Você está na página 1de 18

JEMBER FASHION CARNAVAL

SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU


Nama
Nim
Prodi/Jur.
Fakultas
Nama Lembaga
Pembimbing

: Chandra Ayu Proborini


: 10020134231
: Tari/ Sendratasik
: Bahasa dan Seni
: Universitas Negeri Surabaya
: Dra. Eko Wahyuni Rahayu, M.Hum.

Abstrak
Kabupaten Jember saat ini telah memiliki ikon pariwisata yang namanya telas dikenal
dunia, yakni adalah Jember Fashion Carnaval (JFC). JFC merupakan fashion Carnaval
Pertama di Indonesia. Karnaval peragaan busana yang dilakukan pada catwalk sepanjang 3,6
kilometer ini setiap tahun pergelarannya selalu menarik perhatian masyarakat dan media, hal
ini disebabkan karena setiap busana yang dipamerkan selalu memberikan sentuhan estetika
sehingga membentuk sebuah genre seni pertunjukan baru yang berbasis peragaan busana.
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah di jelaskan, maka dalam penelitian
ini akan membahas : bagaimana asal-usul dan perkembangan JFC dan bagaimana bentuk
pertunjukan JFC. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Analisis data menggunakan analisis domain
dan analisis taksonomi.
Hasil penelitian ini memberikan deskripsi tentang asal-usul terbentuknya JFC yang
berawal dari sebuah peragaan fashion dan bentuk pertunjukan dari JFC yang merupakan
sebuah bentuk genre seni pertunjukan baru.
Kata Kunci

: Jember Fashion Carnaval, Karnaval, bentuk pertunjukan, Fashion.

Pendahuluan
Saat ini Jember telah dikenal di mata dunia karena telah memiliki sebuah produk
budaya yang mengikon dan telah dikenal oleh masyarakat dunia, pertunjukan tersebut
bernama Jember Fashion Carnaval (JFC). Jember Fashion Carnaval merupakan sebuah
pertunjukan peragaan busana hasil kreativitas putra-putri daerah Jember yang dilakukan di
luar ruangan dan dikemas dalam bentuk karnaval yang diadakan setiap satu tahun sekali.
JFC pada awalnya digagas oleh seorang desainer busana putra daerah Jember yang
bernama Dynand Fariz. Dynand Fariz sebagai seorang kreator mencoba menyelenggarakan
event peragaan busana hasil karya desain para putra-putri daerah Jember tidak di atas
panggung, melainkan di jalanan dalam bentuk karnaval. Uji coba peragaan busana (fashion
show) dalam bentuk karnaval tersebut diselenggarakan pertama kali pada tahun 2003,
tepatnya pada bulan Januari. Jalan yang dipilih sebagai arena pergelaran yakni antara alunalun sampai Gedung Olahraga Kaliwates di Kota Jember yang berjarak kurang lebih 3,6
kilometer.1 Ternyata penyelenggaraan fashion show dalam bentuk karnaval itu dapat menjadi
pertunjukan yang spektakuler dan menarik perhatian masyarakat Kota Jember. Atas
keberhasilan dalam penyelenggaraan event fashion karnaval yang perdana tersebut, Dynand
Fariz semakin bersemangat untuk terus mengembangkan kreativitasnya. Selanjutnya, melalui
semangat juang dan kreativitas Dynand Fariz yang terus diasahnya, maka fashion show dalam
bentuk karnaval itu diselenggarakan ulang oleh pada tahun yang sama yaitu pada bulan
Agustus tahun 2003. Penyelenggaraan ulang fashion show dalam bentuk karnaval yang
dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2003 tersebut berhasil mencuri perhatian masyarakat
yang luar biasa, tidak saja masyarakat dari Kota Jember, namun juga masyarakat dari luar
Jember, terutama para wartawan media massa juga banyak tertarik untuk meliput dan
memberitakan event tersebut.
Suatu hal yang menarik dari JFC, selain peragaan busana hasil desain putra-putri daerah
Jember itu dipergelarkan di jalan, JFC tidak hanya sekedar peragaan busana berjalan saja,
tetapi dalam JFC peragaan busana dilakukan dengan menari dan bermain teatrikal. Pada
umumnya peragaan busana hanya dilakukan dengan runway yang dilakukan oleh seorang
model dengan berjalan di atas catwalk, akan tetapi pada JFC berbeda, yakni runway yang
dilakukan sepanjang jalan lebih memberikan sentuhan estetika sebagai sebuah produk seni
pertunjukan dalam bentuk karnaval yang dapat dinikmati penonton secara umum dan dalam
jumlah yang sangat banyak di sepanjang jalan yang dilalui oleh para peraga fashion show.
1 www.jemberfashioncarnival.com (diakses tanggal 29 Januari 2014)

