Você está na página 1de 8

ARTIKEL

PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
(PKn)
DISUSUN OLEH:
NAMA: blablabla
KELAS: blablabla

SMA NEGERI 1 blablabla


T.P. 2014 - 2015

PENGARUH DEKLARASI DJUANDA


TERHADAP WILAYAH INDONESIA
Konvensi Hukum Laut menyetujui menandatangani,
tetapi belum menyetujui Deklarasi Djuanda yang
dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh
Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda
Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan
kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk
laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan
Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik


Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda
1939, yaitu Teritoriale Zeen en Maritieme Kringen
Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan
zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah
Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan
setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh
3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh
dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulaupulau tersebut.

Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia


menganut prinsip-prinsip negara kepulauan
(Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat
pertentangan besar dari beberapa negara, sehingga
laut-laut antarpulau pun merupakan wilayah Republik
Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi
Djuanda selanjutnya diresmikan menjadi UU
No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya
luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat
dari 2.027.087 km menjadi 5.193.250 km dengan
pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah

Indonesia tapi waktu itu belum diakui secara


internasional.

Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight


baselines) dari titik pulau terluar ( kecuali Irian Jaya ),
terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang
8.069,8 mil laut.

Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini


pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan
ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun
1982 (United Nations Convention On The Law of The
Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas
kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang
pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah
negara kepulauan.

Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid


mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai Hari
Nusantara. Penetapan hari ini dipertegas oleh Presiden
Megawati dengan menerbitkan Keputusan Presiden RI
Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara,
sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari
perayaan nasional tidak libur.

Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember


1957, menyatakan:
1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara
kepulauan yang mempunyai corak tersendiri

2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini


sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi,
dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia
dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :
1. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan
Republik Indonesia yang utuh dan bulat
2. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI,
sesuai dengan azas negara Kepulauan
3. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran
yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI

MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM


PASAL 33 AYAT 1, 2, DAN 3 TERKAIT
DENGAN KEKAYAAN ALAM YANG

TERKANDUNG DALAM WILAYAH


INDONESIA
Bunyi pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut .
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh Negara.
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Penjelasan pasal 33 menyebutkan bahwa dalam pasal


33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi
dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan
atau penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakat-lah yang diutamakan, bukan
kemakmuran orang seorang. Selanjutnya dikatakan
bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Sehingga, sebenarnya secara tegas Pasal 33 UUD 1945
beserta penjelasannya, melarang adanya penguasaan
sumber daya alam ditangan orang-seorang. Dengan
kata lain monopoli, oligopoli maupun praktek kartel
dalam bidang pengelolaan sumber daya alam adalah
bertentangan dengan prinsip pasal 33.

PERMASALAHAN PERMASALAHAN
KEWILAYAHAN YANG MELIBATKAN
INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN
YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH
PERBATASAN
Tabel
N
o

Permasalahan

Negara
Penyelesaian
Lain yang
Terlibat

Kasus Ambalat

Malaysia

Melakukan pertemuan liberal


guna membahas masalah
dengan perundingan, dan
memutuskan Pulau Ambalat
tetap sebagai wlayah NKRI

Singapura

Melakukan klarifikasi bahwa


pulau yang dimaksud adalah
pulau Simakau milik Singapura.
Jadi, terdapat dua pulau yang
bernama sama yang dimiliki
Indonesia dan Singapura

Filipina

Dinyatakan lebih lanjut dalam


protocol perjanjian ekstradisi
Indonesia Filiphina mengenai
defisi wilayah Indonesia yang
menegaskan Pulau Miangas
adalah Milik Indonesia atas
dasar putusan Mahkamah
Arbitrase Internasional 4 April
1928

2
Kasus Pulau
Simakau

Kasus Pulau
Miangas

KESIMPULAN

PERTANYAAN

Você também pode gostar