Você está na página 1de 88

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK TAJUK RENCANA


PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI
BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

Skripsi

Oleh

Bangkit Sugeng Subagyo


X 1207006

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI


RUBRIK TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR SOLOPOS
DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

Oleh

BANGKIT SUGENG SUBAGYO


NIM X1207006

SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit
to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Purwadi.

Dra. Raheni Suhita, M. Hum.

NIP 195401031981031003

NIP 196303091988032001

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jumat


Tanggal : 23 Desember 2011
Tim Penguji Skripsi,
Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

_______

: Dr. Andayani, M. Pd.

Sekretaris : Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M. Hum.


Penguji I : Drs. Purwadi.

________
_______

Penguji II : Dra. Raheni Suhita, M. Hum.

Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.


NIP 196007271987021001

commit to user
iv

________

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
Bangkit Sugeng Subagyo. X1207006. ANALISIS KOHESI DAN
KOHERENSI RUBRIK TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR
SOLOPOS
DAN
RELEVANSINYA
SEBAGAI
BAHAN
AJAR
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Desember 2011.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kohesi dan koherensi dalam
wacana tajuk rencana harian SOLOPOS dan relevansinya sebagai bahan ajar
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif dengan sumber data utama adalah tajuk rencana harian SOLOPOS edisi
bulan Maret sampai dengan Mei 2011. Teknik sampling penelitian ini
menggunakan purposive sampling dan menggunakan teknik analisis mengalir
dalam menganalisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa tajuk rencana harian
SOLOPOS menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Aspek kohesi
gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan, substitusi, dan konjungsi. Dalam
hal ini, aspek pengacuan persona yang digunakan adalah pengacuan persona I
Jamak, yaitu kami dan kita. Pengacuan waktu yang digunakan adalah pengacuan
untuk waktu kini dan waktu lampau. Penggunaan substitusi dalam tajuk rencana
harian SOLOPOS tidak memiliki peran khusus, sedangkan penggunaan konjungsi
secara langsung menunjukkan bahwa terdapat kepaduan antara bagian-bagian
yang dihubungkan dengan konjungsi. Kohesi leksikal yang digunakan dalam tajuk
rencana harian SOLOPOS meliputi repetisi, hiponimi, dan ekuivalensi.
Penggunaan repetisi epizeuksis mendominasi dalam tajuk rencana harian
SOLOPOS. Kata-kata yang mengalami repetisi epizeuksis juga merupakan kata
kunci dalam tajuk rencana. Koherensi tajuk rencana harian SOLOPOS ditunjukan
dengan sistematika penulisan yang runtut. Peran konjungsi dan repetisi epizeuksis
juga menjadi penanda koherensi tajuk rencana harian SOLOPOS. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan makna antara pembahasan sebelum dengan
setelah konjungsi, baik berupa kata maupun klausa. Repetisi yang ada menjadi
penanda kepaduan konteks tajuk rencana harian SOLOPOS. Dalam hal ini aspek
dari kohesi, baik kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal memiliki peran dalam
pembentukan teks dalam wacana, sehingga tajuk rencana menjadi koheren. Tajuk
rencana harian SOLOPOS memiliki relevansi untuk digunakan dan dikembangkan
sebagai bahan ajar pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA dilihat dari kesesuaian
unsur-unsur penyusun tajuk rencana dengan beberapa kompetensi dasar yang ada
di tingkat pendidikan SMA, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan
keberadaan harian SOLOPOS yang memasyarakat.

commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

Lhe, lathi ndadekne mukti ning yo bisa nggowopati.


Ojo sok uni-uni,yen uni-uni sing ngati-ati (Bapak lan simbok Peneliti ).

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:


1. Kedua orang tua peneliti;
2. Ketiga kakak peneliti;
3. Keluarga besar peneliti;
4. Keluarga besar Perum Perhutani BKPH Lawu
Utara;
5. Teman-teman Pendidikan Bahsa dan Sastra
Indonesia FKIP UNS angkatan 2007;
6. Teman-teman Pasar Jungke Karangnyar; dan
7. Adik Dian tersayang.

commit to user
vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah bagi Allah atas segalanya yang telah diberikan kepada
peneliti, termasuk atas kehendak-Nya peneliti masih diberikan kesempatan
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi disusun untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2. Dr Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni FKIP-UNS yang telah memberi izin penelitian skripsi kepada
peneliti;
3. Dr. Andayani, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia dan Daerah yang telah memberi izin penelitian skripsi;
4. Dra. Raheni Suhita, M. Hum., selaku Pembimbing Akdemik dan Pembimbing
II yang dengan sabar membimbing dan menasihati peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini;
5. Drs. Purwadi.,

selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan

memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat terselesaikan;


6. sahabat-sahabatku di Program Studi Bahasa Indonesia angkatan 2007; dan
7. semua pihak yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi
ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan menjadi sarana untuk tetap
menjalin silaturahim. Aamiin.

Surakarta, Desember 2011

Peneliti
commit to user
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ...........................................................................................................

PENGAJUAN ................................................................................................

ii

PERSETUJUAN ...........................................................................................

iii

PENGESAHAN ....................................................................... .....................

iv

ABSTRAK .....................................................................................................

MOTTO .........................................................................................................

vi

PERSEMBAHAN ..........................................................................................

vii

PENGANTAR ...............................................................................................

viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xi

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

A.

Latar Belakang Masalah ...........................................................

B.

Rumusan Masalah .....................................................................

C.

Tujuan Penelitian .......................................................................

D.

Manfaat Penelitian .....................................................................

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................

A.

Tinjauan Pustaka .......................................................................

1. Hakikat Wacana .........................................................................

1) Wacana Lisan dan Tulis .........................................................

2) Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog .................................

3) Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi, dan Narasi 10


2. Hakikat Kohesi ..........................................................................

11

3. Hakikat Koherensi .....................................................................

16

4. Hakikat Materi Ajar ...................................................................

18

5. Hakikat Tajuk Rencana .............................................................


commit to user
B. Penelitian yang Relevan ................................................................

23

ix

26

perpustakaan.uns.ac.id

C.

digilib.uns.ac.id

Kerangka Pemikiran......................................................................

27

BAB III METODE PENELITIAN .........................................................

29

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................

29

B.

Metode dan Pendekatan Penelitian .............................................

29

C.

Sumber Data ...............................................................................

30

D.

Teknik Pengambilan Sampel ......................................................

30

E.

Teknik Pengumpulan Data .........................................................

30

F.

Uji Validitas Data .......................................................................

31

G.

Teknik Analisis Data ..................................................................

31

H.

Prosedur Penelitian .....................................................................

32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................

33

A.

Deskripsi Data ...........................................................................

33

1. Kohesi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS .....................

33

2. Koherensi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS ................

68

3. Relevansi Tajuk Rencana sebagai Bahan Ajar Pembelajaran

B.

Bahasa Indonesia di SMA ........................................................

70

Pembahasan ...............................................................................

72

1. Kohesi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS .....................

72

2. Koherensi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS ................

73

3. Relevansi Tajuk Rencana sebagai Bahan Ajar Pembelajaran


bahasa Indonesia di SMA .........................................................

74

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................

78

A.

Simpulan ....................................................................................

78

B.

Implikasi .....................................................................................

79

C.

Saran ..........................................................................................

79

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Menulis


di SMA ...............................................................................................

23

2. Jadwal Penelitian................................................................................

29

commit to user
xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Alur Kerangka Berpikir .....................................................................

27

2. Model Analisis Mengalir ...................................................................

31

commit to user
xii

1
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


Alat paling penting dalam komunikasi adalah bahasa. Bahasa sangat
diperlukan oleh manusia, sebab manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya
selalu menginginkan adanya kontak dengan manusia lain. Oleh karena itu, bahasa
memang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Bahasa sangat penting bagi
manusia dan bahkan tetap menjadi bagian hidup dari manusia, serta menjadi milik
masyarakat pemakainya. Bahasa dan pemakainya selalu dihubungkan dengan
kegiatan di dalam masyarakat. Pada peristiwa komunikasi, bahasa berfungsi
ideasional dan interpersonal sedangkan untuk merealisasikan dan mewujudkan
adanya wacana. Dalam hal ini, para partisipan (penutur dan mitra tutur, pembicara
dan mitra bicara) berkomunikasi dan berinteraksi sosial melalui dua bahasa
dalam wujud konkret berupa wacana lisan atau tulis (Sumarlam, 2003: 4).
Wacana memiliki fungsi untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi
sosial. Selain itu, wacana juga memiliki fungsi tekstual pada hakikatnya
merupakan sarana bagi terlaksananya kedua fungsi lainnya, yaitu fungsi
ideasional dan fungsi interpersonal. Dalam fungsi tekstual, yang menjadi objek
kajian penelitian ini salah satu contohnya adalah dalam bentuk media cetak atau
surat kabar. Harian merupakan sarana komunikasi yang dalam penyajiannya
menggunakan bahasa tulis. Harian SOLOPOS menjadi salah satu sarana
komunikasi yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat surakarta karena
dapat memberikan informasi yang aktual dan luas.
Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif kompleks lengkap.
Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,
kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Wacana pada dasarnya juga merupakan
unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman
wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak.
Oleh karena itu, kajian tentang wacana menjadi hal yang penting dalam proses
commit
user massa sebenarnya sebagian dari
pembelajaran bahasa. Ekspresi sikap
kritistomedia
1

perpustakaan.uns.ac.id

2
digilib.uns.ac.id

pelaksanaan fungsi kontrolnya. Tentu saja dalam keleluasaan menjalankan fungsi


kontrolnya, media massa tidak boleh kehilangan sikap mawas diri. Bekerja di
media massa bukanlah pekerjaan mudah, tidak asal-asalan karena berbagai
kekukarangan, kelemahan, dan keterbatasannya media massa mempunyai peran
penting dalam mengembangkan fungsi menyebarkan informasi dan edukasi bagi
kemajuan masyarakat.
Analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa
atau penggunan bahasa sebagai alat komunikasi. Kridalaksana (2001: 231)
mengemukakan wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dalam herarki
gramatikal, merupakan satuan tertinggi dan terbesar. Lebih lanjut diterangkan,
wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, dan
sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Harian SOLOPOS sebagai salah satu media massa yang menggunakan bahasa
sebagi alat vital untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan
bahasalah segala disajikan, meskipun ada pula beberapa variasi seperti gambar,
diagram, tabel, dan lainnya. Bahasa sebagai komponen utama dalam
penyajiannya. Bahasa Harianharuslah berpegang teguh pada kaidah-kaidah
kebahasaan bahasa Indonesia, harus memperhatikan kepaduan antarkalimat satu
dengan kalimat yang lainnya, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna.
Kepaduan inilah yang akan mempengaruhi tingkat pemahaman pembaca terhadap
informasi yang disampaikan.
Rubrik tajuk rencana memiliki kedudukan yang sangat penting karena
beberapa faktor. Faktor pertama, setiap harian pasti mempunyai tajuk rencana
yang mengkaji masalah yang hangat dibicarakan di masyarakat. Faktor kedua,
tajuk rencana itu merupakan pandangan redaktur yang mewakili sebuah harian
terhadap permasalahan yang sedang dibicarakan di masyarakat. Faktor ketiga
tajuk rencana itu memberikan pemahaman atas suatu permasalahan.
Tajuk rencana sebagai sebuah wacana kebahasaan harus memenuhi
persyaratan yang baik, karena wacana itu harus dipahami dan dimengerti oleh
semua kalangan atau pembaca. Apabila tajuk rencana itu menjadi sebuah wacana
commit
to user maksud redaktur yang hendak
yang baik maka pembaca akan mudah
menangkap

3
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

disampaikan. Oleh karena itu tajuk rencana harus memenuhi persyaratan kohesi
dan koherensinya. Kohesi adalah pengungkapan keserasian hubungan bentuk
(struktur lahir) antara unsur yang satu dengan unsur lain secara verbal dalam
wacana. Dan yang dimaksud koherensi adalah merupakan pertalian makna atau isi
sehingga memiliki gagasan atau stuktur wacana yang teratur dan amanatnya yang
terjalin rapi, akan mempermudah pendengar atau pembaca untuk memahaminya.
Kajian analisis wacana khususnya tajuk rencana terdapat pula di dalam
silabus pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kelas XI SMA. Di Dalam
silabus kurikulum KTSP 2006 terdapat sebuah kompetensi dasar yang
menyatakan bahwa membedakan fakta dan opini pada editorial atau tajuk rencana
dengan membaca intensif dengan demikian analisis wacana pada tajuk rencana
menjadi bagian yang penting dalam kompetensi dasar yang harus di kuasai oleh
peserta didik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji tajuk rencana
dalam harian SOLOPOS ditinjau dari aspek kohesi dan koherensinya. Hal ini
sangat penting untuk dikaji karena tajuk rencana dalam harian SOLOPOS dapat
digunakan sebagai bahan ajar bagi peserta didik sehingga tajuk rencana dalam
koran harian SOLOPOS harus memenuhi kriteria yang baik untuk dijadikan bahan
belajar peserta didik.
Penelitian ini mengkaji wacana teks tajuk rencana pada harian SOLOPOS
yang merupakan wacana yang berisi pokok pikiran, pandangan, dan gagasan dari
seorang penulis berita atau redaktur terhadap sebuah permasalahan atau kejadian
aktual. Dalam penyajiannya, seorang penulis tajuk rencana harus memperhatikan
aspek pemahaman pembaca sehingga pesan yang disampaikan pun dapat diterima
oleh pembaca dengan tepat. Penelitian yang mendalam terhadap wacana tajuk
rencana pada harian SOLOPOS dilakukan dengan menggunakan kajian secara
linguistik. Kajian linguistik yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah
analisis wacana. Analisis wacana tajuk rencana pada harian SOLOPOS ini
menggunakan

pendekatan

mikrostruktural.

Pendekatan

mikrostruktural

menitikberatkan pada mekanisme kohesi tekstual untuk mengungkapkan urutan


kalimat yang dapat membentuk sebuah wacana menjadi koheren, (Sumarlam,
commit to user
2003:138).

4
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Harian SOLOPOS merupakan koran lokal terbesar di Solo dan sekitarnya.


Pemasarannya sudah meluas sampai pelosok- pelosok yang jauh dari keramaian
karena sangat mudah sekali didapat oleh masyarakat. Tata bahasanya juga sangat
mudah dipahami oleh pembaca khususnya masyarakat kecil. Selain itu harganya
juga sangat terjangkau oleh kalangan siapa pun. Kaitannnya dengan bahan ajar
bahasa Indonesia, SOLOPOS mudah didapatkan oleh peserta didik. Sebagian
besar sekolah dari SD sampai SMA/SMK juga berlangganan koran ini.
Sejauh usaha peneliti mencari yang relevan dengan kaitannnya dengan
penelitian ini, belum ada yang mengkaji analisis tekstual kohesi dan koherensi
pada rubrik tajuk rencana. Alasan peneliti memilih tajuk rencana sebagai objek
penelitian karena sangat menarik untuk dianalisis dengan penelitian analisis
wacana tekstual kohesi dan keherensi denagn pembaharuan data. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan di dalam analisis wacana dihasilkan proses
komunikasi verbal yang berkesinambungan dari awal hingga akhir. Selain itu
penggunaan bahasa dalam rubrik tajuk rencana sangat unik dan khas sehingga
membuat penulis tertarik untuk mengkaji secara linguistik.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, permasalahan yang menarik untuk
dikaji dalam penelitian ini adalah analisis wacana tekstul yang terdapat dalam
tajuk rencana pada harian SOLOPOS.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kohesi

dalam wacana tajuk rencana pada

harian

SOLOPOS?
2. Bagaimanakah koherensi dalam wacana tajuk rencana pada harian
SOLOPOS?
3. Bagaimanakah

relevansinya

Tajuk

rencana

sebagai

bahan

pembelajaran bahasa Indonesia di SMA?


C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini untuk mendiskripsikan
1. Kohesi dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar SOLOPOS.
2. Koherensi dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar SOLOPOS.
commit to user

ajar

5
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.