Hal tersebut dapat melahirkan sebuah genre seni pertunjukan baru yang berbasis peragaan
busana. Sebagaimana diungkapkan oleh Sal Murgianto, bahwa yang disebut seni pertunjukan
tidak terbatas pada tontonan di atas panggung saja, tetapi juga yang di luar panggung seperti
olahraga, permainan, sirkus, karnaval, perjalan ziarah, nyekar dan ritual.2
Secara visual Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan seni pertunjukan yang
berbentuk karnaval (pawai atau arak-arakan) yang bersifat modern. Dalam konteks seni
tradisional biasanya pawai atau arak-arakan dilakukan dengan mengarak benda-benda pusaka
atau tokoh-tokoh tertentu yang dispesialkan atau diagungkan, sedangkan JFC merupakan
sebuah genre seni pertunjukan modern yang menampilkan keindahan hasil kreativitas desain
rias busana yang disajikan secara teatrikal didukung oleh berbagai unsur dan cabang seni di
antaranya adalah: seni tari, seni teater, seni musik, dan seni rupa. Sebagai produk seni
pertunjukan. JFC memiliki berbagai elemen pendukung pertunjukan, meliputi tema dan
cerita, karakter tokoh, gerak tari, dan musik dalam bentuk marching band. Semua elemen
tersebut tergabung dalam satu kesatuan bentuk pertunjukan yang sangat khas dan memiliki
karakteristik gaya yang spesifik sebagai identitas JFC.
Dalam perspektif dunia kreativitas budaya, JFC merupakan pelopor karnaval modern
bagi daerah-daerah dan kota-kota di Indonesia. Dalam kurun waktu 12 tahun, JFC telah
memperoleh berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, karena
kepeloporannya dalam dunia karnaval modern. Salah satu prestasi yang diperoleh JFC adalah
meraih predikat karnaval terbaik Indonesia dan dapat menduduki peringkat keempat untuk
karnaval terunik dan terheboh di dunia, setelah Mardi Grass di Amerika Serikat, Rio De
Janeiro Brazil, dan The Fastnacht di Jerman.3 Melalui JFC yang memiliki popularitas
mendunia tentunya hal tersebut dapat membuktikan bahwa genre seni pertunjukan ini
memiliki kualitas yang layak untuk di apresiasi. Bahkan pada saat pergelaran JFC yang setiap
tahunnya dilaksanakan, dapat dipastikan berlangsung meriah dan selalu dinanti para
wisatawan dan media. Terbukti bahwa tidak hanya media massa dalam negeri saja yang
meliput event JFC, tetapi media massa luar negeri juga tak mau kalah turut ikut berpartisipasi
meliput peristiwa budaya tersebut. Berbagai keunikan, keindahan, dan kemegahan dari JFC
diberitakan secara menarik, mengagumkan, dan spektakuler.

2 Sal Murgianto, Kajian Pertunjukan dalam Pudentia MPSS (editor) Metodologi Kajian tradisi Lisan (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1998), hal. 6-23.

3 Cakwigi, Jember Fashion Carnaval 2013 dari Rakyat Untuk Indonesia dalam
cakwigi@blogdetik.com (diakses 21 Januari 2013).

JFC telah membentuk genre seni pertunjukan baru, sehingga hal tersebut menjadi
landasan peneliti dalam melakukan pengkajian lebih dalam terhadap pertunjukan fashion
carnaval tersebut. Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan asal-usul dan perkembangan JFC serta bentuk pertunjukan
dari JFC.
Asal-usul dan Perkembangan Jember Fashion Carnaval
Kabupaten Jember saat ini namanya sudah dikenal oleh masyarakat dunia dengan
keberadaan ikon pariwisata Jember Fashion Carnaval (JFC). Dalam perjalanan administrasi
kepemerintahan, secara historis Jember pada abad ke-19 (jaman kolonial Belanda) dahulu
merupakan bagian dari Distrik Bondowoso atau merupakan sebuah afdeling, yakni bagian
dari Kabupaten Bondowoso4. Oleh karena kondisi topografi Jember yang subur, maka
pemerintah kolonial pada waktu itu melakukan pengembangan bidang perkebunan di wilayah
Jember. Berbagai tanaman perkebunan dibudidayakan di sekitar lereng pegunungan
Argopuro. Dalam perkembangannya, akhirnya Jember dipisahkan dari wilayah Kabupaten
Bondowoso dan berdiri menjadi wilayah kabupaten tersendiri.5
Dalam Majalah Halo Jember disebutkan bahwa, pada sekitar tahun 1850 George
Birnie seorang berkebangsaan Belanda keturunan Skotlandia membuka perkebunan tembakau
di Jember dan hasilnya dipasarkan ke Eropa. Andreas Harsono menyebutkan bahwa, Birnie
dalam mengelola perkebunan mendatangkan pekerja dari luar Jember seperti Tulungagung,
Blitar, dan Pulau Madura. Selain itu, Birnie juga menikahi Rabina yaitu seorang perempuan
Jawa, dan mengirim anak-anak mereka ke Belanda untuk belajar. Birnie tak hanya menanam
tembakau yang menjadi bahan baku cerutu, tetapi juga menanam kopi, karet, dan kakao. Atas
keberhasilan Birnie dalam tata kelola perkebunan, maka menjadikan Jember sebagai pusat
penelitian kopi dan kakao.6 Hal tersebut terbukti dengan adanya pusat penelitian kopi dan
kakao Indonesia (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) yang masih aktif hingga
sekarang. Pusat penelitian tersebut terletak di jalan PB. Sudirman 90 Jember.
4 Pemkab Jember, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Perkembangan Kabupaten Jember,
(Jember : Pemkab Jember), hal.21.

5 Tim Redaksi, Djember Tempo Doeloe, Seboeah Kota Pada Satoe Masa, dalam Majalah Halo
Jember edisi IV : (Jember: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2010), hal.4.

6 Tim Redaksi, Berawal Dari Birnie, dalam Majalah Halo Jember edisi II : (Jember: Dinas
Pariwisata Kab. Jember, 2009), hal.14-22.

