beda.

Secara keseluruhan, proses ini dibagi ke dalam beberapa periode sebagai


berikut :
1. Mesoblastik
Dari embrio umur 2 10 minggu. Terjadi di dalam kantung kuning telur
menghasilkan HbG1, HbG2, dan Hb Portland.
2. Hepatik
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati, sedangkan pada limpa
terjadi pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati.
Pada periode ini menghasilkan Hemoglobin.
3. Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang,
kelenjar limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung
seumur hidup terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada

kelenjar limfonodi terutama sel sellimfosit, sedangkan pada timus yaitu


limfosit, terutama limfosit T. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan sel darah di antaranya adalah asam amino, vitamin, mineral,
hormone, ketersediaan oksigen, transfusi darah, dan faktor- faktor perangsang
hematopoietik.(Hoffbrand, A. V, 2005)
Di dalam darah terdapat tiga macam sel darah yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
1) Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit merupakan komponen utama sel darah
sekitar 99%. Setiap mm3 darah pada seorang laki laki mengandung 5 juta
sel darah merah dan pada seorang perempuan 4 juta sel darah merah. (Dewi
Retnaningati, 2012)
a. Karakteristik
Eritrosit

memilki

bentuk

seperti

donat

dengan

bagian

tengah

menggepeng bukan lubang, atau berbentuk bikonkaf sehingga memilki


permukaan yang luas dengan garis tengah 8 m , ketebalan 2 m
luar, dan ketebalan 1

di tepi

di bagian tengah. Eritrosit tidak berinti sehingga

tidak dapat hidup lama, usia eritrosit 120 hari. Setelah mati akan dirombak
di hati menjadi bilirubin dan biliverdin (zat warna empedu). Zat besi hasil
perombakan tersebut kemudian dikirim ke hati dan limpa untuk digunakan
membentuk eritrosit baru.

Jumlahnya sekitar 5.000.000 per mm 3 darah.

Pada pria jumlah eritrosit 4, 5 5, 5 juta per mm 3, sedangkan wanita


berjumlah 4 5 juta per mm 3. Eritosit berperan membawa O2 dari paru
paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru paru. Ciri
anatomik yang memungkinkan mengangkut O2 dalam darah adalah adanya
protein khusus yang disebut hemoglobin. (Lauralee Sherwood, 2011)
Hemoglobin adalah molekul kompleks dari protein dan molekul besi
hemin. Hemoglobin merupakan suatu pigemen yang memberikan warna
merah dan berperan dalam mengikat oksigen dan karbon dioksida. Ketika sel
darah merah melewati paru paru, hemoglobin akan bergabung dengan
oksigen dari udara (membentuk oksihemoglobin) dan warnanya menjadi
cerah. Ketika sel darah merah melewati jaringan, oksigen dilepaskan dari
darah dan hemoglobin menjadi keruh (hemoglobin tereduksi), sehingga

darah berwarna merah keunguan. Hemoglobin diukur dalam satuan gram per
100 ml. Nilai normalnya adalah pria 13 16 gram per 100 ml, sedangkan
pada wanita 12 14 gram per 100 ml. Apabila terdapat kekurangan
hemoglobin, baik karena penurunan jumlah sel darah merah ataupun karena
sel

darah

merah

mengandung

sedikit

hemoglobin,

individu

tersebut

dikatakan menderita anemia. (Roger Watson, 2002)


Nilai normal eritrosit dewasa :
a. Hb (gram/dl)
- Pria : 13, 5 17, 5
- Wanita : 11, 5 15, 5
- Neonatus : 15, 0 21, 0
- 3 bulan : 9, 5 12, 5
- 1 tahun hingga pubertas : 11, 0 13, 5
b. Hematokrit (PCV) (%)
- Pria : 40 52
- Wanita : 36 48
c. Hitung eritrosit (x1012/l)
- Pria : 4, 5 6, 5
- Wanita : 3, 9 5, 6
d. Hb eritrosit rata rata (pg) : 27 34
e. Volume eritrosit rata rata (fl) : 80 95
f. Konsentrasi Hb eritrosit rata rata (gram/dl) : 30 35
g. Hitung retikulosit (x109/l) : 25 125. (Hoffbrand, A. V, 2005)
b. Hematokrit
Hematokrit (Hct) adalah persentase sel darah merah terhadap volume
darah

total.

Nilai normal Hematokrit :

Pria

: 40% - 50% SI unit : 0.4 - 0.5

Wanita

: 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0.45

Implikasi Klinik :
1. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai
sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah
dan

hipertiroid.