Relevansi Tajuk rencana sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa


Indonesia di SMA.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Secara teoritis hasil penelitian dapat menambah khasanah ilmu dan
pengetahuan mengenai praktik analisis wacana danpenelaah kohesi dan
koherensi sebuah wacana yang dalam hal ini adalah Tajuk Rencana.
2) Manfaat praktis dari hasil penelitian ini, yaitu hasil penelitian ini dapat
a. Bagi Redaktur
Dijadikan sebagai rujukan khususnya bagi redaksi untuk meningkatkan
kualitas menulis tajuk rencana.
b. Bagi Guru
Sebagai materi ajar memahami teks tajuk rencana oleh guru

dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia.


c. Bagi Peserta didik
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai analisis keutuhan
wacana ditinjau dari aspek kohesi dan koherensi.
d. Bagi Peneliti
Menjadi acuan bagi peneliti bahasa yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut dengan masalah yang sama atau berkaitan dengan penelitian
ini.

commit to user

6
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinajuan Pustaka

1. Hakikat Wacana
Istilah wacana (discourse) yang berasal dari Bahasa Latin, discursus, telah
digunakan baik dalam arti terbatas maupun luas. Secara terbatas, istilah ini
menunjuk pada aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang mendasari
penggunaan bahasa baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Secara lebih
luas, istilah wacana menunjuk pada bahasa dalam tindakan serta pola-pola yang
menjadi ciri jenis-jenis bahasa dalam tindakan (Ronald, 1997).
Analisis wacana, dalam arti paling sederhana adalah kajian terhadap
satuan bahasa di atas kalimat. Lazimnya, perluasan arti istilah ini dikaitkan
dengan konteks lebih luas yang mempengaruhi makna rangkaian ungkapan
secara keseluruhan. Para analis wacana mengkaji bagian lebih besar bahasa
ketika mereka saling bertautan. Beberapa analis wacana mempertimbangkan
konteks yang lebih luas lagi untuk memahami bagaimana konteks itu
mempengaruhi makna kalimat (Deborah Tannen, 2004).
Sebagaimana telah disebut, analisis wacana tidak hanya mengemukan
dalam kajian bahasa, tetapi juga dalam berbagai lapangan kajian lain. Kalau
dalam linguistik, analisis wacana menunjuk pada kajian terhadap satuan bahasa
di atas kalimat yang memusatkan perhatian pada aras lebih tinggi dari hubungan
ketata-bahasaan (grammatical), dalam sosiologi, analisis wacana menunjuk pada
kajian hubugan konteks sosial dengan pemakaian bahasa. Kalau dalam psikologi
sosial, analisis wacana menunjuk pada kajian terhadap struktur dan bentuk
percakapan atau wawancara, dalam ilmu politik, analisis wacana menunjuk pada
kajian terhadap praktik pemakaian bahasa dan tali-temalinya dengan kekuasaan.
Tampak jelas, digunakan dalam lapangan kajian apa pun, istilah analisis wacana
niscaya menyertakan telaah bahasa dalam pemakaian.
commit to user
6

7
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Para ahli bahasa umumnya berpendapat sama tentang wacana dalam hal
satuan bahasa yang terlengkap (utuh), tetapi dalam hal lain ada perbedaanya.
Perbedaanya terletak pada wacana sebagian unsur gramatikal tertinggi yang
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh dengan amanat lengkap dan
dengan koherensi serta kohesi tinggi. Sebenarnya, wacana utuh harus
dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang koheren, sedangkan kohesif
dipertimbangkan dari keruntutan unsur pendukung (bentuk).
Dalam hubungan dengan penggunaan kohesi, selain teks dalam pengertian
dalam bahasa tertulis, kohesi juga akan berhubungan dengan konsep wacana
yaitu sebagai

kesinambungan

cerita

dengan

bahasa

yang

mudah

dan

kesinambungan ini ditunjang oleh jalinan informasi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, wacana
didefenisikan sebagai: (1) ucapan, perkataan, tutur; (2) keseluruhan tutur yang
merupakan satu kesatuan; (3) satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada
bentuk karangan utuh seperti novel, buku, atau artikel, atau pada pidato, khotbah,
dan sebagainya.
Anton M. Moeliono (1988:334) menyatakan bahwa wacana adalah rentetan
kalimat yang berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi
yang lain membentuk satu kesatuan dengan kata lain terbentuklah makna yang
serasi di antara kalimat itu. Di dalam definisi ini unsur kesatuan hubungan antara
kalimat dan keserasian makna merupakan ciri penting atau esensial di dalam
wacana. Kesatuan hubungan antara kalimat dan keserasian makna tersebut harus
didukung dengan adanya hubungan proposisi, yaitu konfigurasi makna yang
menjelaskan isi komunikasi dari suatu pembicaraan. Berdasarkan bahasan itu,
dapat diketahui bahwa suatu pembentuk wacana adalah rentetan kalimat yang
saling berkaitan.
Bambang Kaswanti Purwo (1993:23) mengemukakan bahwa pada umumnya
suatu wacana dipahami sebagai unit bahasa yang lengkap dan lebih besar daripada
kalimat. Unit itu dapat berupa paragrap, undangan tulis, cerita pendek, dan lainlain. Kenyataannya tidak selalu demikian. Wacana lisan lebih sering pedekcommit
to pendek-pendek,
user
pendek dan terdiri drai unit-unit yang
juga
bahkan sering kurang

8
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

lengkap, kurang gramatikal dan informal. Hal ini terjadi karena wacana lisan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor nonbahasa. Sebaliknya,
wacana tulis biasanya lengkap dan lebih gramatikal, menggunakan bentuk-bentuk
baku, dan penuh informasi penjelas agar tidak disalah tafsirkan oleh pembaca.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana terdapat konsep,
gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam
wacana tulis) dan pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apa pun (Abdul
Chaer, 1994:267). Wacana dikatakan satuan bahasa yang lengkap karena wacana
dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan
persyaratan

kewacanaan

lainya

(kohesi

dan

koherensi).

Wacana

yang

mempeunyai keserasian hubungan antarunsur yang ada (kohesi) maka bisa


menciptakan wacana yang apik dan benar (koheren).
Sumarlam (2003:15) mendefinisikan wacana merupakan satuan terlengkap
yang dinyatakan secara lisan atau tertulis, yang dilihat dari struktur lahir (dari segi
bentuk) bersifat kohesif atau saling terkait, dan dari struktur batin (dari segi
makna) bersifat koheren atau terpadu. Selain itu, Mulyana (2005:1) juga
mengatakan bahwa unsur kebahasaan yang relative paling kompleks dan lengkap
adalah wacana. Satuan pendukung kebahasaanya meliputi fonem, morfem, kata,
frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Wacana pada dasarnya
juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan
pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang
cukup banyak. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa wacana
merupakan unsur kebahasaan yang kompleks dan lengkap atau satuan
kebahahasaan yang paling tinggi, selain itu juga dapat dikatakan sebagai unsur
bahasa yang bersifat pragmatis.
James Deese dalam karyanya Thought into Speech: the psychology of a
Language (dalam Henry Guntur Tarigan, 1987:25) menyatakan bahwa wacana
adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu
rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Berdasarkan uraian
di atas dapat diketahui bahwa sebuah wacana menurut Deese harus memenuhi
commit to user
syarat sebagi berikut:

perpustakaan.uns.ac.id

9
digilib.uns.ac.id

a) Merupakan seperangkat proposisi, yaitu konfigurasi makna yang


menjelaskan isi komunikasi dari pembicara
b) Isi komunikasi itu harus saling berhubungan, artinya antara proposisi yang
satu dengan proposisi yang lain saling berhubungan
c) Keterkaitan antarproposisi itu menghasilkan rasa kepaduan, baik kepaduan
bentuk maupun kepaduan makna.
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hirarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, seri ensiklopedia,
paragraph, kalimat atau kata, yang membawa amanat yang lengkap (Harimurti
Kridalaksana, 2001:179). Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran
kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan
bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk
lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam
peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis,
wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Jenis-jenis
wacana Bahasa Indonesia, antara lain;
2. Wacana Lisan dan Tulis
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana
dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana
tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan
subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa
benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis
cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti
hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat.
3. Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog
Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi,
ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Apabila dalam
to user
suatu komunikasi hanya ada satucommit
pembicara
dan tidak ada balikan langsung dari

perpustakaan.uns.ac.id

10
digilib.uns.ac.id

peserta yang lain, wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian,
pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi
itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau
sebaliknya), wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam
komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang
dihasilkan disebut polilog.
4.

Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi dan Narasi


Dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana

dekripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi bertujuan


membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan.
Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi. Sedangkan
wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar
yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep
dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk
memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir.
Wacana argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar
agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada
pertimbangan logika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen
diperlukan bukti yang mendukung. Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi
penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai
pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan
penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi
kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Wacana narasi merupakan satu
jenis wacana yang berisi cerita. Oleh karena itu, unsur-unsur yang biasa ada dalam
narasi adalah unsur waktu, pelaku, dan peristiwa.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan
bahasa terlengkap, terkompleks, yang dalam tingkatan gramatikal merupakan
satuan yang tertinggi atau terbesar, yang dinyatakan secraa lisan dan tertulis, yang
dilihat dari stuktur lahir (dari segi bentuk) bersifat kohesif atau saling berkait, dan
commit
user bersifat koheren atau terpadu.
yang dilihat dari struktur batin (dari
segitomakna)

11
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Wacana dapat dipilah-pilah berdasarkan sudut pandang yang digunakan. Sudut


pandang yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan wacana secara umum
adalah berdasrkan media atau sarana penyampaian, bahasa, bentuk, jumlah
penutur, isi, sifat, gaya atau cara dan tujuan pemaparan.
2) Hakikat Kohesi
Anton M. Moeliono (1988:343) mengemukakan bahwa kohesi adalah
kesatuan hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana
sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Wacana yang kohesif,
akan menciptakan kekoherenan yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu kohesi
adalah 'organisasi sintaktik'. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan wadah
ayat-ayat yang disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan demikian
organisasi tersebut adalah untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud bahawa
kohesi adalah hubungan di antara ayat di dalam sebuah wacana, baik dari segi
tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Dengan penguasaan
dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat menghasilkan
wacana yang baik. Dalam kohesi, kaidah- kaidah yang digunakan adalah
berdasarkan penyampaian informasi lama dan informasi baru. Kaidah-kaidah itu
adalah seperti kaidah perujukan, kaidah penggantian, kaidah pengguguran, kaidah
konjungsi dan kohesi leksikal.
Wacana juga dicirikan oleh kesinambungan informasi yang diartikan
sebagai kesatuan makna. Kesatuan makna dalam wacana ini pula dapat dilihat dari
segi makna logik dan makna kohesi. Kohesi merupakan konsep semantik yang
juga merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang
membentuk wacana. Kohesi merupakan satu set kemungkinan yang terdapat
dalam bahasa untuk menjadikan suatu 'teks' itu memiliki kesatuan. Hal ini berarti
bahwa hubungan makna baik makna leksikal maupun makna gramatikal, perlu
diwujudkan secara terpadu dalam kesatuan yang membentuk teks. Kohesi ialah
ikatan-ikatan dan hubungan-hubungan yang ada di dalam teks.
commit to user

12
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kohesi mengacu pada perpaduan bentuk. Kohesi menjadi aspek penting


dan menjadi titik berat dalam suatu wacana. Kohesi merupakan hubungan yang
logis antara kalimat-klaimat dalam suatu teks atau wacana yang dinyatakan secara
struktur atau leksikal. Kohesi adalah hubungan antara kalimat satu dengan kalimat
yang lain dan saling berkaitan. dapat dikatakan bahwa kohesi merujuk pada
pertautan bentuk wacana.
Menurut Mulyana (2005:133) konsep kohesi mengacu pada hubungan
bentuk. Maksudnya unsur-unsur (kata atau kalimat) yang digunakan untuk
menyusun wacana, memiliki keterkaitan yang padu dan utuh, dengan kata lain
kohesi adalah aspek internal dari struktur wacana. Kohesi menyangkut
pengungkapan hubungan antar kalimat secara verbal. Kohesi membuat karangan
menjadi padu dan konsisten suatu karangan terbentuk dari kekohesifan karangan
itu sendiri. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kohesi memiliki
hubungan atau berkaitan dengan koherensi, dan hubungan tersebut dalam wacana
(terutama wacna tulis) tidak dapat dipisahkan.
Henry Guntur Tarigan (1993:97) menyatakan bahwa suatu teks atau
wacana benar-benar bersifat kohesif

bila terdapat kesesuaian secara bentuk

bahasa terdapat konteks (situasi dalam bahasa). Dalam pembentukan suatu


wacana yang kohesif dibutuhkan sarana dan alat-alat untuk membentuknya.
Menurut Henry Guntur Tarigan ada dua tipe kohesi, yaitu kohesi gramatikal dan
kohesi leksikal. Kohesi gramatikal berupa referensi, substitusi, elipsis dan
konjungsi. Kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, kolokasi, hiponim,
serta ekuivalensi.
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan pengertian kohesi. Kohesi
adalah pengungkapan keserasian hubungan bentuk (struktur lahir) antara unsur
yang satu dengan unsur yang lain secara verbal dalam wacana, sehingga
tercipatalah keterkaitan yang utuh dan pengertian yang apik atau koheren. Wacana
yang padu dan konsisten akan memudahkan pembaca atau pendengar
memahaminya.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

13
digilib.uns.ac.id

a. Kohesi Gramatikal
Segi atau struktur lahir wacana disebut aspek kohesi gramatikal
(Sumarlam, 2003:23). Kohesi gramatikal adalah hubungan semantik antarunsur
yang dimarkahi alat gramatikal, yaitu alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya
dengan tata bahasa. Unsur-unsur kohesi gramatikal terdiri dari pengacuan
(reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian
(conjuction).
1) Pengacuan atau penunjukkan (Referensi)
Referensi (pengacuan) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain
(suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Pengacuan merupakan
bagian kohesi gramatikal yang berkaitan dengan penggunaan kata untuk
menunjuk kata atau kelompok kata atau satuan gramatikal lainnya (M.
Ramlan, dalam Mulyana 2005:133).
Referensi merupakan ungkapan kebahasaan yang digunakan oleh
seorang pembicara atau penulis untuk mengacu kepada hal-hal yang
dibicarakan atau ditulis. Referensi dibedakan menjadi dua, yaitu referensi
endofora dan referensi eksofora. Referensi endofora adalah pengacuan
pada kalimat atau bagian-bagian dalam konteksnya, sedangkan referensi
eksofora adalah pengacuan yang dilakukan dengan merujuk pada hal-hal
di luar konteksnya. Pengacuan secara endofora bersifat anaforis dan
kataforis. Pengacuan endofora yang anaforis adalah pengacuan terhadap
hal-hal yang telah disebut di depannya. Pengacuan endofora yang kataforis
adalah pengacuan terhadap hal-hal yang akan diebutkan kemudian.
2) Penyulihan (Substitusi)
Substitusi adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh
unsur untuk memperoleh unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu
struktur tertentu (Harimurti kridalaksana, 2001:204). Substitusi terletak
pada gramatikalnya. Substitusi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Substitusi nominal, unsure yang diganti dan yang menggantikan
berupa nominal (kata benda).
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

14
digilib.uns.ac.id

b. Substitusi verbal, unsur yang diganti dan yang menggantikan berupa


verbal (kata kerja).
c. Substitusi klausal, unsur yang diganti dan yang menggantikan berupa
klausa (Sumarlam, 2003:27-28).
3) Pelesapan (Elipsis)
Elipsis merupakan peniadaan kata atau satuan lain yang wujud
asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa
(Harimurti Kridalaksana, 1993:101). Adapun fungsi pelesapan dalam
wacana sebagai berikut.
a) Menghasilkan kalimat yang efektif
b) Efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai ekonomis dalam pemakaian
bahasa
c) Mencapai aspek kepaduan wacana
d) Bagi pembaca atau pendengar berfungsi untuk mengaktifkan
pikirannya terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan
bahasa
e) Untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara
lisan
4) Perangkaian (Konjungsi)
Menurut Sumarlam (2003:32) konjungsi adalah salah satu jenis
kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menggabungkan unsur
yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan
dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga
berupa unsur yang lebih besar dari itu. Konjungsi terbagi menjadi enam
bagian, yaitu:
a) Konjungsi adversatif, di antaranya tetapi
b) Konjungsi kausatif, di antaranya karena
c) Konjungsi koordinatif, di antaranya karena, dengan, atau
d) Konjungsi korelatif, di antaranya tidak tahu
e) Konjungsi subordinatif, di antaranya bila, jika
f) Konjungsi temporal, di antaranya sebelumnya, sesudahnya
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

15
digilib.uns.ac.id

b. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah segi makna atau struktur batin wacana,
maksudnya hubungan antarunsur dalam wacana secara semantik (Sumarlam,
2003:35). Menurut Mulyana (2005:134) bahwa kohesi leksikal adalah
hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan
keserasian struktur secara kohesif.
1) Repetisi (Pengulangan)
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau
bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yang sesuai (Sumarlam, 2003:35)
2) Sinonimi (Padan Kata)
Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama, atau ungkapan
yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Abdul Chaer,
1994:85). Hubungan dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai
makna yang sama disebut sinonim. Sinonim berfungsi menjalin hubungan
makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual
lainnya.
Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi
lima macam, yaitu (1) sinonimi antar morfem (bebas) dengan morfem
(terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa
dengan frasa, (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat.
3) Antonimi (Lawan kata)
Antonimi secara harafiah dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda
yang lain (Sumarlam, 2003:40). Antonimi dapat disebut sebagai leksem yang
berpasangan secara antonimi yaitu oposisi makna dalam pasangan leksikal
yang dapat dijenjangkan. Berdasarkan sifatnya, antonimi atau oposisi dapat
dibedakan menjadi lima macam, yaitu oposisi mutlak (pertentangan makna
secara mutlak), oposisi kutub atau gradasi (tidak bersifat mutlak relatif dan
terdapat tingkatan makna pada kata-kata tersebut), oposisi hubungan atau
relasional (memperlihatkan kesimetrian dalam makna anggota pasangannya
commithirarkial
to user (menyatakan deret jenjang atau
atau bersifat melengkapi), oposisi