Adanya penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada awal terbentuknya,


wilayah Kabupaten Jember merupakan daerah yang dibentuk untuk pengembangan sektor
perkebunan, Sehingga pada awal pemerintahan wilayah Jember dikenal dengan wilayah
industri perkebunan, bukan sebuah wilayah industri wisata. Pada awal mula pengembangan
industri pariwisata, Jember hanya mengandalkan potensi alam (natural heritage) yang ada di
wilayah Jember, mengingat bahwa kekayaan alam Jember memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi industri pariwisata dari pada kekayaan budayanya (cultural heritage).
Jember memiliki keindahan alam dan beberapa pantai yang layak untuk dipamerkan kepada
wisatawan, seperti Pantai Papuma, Pantai Watu Ulo, Air Terjun Tancak, dan lainnya. Pada
masa pemerintahan bupati MZA Djalal, pemerintah Kabupaten Jember berusaha
mengembangkan secara maksimal sektor pariwisata Kabupaten Jember, dan pada saat itu
obyek wisata alam Pantai Papuma menjadi andalan dalam menarik para wisatawan. Oleh
sebab itu dalam mendukung keberhasilan di bidang pariwisata tersebut Pemerintah Daerah
Kabupaten Jember menetapkan suwar-suwir dan prol tape sebagai makanan khas Jember dan
menjadikannya kekayaan wisata kuliner. Melalui hal itu Jember juga dikenal sebagai Kota
bermasyarakat pandalungan yang merupakan penghasil tembakau dan suwar-suwir.
Setelah mengembangkan industri pariwisata melalui kekayaan alam dan kuliner
dianggap kurang berhasil karena tidak mampu bersaing secara global, Pemerintah Daerah
Kabupaten Jember terus berusaha menonjolkan kekayaan seni budaya (cultural heritage)
dalam memajukan industri pariwisatanya. Seiring dengan upaya tersebut pada tahun 2003
lahir event budaya yang disebut dengan Jember Fashion Carnaval (JFC) yang diprakarsai
oleh Dynand Fariz. Dynand Fariz adalah seorang putra daerah asli Jember. Sebagai seorang
desainer busana, Dynand Fariz memiliki latar belakang pendidikan lulusan Jurusan Tata
Busana Fakultas Pendidikan Teknik IKIP Surabaya (sekarang UNESA). Selain menjadi
desainer, Dynand Fariz juga menjadi dosen di almamaternya yaitu di Prodi Pendidikasn Tata
Busana Fakultas Teknik UNESA dan menjadi pengajar di ESMOD Jakarta sampe sekarang.
Lahirnya Jember Fashion Carnaval (JFC) berawal pada tahun 2002, adanya sebuah
acara Fashion Week yang diselenggarakan oleh sebuah rumah mode milik Suyanto yang ada
di kota Jember. Suyanto adalah kakak kandung dari Dynand Fariz, dan Rumah mode tersebut
diberi nama Dynand Fariz International High Fashion Center. Dalam misi mengembangkan
usaha rumah mode tersebut, Suyanto membuat acara pekan mode yang diilhami dari acara
Fashion Week yang ada di negara-negara fashion dunia. Pekan mode merupakan sebuah acara
dimana pada satu minggu seluruh karyawan rumah mode diwajibkan untuk memakai busana
yang pada saat itu sedang tren di dunia, yaitu busana dengan bahan bermotif army

(doreng/baju tentara).7 Seluruh karyawan dari Dynand Fariz International High Fashion
Center pada acara Pekan Mode tersebut diwajibkan memakai busana army pada saat bekerja
selama satu minggu dan harus dipakai dari rumah.8
Dalam mempersiapkan pelaksanaan Fashion Week tahun berikutnya yaitu tahun 2003,
timbul gagasan dari para karyawan untuk menyelenggaran pekan mode Dynand Fariz ini
ditampilkan berkeliling kampung dan alun-alun kota Jember. Hal itu dimaksudkan agar
nantinya lebih banyak masyarakat yang mengetahui dan mengapresiasinya. Pelaksanaan
pekan mode yang pertama kali dilakukan di muka umum ini diikuti oleh 50 karyawan yang
terdiri dari karyawan rumah mode Dynand Fariz, karyawan Salon Karisma yang merupakan
salon milik Suyanto, dan Salon Dyfa yang merupakan salon milik Dynand Fariz.9
Pelaksanaan pekan mode yang pertama kali dilaksanakan di muka umum ini, tanpa
disangka sangat menyedot banyak perhatian masyarakat pada saat itu. Melihat adanya reaksi
positif dari masyarakat, kemudian Dynand Fariz berserta Suyanto mempunyai ide untuk
mengemas acara pekan mode tersebut lebih profesional hingga tercetus adanya ide membuat
sebuah pertunjukan karnaval yang dikemas secara profesional dan modern. Dalam proses
mewujudkan ide membuat pertunjukan karnaval ini Dynand Fariz bersama Suyanto dan
timnya melakukan analisis, identifikasi, dan melakukan research terlebih dahulu terhadap
kondisi sosial budaya masyarakat Jember untuk dapat mempersiapkan dengan sangat matang.
Akhirnya terbentuklah sebuah pertunjukan Fashion Carnaval pertama di Indonesia dengan
nama Jember Fashion Carnaval (JFC) dengan konsep 4E (education, entertainment,
exhibition, dan economi) serta visi-misi yang sudah direncanakan. Konsep dan visi-misi yang
direncanakan tentunya sangat positif dan sejalan dengan ketetapan dan peraturan
pemerintahyang sedang berlaku.
Setelah terbentuk sebuah nama dengan konsep pertunjukan yang matang, maka
Dynand Fariz dan timnya menentukan kapan pertunjukan karnaval ini dilakukan. Setelah
mengadakan diskusi beberapa kali dengan tim maka disepakati bahwa Jember Fashion
Carnaval (JFC) akan tampil perdana pada tanggal 1 Januari 2003 yang bertepatan dengan
HUT Kota Jember. Penempatan tanggal yang bersamaan ini dilakukan dengan tujuan agar
pelaksanaan JFC nantinya didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Jember.
7 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 2014
8 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 2014
9 Wawancara dengan Fefi selaku Senior Talent JFC 1-13, 8 Maret 2014