Penurunan

sebesar

30%

menunjukkan

pasien

mengalami anemia sedang hingga parah.


2. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi,
kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok.

3. Nilai Hct biasanya sebanding dengan nilai sel darah merah pada
ukuran sel eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau
mikrositik.
4. pada pasien anemia karena kekurangan zat besi (ukuran sel darah
merah lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel
mikrositik terkumpul pada volume yang lebih kecil walaupun jumlah sel
darah merah terlihat normal.
5. Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%
6. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin
Faktor Pengganggu
Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang
tinggi demikian juga hemoglobin dan sel darah merahnya. Normalnya Hct
akan sedikit menurun pada hidremia fisiologis pada saat kehamilan. Nilai
Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. nilai normal untuk bayi
lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel makrositik. Nilai Hct
pada

wanita

biasanya

sedikit

lebih

rendah

dibandingkan

laki-

laki. (Hoffbrand, A. V, 2005)


Selanjutnya, terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah
pada kelompok umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah
merah yang lebih rendah pada kelompok umur ini. selain itu dehidrasi
parah karena berbagai sebab juga dapat meningkatkan nilai Hct didalam
darah.(Hoffbrand, A. V, 2005)
Hal Yang Harus diwaspadai
Nilai Hct < 20% dapat menyebabkan gagal jantung hingga
kematian,

Hct

>

60%

terkait

dengan

spontan. (Hoffbrand, A. V, 2005)


c. Gambaran bentuk sel darah merah
1. Normositik berukuran normal
2. Normokromik jumlah Hb normal
3. Mikrositik ukuran terlalu kecil
4. Makrositik ukuran terlalu besar
5. Hipokromik jumlah Hb yang terlalu sedikit
6. Hiperkremik jumlah Hb yang terlalu banyak

pembekuan

darah

d. Proses pembentukan dan penghancuran sel darah merah


Sel darah merah diproduksi di dalam sum sum merah tulang spongiosa,
yang terdapat pada ujung ujung tulang panjang dan di dalam tulang pipih
dan tidak reguler. Pada anak anak, sum sum merah juga terdapat di
sepanjang badan tulang panjang karena mereka memerlukan produksi sel
darah merah dalam jumlah besar. (Roger Watson, 2002)
Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangan di
dalam sum sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti
dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini berkembang menjadi normoblas yang
berukuran lebih kecil dengan hemoglobin lebih banyak dan inti lebih kecil.
Inti sel mengalami disintegrasi dan menghilang dan sitoplasma mengandung
benang benang halus. Pada stadium ini sel tersebut disebut retikulosit.
Akhirnya, benang benang menghilang dan menjadi eritrosit matang yang
segera di lepas ke aliran darah. Dalam kondisi sehat, hampir semua sel darah
merah di dalam darah seharusnya berbentuk eritosit, dengan hanya sedikit
retikulosit.(Roger Watson, 2002)
Faktor yang menentukan pembentukan normal SDM adalah :
1. Protein untuk pembentukan protoplasma.
2. Besi untuk pembentukan hemoglobin. Apabila eritrosit pecah, besi
disimpan dan kemudian dipergunakan kembali, namun sejumlah kecil
besi harus terdapat di dalam diet. Seorang pria membutuhkan sekitar
10 mg besi per hari, sedangkan seorang wanita memerlukan 15 mg
untuk mengganti kehilangan besi sewaktu haid dan kekurangan
cadangan besi selama hamil, melahirkan, dan menyusui. Makanan
yang mengandung besi adalah daging, kuning telur, sayuran hijau,
kacang polong, kacang, dan lentil.
3. Vitamin B 12 (sianokobalamin) diperlukan untuk pematangan sel
darah merah. Vitamin ini diabsorpsi dari usus halus hanya bila telah
bergabung dengan faktor ekstrinsik yang disekresi oleh lambung.
Kedua zat ini dikenal sebagai faktor anti anemia (atau faktor
hemopoiesis), yang disimpan di dalam hati dan di lepas ke dalam sum
sum tulang seperlunya. Vitamin B 12 adalah faktor ekstrinsik.
4. Faktor lain dalam jumlah kecil adalah vitamin C, asam folat, hormon
tiroksin, serta tembaga dan mangan.

Sel darah merah hidup dalam sirkulasi selama sekitar 120 hari, kemudian
dimakan oleh sel sel pada sistem monosit (makrofag) di dalam limpa dan
kelenjar

limfe.