16
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tingkatan, dan biasanya berupa kata-kata yang menunjuk pada satuan ukuran,
hitungan, penanggalan), dan oposisi majemuk (terjadi pada beberapa kata
yang biasanya lebih dari dua).
4) Kolokasi (Kata sanding)
Kolokasi merupakan asosiasi yang tetap antara kata dengan kata lain yang
berdampingan dalam kalimat (Harimurti Kridalaksana, 2001:113). Kata-kata
yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satuan
domain atau jaringan tertentu.
5) Hiponimi (Hubungan atas bawah)
Hiponimi adalah sama dengan sinonimi, hanya dalam hiponimi unsur
pengulangannya

mempunyai

makna

yang

mencakupi

makna

unsur

pengulangan. Pendapat lain mengatakan bahwa hiponimi merupakan


hubungan dalam semantik antara makna spesifiks dan makna genetik
(Harimurti Kridalaksana, 2001:74). Hiponimi merupakan satuan bahasa (kata,
frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan
lingual lain.
6) Ekuivalensi (Kesepadanan)
Ekuivalensi dalam wacana dapat berupa kata-kata yang maknanya
berdekatan dan merupakan lawan kata dari kesamaan bentuk hasil proses
afiksasi. Menurut Sumarlam (2003:46) ekuivalensi adalah hubungan
kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain
dalam sebuah paradigma. Ekuivalensi merupakan pengembangan dari bentuk
dasar sebagai akibat adanya afiksasi yang masih mempunyai persamaan
bentuk dasrnya.
3) Hakikat Koherensi
Sama halnya dengan kohesi, pengertian koherensi juga dikemukakan oleh
banyak ahli bahasa. Istilah koherensi mengandung makna pertalian. Dalam
konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat (Henry Guntur
Tarigan, dalam Mulyana, 2005:30). Berdasarkan hal tersebut, wacana yang
koheren memiliki ciri-ciri, susunannya
teratur dan amanatnya tejalin rapi
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

17
digilib.uns.ac.id

sehingga mudah diinterpretasikan. Pengertian koherensi tidak terlepas dari


bahasa, keutuhan wacana lebih ditentukan oleh kesatuan maknanya, sedangkan
kesatuan makna hanya terjadi bila dalam wacana tersebut terdapat sarana-sarana
koherensi yang mampu mempertalikan kalimat-kalimat dalam wacana.
Pentingnya isi suatu wacana merupakan sarana yang ampuh dalam pencapaian
koherensi di dalam wacana berarti pertalian pengertian yang lain (Henry Guntur
Tarigan, 1993:32).
Koherensi adalah suatu upaya membuat jalan pikiran dari satu ke yang lain
berhubungan erat dan lancar, serta menghasilkan kejelasan. Penulis menuntun
pembaca mengikuti jalan pikirannya secara logis dan jelas dari satu bagian ke
bagian yang lain. Dengan adnya upaya tersebut, pembaca dengan mudah pula
dapat melihat hubungan antarunsur pembentuk wacana. Kalimat-kalimat pada
paragraph akan tampak dihubungkan dengan menggunakan penanda bahasa.
Hubungan semacam ini disebut hubungan struktural. Hubungan struktural dapat
dibagi menjadi dua, yaitu hubungan yang bersifat eksplisit (hubungan secara
jelas dan tegas ditampakkan oleh adanya perangkat penanda bahasa), dan
hubungan yang bersifat implicit (secara tersirat terasa ada hubungan antara
bagian yang satu dan yang lain).
Penanda koherensi diwujudkan dalam bentuk kata yang muncul dalam
sebuah wacana. Penanda tersebut menggabungkan antara dua klausa atau lebih
unsur bahasa dalam sebuah wacana yang menimbulkan makna sebab akibat.
Penanda-penanda koherensi itu antara lain:
a) Penanda koherensi yang bermakna sebab akibat
b) Penanda koherensi yang bersifat penekanan
c) Penanda koherensi yang bermakna lokasi/kala
d) Penanda koherensi yang bermakna penambahan
e) Penanda koherensi yang bermakna penyimpulan
f) Penanda koherensi yang bermakana contoh atau missal
g) Penanda koherensi yang bermakna pertentangan
Menurut Mulyana (2005:36) bahwa koherensi berhubungan dengan aspek
commitwacana,
to user aspek makana (meaning), aspek
kerapian dan kesinambungan struktur

18
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

batiniah, dan berhubungan dengan organisasi semantik, sehingga koherensi


merupakan unsur bahasa yang bersifat eksternal. Susunan dan struktur wacana
agar serasi, runtut, dan logis maka dipakailah aspek atau sarana koherensi.
Keserasian terletak pada kesesuaian (cocok dan harmonis) hubungan antarposisi
dalam kesatuan wacana. Runtut artinya urut, sistematis, tidak terputus-putus, dan
bertautan satu sama lain, sedangkan keruntutan umumnya terjadi pada susunan
kalimat (struktur). Sifat logis mengandung arti masuk akal, wajar, jelas, dan
mudah dimengerti.
Ayu B. Hararap (2007) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
koherensi adalah keterkaitan unsure-unsur dunia teks, yaitu susunan gagasan dan
konsep. Isi teks dapat dipahami dengan adanya hubungan-hubungan tersebut.
Menurut Maillard (dalam Ayu B. Harahap) koherensi dapat dipertahankan apabila
terpenuhi aturan aturan seperti aturan pengulangan, aturan perkembangan, aturan
hubungan, dan aturan tidak adanya kontradiksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
koherensi merupakan pertalian makna/isi sehingga memiliki kesatuan gagasan.
Struktur wacana yang teratur dan amanatnya yang terjalin rapi, akan
mempermudah pendengar atau pembaca untuk memahaminya.

4) Hakikat Bahan Ajar


a. Pengertian Bahan Ajar
Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan
bahan

ajar,

yakni

antara

lain;

ketersediaan

bahan

sesuai

tuntutan

kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.


Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya
bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada
kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah
ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa
bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai
tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan
commit to user
mengembangkan bahan ajar sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id

19
digilib.uns.ac.id

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dan
bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis
(Bandono, 2009). Sejalan dengan pengertian tersebut, Ahmad Sudrajat (2008)
menambahkan bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional
materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
b. Sumber Bahan Ajar
Sumber bahan ajar merupakan tempat bahan ajar dapat diperoleh. Dalam
mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai
dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita
gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
Sumber-sumber menurut Ahmad Sudrajat (2008), yaitu: (a) buku teks
yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks
agar dapat diperoleh wawasan yang luas, (b) laporan hasil penelitian yang
diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk
mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir, (c) Jurnal penerbitan
hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai
hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang
telah dikaji kebenarannya, (d) Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan
sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran
materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb., (e) Profesional
yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan
misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan, (f) Buku kurikulum
penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum
itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan.
Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokokcommit to user
pokok materi, (g) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan yang

20
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu


matapelajaran, (h) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber
bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat
kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi, (i)
Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis
mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di
hutan belantara melalui siaran televisi, dan (j) lingkungan ( alam, sosial,
senibudaya, teknik, industri, ekonomi).
Perlu

diingat,

dalam

menyusun

rencana

pembelajaran

berbasis

kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan.


Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satusatunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran
pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau
buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber
yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar
bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai
kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi.
Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku
teks dan buku penunjang yang lain.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)
Bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik dalam mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada di dalam dirinya. Standar kompetensi mata
pelajarana Bahasa Indonesia adalah berorientasi pada hakikat pembelajaran
bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra
commit
to user kemanusiaan. Oleh karena itu
adalah belajar menghargai manusia
dan nilai-nilai

21
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan


peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesusastraan manusia Indonesia.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk SMA (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 260)
menyatakan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta
didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:
1) peserta

didik

dapat

mengembangkan

potensinya

sesuai

dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan


penghargaan terhadap karya kesastraan dan hasil intektual bahasa sendiri;
2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembagan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa
dan sumber belajar;
3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan
dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan
peserta didiknya;
4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
5) sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia; dan
6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
commit to user

22
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di atas


diharapkan peserta didik mampu untuk memahami dan merespon situasi lokal,
regional, nasional, dan global.
Adapun tujuan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasrkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006 adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis;
2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara;
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan;
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperluas

budi

pekerti,

serta

meningkatkan

pengetahuan

dan

kemampuan berbahasa;
6) Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia;
Sedangkan ruang lingkup dari mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspekaspek seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada akhir
pendidikan di SMA, diharapkan peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya
lima belas buku sastra dan nonsastra.
Berikut ini beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di
SMA, kelas XI serta yang menyangkut berbagai kemampuan , baik
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan
membaca dan menulis Tajuk Rencana:
commit to user

23
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah


Atas (SMA) untuk kelas XI semester 2:
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Menulis : Mengungkapkan informasi Menulis gagasan untuk mendukung


melalui penulisan paragraf dan teks suatu pendapat dalam bentuk paragraf
pidato

argumentatif

Indikatornya :
1. Mendaftar topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan menjadi
paragraf argumentasi.
2. Menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu
dengan demikian, oleh sebab itu, dll) dalam paragraf argumentasi.
5) Hakikat Tajuk Rencana
Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan
pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat
surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya
informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi
tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi
akan peran serta pembaca. (Wikipedia bahasa Indonesia: 2011).
Imung pujanarko juga menjelaskan tajuk rencana atau editorial adalah
opni berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan
terhadaap persoalan aktual fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di
masyarakat.
Tajuk rencana atau editorial secara keseluruhan opini yang ditulis dari
redaksi diassumsikan mrwakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan
sikap resmi media yang bersangkutan karena pentingnya masalah yang
berkembang di masyarakat ( Imung,
2008).
commit
to user

24
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tajuk


rencana merupakan opini yang berisi tulisan dari sebuah media masa yang berisi
reaksi terhadap suatu peristiwa yang actual yang terjadi dimasyarakat. Biasanya
tajuk rencana ditulis dari redaksi tetapi sudah mewakili pandangan pada suatu
media surat kabar.
Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus
mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
Tajuk rencana mempunyai sifat:
1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan
medianya bisa harian, atau mingguan, atau dua mingguan dan
bulanan.
2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik
itu

aspek

sosial,

politik,

ekonomi,

kebudayaan,

hukum,

pemerintahan, atau olahraga bahkan entertainment, tergantung


jenis liputan medianya.
3. Memiliki karakter atau konsistensi yang teratur, kepada para
pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk
rencana.
4. Terkait erat dengan politik media atau kebijakan media yang
bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim
tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang
menaungimedia tersebut.
Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan
mencamtumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita. Idealnya tajuk
rencana adala pekerjaan, dan hasil pemikiran kolektif dari segenap awak media.
Jadi proses sebelum penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat
redaksi yang dihaddiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap
jajaran redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap
suatu permasaalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam
kebijakan pemerintahan. Maka setelah tercapai pokok-pokok pikiran, dituangkan
commit to
userawak redaksi yang telah ditunjuk
dalam sikap yang kemudian dirangkum
oleh

perpustakaan.uns.ac.id

25
digilib.uns.ac.id

dalam rapat. Dalam Koran harian biasanya tajuk rencana ditulis secara bergantian,
namum semangat isinya tetap mencerminkan suara bersama setiap jajaran
redakturnya. Dalam proses tanggung jawabnya yang terbatas.
Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk
rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal.
Tajuk rencana pers papan atas atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri
diantaranya :
1. Hati-hati
2. Normatif
3. Cenderung konservatif
4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
5. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis.
Namun, tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah (middle
low media) berlaku sebaliknya. Berbeda dengan ciri-ciri tajuk rencana pers papan
atas, cirri-ciri dari tajuk rencana pers papan tengah adalah:
1. Lebih berani
2. Atraktif
3. Progresif
4. Tidak tanggung jawab untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam
dan tembak langsung.
5. Lebih memilih pendekatan sosiologis dari pada pendekatan politis
Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas
biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers papan
tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks itulah yang
mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan konservatif, baik itu
dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat dan sikap resmi dalam
tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah konsekuensi logis pers modern sebagai
industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan perbedaan yang
dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga berlaku universal
hamper di semua negara, yang memiliki latar belakang ideology serta kepentingan
yang berbeda-beda (Imung, 2008).commit to user

26
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B. Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang dipandang relevan dengan
penelitian ini. Penelitian Mulyana yang terdapat pada bukunya yang berjudul
Kajian Wacana: Teori, Metode, dan aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana
(2005). Mulyana meneliti tentang: Kajian Keutuhan Wacana Kata Pengantar
dalam skripsi mahasiswa tahun 2003 Fakultas Bahasa dan sastra Indonesia (FBS)
Universitas

Negeri

Yogyakarta

(UNY).

Penelitian

tersebut

berusaha

mendeskripsikan dan menjelaskan aspek-aspek yang menjadi sarana keutuhan


wacana Kata Pengantar skripsi mahasiswa angkatan 2003 Jurusan Pendidikan
Bahasa dan sastra Indonesia (PBSI) dan Pendidikan Bahasa Daerah (PBD) PBS
UNY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wacana Kata Pengantar ditulis
dengan gaya naratif. Aspek keutuhan wacana Kata Pengantar yang tampak
menonjol adalah kohesi, koherensi, dan topikalisasi. Secara linguistis masingmasing aspek tersebut, baik secara format (bentuk) maupun maknawi (semantik),
menjalin hubungan yang rapat dan saling membutuhkan membentuk keutuhan
wacana yang padu dan lengkap.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, penelitian Tarhan, dkk. (2008)
menyatakan bahwa

Problem based learning is away of constructing and

teaching course using problem as a stimulus and focus student aktivity. Dari
hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan pembentukan konsep-konsep dan keterampilan sosial. Hal ini
tertuang dalam kutipan hasil penelitiannya berikut.
Hasil penelitian tersebut menurut peneliti dapat dikaitkan dengan hasil
penelitian ini. Tajuk rencana harian SOLOPOS dapat dijadikan sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat membentuk kepribadian sosial
karena siswa dapat diajak langsung mengumpulkan dan mengintegrasikan
pembahasan yang ada dalam tajuk rencana.
Sejalan dengan hasil penelitian di atas,

Nathan Hughes, dkk. (2011)

secara khusus menyatakan bahwa In particular, academic writing skills support


commit
user skills allow for evidence-based
effective professional communication
andto
research

27
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

practice.. hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa keterampilan menulis


akademik dapat mendukung komunikasi profesional dan keterampilan riset yang
efektif

untuk praktik berbasis bukti. Praktek berbasis bukti yang dimaksudkan

adalah menulis dengan menggunakan fakta-fakta. Hal ini tertuang dalam kutipan
di bawah ini.
C. Kerangka Pemikiran
Pada penelitian mengenai Analisis Tekstual Tajuk Rencana, peneliti
akan

menganalisis mengenai teks (kohesi dan koherensi). Analisis terhadap

kohesi ada dua macam, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Ada empat
unsur dalam kohesi gramatikal yaitu pengacuan (reference), penyulihan
(substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjunction). Unsur yang ada
dalam kohesi leksikal dibedakan menjadi enam, yaitu repetisi (pengulangan),
sinonimi (padanan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atasbawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan). Selain
menganalisis dari aspek kohesi, untuk mengetahui kekoherenan sebuah teks juga
dilakukan analisis terhadap aspek koherensi. Analisis koherensi meliputi
koherensi antar kalimat dalam paragraf, antar paragraf satu dengan yang lain,
paragraf dengan judul. Dari analisis kohesi dan koherensi teks, akan diperoleh
sebuah keterpaduan teks. Adapun bagan dari kerangka pemikiran yang
disampaikan peneliti sebagai berikut:
Rubrik Wacana Tajuk
Rencana

Teks

Kohesi

Koherensi

Simpulan
commit to user
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

29
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan cara
mempelajari buku-buku yang ada kaitannya dengan objek penelitian (tekstual
yang ada pada tajuk rencana harian SOLOPOS edisi bulan Februari 2011),
sehingga diharapkan dapat menghasilkan analisis yang tepat. Kesimpulannya
penelitian ini tidak terikat oleh tempat. Waktu yang diperlukan dalam penelitian
dari menyusun proposal sampai laporan direncanakan selama 6 bulan, yaitu bulan
Januari 2011 sampai Juli 2011. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan
penelitian, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Jadwal Penelitian
No

Kegiatan

Bulan dan Tahun (2010)


Januari

1.

Pengajuan Judul

--x-

2.

Pembuatan Proposal

---x

3.

Pengurusan Izin Penelitian

4.

Pengumpulan Data

Analisis Data

6.

Penyusunan Laporan

Februari

Maret

April Mei

xx--xxXxxx
xxxx
Xxx

B. Metode dan Pendekatan Penelitian


Dilihat dari analisis datanya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif,
yaitu penelitian yang datanya bukan berdasarkan angka-angka tetapi berdasarkan
dari konsep-konsep, kategori-kategori, dan bersifat abstrak. Metode penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan dan
menganalisis penggunaan kohesi dan koherensi pada sebuah teks wacana pada
rubrik Tajuk Rencana surat kabar harian SOLOPOS edisi bulan Maret sampai
dengan Mei 2011. Adapun pendekatan penelitian ini menggunakan analisis isi
commit to user
(content analysis).
29

30
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data berupa dokumen dan informan.
Dokumen yang dimaksud, yaitu rubrik Tajuk Rencana surat kabar harian
SOLOPOS. Data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan teks (terutama
dari aspek kohesi dan koherensi), berasal dari dokumen yakni teks wacana yang
terdapat pada rubrik Tajuk Rencana surat kabar harian SOLOPOS edisi bulan
Februari 2011. Hal tersebut dikarenakan, menurut pengamatan peneliti rubrik
Tajuk Rencana merupakan rubrik yang digemari oleh pembaca yang memuat
Pendapat dari redaktur. Peneliti memilih rubrik Tajuk Rencana karena pada rubrik
tersebut berisikan ungkapan dari redaktur yang menyoroti suatu hal atau peristiwa
yang masih hangat dan rubrik ini paling banyak diminati oleh pembaca
SOLOPOS dipilih sebagai sumber data karena beberapa alasan. Yang
pertama, SOLOPOS memiliki pasar yang luas atau dengan kata lain
keberadaannya sudah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Yang kedua,
surat kabar harian SOLOPOS, berita yang disajikan merupakan berita terkini.
Yang ketiga, surat kabar harian Solpos mudah didapat.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan tujuan atau maksud tertentu.
Purposive sampling dilakukan dengan mengambil sample berupa teks wacana
tajuk rencana Harian SOLOPOS. Cuplikan ini (sampling) bukan mewakili
populasi tetapi mewakili informasinya, sehingga bila generalisasi harus dilakukan,
maka arahnya cenderung sebagai generalisasi teori (Sutopo, 2002: 37). Dalam hal
ini peneliti mengambil sample tajuk rencana harian SOLOPOS bulan Maret, aprli,
dan Mei 2011.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang ditempuh guna
mendapatkan data yang diperlukan. Sesuai dengan bentuk penelitian, teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
commit to user
dokumen.