Pada awal pelaksaan pergelaran JFC banyak sekali kendala yang dialami, salah
satunya adalah mengenai surat perijinan dari pemerintah. Pada waktu itu Pemerintah Daerah
Kabupaten Jember belum menyutujui proposal yang sudah diajukan sejak bulan Agustus
2002. Sulitnya pemberian surat ijin tersebut dengan alasan bahwa tema yang dibawakan pada
saat itu adalah tentang Amerika, yang pada saat itu masih hangatnya konflik Amerika dan
Irak, selain itu rute yang digunakan untuk karnaval merupakan rute yang melawan arus lalu
lintas.10 Tetapi dengan berbagai usaha yang dilakukan, pihak Jember Fashion Carnaval
Council (JFCC) berhasil meyakinkan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dengan
menjelaskan konsep dan visi misi dari JFC, akhirnya dua hari sebelum hari pelaksanaan baru
mendapatkan ijin penyelenggaraan dan ditandatangani oleh bupati tertanggal 31 Desember
2002. Akhirnya karnaval dapat terlaksana dengan baik pada tanggal 1 Januari 2003.
Jember Fashion Carnaval (JFC) perdana pada tahun 2003, sangat menarik perhatian
masyarakat, karena menampilkan sebuah pertunjukan karnaval yang berbeda dari biasanya
yaitu menampilkan hasil kreativitas desain busana. Jember Fashion Carnaval (JFC) yang
pertama berhasil dilaksanakan dengan sukses, tidak dapat dipungkiri bahwa ternyata antusias
masyarakat kota Jember sangat baik sekali, sehingga hal ini dapat menarik perhatian dan
mendapatkan respon para penonton. Melihat keberhasilan event tersebut, pemerintah daerah
dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Jember sangat mengapresiasi dan mendukung
pelaksanaan Fashion Carnaval tersebut. Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember
dibuktikan dengan pemberian fasilitas sarana dan perijinan pergelaran. Oleh sebab itu pada
tahun yang sama Pemerintah Daerah Kabupaten Jember mengagendakan event JFC ke-2
dalam acara peringatan Hari Proklamasi Republik Indonesia bersamaan dengan diadakannya
Gerak Jalan TAJEMTRA (Tanggul-Jember Tradisional). Pada pergelaran ke dua ternyata juga
lebih banyak mendapatkan perhatian dari masyarakat bahkan dari luar daerah Jember dan
para

wartawan

media,

sehingga

Pemerintah

Daerah

mulai

memperhatikan

dan

mengagendakan event JFC untuk diselenggarakan setiap tahun dan menjadi agenda wisata
tahunan.
JFC sebagai sebuah pertunjukan fashion Carnaval pertama di Indonesia ini sudah
menunjukkan kualitas dan prestasinya baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut
membuktikan bahwa JFC merupakan sebuah produk seni pertunjukan modern yang
mempunyai standart estetika pertunjukan dan memang layak untuk diapresiasi. sehingga hal
ini dapat menambah genre seni pertunjukan yang sudah ada sebelumnya.
10 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 2014

Bentuk Pertunjukan Jember Fashion Carnaval (JFC)


Jember fashion Carnaval (JFC) merupakan sebuah sajian bentuk karnaval yang
berbeda dari karnaval-karnaval yang sudah ada. JFC merupakan sebuah bentuk pertunjukan
karnaval yang mengusung peragaan busana, apabila peragaan busana biasanya dilakukan
pada cathwalk dalam ruangan, namun JFC mengemas peragaan busana tersebut untuk
diperagakan di luar ruangan, yaitu cathwalk sepanjang 3,6 kilometer. Dalam JFC peragaan
busana tersebut dikemas dengan menggabungkan beberapa elemen seni pertunjukan lain
seperti tari, drama dan musik. Hal inilah yang menjadikan JFC membentuk sebuah genre
bentuk seni pertunjukan baru yang mempunyai kemasan pertunjukanya berwujud berbeda.
Dalam tulisan ini, bentuk pertunjukan dari JFC yang dibahas mengacu pada
bagaimana deskripsi dan elemen pendukung apa saja yang tampak sehingga membentuk JFC
menjadi sebuah pertunjukan yang utuh. Bentuk pertunjukan JFC tersebut, meliputi nama
pertunjukan, waktu pelaksanaan, tema, tata rias dan busana, elemen elemen pertunjukan, dan
urutan petunjukan. Adapun pembahasan bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut.
1.Nama/ Judul Pertunjukan
Nama merupakan sebuah tanda dalam mewakili rangkaian pertunjukan. Seperti yang
dikatakan oleh Umberto Eco bahwa tanda merupakan nama bagi sebuah unit yang terdiri dari
bentuk isi dan bentuk ekspresi, dimana tanda berfungsi sebagai ekspresi dari isi dan tanda
tersebut bersifat komunikatif.11 Dari pernyataan tersebut maka nama yang diberikan tentunya
harus merefleksikan bagaimana gambaran dari seni pertunjukan ini
Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan sebuah nama yang diberikan untuk
pertunjukan fashion carnaval yang memiliki relasi dengan bidang seni lain seperti tari, drama
dan musik. Nama JFC yang bersifat presentasional ini diberikan dengan maksud dimana
nama ini dapat memberikan gambaran kepada masayarakat luas bagaimana bentuk isi dari
pertunjukan dan sebagai tanda agar dikenal masyarakat dan menjadikan pertunjukan ini
bersifat komunikatif, sehingga dengan nama Jember Fashion Carnaval (JFC) masyarakat
mempunyai tafsir dan gambaran bahwa JFC merupakan sebuah pertunjukan fashion carnaval
dari kota Jember yang didalamnya terdapat unsur seni rupa, seni tari, seni drama, dan seni
musik.
11 Umberto Eco, Teori Semiotika, Signifikansi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori ProduksiTanda, (Indiana: Indiana University Press, 1976), hal. 70-71.

