Você está na página 1de 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selama ini polyurethane dibuat dengan menggunakan bahan baku polyol dan isocyanate yang
diproduksi secara komersial dari produk petrokimia/minyak bumi. Minyak bumi merupakan bahan baku
yang tidak terbarukan dan cadangannya semakin menipis sehingga perlu juga dilakukan usaha penelitian
untuk mencari bahan baku pengganti/alternatif. Salah satu bahan yang mempunyai potensi untuk
dijadikan sebagai bahan baku alternatif pengganti minyak bumi adalah minyak goreng/minyak goreng
bekas.
Indonesia merupakan negara produsen sawit terbesar kedua setelah malaysia dengan jumlah
produksi 20,577 juta ton pada tahun 2013 ( Biro Pusat Statistik, 2013). Sekitar 9,33liter per kapita per
tahun pada 2012 ( data Susenas 2012) minyak sawit digunakan untuk memproduksi minyak goreng (RBD
oil). Minyak goreng yang telah dipakai berulang-ulang tidak bisa dipakai lagi karena kadar asam lemak
bebasnya sudah meningkat akibat proses oksidasi yang terjadi selama proses pemanasan. Minyak goreng
biasanya tidak diijinkan untuk dipakai secara berulang lebih dari 3x. Oleh karena itu minyak goreng yang
telah dipakai secara berulang lebih dari 3x akan menjadi minyak goreng bekas dan menjadi limbah, serta
dapat menimbulkan penyakit.
Pada penelitian ini, menggunakan minyak goreng bekas penggorengan yang digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan poliurethane. Poliuretan (Polyurethane = PU) adalah salah satu jenis
polimer yang cukup popular. Saat ini konsumsinya baik sebagai bahan dasar ataupun produk akhir
termasuk lima besar di dunia. Polimer ini dapat dibentuk sebagai foam, elastomers, pembungkus
(packaging), alat-alat olahraga, bahan-bahan pengganti kulit, hingga sebagai bahan baku pembuatan cat
dan juga sebagai perekat.
Pada penelitian ini, pembuatan polimer sebagai poliurethane digunakan sebagai bahan perekat
dengan berbahan dasar minyak goreng bekas. Karena pada proses pembuatan minyak goreng bekas ini
memiliki keunggulan diantaranya: biaya produksinya yang murah karena berbahan dasar minyak goreng
bekas, bahan baku minyak goreng bekas yang berasal dari minyak sawit merupakan sumber daya alam
yang terbaharukan sehingga tidak akan kehabisan pasokan, dan dapat mengurangi masalah limbah di
lingkungan.
Sebelumnya, minyak goreng bekas tersebut harus dikonversi terlebih dahulu menjadi polyaklohol
dan poliol. Bahan perekat yang umumnya digunakan saat ini adalah poliepoksi, dan polimetakrilat.
Poliuretan berbasis hydroxyl terminated polybutadiene ( HTPB) sebagai poliol banyak digunakan untuk
bahan perekat propelam komposit padat. Namun HTPB merupakan bahan yang mahal , dan harus
diimpor. Salah satu bahan yang memungkinkan untuk menggantikan HTPB adalah senyawa polieter yang
berasal dari monogliserida minyak atau bentuk epoksidanya.
Beberapa penelitian tentang poliuretan telah menyimpulkan bahwa poliuretan dapat dibuat
dengan bahan dasar poliol ( berupa poliester maupun polieter), poliisosianat dan suatu pengembang rantai

yang biasanya berupa diol rantai pendek atau diamin. Hasil penelitian Jhurry dan Rahmi menunjukkan
bahwa poliuretan dapat disintesis dengan mencampurkan sukrosa dengan variasi hidroksi, yaitu etilen
glikol, propilen glikol, butilen glikol, yang kemudian direaksikan dengan menggunakan 4,4diphenylmethane diisosianat /MDI (MDI). Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa poliuretan yang
berasal dari propilen glikol mempunyai derajat kristalinitas yang paling rendah, sedangkan yang berasal
dari butilen glikol memiliki derajat kristalinitas paling tinggi. Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan
oleh Faleh Setia Budi, Didi Dwi Anggoro, dan Agus Suprihanto dengan membuat poliuretan dengan
berbahan dasar minyak goreng bekas menjadi busa. Dilakukan dengan memvariasikan jumlah MDI/poliol
(1,2, dan 3) dan volume etilen glikol/zat pengembang yang digunakan adalah 10, 20, dan 30. Dengan
volume reaksi 300 mL dan dilakukan pada suhu ruang dengan parameter yang diamati adalah kuat tekan
dan struktur molekul poliuretan yang dihasilkan. Hasil penelitian yang diperolehnya adalah kondisi
optimum poliuretan dicapai pada rasio MDI/poliol 1,82 dan volume etilen glikol 25,177 mL dihasilkan
poliuretan dengan kekuatan tekan 1051,1 N/cm2.
Penelitian yang terkait dengan pembuatan perekat poliuretan dilakukan oleh Ani Sutiani &
Kartika Rizki Bidza dengan memvariasikan komposisi gliserol, polietilen glikol (PEG 1000), 4,4diphenylmethane diisosianat /MDI (MDI). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa polimer poliuretan
memiliki kekuatan tarik dan kekuatan lentur yang dimanfaatkan sebagai alternatif bahan perekat karena
polimer yang dihasilkan dapat menjadi keras, dengan kondisi paling maksimal diperoleh pada
perbandingan 3:1:2, pada suhu kamar selama 30 menit dengan dialiri gas nitrogen. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Nahar yakni mensintesis poliuretan dari minyak sawit sebagai perekat,
bagian I dilakukan produksi poliol dengan melakukan esterifikasi gliserol dan asam oleat kemudian
dikarakterisasi dengan menggunakan GPC, dan spektroskopi FTIR. Diperoleh hasil berat molekul poliol
yang diperoleh dengan GPC ( Gel Permeation Chromatography) adalah sebesar 945.
Pada penelitian ini, penulis terdorong untuk membuat perekat poliuretan dari minyak goreng
bekas. Sehingga, penulis tertarik untuk membuat judul Sintesis Poliuretan dari Minyak Goreng Bekas
(Elais guinensiss Jacq) Sebagai Perekat Terhadap Sifat Mekanik Perekat Poliuretan

1.2. Rumusan Masalah


1. Jenis poliuretan yang digunakan dapat dihasilkan perekat poliuretan yang baik
2. Bahan yang ditambahkan kedalam pembuatan poliuretan
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pembuatan poliuretan dari minyak goreng bekas
2. Membandingkan hasil poliuretan yang diperoleh dari minyak goreng bekas dengan menggunakan
polietilen glikol (PEG 1000), Gliserol, dan Sifat mekanik poliuretan
3. Menambah pengalaman penulis tentang proses pembuatan perekat poliuretan

1.4. Manfaat Penelitian


1. Mengetahui kualitas poliuretan yang diperoleh dari minyak goreng bekas

2. Menambah pengalaman penulis tentang pembuatan poliuretan

Você também pode gostar