31
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

F. Uji Validitas Data


Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi
teori. Peneliti memeilih trianggulasi teori mengingat karakteristik data penelitian
yang dilakukan menggunakan perspektif lebih dari satu teori. Dari bebrapa
perspektif teori itu akan akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak
hanya sepihak sehingga bias dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan
menyeluruh. Sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahut korelasi dan
kohesi yang terdapat pada rubrik Tajuk Rencana.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis mengalir atau flow model of analisis mengingat karakteristik data dan
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang dilakukan
dengan mencatat dokumen sudah dilakukan sejak awal sebelum kegiatan
pengumpulan data, yaitu sejak awal penulisan proposalpenelitian. Kemudian
proses reduksi data dilanjutkan pada saat pengumpulan data. Selain itu juga
dilakukan penyajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Berikut adalah
gambar skema model analisis mengalir (flow model of analysis) menurut Matthew
B. Miles dan A. Michael Huberman (1994).

Pengumpulan Data
Reduksi Data
PRA

POST
Sajian Data
POST
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
POST

Gambar 2. Model Analisis Mengalir


commit to user

ANALISIS

32
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

H. Prosedur Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses, yang terdiri dari rang kaian tahap demi
tahap kegiatan penelitian dari awal sampai akhir. Apapun prosedur penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, meliputi penyusunan proposal penelitian. Peneliti
mengajukan judul penelitian yang kemudian disusul dengan pembuatan
proposal penelitian. Adapun tujuan dari penyusunan proposal ini untuk
membuat rencana penelitian secara global dari keseluruhan penelitian
sehingga penelitian dapat terkontrol. Selain itu untuk memeberikan
gambaran secara praktis tentang tujuan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti pada pembaca dan peneliti lain.
2. Tahap pelaksanaan, meliputi pengkajian yang mendalam yang mengarah
pada tujuan yang ingin dicapai oleh penulis. Kegiatan yang dilakukan pada
tahao ini adalah pengumpulan data dari wacana teks rubrik Tajuk Rencana
dalam surat kabar harian SOLOPOS.
3. Tahap penyusunan laporan, setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul,
direduksi, dianalisis, dan disusun sehingga kesimpulan dapat dibuat. Data
yang dianalisis, kemudian dirumuskan secara cermat guna mendapatkan
landasan yang kuat.

commit to user

33
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hal pertama yang akan dibahas dalam hal ini adalah kohesi yang
terdapat dalam tajuk rencana harian SOLOPOS. Pembentukan kohesi dalam
tajuk rencana harian SOLOPOS meliputi aspek gramatikal dan leksikal. Aspek
gramatikal yang berkaitan dengan aspek bentuk sebagai struktur lahir bahasa.
Penanda aspek gramatikal ini terdiri atas empat jenis, yaitu pengacuan
(referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian
(conjunction).
Di samping keempat jenis aspek gramatikal di atas, terdapat pula aspek
leksikal, yaitu hubungan antar unsur dalam wacana secara semantik. Kohesi
leksikal ini terdiri atas pengulangan (repetisi), padan kata (sinonimi), lawan
kata (antonimi), sanding kata (kolokasi), hubungan atas-bawah (hiponimi), dan
kesepadanan (ekuivalensi).
Berikut adalah deskripsi data mengenai pembentukan kohesi pada
tajuk rencana harian SOLOPOS dengan pemanfaatan aspek gramatikal dan
leksikal.
A. Deskripsi Data
1. Kohesi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS
Analisis Kohesi Wacana 1
Pertanyaan yang perlu dijawab (Senin Legi, 14 Maret 2011)
Kohesi Gramatikal
a. Pengacuan
Pengacuan Persona
1) Pertanyaan mendasar itu patut kita ajukan, mengingat masalah
kebohongan pemerintah yang digulirkan sejumlah tokoh agama
dan menimbulkan kegeraman luar biasa dari pemerintah belum
juga terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi gempa akibat
isi bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di
commit
to user
Jakarta, yang dimuat
oleh dua
media Australia, Jumat lalu.
33

34
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Yang jelas, terkuaknya isi kawat komunikasi tersebut telah


menimbulkan kegelisahan bagi kita karena tidak mungkin ada asap
tanpa ada api. Rakyat butuh jawaban, konfirmasi, dan klarifikasi
yang gamblang. Jangan sampai ketidakpercayaan rakyat makin
bertambah.
3) Tentunya kita juga tidak ingin skandal Watergate yang terjadi di
negara yang mengaku guru demokrasi, Amerika Serikat, saat
partai berkuasa menyalahgunakan CIA untuk memata-matai partai
oposisi juga terjadi di sini.
Pada ketiga kutipan wacana di atas (1, 2, dan 3) pronomina I
jamak (kita) mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan
pembaca. Artinya, kutipan teks di atas diposisikan untuk penulis
maupun pembaca. Dengan demikian, munculah kesan bahwa pembaca
diajak memikirkan atau merasakan apa yang diungkpkan penulis atau
redaktur dalam tajuk rencana yang ditulis.
Pengacuan Demonstratif
Pengacuan Demonstratif Waktu
1) Pertanyaan mendasar itu patut kita ajukan, mengingat masalah
kebohongan pemerintah yang digulirkan sejumlah tokoh
agama dan menimbulkan kegeraman luar biasa dari pemerintah
belum juga terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi
gempa akibat isi bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Jakarta, yang dimuat oleh dua media
Australia, Jumat lalu.
Pengacuan

satuan

lingual

dengan

kata

Jumat

lalu,

menunjukkan bahwa penulisan tajuk rencana ini dikaitkan dengan


waktu lampau. Artinya, data atau peristiwa yang ada pada waktu
sebelumnya (sebelum penulisan tajuk rencana ini) menjadi dasar
penulisan bagi penulis (fakta) dalam mengembangkan argumentasi
melalui tajuk rencana ini.
commit to user

35
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pengacuan Demonstratif Tempat


1) Pertanyaan mendasar itu patut kita ajukan, mengingat masalah
kebohongan pemerintah yang digulirkan sejumlah tokoh
agama dan menimbulkan kegeraman luar biasa dari pemerintah
belum juga terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi
gempa akibat isi b
2) ocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di
Jakarta, yang dimuat oleh dua media Australia, Jumat lalu.
3) Sumber pemberitaan itu merupakan sebagian kecil dari bocoran
komunikasi

angtara Kedubes AS di sejumlah negara

termasuk Indonesia dengan Washington yang diperoleh di


situs Wikileaks.
4) Tentunya kita juga tidak ingin skandal Watergate yang terjadi
di negara yang mengaku guru demokrasi, Amerika Serikat,
saat partai berkuasa menyalahgunakan CIA untuk mematamatai partai oposisi juga terjadi di sini.
Pada kutipan wacana (1), (2), dan (3) yang ditunjukkan melalui
kata di Jakarta, di sejumlah negara, di situs Wikileaks, dan
di negara yang mengaku guru demokrasi secara langsung penulis
tajuk rencana menunjukkan tempat yang dimaksudkan dengan jelas.
Kemudian, pada kutipan wacana (3) terdapat kata di sini
menunjukkan bahwa penulis menunjuk pada lokasi atau tempat yang
sedang ditempati dan yang dimaksud adalah di Indonesia.
Pengacuan Komparatif (Perbandingan)
1) Terlepas dari motivasi pihak-pihak di Australia itu pertanyaan
terbesar adalah apakah isi kawat diplomatik itu benar?
Satuan lingual terlepas dari pada tuturan di atas secara tersirat
menandakan adanya perbandingan antara motivasi pihak-pihak
Australia yang disebutkan pada kutipan wacana di atas dengan
kebenaran isi kawat diplomatik. Artinya benar atau tidaknya isi kawat
commit to
user kutipan wacana di atas memiliki
diplomatik yang dibicarakan
dalam

36
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

nilai atau bersifat lebih penting dibandingkan dengan apa motivasi


pihak-pihak Australia. Fungsi adanya hubungan komparasional
(perbandingan) dalam kutipan wacana tersebut adalah mengajak atau
mengungkapkan kepada pembaca hal yang lebih penting yang perlu
diperhatikan dalam konteks pembahasan tajuk rencana tersebut. Hal
ini (perbandingan) ditunjukan juga dengan kata terbesar pada
kutipan tersebut. Hal ini menandakan bahwa penulis tajuk rencana
menunjukkan objek bahasan mana yang perlu mendapat perhatian
bagi pembaca sebelum melakukan pembahasan di bagian-bagian yang
lain dalam konteks pembahasan wacana tajuk rencana ini.
b. Perangkaian (Konjungsi)
1) Pertanyaan mendasar itu patut kita ajukan, mengingat masalah
kebohongan pemerintah yang digulirkan sejumlah tokoh
agama dan menimbulkan kegeraman luar biasa dari pemerintah
belum juga terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi
gempa akibat isi bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Jakarta, yang dimuat oleh dua media
Australia, Jumat lalu. (P1)
2) Pihak Istana Kepresidenan sendiri dengan tegas membantah
seluruh isi pemberitaan kedua media Australia itu. Namun
demikian, masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab.
Pertama, mengapa media Australia memuat berita sensitif
tersebut pada saat Wakil Presiden Boediono sedang melakukan
kunjungan ke negara itu? Pemilihan waktu tayang tersebut jelas
memiliki pertimbangan tertentu dan ini patut dipertanyakan
motivasinya. (P4)
3) Amerika sendiri tidak mengiyakan atau mebantah isi kawat itu
dan hanya menyatakan penyesalan pengungkapan isi kawat
tersebut. Sejumlah nama pejabat dan tokoh Indonesia yang
disebut pun sudah beramai-ramai membantah. (P5)
commit to user

37
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Yang jelas, terkuaknya isi kawat komunikasi tersebut telah


menimbulkan kegelisahan bagi kita karena tidak mungkin ada
asap tanpa ada api. Rakyat butuh jawaban, konfirmasi, dan
klarifikasi yang gamblang. Jangan sampai ketidakpercayaan
rakyat makin bertambah. Tentunya kita juga tidak ingin skandal
Watergate yang terjadi di negara yang mengaku guru
demokrasi,

Amerika

Serikat,

saat

partai

berkuasa

menyalahgunakan CIA untuk memata-matai partai oposisi


juga terjadi di sini. (P6)
Kojungsi

dan

pada

kutipan

wacan

(1)

berfungsi

menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang


mengapitnya yang menekankan pada hal kebohongan pemerintah
yang digulirkan tokoh agama dan kegeraman pemerintah. Kata juga
pada kutipan wacana (1) menyatakan hubungan penambahan (aditif)
dari penambahan (aditif) pada hubungan koordinatif sebelumnya.
Penggunaan kata dan yang menyatakan hubungan penambahan
(aditif) juga ditemukan pada kutipan wacana (2), (3), dan (4). Begitu
juga dengan pengunaan kata juga pada kutipan wacana (4) yang
memiliki fungsi menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif)
seperti pada kutipan wacana (1).
Koshesi Leksikal
a. Repetisi (Pengulangan)
Repetisi Epizeuksis
1) Presiden Susilo Bambang Yodhoyono disebut-sebut dalam
kawat itu melakukan yang bisa dikategorikan sebagai
penyalahgunaan kekuasaan, mulai dari indikasi menggunakan
Badan Intelijen Negara (BIN) untuk memata-matai lawan
maupun sekutu polotiknya hingga laporan soal penerimaan
dana dari pengusaha. Masih ada beberapa laporan lainnya,
yang isinya terus terang membuat gelisah bila hal itu didengar.
commit to user
(P3)

38
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Rakyat butuh jawaban, konfirmasi, dan klarifikasi yang


gamblang. Jangan sampai ketidakpercayaan rakyat makin
bertambah. (P6)
Pengulangan satuan lingual (kata) laporan pada kutipan
wacana (1) di atas menunjukkan bahwa kata tersebut (laporan)
merupakan hal dipentingkan untuk dibahas atau dengan kata lain
menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Pengulangan serupa juga
didapati pada kutipan wacana (3) dengan pengulangan satuan
rakyat.
Repetisi tautotes
1) Amerika sendiri tidak mengiyakan atau mebantah isi kawat itu
dan hanya menyatakan penyesalan pengungkapan isi kawat
tersebut. (P5)
Pengulangan satuan lingual berupa frasa isi kawat yang
diulang pada sebuah konstruksi kalimat menandakan bahwa frasa
tersebut merupakan frasa yang menjadi pusat perhatian atau yang
ditekankan untuk dibahas dalam konstruksi kalimat tersebut. Namun,
jika dilihat pada wacana yang utuh, pengulangan satuan lingual isi
kawat tidak hanya menjadi hal yang ditekankan dalam konstruksi
kalimat tersebut melainkan juga pada keseluruhan wacana tersebut
secara utuh.
Berdasarkan analisis data pada wacana 1 di atas, dapat dketahui bahwa
wacana I telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi
gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif waktu,
demonstratif tempat, dan komparatif), dan konjungsi. Selanjutnya, kohesi leksikal
yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis dan repetisi tautotes.
Analisis Kohesi Wacana 2
Hentikan truk BBM kencing! ( Selasa Kliwon, 8 Maret 2011 )
Kohesi Gramatikal
a. Pengacuan
Pengacuan Persona

commit to user

39
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1) Dengan adanya fenomena itu, kita sebagai masyarakat pantas


khawatir, jangan-jangan adanya kencing BBM yang merugikan
SPBU itu akan berimbas pada kerugian masyarakat konsumen.
2) Kami tentu tak ingin hal itu terjadi.
3) Kami berharap kejahatan di jalur distribusi BBM itu segera
ditangani dengan tegas oleh pihak berwenang. Para pelakunya dan
juga beking harus ditindak sesuai hukum yang berlaku.
Pada ketiga kutipan wacana (1) di atas, pronomina I jamak (kita)
mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca. Artinya,
kutipan teks di atas diposisikan untuk penulis maupun pembaca. Dengan
demikian, munculah kesan bahwa pembaca diajak memikirkan atau
merasakan apa yang diungkpkan penulis atau editor dalam tajuk rencana
yang ditulis. Selanjutnya, pada kutipan wacana (2) dan (3), kata (kami)
merupakan pronomina I jamak yang juga mengacu pada penutur (penulis
tajuk rencana) dan pembaca. Dalam hal ini, pembaca diajak penulis
untuk sama-sama memiliki keinginan dan harapan seperti yang tertuang
dalam kutipan wacana tersebut.
Pengacuan Demonstratif
Pengacuan Demosntratif Waktu
1) Beberapa waktu lalu, di masyarakat muncul rumor soal
stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) nakal.
2) Kini, dunia perdagangan BBM kembali diterpa persoalan,
yang sebenarnya bukan hal baru: truk tangki BBM kencing di
jalan.
Pada kutipan wacana

(1) satuan lingual

waktu

lalu

menunjukkan bahwa penulisan tajuk rencana ini dikaitkan dengan


waktu lampau. Artinya, data atau peristiwa yang ada pada waktu
sebelumnya (sebelum penulisan

tajuk rencana ini) menjadi dasar

penulisan bagi penulis (fakta) dalam mengembangkan argumentasi


melalui tajuk rencana ini.
commit to user

40
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pada kutipan (2), satuan lingual Kini menunjuk pada keadaan


yang sedang terjadi saat ini. Artinya, keadaan atau peristiwa yang saat
ini terjadi juga menjadi data atau fakta yang dijadikan dasar untuk
mengembangkan argumentasi melalui tajuk rencana ini.
Pengacuan Demonstratif Tempat
1) Kini, dunia perdagangan BBM kembali diterpa persoalan, yang
sebenarnya bukan hal baru: truk tangki BBM kencing di jalan.
2) Truk tangki BBM yang seharusnya menyetor BBM ke SPBU
mengurangi muatannya di jalan.
3) Bahkan disinyalir ada aparat yang menjadi beking aksi
pencurian BBM di jalan.
4) Modus yang dilakukan para pelaku adalah menyedot BBM di
jalan pun bervariasi.
5) Bahkan untuk mengembalikan citra baik di masyarakat, label
jaminan Pasti Pas pun di pasang di SPBU-SPBU.
6) Kekhawatiran itu sangat beralasan karena pihak SPBU tentu
tidak mau merugi sehingga dikhawatirkan kerugian akibat
pencurian jatah BBM di jalan itu dibebankan pada masyarakat
dengan cara pengurangan takaran.
Berdasarkan data temuan di atas, pada kutipan wacana (1-6)
ditemukan adanya penggunaan satuan lingual di jalan. Hal ini
menunjukkan bahwa pengacuan tempat yang menjadi fokus bahasan
utama dalam tajuk rencana ini adalah di jalan. Hal ini berkaitan
dengan konteks pembahasan utama tajuk rencana ini, yaitu adanya truk
tangki BBM yang kencing di jalan. Artinya, lokasi tempat kejadian
dari peristiwa utama dalam pembahasan tajuk rencana ini merupakan
bagian utama dari peristiwa ini.
b. Penyulihan (substitusi)
Substitusi Frasal
1) Beberapa waktu lalu, di masyarakat muncul rumor soal stasiun
commit
user (SPBU) nakal. Ditengarai ada
pengisian bahan
bakartoumum