2.Waktu Pelaksanaan Pertunjukan


Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan pergelaran besar yang masuk kedalam
agenda pariwisata tahunan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember yaitu Bulan Berkunjung
Jember (BBJ). BBJ diadakan pada setiap bulan Proklamasi Republik Indonesia. Oleh
karenanya JFC dilaksanakan dalam rentang waktu satu tahun sekali yaitu antara bulan JuliAgustus.
3.

Tema
Tema merupakan sebuah hal dimana menjadi pijakan dalam merencanakan bagaimana

nantinya pertunjukan ini berlangsung. Secara intrinsik tema berarti inti, esensi atau pokok ide
suatu ceritera/penceritaan yang berfungsi menentukan titik tolak cerita. 12 Berdasarkan tema
inilah ditentukan defile (sub tema) apa saja yang ditampilkan pada JFC, dan bagaimana
batasan-batasan desain busana, bagaimana pengemasan pertunjukannya, serta pesan-kesan
apa yang disampaikan kepada masayarakat.
Tema yang diambil untuk Jember Fashion Carnaval (JFC) selama 12 tahun setiap
tahunya selalu berganti, dan pastinya memberikan pesan yang berbeda. Pemilihan tema
dilakukan dengan me-research trend fashion yang populer pada tahun berikutnya, sehingga
tema yang dikemas merupakan sebuah fenomena baru. Dari trend fashion yang sudah
ditemukan dilakukan pemilihan trend yang sesuai dengan konsep karnaval dan lokal kearifan,
sehingga terbentuk tema yang dapat terbagi menjadi berbagai macam sub tema/defile yang
menarik, penuh kreativitas dan tentunya membawa pesan moral yang baik.
Salah satu contoh defile tersebut adalah defile Madura (Madurese) dalam tema
Extremagination pada JFC ke 11 tahun 2012. Sesuai dengan pesan dan kesan yang ingin
disampaikan kepada masyarakat pada tema besar JFC 11 pada waktu itu, yaitu setiap orang
memiliki imajinasi yang luar biasa. Defile Madura membawa pesan bahwa Indonesia
memiliki banyak suku bangsa yang masing masing mempunyai ciri khas tersendiri, dan salah
satunya adalah Madura. Dalam hal ini defile Madura memperlihatkan desain busana dengan
karakter masyarakat Madura melalui balutan warna khas Madura yaitu merah, hijau dan
kuning serta properti lain seperti pecut khas Madura yang semuanya dikreasikan membentuk
sebuah busana yang megah, spektakuler dan penuh kreativitas.

12 Autar Abdillah, Dramaturgi 1, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), hal. 40.

Gambar 1 Defile Madura (Dok. Chandra, 2012)


4. Tata Rias dan Busana
Tata rias yang digunakan dalam JFC secara garis besar adalah tata rias fantasi. Menurut
Supriyono pada prinsipnya tata rias fantasi lebih mementingkan ketrampilan bagaimana
mewujudkan ide cerita dalam bentuk tata rias dan busana yang komunikatif simbolik atau
realis, berceritera secara visual, pesan atau misi, mudah di tangkap orang lain. 13 Sesuai
dengan ungkapan Supriono, tata ria fantasi yang digunakan dalam JFC, menyesuakan defile
apa yang diperagakan, karena hal tersebu mendukung penampilannya sehingga pesan atau
visi yang dibawakan dapat sampai kepada masyarakat. Salah satu contohnya adalah make up
fantasi pada defile Savana. Pada defile ini tata rias yang digunakan merupakan tata rias
fantasi yang mendukung visualisasi talent dalam penokohan harimau. Hal tersebut tentu
membantu dalam dalam pendalaman karakter serta penyampaian pesan dan kesan kepada
penonton.

Gambar 2 Defile Octopus JFC 11 (Dok. Chandra, 2013)


Tata busana yang digunakan dalam JFC, merupakan busana yang sedang trend pada waktu
pelaksanaan pergelaran. Busana yang digunakan merupakan hasil kreativitas para talent
dalam memvisualisasikan tema dan defile yang akan dibawakan. Para talent bebas dalam
mengkreasikan busana tersebut, namun harus tetap sesuai dengan aturan baku pembuatan
busana per-defile. Salah satu contohnya adalah aturan baku dalam pembuatan busana defile
Bamboo (bambu). Dalam pembuatan busana pada defile Bamboo, bahan utama dalam
menyusun detail-detail busananya adalah menggunkan bambu. Oleh karenanya asesoris
tambahan yang digunakan harus menggunakan warna yang identik dengan warna bambu,
yakni hijau tua, muda, cokelat muda, orannye dan kuning. Untuk ukuran volume busana pada
13 Supriyono, Tata Rias Panggung, Teori, Dasar, Teknik, (Malang: Bayumedia, 2011), hal. 94.

dasarnya setiap defile sama, para talent dibebaskan dalam menentukan ukuran volume
busana, namun harus disesuaikan dengan proporsi tubuh masing-masing talent.

