Sebagai seorang pengelola wakaf (Nazir) harus memiliki sikap jujur yaitu sikap setia, taat, patuh, dan amanah. Sikap jujur tersebut harus diterapkan pada pada diri sendiri, kehidupan masyarakat, dan lingkungan keluarga. Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah. Para ulama juga sepakat bahwa Nazhir dipercaya atas harta wakaf yang dipegangnya. Sebagai orang yang mendapat kepercayaan, dia tidak bertanggung jawab untuk mengganti harta wakaf yang hilang, jika hilangnya barang tersebut bukan karena faktor kesengajaan atau kelalaian. Dalam pengelolaan harta wakaf , pihak yang paling berperan berhasil tidaknya adalah lembaga pengelola wakaf (Nadzhir). Faktor lemahnya profesionalisme Nazhir menjadi kendala dalam pengelolaan wakaf setelah diukur oleh standar minimal yang harus dimiliki oleh seorang Nazhir, yaitu: beragama Islam, mukallaf, baligh, kompeten dalam mengelola wakaf dan amanah serata jujur dan adil. Kejujuran adalah perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu. Oleh sebab itu, sifat jujur sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap umat Rasulullah saw., sesuai dengan firman Allah swt. :