41
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

SPBU yang mengurangi takaran dan dianggap merugikan


konsumen. (P1)
Pada kutipan wacana di atas, kata nakal disubstitusikan
dengan frasa mengurangi takaran dan frasa merugikan
konsumen dalam kalimat yang sama.
c. Perangkaian (Konjungsi)
1) Ditengarai ada SPBU yang mengurangi takaran dan dianggap
merugikan konsumen. Begitu berita itu merebak, Pertamina
segera merespons dengan memperketat pengawasan dan
memberikan sanksi kepada SPBU yang melanggar aturan
takaran. (P1)
2) Masyarakat konsumen pun merasa terlindungui dan percaya
dengan pelayanan SPBU. (P2)
3) Tampaknya sepele, istilah yang dipakai pun sekadar kencing.
Tetapi kerugian yang diderita pihak SPBU besar. Uang ratusan
ribu yang seharusnya masuk SPBU melayang setiap hari.
Seorang pengelola SPBU mengaku kerugian karena tangki
BBM kencing dalam sehari bisa mencapai Rp 900.000. Coba
jika itu dikalikan 30 hari dan berapa tangki BBM yang
beroperasi setiap hari. (P4)
4) Kencingnya truk tangki BBM itu jelas merupakan kejahatan.
Dan yang terjadi, hal itu tidak hanya melibatkan kru tangki
(sopir dan kernet) namun melibatkan banyak orang. (P5)
5) Kekhawatiran itu sangat beralasan karena pihak SPBU tentu
tidak mau merugi sehingga dikhawatirkan kerugian akibat
pencurian jatah BBM di jalan itu dibebankan pada masyarakat
dengan cara pengurangan takaran. (P6)
6) Para pelakunya dan beking harus ditindak sesuai hukum yang
berlaku. (P7)
commit to user

42
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

7) Dalam persoalan ini sudah jelas, ada praktik pencurian dan


ada pihak yang dirugikan sehingga harus segera ditangani dan
dihentikan. (P8)
Kojungsi

dan

pada

kutipan

wacan

(1)

berfungsi

menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang


mengapitnya yang menekankan pada SPBU yang mengurangi
takaran dan merugikan konsumen. Penggunaan kata dan yang
menyatakan hubungan penambahan (aditif) juga ditemukan pada
kutipan wacana (2), (3), (4), (6), dan (7). Pada kutipan wacana (4)
kata dan yang diletakkan di awal kalimat

tetap menunjukkan

adanya hubungan penambahan (aditif), yaitu fakta mengenai


bentuk kencingnya truk BBM ditambahkan dengan tidak hanya
melibatkan kru truk BBM saja yang dalam hal ini adalah sopir dan
kernetnya.
Konjungsi tetapi pada kutipan wacana (3) dan konjungsi
namun pada kutipan wacana (4) menunjukan adanya hubungan
yang dipertentangkan oleh konjungsi tersebut. Pada kutipan
wacana (3) yang dipertentangkan adalah istilah kencing yang
digunakan seakan sepele jika sebatas diartikan dengan besarnya
kerugian yang diterima SPBU. Hal ini kemudian dibuktikan
dengan kalimat-kalimat penjelas setelahnya. Pada kutipan wacana
(4) yang dipertentangkan adalah pelaku yang tidak hanya sebatar
kru truk tangki BBM (sopir dan kernet) melainkan juga melibatkan
banyak orang.
Kohesi Leksikal
Repetisi (Pengulangan)
Repetisi Epizeuksis
1) Beberapa waktu lalu, di masyarakat muncul rumor soal
stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) nakal.
Ditengarai ada SPBU yang mengurangi takaran dan
commit tokonsumen.
user
dianggap merugikan
Begitu berita itu merebak,

43
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pertamina

segera

merespons

dengan

memperketat

pengawasan dan memberikan sanksi kepada SPBU yang


melanggar aturan takaran. (P1)
2) Bahkan untuk mengembalikan citra baik di masyarakat, label
jaminan Pasti Pas

pun di pasang di SPBU-SPBU.

Masyarakat konsumen pun merasa terlindungui dan percaya


dengan pelayanan SPBU. (P2)
3) Kini, dunia perdagangan BBM kembali diterpa persoalan,
yang sebenarnya bukan hal baru: truk tangki BBM kencing
di jalan. Truk tangki BBM yang seharusnya menyetor BBM
ke SPBU mengurangi muatannya di jalan. Tentu saja hal itui
tanpa sepengetahuan pihak SPBU pemilik jatah BBM itu.
(P3)
4) Tampaknya sepele, istilah yang dipakai pun sekadar
kencing. Tetapi kerugian yang diderita pihak SPBU besar.
Uang ratusan ribu yang seharusnya masuk SPBU melayang
setiap hari. Seorang pengelola SPBU mengaku kerugian
karena tangki BBM kencing dalam sehari bisa mencapai Rp
900.000. (P4)
5) Kencingnya truk tangki BBM itu jelas merupakan kejahatan.
Dan yang terjadi, hal itu tidak hanya melibatkan kru tangki
(sopir dan kernet) namun melibatkan banyak orang. Bahkan
disinyalir ada aparat yang menjadi beking aksi pencurian
BBM di jalan. Modus yang dilakukan para pelaku adalah
menyedot BBM di jalan pun bervariasi. Begitu pula tempat
yang digunakan untuk kencing pun berpindah-pindah. (P5)
6) Dengan adanya fenomena itu, kita sebagai masyarakat
pantas khawatir, jangan-jangan adanya kencing BBM yang
merugikan SPBU itu akan berimbas pada kerugian
masyarakat konsumen. Kekhawatiran itu sangat beralasan
to user
karena pihakcommit
SPBU
tentu tidak mau merugi sehingga

44
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dikhawatirkan kerugian akibat pencurian jatah BBM di jalan


itu dibebankan pada masyarakat dengan cara pengurangan
takaran. (P6)
Pengulangan satuan lingual (akronim) SPBU dan BBM pada
kutipan-kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kedua
akronim tersebut (SPBU dan BBM) merupakan hal dipentingkan
untuk dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi
pembaca. Seringnya pengulangan pada kedua akronim tersebut
menunjukan bahwa konteks pembahasan tajuk rencana ini
berkaitan dengan SPBU dan BBM. Di sisi lain, pengulangan yang
dilakukan pada wacana (tajuk rencana) inimerupakan bentuk
penegasan

berkaitan

dengan

masalah

yang

dibahas

atau

ditunjukkan dengan pengulangan.


Berdasarkan analisis data pada wacana 2 di atas, dapat dketahui bahwa
wacana 2 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi
gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif waktu,
demonstratif tempat,, dan komparatif), substitusi frasal, dan konjungsi.
Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis.
Analisis Kohesi Wacana 3
Beri kami rasa aman (Senin Pahing 4 April 2011)
Kohesi Gramatikal
a. Pengacuan
Pengacuan Persona
1) Tindakan berani dan nekat para perampo kini memperlihatkan
bahwa mereka bukan pelaku kelas teri.
2) Mereka adalah pemain lama yang kerap meresahkan
masyarakat.
3) Kami berharap polisi dengan kekuatan jaringan dan
koordinasi yang dilikinya, mampu mengendus adaapa dibalik
aksi kriminal ini dan memastikan tindakan ini tidak berlanjut.
commit to user

45
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Polisi harus mengembangkan pola komunikasi yang lebih


intens kepada warga masyarakat, sehingga warga mengetahui
dengan pasti apa yang harus dilakukan jikia sewaktu-waktu
mereka menghadapi kejahatan.
Pada kutipan wacana (1), (3), dan (4), kata (mereka) merupakan
pronomina III jamak yang mengacu pada para pelaku perampokan.
Pada kutipan wacana (2), kata (kami) merupakan pronomina I jamak
yang mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca.
Dalam hal ini, pembaca diajak penulis untuk sama-sama memiliki
keinginan dan harapan seperti yang tertuang dalam kutipan wacana
tersebut.
Pengacuan Demonstratif
Pengacuan Demonstratif Tempat
1) Pada akhir Maret di Karanganyar, dalam sehari terjadi dua
aksi perampokan dengan modus mengangkut brangkas kantor
gudang. Kerugian dalam perampokan di Ngringo, Jaten dan
Ngasem, Colomadu ini ditaksir Rp 19 juta.
2) Sedangkan di Boyolali, Kantor Dinas Pendidikan pemmuda
dan Olahraga (Disdikpora) disatroni maling yang mencongkel
brangkas dan menggondol uang tunai Rp 19,5 juta.
3) Sehari sebelumnya, sebuah BPR di Klaten juga dirampok
dengan nilai kerugian Rp 2 juta.
Pada kutipan wacana (1), (2), dan (3) yang ditunjukkan melalui
kata di Karanganyar, di Ngringo, Jaten dan Ngasem,
Colomadu, di Boyolali, Kantor Dinas Pendidikan pemmuda dan
Olahraga (Disdikpora), dan di Klaten secara langsung penulis
tajuk rencana menunjukkan tempat yang dimaksudkan dengan jelas.
Pengacuan Komparatif (Perbandingan)
Kesigapan

aparat

dalam

menuntaskan

aksi

ini

juga

memberikan pesan berupa rasa aman kepada publik. Lebih


commit
to user
dari itu, polisi
harus
berada di garis depan dalam

46
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

meningkatkan kewaspadaan agar kasus serupa tidak terjadi


lagi.
Di sisi lain, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan
secara swadaya, misalnya dengan mengaktifkan kembali pos
ronda kampung, siskamling, atau bentuk pengamanan internal
lainnya.
Selama ini, gerakan siskamling di banyak daerah kurang
konsisten digalakkan. (P6-P8)
Pada kutipan wacana di atas, kata Di sisi lain menunjukkan
adanya perbandingan yang ada antara sikap yang dilakukan aparat
kepolisian dengan warga. Dalam kutipan wacana di atas disebutkan bahwa
aparat atau polisi memilki kesigapan dan berada di garis depan dalam
menghadapi kasus pencurian yang dibahas dalam tajuk rencana ini. Hal ini
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh warga. Petikan wacana Selama
ini, gerakan siskamling di banyak daerah kurang konsisten digalakan,
menunjukkan bahwa persiapan dalam menghadapi atau mengantisipasi
adanya kasus pencurian yang dilakukan oleh aparat atau polisi berbanding
terbalik dengan apa yang dilakukan oleh warga. Secara tidak langsung,
penulis tajuk rencana memberikan saran kepada pembaca dan hal ini pada
akhirnya secara langsung ditunjukan pada akhir tajuk rencana.
c. Penyulihan (substitusi)
Substitusi Nominal
1) Tindakan berani dan nekat para perampok ini memperlihatkan
bahwa mereka bukan pelaku kelas teri. (P3)
2) Kami berharap polisi dengan kekuatan jaringan dan
koordinasi yang dilikinya, mampu mengendus ada apa dibalik
aksi kriminal ini dan memastikan tindakan ini tidak berlanjut.
Kesigapan dan kecakapan petugas dalam menyelesaikan
rangkaian aksi perampokan ini akan memberi pesan tegas
kepada para perampok agar jera dan mengakhiri aksinya.
commit to user
(P5)

47
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Kesigapan

aparat

dalam

menuntaskan

aksi

ini

juga

memberikan pesan berupa rasa aman kepada publik. Lebih


dari itu, polisi harus berada di garis depan dalam
meningkatkan kewaspadaan agar kasus serupa tidak terjadi
lagi. (P6)
Pada kutipan wacana (1), kata perampok disubstitusikan dengan
kata pelaku. Selanjutnya, pada kutipan wacana (2), kata polisi
disubstitusikan dengan petugas. Berhubungan dengan kutipan
wacana (2), kata aparat kutipan wacana (3) disubstitusikan
dengan polisi.
Substitusi Verbal
1) Sedangkan di Boyolali, Kantor Dinas Pendidikan pemmuda
dan

Olahraga

(Disdikpora)

disatroni

maling

yang

mencongkel brangkas dan menggondol uang tunai Rp 19,5


juta. Sehari sebelumnya, sebuah BPR di Klaten juga
dirampok dengan nilai kerugian Rp 2 juta. (P2)
Pada kutipan wacana di atas, kata disatroni disubstitusikan
dengan kata dirampok.
Substitusi Frasal
1) Apakah kejadian ini dilakaukan oleh satu sindikat atau dua
kelompok

atau

lebih.

Apakah

rentetan

kasus

ini

dilatarbelakangi desain politik tertentu atau bermotif


kriminal murni. (P3)
2) Selama ini, gerakan siskamling di banyak daerah kurang
konsisten digalakkan. Adanya kasus perampokan seperti ini
seolah

mengingatkan

kembali

kepada

warga

untuk

melakukan tindakan preventif yang amat berguna ini. (P8)


Pada kutipan wacana (1), kata kejadian disubstitusikan dengan
frasa rentetan kasus. Berbeda dengan kutipan wacana (1),
pada kutipan wacana (2) terdapat subtitusi antara frasa gerakan
commit
user
siskamling dengan
frasatotindakan
preventif.

48
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d. Perangkaian (Konjungsi)
1) Kerugian dalam perampokan di Ngringo, Jaten dan Ngasem,
Colomadu ini ditaksir Rp 19 juta. (P1)
2) Sedangkan di Boyolali, Kantor Dinas Pendidikan Pemuda
dan

Olahraga

(Disdikpora)

disatroni

maling

yang

mencongkel brangkas dan menggondol uang tunai Rp 19,5


juta. (P2)
3) Tindakan

berani

dan

nekat

para

perampok

ini

memperlihatkan bahwa mereka bukan pelaku kelas teri. (P3)


4) Apakah kejadian ini dilakaukan oleh satu sindikat atau dua
kelompok

atau

lebih.

Apakah

rentetan

kasus

ini

dilatarbelakangi desain politik tertentu atau bermotif


kriminal murni. (P3)
5) Kami berharap polisi dengan kekuatan jaringan dan
koordinasi yang dilikinya, mampu mengendus ada apa
dibalik aksi kriminal ini dan memastikan tindakan ini tidak
berlanjut.

Kesigapan

dan

kecakapan

petugas

dalam

menyelesaikan rangkaian aksi perampokan ini akan memberi


pesan tegas kepada para perampok agar jera dan
mengakhiri aksinya. (P5)
6) Kesigapan aparat dalam menuntaskan aksi ini juga
memberikan pesan berupa rasa aman kepada publik. Lebih
dari itu, polisi harus berada di garis depan dalam
meningkatkan kewaspadaan agar kasus serupa tidak terjadi
lagi. (P6)
7) Di sisi lain, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan
secara swadaya, misalnya dengan mengaktifkan kembali pos
ronda kampung, siskamling, atau bentuk pengamanan
internal lainnya. (P7)
commit to user

49
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

8) Sebaliknya, warga harus meningkatkan kewaspadaan dan


secarta konsisten menghidupkan siskamling secara swadaya.
(P10)
Kojungsi dan pada kutipan-kutipan wacana di atas
berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa
yang mengapitnya dan menyatakan adanya hubungan penambahan
(aditif).

Pada

kutipan

wacana

(1)

menunjukkan

adanya

penambahan terkait lokasi kejadian perampukan yang sebelumnya


disebutkan di Ngringo, Jaten ditambahkan dengan di Ngasem,
Colomadu. Pada kutipan (2) menunjukkan adanya penambahan
aktivitas maling yang mencongkel brangkas dengan menggondol
uang tunai sebesar 19,5 juta rupiah. Selanjutnya, kata dan ada
kutipan wacana (3), (5), dan (8) juga memiliki fungsi
menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang
mengapitnya dan menyatakan adanya hubungan penambahan
(aditif) seperti pada kutipan wacana (1) dan (2).
Konjungsi atau pada kutipan (4) berfungsi untuk
menunjukkan adanya pilihan (alternatif) yang dapat digunakan
dalam konteks pembahasan pada kutipan ini. Dalam kutipan
wacana (4), memberikan pilihan kepada pembaca dalam alternatif
dugaan bahwa kejadian perampokan tersebut dapat dilakukan oleh
satu sindikat atau dua kelompok atau lebih. Pada kutipan wacana
(4) juga terdapat pilihan atau alternatif dugaan mengenai latar
belakang terjadinya kasus pencurian, yaitu apakah ada desain
politik tertentu atau murni tindakan kriminal.
Selanjutnya, dalam wacana ini juga terdapat konjungsi
agar. Pada kutipan wacana (5), kata agar pada ...memberi pesan
tegas kepada para perampok agar jera.. menunjukkan adanya
tujuan dari tindakan yang disebutkan sebelumnya, yaitu memberi
pesan tegas yang bertujuan agar perampok jera. Pada kutipan
commit
to user
wacana (6), kata agar
pada
...meningkatkan kewaspadaan agar

50
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kasus serupa tidak terjadi lag, menunjukkan bahwa adat tujuan


dari

peningkatan

kewaspadaan,

yaitu

agar

kasus

serupa

(perampokan) tidak terjadi lagi.


