Você está na página 1de 2

Nama : Anisa Diyah E.

Nim : 2101408010
Rombel : 1 (satu)

HIRUK PIKUK KOTA JAKARTA

akarta merupakan kota besar yang sangat

padat penduduknya, begitu pula dengan


jumlah kendaraannya yang juga padat.
Transportasi di Jakarta banyak macamnya dan
umumnya dikelompokkan ke dalam dua jenis,
yaitu kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Kendaraan pribadi yaitu motor,
mobil dan juga sepeda. Kendaraan umum terdiri dari banyak jenis, yaitu yang
berupa mini bus (seperti Kopaja, Metro mini, Kopami), bis besar (seperti
Mayasari Bhakti, dll), bis antar kota, angkutan umum yang berupa mobil (seperti
KWK, mikrolet, dll), bajaj, bemo, taxi, kereta, ojek motor dan ojek sepeda,
sampan dan juga tak lupa angkutan umum yang sedang populer yaitu bis Trans
Jakarta atau yang biasa dikenal dengan sebutan busway. Ada pula kendaraan
lain yang berfungsi untuk keperluan komersial, dinas maupun jasa, seperti truk
dan tronton.
Di Jakarta orang-orang berduit cenderung menggunakan kendaraan
pribadi, padahal banyak tersedia angkutan umum, hal ini yang menjadi akar
kemacetan di Jakarta dengan banyaknya jumlah kendaraan yang dioperasikan
disertai dengan banyaknya praktek pelanggaran peraturan dalam berlalu lintas
yang menyebabkan ketidakteraturan. Begitu pula dengan polusi udara serta
kebisingan menjadi merajalela karena diproduksi oleh kendaraan bermotor
dalam jumlah besar. Sepanjang perjalanan menuju tempat selanjutnya yang akan
kami kunjung saya jadi berpikir, andaikan ini lalu lintas desa tinggal tentunya
akan sangat mudah mencapai tempat yang kami tuju yang tentunya jalanannya
tidak akan pernah macet, walaupun mungkin di desa sering saya jumpai
jalanannya agak rusak, tapi saya merasa jalanan di desa tidak akan pernah semacet
jakarta.
Kalau di telaah dan di fikirkan lebih lanjut hidup di Jakarta sangat
menyenangkan. Fasilitas-fasilitas lengkap tersedia di kota metropolitan ini seperti
dunia hiburan, air, listrik dan aneka makanan tentu jakarta adalah tempat yang
paling di dambakan semua insan. Namun di balik itu semua warga metropolis
pastinya mempunyai tingkat ke-stress-an yang lebih tinggi dari warga desa. Dapat
dilihat selama saya disini dari pagi hingga pagi kembali kota ini selalu terpolusi.
Dari polusi suara, tingkat tekanan kerja yang sangat tinggi, persaingan,

kemacetan, hinga life style yang terlihat mempunyai tingkat perbedaan sangat
jauh antara orang kaya dengan orang miskin ataupun gelandangan . kalau boleh
berpendapat semua yang ada dari permasalahan-permasalahan di ibu kota
seharusnya membutuhkan pehatian lebih dari warga metropolitan baik warga asli
maupun pendatang. Lain halnya dengan warga di pedesaan. Hati mereka
senantiasa datar, tidak ngoyo dalam mencari uang dan terkesan santai menjalani
hidup.
Saya teringat kembali masa kecil dulu ketika diajak berlibur Ayah dan Ibu
ke desa tempat nenek dan kakek saya tinggal, dulu kalau sore menjelang maghrib
saya sering main ke pematang sawah, mendengarkan suara kodok dan jangkrik
bersahutan. Melihat sampai arah jauh hanyalah sawah yang membentang. Sangat
damai. Merasakan sejuknya udara di pagi hari, memetik hasil buah dari ladang
sendiri dan banyak hal yang semua itu mustahil ada di jakarta ini.
Tapi beberapa hari disana membuat saya bosan. memang, tinggal di
pedalaman juga sering merasa kesal sendiri, bilamana melihat pembangunan yang
begitu melesat di ibukota sementara di pedalaman seperti raut muka wajah desa
tidak berubah dari tahun ke tahun. Sedangkan Jakarta, kota fasilitas dan kota yang
sangat sibuk tentunya membutuhkan banyak infrastruktur yang memadai. Kota
yang sangat membutuhkan pasokan energi listrik yang sangat tinggi, air bersih
dan pasokan buah, makanan dan minuman. Jakarta tempat yang paling banyak
fasilitas sekaligus tempat yang paling keras untuk ditinggali, banyak tuntutan,
banyak keserakaha dan menjadi barometer bagi perkembangan kota2 besar
lainnya di indonesia.

Você também pode gostar