Di

sini

hemoglobin

dipecah

menjadi

komponen

komponennya dan kemudian dibawa ke hati. Globin dikembalikan ke gudang


protein atau di eksresi ke dalam urin setelah dipecah lebih lanjut. Hem
dipecah menjadi besi, yang disimpan dan dipergunakan kembali, dan
menjadi pigmen yang dikonversi oleh hati menjadi pigmen empedu dan
dieksresi di dalam feses. Produksi dan pemecahan sel darah merah biasanya
berlangsung dengan kecepatan yang sama sehingga jumlah sel tetap
konstan. (Roger Watson, 2002)
2) Leukosit
Sel darah putih atau leukosit memiliki peran penting dalam mekanisme
pertahanan tubuh. Hal ini disebabkan karena granulosit dan monosit
mempunyai peranan penting dalam perlindungan tubuh terhadap kuman
kuman penyakit. Dengan kemampuannya sebagai fagosit mereka memakan
bakteri bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Dengan kekuatan
gerakan amoeboidnya ia dapat bergerak bebas mengitari seluruh bagian
tubuh. Dengan cara ini sel sel tersebut dapat :
1. Mengepung daerah yang terkena infeksi
2. Menangkap kuman kuman penyakit
3. Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran kotoran.
Setelah terjadi perlawanan sel darah putih dengan kuman penyakit
biasanya akan terbentuk nanah. Nanah berisi kuman kuman dan sel darah
putih yang sudah mati. Sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit
yang sehat. (Dewi Retnaningati, 2012)
a. Krakteristik
Lekosit memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel darah merah,
diameter sekitar 10

m .

Leukosit memiliki inti sel sehingga dapat

bertahan hidup berbulan bulan. Leukosit tidak memiliki hemoglobin


sehingga tidak berwarna. Leukosit dibentuk di dalam sussum merah, limpa,
dan kelenjar getah bening atau kelenjar limfe. Di dalam tubuh, jumlah
leukosit normal 5.000 10.000/mm3. Jumlah tersebut dapat meningkat dan
menurun. Pada penderita kanker darah, leukositnya akan meningkat sampai

500.000 sel setiap mililiternya. Peningkatan ini disebut leukositosis. Keadaan


ini dapat membahayakan tubuh karena dalam jumlah sangat besar leukosit
akan memfagositosit eritrosit. Jumlah leukosit dapat menurun karena
terinfeksi kuman, misalnya tifus atau terkena radiasi yang kuat. Keadaan
tersebut mengganggu pembentukan leukosit. (Dewi Retnaningati, 2012)
b. Fungsi Sel Darah Putih
1. Menghancurkan kuman penyakit dan zat asing secara fagositosis
2. Mengangkut lemak dan menghasilkan histamin. Histamin merupakan
zat yang berperan dalam timbulnya alergi.
3. Melumpuhkan kuman penyakit yang berada di luar darah.
c. Jenis Sel Darah Putih
Berdasarkankarakteristik sitoplasmanya, sel darah putih dapat dibagi
menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit :
1. Granulosit merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula.
Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil.
a. Neutrofil
Neutrofil menyerap zat warna asam dan basa (netral) dan terdapat
bintik binti merah kebiruan. Persentase dalam rentang 60% - 70%. Tiap
mm3 darah mengandung 3000 7000 butir. Neutrofil bersifat fagosit,
dimana leukosit dapat memakan partiel partikel kecil, seperti bakteri
dan debris sel. Kemampuan memakan ini disebut fagositosis.(Lauralee
Sherwood, 2011)
b. Eosinofil
Eosinofil bersifat asam dan terdapat bintik bintik merah. Jumlahnya
meningkat pada kondisi kondisi alergi, seperti asma dan infeksi cacing.
Tiap mm3 darah mengandung 100 400 butir. Eosinofil merupakan
pertahanan terhadap parasit. Distribusi persentase jenis leukosit ini 1% 4%.(Lauralee Sherwood, 2011)
c. Basofil
Basofil

bersifat

mengandung

basa

histamin.

dan
Basofil

terlihat

bintik

memberi

reaksi

bintik

biru

alergi

yang

dengan

mengeluarkan histamin yang mengakibatkan peradangan dari heparin

yang berperan dalam pembekuan darah. Tiap mm 3 darah mengandung


20 50 butir. Distribusi persentase jenis leukosit ini 0, 25% - 0, 5%.
(Lauralee Sherwood, 2011)
2. Agranulosit merupakan kelompokk sel darah putih yang sitoplasmanya
tidak bergranula. Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit.
a. Limfosit
Limfosit adalah leukosit yang paling kecil.