Kohesi Leksikal
a. Repetisi (Pengulangan)
Repetisi Epizeuksis
1) Pada akhir Maret di Karanganyar, dalam sehari terjadi dua
aksi perampokan dengan modus mengangkut brangkas kantor
gudang. Kerugian dalam perampokan di Ngringo, Jaten dan
Ngasem, Colomadu ini ditaksir Rp 19 juta. (P1)
2) Masyarakat mungkin bertanya-tanya, ada apa di balik kejadian
perampokan yeng seolah bergerak dari barat ke timur dalam
waktu beberapa hari ini. Apakah kejadian ini dilakaukan oleh
satu sindikat atau dua kelompok atau lebih. Apakah rentetan
kasus ini dilatarbelakangi desain politik tertentu atau bermotif
kriminal murni. (P3)
3) Yang tak kalah penting adalah kemudahan akses laporan dari
warga kepada polisi. Polisi harus mengembangkan pola
komunikasi yang lebih intens kepada warga masyarakat,
sehingga warga mengetahui dengan pasti apa yang harus
dilakukan jika sewaktu-waktu mereka menghadapi kejahatan.
(P9)
Pengulangan satuan lingual yang terdapat

pada kutipan-

kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang


disebutkan berulang-ulang merupakan hal dipentingkan untuk
dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca.
Pada kutipan wacana (1), kata perampokan merupakan hal yang
menjadi pembahasan utama tidak hanya dalam kutipan ini saja
melainkan juga dalam keseluruhan wacana ini. Pada kutipan wacana
(2), kata tanya apakah diulang sebanyak dua kali yang menandakan
commit topembahasan
user
adanya penegasan terhadapa
kasus perampokan dalam

51
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tajuk rencana ini. Selanjutnya, pada kutipan wacana (3), kata polisi
diulang karena padakutipan wacana ini berisi tentang saran yang
secara tegas disampaikan kepada polisi terkait permasalahan yang
dibahas dalam tajuk rencana ini.
b. Hiponimi (Hubungan Atasa Bawah)
1) Di sisi lain, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan
secara swadaya, misalnya dengan mengaktifkan kembali pos
ronda kampung, siskamling, atau bentuk pengamanan
internal lainnya. (P7)
Pada kutipan wacana di atas, kata-kata mengaktifkan kembali pos
ronda kampung, siskamling, atau bentuk pengamanan internal lainnya
merupakan hiponim. Ketiga kata-kata tersebut merupakan penjabaran hipernim
atau subordinatnya, yaitu kewaspadaan secara swadaya.
c. Ekuivalensi (Kesepadanan)
1) Kesigapan dan kecakapan petugas dalam menyelesaikan rangkaian
aksi perampokan ini akan memberi pesan tegas kepada para
perampok agar jera dan mengakhiri aksinya. (P5)
Hubungan kesepadanan pada kutipan wacana di atas ditunjukan oleh
kata perampokan dan perampok yang keduanya berasal dari kata dasar
rampok yang mengalami proses afiksasi.
Berdasarkan analisis data pada wacana 3 di atas, dapat dketahui bahwa
wacana 3 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi
gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif tempat,,
dan komparatif), substitusi (nominal, verbal, dan

frasal), dan konjungsi.

Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis,


hiponimi, dan ekuivalensi.
Analisis Kohesi Wacana 4
Lindungi Keluarga dari NII (Kamis Legi, 28 April 2011)
Kohesi Gramatikal
a. Pengacuan
Pengacuan Persona

commit to user

52
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1) Terkuaknya informasi tentang ratusan orang yang direkrut


gerakan Negara Islam Indonesia telah menyadarkan kita
bahwa kelompok radikal ini belum mati.
2) Mereka ingin mendirikan negara sendiri dengan sebutan NII.
3) Kita telah mendengar,melihat, dan membaca berbagai cara
yang digunakan oleh NII untuk menyeret masuk anggota
baru.
4) Salah satunya adalah dengan mencuci otak calon anggota
baru sehingga mereka mau meninggalkan keluarga dan masuk
ke komunitas NII.
5) Di permukaan tak terlalu tampak, namun bisa saja mereka
terus bergerak dan beraktivitas.
6) Keluaraga

adalah

benteng

utama

kita

mencegah

berkembangnya gerakan radikal.


7) Pemahaman tentang kemajemukan, saling menghargai, dan
tenggang rasa perlu ditanamkan sejak awal di keluarga kita.
8) Gerakan radikal tak akan berkembang jika embrio mereka
sudah terpangkas sejak dini oleh aparat berwenang.
Pada ketiga kutipan wacana di atas (1, 3, 6 dan 7) pronomina I
jamak (kita) mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan
pembaca. Artinya, kutipan teks di atas diposisikan untuk penulis
maupun pembaca. Dengan demikian, munculah kesan bahwa pembaca
diajak memikirkan atau merasakan apa yang diungkpkan penulis atau
editor dalam tajuk rencana yang ditulis.
Selanjutnya, pada kutipan wacana (2), (5) dan (8), kata
(mereka) merupakan pronomina III jamak yang mengacu pada
kelompok gerakan radikal sedangkan pada kutipan wacana (4), kata
(mereka) mengacu kepada calon anggota NII. Artinya, kata (mereka)
mengacu kepada kelompok yang menjadi objek bahasan pada tajuk
rencana yang disusun.
commit to user

53
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pengacuan Demonstratif
Pengacuan Demonstratif Waktu
1) Kalangan mahasiswa kini menjadi salah satu sasaran utama
rekrutmen anggota baru NII.
Pada kutipan wacana di atas, satuan lingual kini menunjukkan
bahwa penulus mengungkapkan fakta yang sedang terjadi dalam
menyusun tajuk rencana ini. Pemilihan fakta atau peristiwa yang
sedang terjadi pada saat ini menunjukkan tajuk rencana ini membahas
peristiwa atau kasus yang sedang hangta dibicarakan di masyarakat.
Pengacuan Demonstratif Tempat
1) Contoh kasus terjadi di Klaten.
Pada kutipan wacana di atas, satuan lingual di Klaten secara
langsung

penulis

tajuk

rencana

menunjukkan

tempat

yang

dimaksudkan dengan jelas.


Pengacuan Komparatif (Perbandingan)
Keluaraga adalah benteng utama kita mencegah berkembangnya
gerakan radikal. Pemahaman tentang kemajemukan, saling
menghargai, dan tenggang rasa perlu ditanamkan sejak awal di
keluarga kita.
Di satu sisi, pemerintah melalui aparat keamanan perlu
bertindak tegas terhadap setiap kegiatan gerakan dan aksi yang
mengancam kerukunan hidup bermasyarakat. Gerakan radikal
tak akan berkembang jika embrio mereka sudah terpangkas sejak
dini oleh aparat berwenang.
Pada kutipan wacana di atas, kata di satu sisi menunjukan
adanya perbandingan pemberian tindakan yang dilakukan oleh keluarga
dengan

pemerintah

melalui

aparat

keamanan

dalam

menyikapi

berkembangnya gerakan radikal (NII) di masyarakat. Perbandingan


tindakan yang ditunjukan dalam petikan wacana di atas adalah bahwa
keluarga perlu melakukan pencegahan berkembangnya gerakan radikal
commit to
user
dengan memberikan pemahman
kemajemukan,
saling menghargai, dan

54
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

saling menghargai sedangkan tindakan pencegahan yang dilakukan oleh


aparat atau polisi adalah dengan tindakan tegas melalui pemangkasan
embrio gerakan radikal sejak dini secara tegas melalui aparat yang
berwenang (secara hukum).
e. Penyulihan (substitusi)
Substitusi Frasal
1) Salah satu mahasiswi mantan anggota NII berbohong kepada
orangtuanya dengan meminta uang Rp 20 juta yang ternyata
untuk menyokong dana gerakan radikal tersebut. (P3)
Pada kutipan wacana di atas, frasa NII dengan frasa
gerakan radikal. Satuan lingual NII oleh peneliti dikategorikan
sebagai frasal karena merupakan akronim dari Negara Isalm
Indonesia.
f. Perangkaian (Konjungsi)
1) Kita telah mendengar, melihat, dan membaca berbagai cara
yang digunakan oleh NII untuk menyeret masuk anggota
baru. Salah satunya adalah dengan mencuci otak calon anggota
baru sehingga mereka mau meninggalkan keluarga dan masuk
ke komunitas NII. (P3)
2) Persoalan ini tentu saja bukan tanggung jawab orang per
orang. Pemerintah dan masyarakat secara bersama wajib
mewaspadai gerakan-gerakan seperti ini. Gerakan radikal
seperti NII bagaikan api di dalam sekam. Di permukaan tak
terlalu tampak, namun bisa saja mereka terus bergerak dan
beraktivitas. Jika tak terkendalikan maka NII bisa menjadi bom
waktu yang setiap saat meledak. (P4)
3) Keluaraga
berkembangnya

adalah

benteng

gerakan

utama

radikal.

kita

Pemahaman

mencegah
tentang

kemajemukan, saling menghargai, dan tenggang rasa perlu


ditanamkan sejak awal di keluarga kita. (P5)
commit to user

55
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Di satu sisi, pemerintah melalui aparat keamanan perlu


bertindak tegas terhadap setiap kegiatan gerakan dan aksi yang
mengancam kerukunan hidup bermasyarakat. Gerakan radikal
tak akan berkembang jika embrio mereka sudah terpangkas
sejak dini oleh aparat berwenang. Sejak awal NII jelas sebuah
gerakan makar dan musuh negara. Apapun alasannya, makar
terhadap pemerintah yang sah tak bisa dibenarkan. Pemerintah
diharapkan tak hanya melihat warganya dilanda keresahan
dengan kabar kembali munculnya NII. Pemerintah harus
bertindak dan memberi penjelasan tentang posisi dan
kebenaran NII saat ini. (P6)
Kojungsi dan pada kutipan-kutipan wacana di atas berfungsi
menghubungkan

secara

koordinatif

antara

dua

klausa

yang

mengapitnya dan menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif).


Pada kutipan wacana (1) di atas, kata dan pada Kita telah
mendengar,

melihat,

dan

membaca...

menunjukkan

adanya

hubungan koordinatif antara mendengar, melihat, dan mendengar


yang artinya semua aktivitas tersebut berhubungan dan dilakukan.
Selanjutnya,

pada

...meninggalkan

kutipan

keluarga

wacana
dan

(1),

masuk

kata
ke

dan

komunitas

pada
NII.

Menunjukkan adanya hubungan koordinatif antara meninggalkan


keluarga dengan masuk ke komunitas NII dan ini berarti kedua hal
tersebut mutlak berhubungan. Sejalan dengan fungsi konjungsi dan
pada kutipan wacana (1), konjungsi dan dalam kutipan wacana (4)
pada ...bertindak dan memberi penjelasan... yang menjunjukkan
adanya hubungan koordinatif pada kedua kata yang mengapitnya
tersebut.
Lain halnya dengan fungsi dan pada pemaparan di atas, fungsi
konjungsi dan dalam kutipan wacana (2) pada Pemerintah dan
masyarakat... menunjukkan hubungan penambahan untuk kata
commit
to user Fungsi konjungsi dan serupa
Pemerintah dengan kata
masyarakat.

56
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dengan kutipan wacana (2) juga ditemukan dalam kutipan wacana (3)
pada Pemahaman tentang kemajemukan, saling menghargai, dan
tenggang rasa..., dalam kutipan wacana (4) pada ...gerakan dan
aksi... dan ... gerakan makar dan musuh negara..
Kohesi Leksikal
a. Repetisi (Pengulangan)
Repetisi Epizeuksis
1) Sejak diproklamasikan pada Agustus 1949, NII yang dulunya
dikenalsebagai Darul Islam (DI) dengan tegasnya menolak
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka
ingin mendirikan negara sendiri dengan sebutan NII. (P2)
2) Kita telah mendengar, melihat, dan membaca berbagai cara
yang digunakan oleh NII untuk menyeret masuk anggota
baru. Salah satunya adalah dengan mencuci otak calon
anggota baru sehingga mereka mau meninggalkan keluarga
dan masuk ke komunitas NII. Kalangan mahasiswa kini
menjadi salah satu sasaran utama rekrutmen anggota baru
NII. (P3)
3) Keluaraga
berkembangnya

adalah

benteng

gerakan

utama

radikal.

kita

Pemahaman

mencegah
tentang

kemajemukan, saling menghargai, dan tenggang rasa perlu


ditanamkan sejak awal di keluarga kita. (P5)
4) Di satu sisi, pemerintah melalui aparat keamanan perlu
bertindak tegas terhadap setiap kegiatan gerakan dan aksi
yang mengancam kerukunan hidup bermasyarakat. Gerakan
radikal tak akan berkembang jika embrio mereka sudah
terpangkas sejak dini oleh aparat berwenang. (P6)
5) Pemerintah diharapkan tak hanya melihat warganya dilanda
keresahan dengan kabar kembali munculnya NII. Pemerintah
harus bertindak dan memberi penjelasan tentang posisi dan
kebenaran NIIcommit
saat ini.to user

57
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pengulangan satuan lingual yang terdapat

pada kutipan-

kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang


disebutkan berulang-ulang merupakan hal dipentingkan untuk
dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca.
Pada kutipan wacana (1), kata (yang sebenarnya merupakan
akronim) NII yang juga ditunjukkan pada kutipan wacana (2) dan
(5) merupakan hal yang menjadi pembahasan utama tidak hanya
dalam kutipan ini saja melainkan juga dalam keseluruhan wacana
ini. Dominasi pengulangan kata (akronim) NII juga merupakan
bentuk penegasan bahwa kasus ini menjadi bahasan utama dalam
tajuk rencana ini. Selanjutnya, pada kutipan wacana (3) terdapat
pengulangan kata keluarga, lalu pada kutipan wacana (4) terdapat
pengulangan kata aparat, dan pada kutipan wacana (5) dengan
pengulangan kata pemerintah menunjukkan adanya penegasan dari
penulis kepada pihak-pihak yang disebutkan tersebut. Pihak-pihak
tersebut merupakan subjek utama yang ditunjuk penulis untuk
melaksanakan apa yangdituliskan oleh penulis dalam kutipan tajuk
rencana di atas.
Berdasarkan analisis data pada wacana 4 di atas, dapat dketahui bahwa
wacana 4 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi
gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif tempat,
demonstratif waktu, dan komparatif), substitusi

frasal, dan konjungsi.

Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis.


Analisis Kohesi Wacana 5
Prioritaskan gedung sekolah (Senin Kliwon, 2 Mei 2011)
Kohesi Gramatikal
a. Pengacuan
Pengacuan Persona
1) Bagaimana siswa bisa berkonsentrasi belajar jika mereka
harus kehujanan di dalam kelas?
commit to user

58
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Sehebat apapun kemampuan seorang pelajar, tak kan bisa


memaksimalkan kemampuan otak jika setiap hari diliputi rasa
waswas lantaran atap ruang belajar mereka terancam runtuh.
Pada kedua kutipan wacana di atas, kata (mereka) merupakan
pronomina III jamak yang mengacu pada para siswa yang menjadi
objek bahasan pada tajuk rencana yang disusun.
Pengacuan Demonstratif
Pengacuan Demonstratif Waktu
1) Senin (2/5) ini bangsa indonesia memperingati Hari
Pendidikan Nasional (Hardiknas).
2) Salah satu contoh adalah runtuhnya atap bangunan sebuah
SDN di Dukuh, Tangen, Sragen lantaran lapuk dimakan usia,
23 April lalu.
Satuan lingual Senin (2/5) ini menunjukkan waktu
penulisan tajuk rencana ini yang isinya disesuaikan dengan peristiwa
yang terjadi pada tanggal tersebut, yaitu Hari Pendidikan Nasional.
Pengacuan satuan lingual dengan kata lalu, menunjukkan bahwa
penulisan tajuk rencana ini dikaitkan dengan waktu lampau. Artinya,
data atau peristiwa yang ada pada waktu sebelumnya (sebelum
penulisan tajuk rencana ini) menjadi dasar penulisan bagi penulis
(fakta) dalam mengembangkan argumentasi melalui tajuk rencana ini.
Pengacuan Demonstratif Tempat
1) Masih banyak sekolah di kawasan Soloraya (dan banyak tempat
di Tanah Air) dalam kondisi rusak, sebagian bahkan tidak bisa
dipakai sama sekali. Salah satu contoh adalah runtuhnya atap
bangunan sebuah SDN di Dukuh, Tangen, Sragen lantaran
lapuk dimakan usia, 23 April lalu.
2) Kasus serupa juga banyak terjadi di banyak tempat di Soloraya.
Di Karanganyar, 637 ruang kelas sekolah dasar (SD) rusak,
213 kelas termasuk kategori rusak berat dan sisanya rusak
commit to user
ringan.

59
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Ratusann sekolah di Sukoharjo juga bernasib serupa.