Gambar 3 Defile Bamboo JFC 12 (Dok. Chandra, 2014)


5. Elemen Bentuk Pertunjukan
Pada JFC terdapat beberapa elemen yang mendukung kesatuan bentuk pertunjukan,
diantaranya adalah elemen tari, teatrikal (drama), musik dan urutan pelaksanaan
pertunjukannya. Berikut penjelasan dari elemen-elemen tersebut.
a. Tarian Pendukung
Dalam mengemas sebuah fashion karnaval tentunya pihak JFCC menggabungkan
berbagai unsur pertunjukan agar pertunjukan lebih menarik dan mempunyai tambahan nilai
estetika yang berstandart, salah satunya adalah unsur tari. Tarian yang digunakan dalam JFC
sangat bergantung terhadap bentuk dan volume busana serta tema dari defile yang dibawakan
talent.14 Hal ini terjadi karena setiap talent akan membuat busana sesuai dengan kreativitas
masing-masing, sehingga terdapat volume busana yang sangat besar dan ada juga yang kecil
dan mempengaruhi gerak talent pada saat menari. Sedangkan tema dari defile juga
menentukan tarian pendukung yang ditarikan, seperti halnya tema yang dibawakan bisa saja
tema tradisional atau apakah tema modern dan tentunya tarian pendukung yang akan
ditarikan akan disesuaikan dengan tema dari setiap defile.
1) Koreografi
Untuk mendukung performa dari penampilan para talent JFC, dalam in house
training selama 6 bulan sebelum hari pelaksanaan, selain mendapatkan materi dasar tentang
fashion juga terdapat materi koreografi. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan
14 Wawancara dengan Fefi selaku Senior Talent JFC 1-13, 8 Maret 2014

dan batasan kepada para talent nantinya agar mengetahui bagaimana bentuk gerak tari yang
akan dibawakan sesuai dengan defile dan bentuk busana masing-masing serta bagaimana
gerak-gerak baku yang wajib untuk ditarikan pada saat pertunjukan nanti.
Salah satu contoh gerak tari dalam defile Bali, maka setiap talent dari defile Bali
mempelajari dasar-dasar dari tari bali, seperti Agem, Adeg Tri Bangga, dan Sleded. Semua
gerak dasar tersebut harus dapat dikuasai oleh para talent. Setelah menguasai gerak dasar
tersebut, maka kemudian para talent bebas dalam mngkreasikan gerak dasar tersebut sesuai
dengan busana yang telah mereka desain dan proses tersebut dipandu serta mendapatkan
pemantauan oleh senior talent.
2) Fashion Runway
Sesuai dengan namanya bahwa fashion merupakan peragaan busana sedangkan runway
berasal dari dua kata bahasa inggris yaitu run yang artinya berlari dan way yang artinya
jalan. Dalam hal ini runway diartikan berjalan di jalan, jadi fashion runway adalah peragaan
peragaan fashion yang sedang berlangsung dengan tanpa pause (berhenti). Dimana dalam
runway para talent hanya berjalan dengan ekspresi yang sesuai karakter dan berjalan sesuai
aturan fashion tanpa berhenti.
Fashion runway biasanya digunakan para talent pada saat mengatur formasi barisan
dalam setiap defile. Hal ini dimaksudkan untuk memperindah perpindahan formasi yang
dilakukan. Fashion runway harus dengan ekspresi yang sesuai dengan karakter yang sedang
diperagakan. Pada fashion runway gerak tari tidak banyak dilakukan karena pada dasarnya
fashion runway yang dilakukan hanya mengutamakan perpindahan formasi.
3) Fashion Dance
Jember Fashion Carnaval (JFC) bukan hanya sekedar peragaan fashion dengan
berjalan tetapi juga dengan menari (dance). Oleh karena itu materi fashion dance diberikan
untuk mendukung performa para talent pada saat pertunjukan berlangsung. Fashion dance
merupakan gerak-gerak tari yang dilakukan pada saat peragaan busana, jadi gerak tari yang
dilakukan disini dilakukan sambil berjalan. Dimana dalam hal ini para talent diharuskan bisa
menari sambil berjalan memperagakan busana mereka.
Fashion dance biasanya dilakukan pada saat para talent menyelesaikan atraksi perdefile yang kemudian dilanjutkan dengan cathwalk menuju GOR Kaliwates. Jadi Fashion
dance merupakan sebuah gerakan penghubung dari atraksi yang kemudian dilanjutkan
dengan cathwalk. Gerakan-gerakan dalam Fashion dance biasanya lebih mnegarah pada
gerakan tari modern yang sifatnya lebih bebas, yaitu sesuai dengan kreativitas para talent.
4) Pose

Materi pose merupakan materi dimana para talent mempelajari tentang berpose. Pose
merupakan gerakan dimana pada saat cathwalk kemudian talent berhenti di beberapa titik
dengan sengaja untuk memamerkan detail desain busana yang sedang dipakai. Tentunya
dalam JFC pose sering sekali digunakan untuk memperlihatkan detail desain busana yang
memang dibuat dengan penuh kreativitas. Pada saat pose selain ekspresi tubuh juga harus
memperlihatkan detail-detail terhadap busana yang sedang dipakai oleh talent.
Terdapat beberapa jenis pose yang harus dikuasai oleh talent yaitu:

Pose 90
Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 90 kearah kanan dari
posisi semula.