Limfosit membentuk

pertahanan imun dan terdiri dari dua jenis, yaitu limfosit B dan limfosit T.
Limfosit membentuk sekitar 25% - 33% jumlah sel darah putih. Tiap mm 3
darah mengandung 1. 500 3. 000 butir. Limfosit diproduksi di dalam
kelenjar getah bening dan jaringan limfatik yang terdapat di dalam limpa,
hati, dan organ organ lain. Limfosit juga dapat bergerak secara
amuboid, tetapi tidak bersifat fagositik aktif. (Lauralee Sherwood, 2011)
Limfosit B berperan dalam produksi antibodi. Limfosit T secara
langsung menghancurkan sel sasaran spesifiknya dengan mengeluaran
beragam zat kimia yang melubangi sel korban, suatu proses yang
dinamai imunitas seluler. (Lauralee Sherwood, 2011)
b. Monosit
Monosit membentuk jumlah sel darah putih sekitar 2% - 6%. Tiap
mm3 darah mengandung 100 700 butir. Monosit merupakan leukosit
yang berukuran paling besar dan memiliki nukleus berbentuk sepatu
kuda. Monosit melakukan gerak amuboid dan bersifat fagositik dan
merupakan bagian dari sistem retikulo-endotelial. Sistem ini menyebar
luas ke seluruh tubuh dan sel memiliki kemampuan untuk bergerak,
bergabung dengan kekuatan fagositnya, membuat mereka menjadi salah
satu pertahanan terpenting dalam melawan mikroorganisme. Monosit
juga menghasilkan antibodi. (Roger Watson, 2002)
3) Trombosit
Trombosit adalah tipe ketiga elemen seluler yang terdapat dalam darah.
a. Karakteristik
Dalam setiap mililiter darah secara normal terdapat sekitar 250 juta
trombosit

(kisaran

150.000

sampai

350.000/mm3).

Keping

darah

merupakan fragmen fragmen besar sel yng disebut megakarosit.


Keping darah memiliki ukuran yang kecil dan bentuknya tidak beraturan.

Keping darah tidak memiliki inti sehingga berumur pendek. Usia


trombosit lebih kurang 10 12 hari. (Lauralee Sherwood, 2011)
b. Fungsi
Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah (hemostatis).
Hemostatis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah
yang rusak. (Lauralee Sherwood, 2011)
Hemostatis melibatkan tiga tahapan :
1. Spasme vaskuer melakukan penyempitan lumen pembuluh darah
yang putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang.
2. Pembentukan sumbat trombosit berperan dalam menghentikan
kebocoran darah.
3. Pembentukan fibrin di sekitar sumbat trombosit dan retraksi fibrin
berperan untuk merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi
pinggirnya supaya merapat. (Roger Watson, 2002)
c. Proses pembekuan darah
Apabila pembuluh darah rusak, terluka, atau terpotong maka darah
akan mengalir keluar dari pembuluh darah. Namun, darah tersebut akan
berhenti mengalir keluar karena terjadi proses penggumpalan darah.
(Dewi Retraningati 2012)
Di dalam plasma darah terdapat trombosit yang akan pecah jika
menyentuh

permukaan

yang

kasar.

Jika

trombosit

pecah,

enzim

tromboplastin yang dikandungnya akan keluar bercampur dengan plasma


darah. Selain trombosit, dalam plasma darah terdapat protrombin.
Protrombin akan diubah menjadi trombin oleh enzim tromboplastin.
Perubahan protrombin menjadi trombin dipicu oleh ion kalsium (Ca 2+).
Protrombin

adalah

suatu

protein

plasma

yang

pembentukannya

memerlukan vitamin K. (Dewi Retraningati 2012)


Trombin berfungsi sebagai enzim yang dapat mengubah fibrinogen
menjadi fibrin. Fibrinogen adalah suatu protein yang terdapat dalam
plasma. Adapun fibrin adalah protein berupa benang benang yang tidak
larut dalam plasma. Benang benang fibrin yang terbentuk akan saling
bertautan sehingga sel sel darah merah beserta plasma akan terjaring

dan membentuk gumpalan. Jaringan baru akan terbentuk menggantikan


gumpalan tersebut dan luka akan tertutup. (Dewi Retraningati, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisilogi Manusia : dari sel ke system. Ed6. Jakarta :
EGC
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Ed10. Jakarta : EGC
Hoffbrand, A. V. 2005.Kapita selekta hematologi.Jakarta : EGC
Retraningrat, Dewi. 2012. Biologi SMA Kelas XI semester 1. Klaten : PT Intan
Pariwara
Staf Pengajar FKUI. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Jakarta : Binarupa Aksara

Você também pode gostar