4) Di SMPN Baki para siswa harus belajar di aula karena ruang
kelas rusak parah dan tidak bisa digunakan.
Pada kutipan wacana (1), (2), dan (3) yang ditunjukkan melalui
kata di kawasan Soloraya, di Dukuh, Tangen, Sragen, di
Soloraya, Di Karanganyas,

dan di Sukoharjodan Di SMPN

Baki secara langsung penulis tajuk rencana menunjukkan tempat-tempat


yang dimaksudkan dengan jelas.
Pengacuan Komparatif (Perbandingan)
1. Kondisi berkebalikan justru terjadi pada tingkat kesejahteraan
para pendidik berstatus PNS. Kesejahteraan guru meningkat
tajam dengan adanya tunjangan sertifikasi. Bertepatan momen
Hardiknas kali ini, alangkah baik dan bijaksana bila pusat
maupun daerah melihat kembali bagaimana kondisi bangunan
sekolah yang rusak itu. (P7)
Pada kutipan wacana di atas, kata Kondisi berkebalikan secara
langsung telah menunjukkan adanya perbandingan yang diungkapkan oleh
penulis dalam tajuk rencana yang disusunnya. Perbandingan yang
diungkapkan oleh penulis dalam konteks ini adalah antara kesejahteraan
pendidik berstatus PNS yang meningkat tajam dengan adanya sertifikasi
dengan banyaknya bangunan sekolah di beberapa yang rusak parah dan
kurang mendapat perhatian seperti yang telah disebutkan dalam tajuk
rencana ini. Perbandingan yang dimunculkan oleh penulis dalam tajuk
rencana ini secara tegas menunjukkan kepada pembaca di negara kita saat
ini terdapat hal yang sangat kontras dan perlu mendapat perhatian serius.
Pada akhirnya, penulis menyampaikan simpulan dan saran berkaitn dengan
perbandingan ini seperti yang dituliskan secara langsung pada bagian akhir
tajuk rencana ini.

commit to user

60
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Perangkaian (Konjungsi)
1) Hardiknas identik dengan sosok Ki Hajar Dewantara yang
punya keyakinan hanya generasi yang pandai dan cakap yang
mampu membangun bangsa dan negara. (P1)
2) Masih banyak sekolah di kawasan Soloraya (dan banyak tempat
di Tanah Air) dalam kondisi rusak, sebagian bahkan tidak bisa
dipakai sama sekali. (P2)
3) Kasus serupa juga banyak terjadi di banyak tempat di Soloraya.
Di Karanganyar, 637 ruang kelas sekolah dasar (SD) rusak,
213 kelas termasuk kategori rusak berat dan sisanya rusak
ringan. Kerusakan itu merata di semua SD di kecamatan itu
meliputi. Kerusakan itu meliputi bagian dinding dan atap. (P3)
4) Ratusan sekolah di Sukoharjo juga bernasib serupa. Di SMPN
Baki para siswa harus belajar di aula karena ruang kelas rusak
parah dan tidak bisa digunakan. Dinas Pendidikan Kabupaten
Sukoharjo mencatat 360 ruang kelas SMPN dan swasta dalam
kondisi rusak. (P4)
5) Ada kelas yang atapnya harus disangga dengan bambu, ada
dinding yang retak menganga, genteng bocor, dan lain
sebagainya. (P5)
6) Pendidikan berkualitas tidak hanya didukung sistem yang baik
namun juga infrastruktur yang memadai. Bagaimana siswa
bisa berkonsentrasi belajar jika mereka harus kehujanan di
dalam kelas? Sehebat apapun kemampuan seorang pelajar, tak
kan bisa memaksimalkan kemampuan otak jika setiap hari
diliputi rasa waswas lantaran atap ruang belajar mereka
terancam runtuh. (P6)
7) Bertepatan momen Hardiknas kali ini, alangkah baik dan
bijaksana bila pusat maupun daerah melihat kembali
bagaimana kondisi bangunan sekolah yang rusak itu. (P7)
commit to user

61
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kojungsi dan pada kutipan-kutipan wacana di atas berfungsi


menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang
mengapitnya dan menyatakan adanya hubungan penambahan
(aditif). Konjungsi dan pada kutipan wacana (1) pada ...yang
pandai dan cakap yang mampu membangun bangsa dan negara.
menunjukan adanya hubungan penambahan dari kata sebelum
konjungsi dengan ditambahkan dengan kata setelah konjungsi. Hal
serupa juga ditemukan dalam kutipan wacana (2) pada ...di
kawasan Soloraya (dan banyak tempat di Tanah Air, dalam
kutipan wacana (3) pada ...rusak berat dan sisanya rusak ringan.
dan ..dinding dan atap., lalu dalam kutipan wacana (4) pada ...
SMPN dan swasta., dan dalam kutipan (7) pada ...baik dan
bijaksana....
Lain halnya dengan fungsi dan pada pemaparan di atas,
fungsi konjungsi dan dalam kutipan wacana (5) pada ...disangga
dengan bambu, ada dinding yang retak menganga, genteng bocor,
dan lain sebagainya. menunjukan hubungan penambahan terkait
indikator-indikator

kerusakan

sebuah

bangunana

sekolah.

Hugungan penambahan (aditif) ditunjukan pula dengan konjungsi


juga, yaitu dalam kutipan wacana (3) pada Kasus serupa juga
banyak terjadi... dan dalam kutipan wacan (6) pada ...juga
infrastruktur yang memadai..
Selanjutnya, terdapat juga konjungsi karena padakutipan
wacana (4), yaitupada ...para siswa harus belajar di aula karena
ruang kelas rusak parah.. fungsi konjungsi karena padakutipan
wacana (4) adalah menunjukan adanya hubungan sebabakibat
antara klausa sebelum konjungsi dengan klausa setelah konjungsi.
Klausa sebelum konjungsi karena merupakan akibat dari klausa
setelah konjungsi.
commit to user

62
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kohesi Leksikal
a. Repetisi (Pengulangan)
Repetisi Epizeuksis
1) Senin (2/5) ini bangsa Indonesia memperingati Hari
Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hardiknas identik dengan
sosok Ki Hajar Dewantara yang punya keyakinan hanya
generasi yang pandai dan cakap yang mampu membangun
bangsa dan negara. (P1)
2) Kerusakan itu merata di semua SD di kecamatan itu meliputi.
Kerusakan itu meliputi bagian dinding dan atap. (P3)
3) Di SMPN Baki para siswa harus belajar di aula karena ruang
kelas rusak parah dan tidak bisa digunakan. Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo mencatat 360 ruang kelas SMPN dan
swasta dalam kondisi rusak. (P4)
4) Pemerintah harus memprioritaskan perbaikan gedung sekolah
yang rusak. Perbaikan itu harus jadi prioritas utama. (P8)
Pengulangan satuan lingual yang terdapat

pada kutipan-

kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang


disebutkan berulang-ulang merupakan hal dipentingkan untuk dibahas
atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Pada
kutipan wacana (1), pengulangan kata (yang sebenarnya merupakan
akronim) hardiknas merupakan bentuk penekanan pada peristiwa
yang sedang terjadi dan merupakan pembahasan utama dalam tajuk
rencana ini. Selanjutnya, dalam kutipan wacana (2), ditemukan
pengulangan pada kata kerusakan yang merupakan menjadi sorotan
permasalahan pada peringatan Hardiknas dan sedang terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Lebih lanjut lagi, padakutipan wacana
(3) terdapat pengulangan kata rusak yang merupakan kata dasar dari
kata kerusakan yang mendapat pengulangan di paragraf sebelumnya.
Hal ini menandakan bahwa kerusakan-kerusakan yang ada benarcommit
user
benar menjadi masalah
yang to
ditekankan
pada tajuk rencna ini. Pada

63
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bagian akhir tajuk rencana, yaitu pada kutipan wacana (4) ditemukan
pengulangan kata perbaikan. Kata tersebut mengalamipengulangan
sebagai tanda penegasan saran dari penulis tajuk rencana berkaitan
dengan penekanan masalah pada paragraf sebelumnya

yang

ditunjukan dengan pengulangan kata kerusakan.


b. Hiponimi (Hubungan Atasa Bawah)
1) Rata-rata bangunan sekolah itu belum pernah dipugar
menyeluruh. Ada kelas yang atapnya harus disangga dengan
bambu, ada dinding yang retak menganga, genteng bocor, dan
lain sebagainya. (P5)
Pada kutipan wacana di atas, kata-kata atapnya, dinding, dan
genteng merupakan hiponim. Ketiga kata-kata tersebut merupakan
penjabaran hipernim atau subordinatnya, yaitu bangunan sekolah.
Berdasarkan analisis data pada wacana 5 di atas, dapat dketahui bahwa
wacana 5 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi
gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif tempat,
demonstratif waktu, dan komparatif), dan konjungsi. Selanjutnya, kohesi leksikal
yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis dan hiponimi.
Analisis Kohesi Wacana 6
Sudahilah konflik itu (Senin Legi, 23 Mei 2011 )
Kohesi Gramatikal
a. Pengacuan
Pengacuan Persona
1) Huru-hara di PSSI sebenarnya sangat kontraproduktif terhadap
upaya peningkatan kualitas sepakbola kita.
2) Mutu sepak bola kita ditentukan oleh prestasi tim nasional.
3) Kini saatnya menyudahi konflik tak bermutu itu. Sudahilah huruhara itu demi peningkatan kualitas sepak bola kita.
4) Politisasi hingga militerisasi pembinaan tim nasional hanya akan
berujung semakin tak bermutunya sepak bola kita.
commit to user

64
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5) Kami kira, George Toisutta dan Arifin Panigoro dan tokoh-tokoh


adalah tokoh-tokoh yang selama ini mempunyai kepedulian
terhadap dunia sepak b
6) FIFA membayangi sepak bola kita.
Pada ketiga kutipan wacana di atas (1, 2, 3, 4 dan 6) pronomina
I jamak (kita) mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan
pembaca. Artinya, kutipan teks di atas diposisikan untuk penulis
maupun pembaca. Dengan demikian, munculah kesan bahwa pembaca
diajak memikirkan atau merasakan apa yang diungkpkan penulis atau
editor dalam tajuk rencana yang ditulis. Pada kutipan wacana (5), kata
(kami) merupakan pronomina I jamak yang mengacu pada penutur
(penulis tajuk rencana) dan pembaca yang disampaikan kepada pihak
yang berkonflik di PSSI. Dalam hal ini, pembaca diajak penulis untuk
sama-sama menyampaikan gagasan seperti yang tertuang dalam
kutipan wacana tersebut.
Pengacuan Demonstratif
Pengacuan Demonstratif Waktu
1) Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/5) gagal.
2) Hampir saja adu jotos terjadi. Lalu, Minggu (22/5) sore,
melalui tayangan televisi secara langsung, pecinta sepak bola
menyaksikan kericuhan pertandingan Persidafon vs Persiba
Bantul di Stadion m,anahan, Solo.
3) Kini, sepak bolabukan lagi permainan yang menghibur, enak
ditonton. Aroma politik menyeruak.
4) Kini saatnya menyudahi konflik tak bermutu itu.
Pada kutipan wacana (1) satuan lingual Jumat (20/5)
menunjukkan bahwa penulisan tajuk rencana ini dikaitkan dengan
waktu lampau. Penyulisan Jumat (20/5) mengacu padahari Jumat
tanggal 20 bulan Mei sedangkan tajuk rencana ini diterbitkan pada
tanggal 23 Mei 2011. Hal serupa juga ditemukan pada kutipan wacana
commit to
user sore . yang menunjukan hari
(2), yaitu pada Minggu
(22/5)

65
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sebelum penerbitan tajukrencana ini. Artinya, data atau peristiwa yang


ada pada waktu sebelumnya (sebelum penulisan tajuk rencana ini)
menjadi dasar penulisan bagi penulis (fakta) dalam mengembangkan
argumentasi melalui tajuk rencana ini.
Pada kutipan (2), satuan lingual Kini menunjuk pada keadaan
yang sedang terjadi saat ini. Artinya, pengembangan argumentasi
melalui tajuk rencana ini merupakan tanggapan untuk keadaan yang
sedang terjadi.
Substitusi Nominal
1) Huru-hara di PSSI sebenarnya sangat kontraproduktif
terhadap upaya peningkatan kualitas sepakbola kita. Mutu
sepak bola kita ditentukan oleh prestasi tim nasional. (P4)
Pada kutipan wacana (1), kata kualitas disubstitusikan
dengan kata mutu.
Substitusi Verbal
1) Kongers penuh konflik. Pihak-pihak yang berkonflik itu
berpijak pada bahasa yang sama, yaitu cinta sepak bola
nasional. Kongres yang merupakan kelanjutan dari huru-hara
di tubuh PSSI ini seharusnya menjadi momentum untuk
memperbaiki PSSI dan kualitas sepak bola nasional. (P3)
2) Kini saatnya menyudahi konflik tak bermutu itu. Sudahilah
huru-hara itu demi peningkatan kualitas sepak bola kita. (P6)
Pada kutipan wacana (1), kata konflik disubstitusikan dengan
kata huru-hara. Selanjutnya, substitusi yang serupa dengan kata
yang sama juga terdapat pada kutipan wacana (2), kata konflik
disubstitusikan dengan huu-hara.
5) Perangkaian (Konjungsi)
1) Ternyata, antara pemain dan pengurus organisasi sepak bola
Tanah Air tak jauh berbeda. (P2)
commit to user

66
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Kongres yang merupakan kelanjutan dari huru-hara di tubuh


PSSI ini seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki
PSSI dan kualitas sepak bola nasional. (P3)
3) Prestasi tim nasional tak mungkin selama PSSI sebagai induk
tim nasional masih betah berkonflik dan menebar huru-hara.
(P4)
4) Calon pengurus yang berkonflik, keputusan yang berubahubah ihwal kompetisi, keputusan yang berubah-ubah ihwal
sanksi untuk pelanggaran antar kompetisi, ketentuan tak
jelas tentang kesebelasan yang layak didegradasi dan tidak,
serta militerisasi tim nasional adalah sebagian dari
kebijakan aneh bin ajaib PSSI. (P5)
5) Hentikan politisasi PSSI demi kepentingan seseorang atau
kelompok tertentu. (P6)
6) Kami kira, George Toisutta dan Arifin Panigoro dan tokohtokoh adalah tokoh-tokoh yang selama ini mempunyai
kepedulian terhadap dunia sepak bola Tanah Air. (P7)
Kojungsi dan pada kutipan-kutipan wacana di atas berfungsi
menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif). Konjungsi dan
dalam kutipan wacana (1) pada ...pemain dan pengurus..., dalam
kutipan wacana (2) pada ...memperbaiki PSSI dan kualitas sepak
bola nasional.,dalam kutipan wacana (3) pada ...berkonflik dan
menebar huru-hara., dan dalam kutipan wacana (6) pada
...berkonflik dan menebar huru-hara. Konjungsi dan yang telah
ditemukan tersebut menyatakan adanya penambahan dari kata
sebelumkonjungsi dengan kata setelah konjungsi.
Dalam wacana ini selain konjungsi dan ditemukan konjungsi
serta pada kutipan wacana (4) yang berfungsi juga untuk
menyatakan adanya hubungan penambahan. hal ini ditunjukan pada
kutipan wacana (4) pada Calon pengurus yang berkonflik,
commit to userihwal kompetisi, keputusan yang
keputusan yang berubah-ubah

67
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

berubah-ubah ihwal sanksi untuk pelanggaran antar kompetisi,


ketentuan tak jelas tentang kesebelasan yang layak didegradasi
dan tidak, ditambahkan dengan militerisasi tim nasional
adalah sebagian dari kebijakan aneh bin ajaib PSSI. dengan
konjungsi kata serta di antaranya.
Kohesi Leksikal
Repetisi (Pengulangan)
Repetisi Epizeuksis
1) Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/5) gagal.
Kongres itu diwarnai kericuhan. (P1)
2) Sejak beberapa bulan lalu, persoalan masih berkutat pada
calon nahkoda PSSI. Kongers penuh konflik. Pihak-pihak
yang berkonflik itu berpijak pada bahasa yang sama, yaitu
cinta sepak bola nasional. Kongres yang merupakan
kelanjutan dari huru-hara di tubuh PSSI ini seharusnya
menjadi momentum untuk memperbaiki PSSI dan kualitas
sepak bola nasional. (P3)
3) Kami kira, George Toisutta dan Arifin Panigoro dan tokohtokoh adalah tokoh-tokoh yang selama ini mempunyai
kepedulian terhadap dunia sepak bola Tanah Air. Tapi, perlu
diingat bahwa ada hal yang sangat penting bagi sepak bola
Tanah Air, yaitu mengesampingakn ego pribadi. (P7)
Pengulangan satuan lingual yang terdapat pada kutipan-kutipan
wacana di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang disebutkan
berulang-ulang merupakan hal dipentingkan untuk dibahas atau dengan
kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Pada kutipan wacana (1),
pengulangan kata kongres merupakan bentuk penekanan pada peristiwa
yang sedang terjadi dan merupakan pembahasan utama dalam tajuk
rencana ini. Selanjutnya, dalam kutipan wacana (2), ditemukan
pengulangan

pada

kata PSSI yang merupakan menjadi subjek


commitpadapermasalahan
to user
permasalahan pada peringatan
utama yang dibahas

perpustakaan.uns.ac.id

68
digilib.uns.ac.id

dalam tajuk rencana ini. Pada bagian akhir wacana ini terdapat
pengulangan kata sepak bola tanah Air yang ditunjukkan pada kutipan
wacana (3) di atas.
Berdasarkan analisis data pada wacana 6 di atas, dapat dketahui bahwa
wacana 6 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi
gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona dan demonstratif
waktu),, substitusi (nominal dan verbal), dan konjungsi. Selanjutnya, kohesi
leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis.
2. Koherensi Wacana Tajuk Rencana Harian SOLOPOS
Wacana I
Wacana I dengan judul Pertanyaan yang perlu dijawab sudah
koheren. Koherensi pada wacana I ditunjukkkan dengan konsistensi
pembahasan terkait dengan judul tersebut. Fokus atau konteks pembahasan
wacana ini adalah tentang kebenaran ini kawat yang bocor.konsistensi
pembahasan ini selain ditunjukkan dengan konteks pembicaraan yang fokus
juga didukung dengan adanya pengulangan bagian-bagian terpenting yang
ditekankan oleh penulis terkait masalah ini, seperti yang telah dibahas dalam
analisis kohesi pada bagian sebelumnya.
Wacana II
Koherensi pada wacana II dengan judul Hentikan truk BBM
kencing! ditunjukkan dengan adanaya konsistensi pembahasan berkaitan
dengan judul wacana ini. Pengulangan satuan lingual-satuan lingual seperti
yang dibahas dalam analisi kohesi pada bagian sebelumnya menunjukkan
adanya konsistensi pembahasan tentang truk BBM kencing dan pihak-pihak
yang berkaitan dengan masalah utama pembahasan ini.
Wacana III
Koherensi pada wacana III dengan judul Beri kami rasa aman
sudah memiliki koherensi yang baik. Keruntutan pembahasan (sistematika)
yang baik menjadi salah satu penanda bahwa wacana ini koherensi yang baik.
Selain itu, konsistensi pembahasan (konteks) dan adanya pengulangancommit to user