Pose 180
Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 180 kearah kanan dari
posisi semula.

Pose 360
Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 360 kearah kanan dari
posisi semula.
Untuk pose 360 boleh dilakukan langsung sekaligus berputar sampai 360 atau
dilakukan dengan melakukan dua kali pose 180 sekaligus.
5) Attraction dance
Attraction dance merupakan materi yang diberikan per-defile, karena setiap defile

akan mempunyai atraksi tersendiri pada saat pertunjukan. Dalam hal ini atraksi yang
dimaksud adalah atraksi yang dilakukan dengan menari pada saat memperagakan kostum
yang sesuai dengan defilenya. Atraksi ini dilakukan selain untuk memberikan sentuhan
pertunjukan yang manarik, atraksi bertujuan untuk menyampaikan pesan dan kesan yang
ingin disampaikan dari tema kostum kepada penonton.
Salah satunya adalah atraksi pada defile Octopus, penampilan atraksi defile Octopus
ini menampilkan atraksi dance yang menceritakan perburuan liar gurita yang saat ini banyak
dilakukan oleh masyarakat, sehingga dalam hal ini pesan yang disampaikan adalah mengenai
perburuan gurita yang tidak dibatasi yang bisa merusak ekosistem laut Indonesia.

Gambar 4 Attraction Dance defile Octopus JFC ke12 (Dok. Chandra, 2013)
6) Freestyle dance
Freestyle dance merupakan tarian dimana tari tersebut dilakukan secara bebas oleh
para talent. Bebas yang dimaksud adalah sesai dengan karakter busana yang dipahami
masing-masing talent. Freestyle dance dalam JFC digunakan untuk menarik perhatian
penonton pada saat cathwalk menuju GOR Kaliwates.
Dalam freestyle dance, gerak-gerak tari yang dilakukan adalah bebas, namun harus
sesuai dengan karakter busana masing-masing tokoh defile yang sedang dibawakan. Dalam
freestyle dance ini tidak terdapat gerakan baku, karenakan dalam hal ini yang paling utama
adalah bagaimana menarik perhatian penonton sehingga terdapat interaksi antara penonton
dan para talent. Oleh karena itu kepekaan para talent dalam memahami kondisi penonton
yang sedang mengapresiasi di pinggiran cathwalk sangat diperlukan.
7) Stamina
Stamina merupakan latihan fisik dalam in house training JFC. Latihan stamina akan
diberikan secara berkala dengan tujuan fisik para talent pada saat pertunjukan dilaksanakan
akan tetap sehat dan bugar. Sehingga dapat melewati cathwalk sepanjang 3,6 kilometer
disertai berbagai dance dan atraksi dengan lancar.
Latihan stamina biasanya diawali dengan pemanasan dasar olah tubuh agar tubuh para
talent siap untuk bergerak. Setalah pemanasan maka akan dilanjutkan dengan fashion dance
yang diiringi dengan musik tempo cepat. Namun apabila 3 bulan sebelum hari pelaksanaan,
latihan stamina akan diawali dengan make-up terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar para
talent terbiasa melakukan atraksi fashion dengan menggunakan kostum. Dan satu bulan
sebelum hari pelaksanaan maka latiahan stamina akan menggunakan busana dan make-up
lengkap dan dilakukan diluar ruangan.
b.

Teatrikal (Drama)
Teatrikal merupakan hal yang penting dalam menyampaikan pesan kesan yang ingin

disampaikan kepada penonton, karena hal ini berhubungan dengan interaksi dengan
penonton. Dimana penonton merupakan unsur penting dalam pertunjukan, yaitu sebagai

penikmat dan pengapresiasi petunjukan. Berikut beberapa hal yang perlu dikuasai oleh para
talent agar dapat melakukan interaksi denga penonton.
1) Eye Contact
Eye contact wajib dilakukan dalam JFC karena interaksi ini merupakan interaksi yang
paling dasar yang harus dilakukan karena hanya interaksi menggunakan mata. Setiap talent
wajib melakukan eye contact kepada penonton, hal ini dilakukan untuk mendapatakan kesan
dimana penonton akan merasa mendapatkan perhatian dan dapat berinteraksi dengan talent
meskipun hanya dengan pandangan mata.
2) Penokohan
Penokohan yang dimaksudkan dalam JFC adalah bagaimana setiap talent dapat
mendalami karakter yang di bawakan baik karakter busana yang meliputi bentuk dan volume
atau tokoh yang sedang dia bawakan apakah itu manusia, hewan dan benda. Apabila semua
talent berhasil dalam mendalami karakter tokoh yang mereka bawa, maka secara tidak sadar
mereka akan mudah mengekplorasi gerakan yang sesuai dengan karakter masing-maisng
defile. Sehingga hal ini dapat membuat masyarakat antusias dalam mengapresiasinya. Karena
dapat menyampaikan pesan-kesan terhadap penonton dengan baik sesuai dengan standart
pertunjukan pada umumnya.

Gambar 5 Penokohan hewan dalam JFC (Dok. Chandra. 2014)


b.

Musik Pengiring
Dalam sebuah peragaan fashion karnaval seperti JFC tentunya musik pengiring

menjadi elemen yang penting dalam mendukung pertunjukannya. Musik pengiring dalam
JFC yang dipilih bukan hanya sekedar memilih sebagai musik ilustrasi melainkan musik
yang dipilih haruslah sesuai dengan tema defile. Sehingga nantinya musik tersebut dapat
mendukung penampilan talent dan membantu dalam menyampaikan kesan dan pesan yang
disampaikan.
Setiap defile mempunyai musik pengiring yang berbeda-beda karena menyesuikan
temanya. Tempo, dinamika, dan irama musik sangatlah menentukan bagaimana para talent

bergerak baik itu gerak fashion, tari dan atraksi. Musik pengiring yang dipilih biasanya
berbentuk sebuah intsrumen yang diaransemen ulang. Salah satunya adalah musik pengiring
defile Borobudur. Musik pengiring defile Borobudur merupakan hasil aransemen dari
perpaduan alat musik gamelan Jawa dan alat musik modern.

6.

Urutan Pertunjukan Jember Fashion Carnaval (JFC)


a. Pra Acara
Pada awal acara pergelaran Jember Fashion Carnaval (JFC) dibuka dengan

sambutan-sambutan dan langsung dibuka dengan JFC Marching Band. Dalam sesi acara ini
JFC marching Band melakukan atraksi yang sudah dipersiapakan.

Gambar 6 Opening JFC Marching Band (dok. Chandra. 2014)


b. Pose on main stage
Setelah dibuka oleh JFC marching band kemudian dilanjutkan perfom tiap defile yang
sebelumnya sudah ditentukan urutanya. Para talent yang perfom keluar dari panggung utama
(main stage) kemudian berpose di panggung selama beberapa saat dan kembali melanjutkan
berjalan menuju Zone A.
c. Parade
Setelah pose dilakukan di main stage maka selanjutanya para talent akan melanjutkan
berjalan menuju zone A. Parade yang dilakukan di zone A adalah fashion dance, attraction
dance, dan fashion runway.

Gambar 7 Atraksi defile Tsunami JFC (Dok. Chandra. 2014)

d. Cathwalk
Setelah pause on main stage dan parade maka seluruh talent baik itu talent JFC atau
talent dari JFC marching band maka berjalan/ melakukan cathwalk disepanjang jalan 3,6
kilometer garis akhir yang sudah ditentukan yaitu bertempat di GOR Kaliwates Jember. Di
sepanjang cathwalk para talent harus bisa memperagakan busanannya sesuai dengan karakter
tokoh defile yang sedang diperagakan.

Gambar 4.17 Gambar denah stage dan cathwalk (Dok. Chandra.2014)


Simpulan
Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan sebuah bentuk pertunjukan karnaval
yang memamerkan bermacam-macam kreasi dan desain busana putra putri daerah asal
Jember yang sangat kreatif serta megah dan merupakan produk budaya asli dari kota Jember.
JFC terbentuk dari sebuah acara Pekan mode yang diadakan oleh rumah mode Dynand Fariz
International High Fashion Center. Dimana rumah pekan mode yang diadakan tersebut
terilhami dari sebuah acara Fashion Week di negara-negara fashion dunia.
JFC melahirkan sebuah genre seni petunjukan baru, dimana sebuah event peragaan
busana dilakukan di luar ruangan, dalam hal ini tempat pertunjukannya adalah jalan
sepanjang 3,6 kilometer, yang dikolaborasikan dengan elemen seni pertunjukan lain yaitu
drama, tari dan musik, sehingga hal tersebut menjadikan JFC mempunyai sebuah
karakteristik tersendiri dan standart estetika yang layak untuk diapresiasi. Adapun Kajian
bentuk pertunjukan meliputi keseluruhan elemen yang terlihat secara kasat mata yaitu : (1)
Nama Jember Fashion Carnaval (JFC), (2) Waktu pelaksanaan diantara bulan Juli dan
Agustus, (3) Tema setiap tahunya berubah menyesuaikan fenomena dan isu yang sedang
terjadi, (4) Tarian pendukung yang terdiri dari kelas koreografi, fashion runway, fashion
dance, pose, attraction dance, freestyle dance dan stamina, (5) Teatrikal yang terdiri dari eye
kontak, penokohan, (6) Musik pengiring disesuaikan pada setiap tema dan defilenya, (7)
Urutan pertunjukan terdiri dari pra acara, pose on main stage, parade dan catwalk.

Daftar Pustaka
Abdillah, Autar. 2008. Dramaturgi 1. Surabaya: Unesa University Press.
Cakwigi. 2013. Jember Fashion Carnaval 2013 dari Rakyat Untuk Indonesia, (Online),
(cakwigi@blogdetik.com, diakses 21 Januari 2013).
Eco, Umberto. 1976. Teori Semiotika, Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori
Produksi-Tanda. Terjemahan Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Murgianto, Sal. 1998. Kajian Pertunjukan dalam Pudentia MPSS (editor) Metodologi
Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Supriyono. 2011. Tata Rias Panggung, Teori, Dasar, Teknik. Malang: Bayumedia.
Tim Redaksi. 2009-2013. Majalah Halo Jember Edisi I - 10. Jember : Kantor Pariwisata
Kabupaten Jember.
www.jemberfashioncarnival.com, (Online), (diakses tanggal 29 Januari 2014)

Você também pode gostar