69
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pengulangan bagian penting dalam wacana ini menjadi penanda koherensi


yang baik dalam penyusunan tajuk rencana ini.
Wacana IV
Koherensi pada wacana IV dengan judul Lindungi keluarga dari
NII ditunjukkan dengan sistematika penulisan yang runtut dalam
penyajiannya. Selain itu, terlihat adanya hubungan pada bagian awal dan
bagian akhir. Pada bagian awal dijabarkan mengenai NII kemudian dibagian
akhir dipaparkan argumen dan saran kepada keluarga untuk mengantisipasi
pergerakan NII. Repetisi-repetisi yang ada dalam tajuk rencana ini, seperti
yang dipaparkan pada bagian kohesi sebelumnya juga merupakan penanda
koherensi pada wacana ini.
Wacana V
Koherensi pada wacana dengan judul Prioritaskan gedung
sekolah terlihat dari adanya pembahasan mengenai gedung sekolah yang
berkaitan dengan judul wacana ini. Konteks wacana ini (peringatan
Hardiknas) memaparkan adanya hubungan kontradiktif antara peningkatan
kesejahteraan guru dengan parahnyabkeadaan gedung sekolah. Pada bagian
akhir dipaparkan saran kepada pemerintah untuk menyikapi parahnya
keadaan sekolah dengan alasan yang tepat. Repetisi-repetisi yang ada dalam
tajuk rencana ini, seperti yang dipaparkan pada bagian kohesi sebelumnya
juga merupakan penanda koherensi pada wacana ini.
Wacana VI
Koherensi pada wacana dengan judul sudahilah konflik itu
ditunjukan dengan adanya pembahasan mengenai kasus-kasu di PSSI dengan
sistematis mulai dari awal mulapermasalahan, dampak yang ditimbulkan,
sampai dengansaran-saran terhadap penyelesaian kasus ini. Selain itu,
repetisi-repetisi yang ada dalam tajuk rencana ini, seperti yang dipaparkan
pada bagian kohesi sebelumnya juga merupakan penanda koherensi pada
wacana ini.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

70
digilib.uns.ac.id

3. Relevansi Tajuk Rencana sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa


Indonesia di SMA
Tajuk rencana merupakan salah satu bentuk praktek berbahasa
yang terdapat di surat kabar selain bentuk-bentuk wacana lain yang disajikan
dalam sebuah surat kabar. Tajuk rencana pada Harian SOLOPOS berisikan
tentang fakta-fakta yang disajikan oleh penulis tajuk rencana (redaktur surat
kabar) dan argumen-argumen atau bentuk pemikiran lain dari penulis yang
disampaikan kepada pembaca sebuah surat kabar berkaitan dengan
permasalah terkini. Artinya, sebuah tajuk rencana tersusun atas fakta dan
opini.
Berkaitan dengan pemaparan di atas, hasil wawancara antara
peneliti dengan guru Bahasa Indonesia SMA N 1 Gemolong, Arif Rahmawan,
menyatakan bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS dapat digunakan sebagai
bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan
kutipan wawancara di bawah ini.
Peneliti

: Menurut mas Arif, apakah tajuk rencana dalam


harian SOLOPOS dapat dijadikan sebagai bahan atau
materi ajar di tingkat SMA?
Arif
: Oh, tentu saja bisa mas Bangkit.
lebih lanjut lagi, Arif Rahmawan memberikan keterangan bahwa
terdapat beberapa Kompetensi Dasar yang dapat menggunakan tajuk rencana
harian SOLOPOS sebagai bahan ajarnya. Hal ini ditunjukkan dalamkutipan
wawancara berikut.
Peneliti

Arif

: berarti intinya bisa digunakan sebagai bahan ajar akternatif


bagi guru dan siswa, ya, mas. Untuk penerapannya sendiri
misalnya seperti apa mas?
: misalnya ada beberapa KD ada kegiatan tentang analisis tajuk
rencana, bisa menentukan pokok masalah, gagasan
utama,membedakan kalimat fakta dan opini, dan masih banyak
lagi.
Berkaitan dengan petikan wawancara di atas, peneliti menemukan

beberapa kompetensi dasar (KD) yang berkaitan dengan apa yang dimaksud
oleh narasumber dan KD lain yang dapat didukung dengan materi
pembelajaran tajuk rencana harian SOLOPOS. Kompetensi dasar-kompetensi
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

71
digilib.uns.ac.id

dasar yang dapat didukung dengan tajuk rencana harian SOLOPOS sebagai
berikut.
Kelas X Semester I
- Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca
cepat (250 kata/menit)
- Mengidentifikasi ide pokok teks nonsastra dari berbagai sumber melalui
teknik membaca ekstensif
- Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk
paragraf Argumentatif
- Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap
atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif
Kelas XI Semester I
- Menjelaskan secara lisan uraian topik tertentu dari hasil membaca (artikel
atau buku)
- Mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan membaca cepat 300 kata per
menit
- Membedakan fakta dan opini pada editorial dengan membaca intensif
Kelas XII
- Menemukan ide pokok suatu teks dengan membaca cepat 300-350 kata per
menit
- Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari berbagai pola paragraf
induksi, deduksi dengan membaca intensif
Berdasarkan kutipan wacana di atas, dapat diketahui bahwa tajuk
rencana harian SOLOPOS menurut nara sumber dapat digunakan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia untuk kompetensi dasar menganalisis tajuk
rencana, menemukan gagasan utama, menentukan pokok permasalahan,
dan menentukan fakta dan opini.
Berdasarkan hasil analisis pada hasil wawancara di atas, dapat
diketahui bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS memiliki relevansi untuk
digunakan sebagai bahan ajarcommit
BahasatoIndonesia
di SMA. Tajuk rencana dapat
user

72
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dijadikan sebagai pengenalan bentuk praktek berbahasa kepada siswa. Selain


itu, adanya pembahasan kohesi dan koherensi pada bagian sebelumnya
jugamerupakan faktor pendukung terkait seberapa besar relevansi tajuk
rencana Harian SOLOPOS untuk dijadikan sebagai bahan ajar Bahasa
Indonesia di SMA.
B. Pembahasan
1. Kohesi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS
Berdasarkan hasil analisi data di atas, dapat diketahui bahwa tajuk
rencana harian SOLOPOS menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal yang tepat sehingga mampu membentuk sebuah wacana yang
memiliki kepaduan bentuk. Aspek kohesi gramatikal yang digunakan
meliputi pengacuan, substitusi, dan konjungsi. Dalam hal ini, aspek
pengacuan persona yang digunakan adalah pengacuan persona I Jamak,
yaitu kami dan kita. Penggunaan kedua kata tersebut menyatakan bahwa
dalam tajuk rencana yang ditulis terdapat adanya kesetaraan antara
pembaca dan manulis. Kata kita dan kami dalam tajuk rencana secara
langsung mengacu kepada penulsi dan pembaca. Selanjutnya, jenis
pengacuan waktu yang digunakan adalah pengacuan untuk waktu kini dan
waktu lampau. Pengacuan waktu bentuk lampau menunjukkan bahwa data
yang

digunakan

berupa

fakta

sedangka

pengacuan

waktu

kini

menunjukkan bahwa pembahasan tajuk rencana dikaitkan dengan saat ini


atau peristiwa yang sedang hangat. Penggunaan substitusi dalam tajuk
rencana harian SOLOPOS tidak memilki peran khusus, sedangkan
penggunaan konjungsi secara langsung menunjukkan bahwa ada kepaduan
antara bagian-bagian yang dihubungkan dengan konjungsi.
Kohesi leksikal yang digunakan dalam tajuk rencana harian
SOLOPOS meliputi repetisi, hiponimi, dan ekuivalensi. Dari ketiga
bentukkohesi leksikal tersebut, penggnaan repetisi memiliki dominasi
yang sangat besar khususnya untuk repetisi epizeuksis. Jenis repestsi
epizeuksis secara langsung menunjukkan bahwa bagian yang mengalami
commit bagian
to user yang ditekankan pembahasannya
pengulangan tersebut merupakan

perpustakaan.uns.ac.id

73
digilib.uns.ac.id

oleh penulis tajuk rencana. Kata-kata yang mengalami repetisi epizeuksis


juga merupakan kata kunci-kata kunci dalam sebuah tajuk rencana.
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat diketahui pula bahwa
karakteristik wacana tajuk rencana harian SOLOPOS adalah adanya
penggunaan penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal seperti yang
telah disebutkan dalam pembahasan ini. Ini berarti secara bentuk atau
format penulisan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyana (2005)
yang menyatakan bahwa unsur penyusun keutuhan wacana adalah kohesi
dan koherensi. Secara linguistis masing-masing aspek tersebut, baik secara
format (bentuk) maupun maknawi (semantik), menjalin hubungan yang
rapat dan saling membutuhkan membentuk keutuhan wacana yang padu
dan lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembahasan ini memiliki
keterkaitan dengan hasil pembahasan mengenai koherensi pada tajuk
rencana harian SOLOPOS.
2. Koherensi Wacana Tajuk Rencana Harian SOLOPOS
Koherensi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS ditunjukan
dengan sistematika penulisan tajuk rencana yang runtut yang ditunjukan
oleh pengacuan demonstratif waktu. Konsistensi penggunaan pengacuan
persona juga menjadi penanda koherensi wacana tajuk rencana harian
SOLOPOS. Selain itu, peran konjungsi yang merupakan bagian aspek
gramatikal juga menjadi penanda koherensi tajuk rencana harian
SOLOPOS. Hal ini menunjukkan adanya hubungan makna antara
pembahasan sebelum konjungsi dengan pembahasan setelahnya, baik
berupa kata maupun klausa. Aspek kohesi leksikal berupa repetisi
epizeuksis pun menjadi penanda koherensi tajuk rencana harian
SOLOPOS. Pengulangan-pengulangan yang ada menandakan adanya
kepaduan konteks pembahasan dalam tajuk rencana harian SOLOPOS.
Dalam hal ini masing-masing aspek dari kohesi, baik kohesi gramatikal
maupun kohesi leksikal ini memiliki peran dalam pembentukan teks dalam
wacana, sehingga wacana dapat tersusun secara koheren.
commit to user

74
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyana (2005) yang


menyatakan bahwa unsur penyusun keutuhan wacana adalah kohesi dan
koherensi. Secara linguistis masing-masing aspek tersebut, baik secara
format (bentuk) maupun maknawi (semantik), menjalin hubungan yang
rapat dan saling membutuhkan membentuk keutuhan wacana yang padu
dan lengkap. Kedua aspek ini akan selalu berkaitan dalam membangun
keutuhan sebuah wacana. Hasil penelitian yang telah dibahas di atas telah
menunjukkan keterkaitan antara kedua aspek tersebut.
3. Relevansi Tajuk Rencana sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA
Berdasarkan analisis data pada bagian sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS memiliki potensi
untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bahan ajar pelajaran Bahasa
Indonesia di SMA. Hal ini terlihata dari kesesuaian unsur penyusun tajuk
rencana dengan beberapa kompetensi dasar-kompetensai dasar yang ada di
tingkat pendidikan SMA. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti
bahasa yang tajuk rencana harian SOLOPOS termasuk bahasa yang mudah
dipahami

oleh

pembaca.

Keberadaan

harian

SOLOPOS

yang

memasyarakat di masyarakat di Surakarta khususnya menjadi faktor


pendukung tambahan sebagai indikator relevansi tajuk rencana harian
SOLOPOS sebagai bahan ajar pelajaran bahasa Indonesia di SMA.
Selain itu, hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa tajuk
rencana membahasa berbagai permasalahan yang di masyarakat. Dengan
demikina, tajuk rencana ini pu relevan untuk digunakan sebagai bahan ajar
bahasa indoensia di SMA ditinjau dari tujuan dari mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang didasarkan pada isi

Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional RI No. 22 Tahun 2006 di antaranya adalah agar peserta didik


memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis dan
menggunakan

bahasa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan


commit
to userdan sosial dan menikmati.
intelektual, serta kematangan
emosional

75
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berkaitan dengan pembahasan di atas, dapat diketahuia bahwa


tajuk rencana harian SOLOPOS dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat membentuk kepribadian sosial
karena siswa dapat diajak langsung mengumpulkan dan mengintegrasikan
pembahasan yang ada dalam tajuk rencana. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran, penelitian Tarhan, dkk. (2008) menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pembentukan konsepkonsep dan keterampilan sosial. Hal ini berarti, konsep-konsep yang
tertuang dalam tajuk rencana harian SOLOPOS dapat dijadikan sebagai
bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA dapat diterapkan dengan model
pembelajaran berbasis masalah mengingat isi tajuk rencana harian
SOLOPOS membahas masalah-masalah yang ada di masyarakat dengan
tambahantanggapan atau argumentasi dari redaktur terhadap masalah yang
sedang dibahas.
Sejalan dengan pembahasan di atas, Nathan Hughes, dkk. (2011)
menyatakan bahwa secara khusus, keterampilan menulis akademik dapat
mendukung komunikasi profesional dan keterampilan riset yang efektif
untuk praktik berbasis bukti. Praktek berbasis bukti yang dimaksudkan
adalah menulis dengan menggunakan fakta-fakta. Pembahasan mengenai
kohesi dan koherensi pada bagian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
penulisan tajuk rencana harian SOLOPOS didasarkan pada peristiwa yang
telah lamu. Hal ini berarti peristiwa lampau tersebut merupakan fakta yang
mendasari penulisan tajuk rencana harian SOLOPOS.

commit to user

78
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil temuan penelitian tentang kohesi dan koherensi pada tajuk
rencana harian SOLOPOS diperoleh simpulan sebagai berikut.
1. Harian SOLOPOS menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang
tepat sehingga mampu membentuk sebuah wacana yang memiliki kepaduan
bentuk. Aspek kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan,
substitusi, dan konjungsi. Dalam hal ini, aspek pengacuan persona yang
digunakan adalah pengacuan persona I Jamak, yaitu kami dan kita.
Selanjutnya, jenis pengacuan waktu yang digunakan adalah pengacuan untuk
waktu kini dan waktu lampau. Penggunaan substitusi dalam tajuk rencana
harian SOLOPOS tidak memilki peran khusus, sedangkan penggunaan
konjungsi secara langsung menunjukkan bahwa ada kepaduan antara bagianbagian yang dihubungkan dengan konjungsi. Kohesi leksikal yang digunakan
dalam tajuk rencana harian SOLOPOS meliputi repetisi, hiponimi, dan
ekuivalensi. Repestsi epizeuksis mendominasi dalam tajuk rencana harian
SOLOPOS dan secara langsung menunjukkan bahwa bagian yang mengalami
pengulangan tersebut merupakan bagian yang ditekankan pembahasannya
oleh penulis tajuk rencana. Kata-kata yang mengalami repetisi epizeuksis juga
merupakan kata kunci-kata kunci dalam tajuk rencana harian SOLOPOS.
2. Koherensi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS ditunjukan dengan
sistematika penulisan tajuk rencana yang runtut. Selain itu, penggunaan
konjungsi dan repetisi epizeuksis juga menjadi penanda koherensi tajuk
rencana harian SOLOPOS. Hal ini menunjukkan adanya hubungan makna
antara pembahasan sebelum konjungsi dengan pembahasan setelahnya, baik
berupa kata maupun klausa. Pengulangan-pengulangan yang ada menandakan
adanya kepaduan konteks pembahasan dalam tajuk rencana harian
SOLOPOS. Dalam hal ini masing-masing aspek dari kohesi, baik kohesi
commit to user
78

79
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

gramatikal maupun kohesi leksikal ini memiliki peran dalam pembentukan


teks dalam wacana, sehingga wacana dapat tersusun secara koheren.
3. Berdasarkan analisis data pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
tajuk rencana harian SOLOPOS memiliki potensi untuk digunakan dan
dikembangkan sebagai bahan ajar pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Hal
ini terlihat dari kesesuaian unsur penyusun tajuk rencana dengan beberapa
kompetensi dasar-kompetensai dasar yang ada di tingkat pendidikan SMA,
menggunakan bahasa yang mudah, dan keberadaan harian SOLOPOS yang
memasyarakat.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang diperoleh di atas, hasil penelitian ini secara
langsung menunjukkan bahwa kohesi dan koherensi yang terdapat dalam tajuk
rencana harian SOLOPOS pada hakikatnya merupakan hasil dari praktik
berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia di SMA dapat
menggunakan tajuk rencana harian SOLOPOS sebagai bahan ajar.
Meskipun hasil penelitian ini menunjukan bahwa tajuk rencana harian
SOLOPOS memiliki relevansi untuk digunakan sebagai bahan ajar, guru tetap
dituntut untuk lebih kreatif dalam mengolah bahan ajar ini agar menjadi lebih
bermanfaat bagi siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi dasar
yang dapat didukung dengan bahan ajar ini hendaknya selalu diarahkan ke arah
praktek berbahasa yang kritis dan produktif.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil yang telah diuraikan di atas,
peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikit.
1. Guru hendaknya lebih kreatif dalam mencari dan menentukan bahan ajar
bagi siswa.
2. Bagi redaktur, hendaknya menjaga konsistensi dalam menyusun tajuk
rencana atau rubrik-rubrik lain dalam sebuah surat kabar karena secara
tidak langsung hal ini termasuk kegiatan mendidik masyarakat dalam
menggunakan bahasa.
commit to user

Você também pode gostar