Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Kabupaten Jember saat ini telah memiliki ikon pariwisata yang namanya telas dikenal
dunia, yakni adalah Jember Fashion Carnaval (JFC). JFC merupakan fashion Carnaval
Pertama di Indonesia. Karnaval peragaan busana yang dilakukan pada catwalk sepanjang 3,6
kilometer ini setiap tahun pergelarannya selalu menarik perhatian masyarakat dan media, hal
ini disebabkan karena setiap busana yang dipamerkan selalu memberikan sentuhan estetika
sehingga membentuk sebuah genre seni pertunjukan baru yang berbasis peragaan busana.
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah di jelaskan, maka dalam penelitian
ini akan membahas : bagaimana asal-usul dan perkembangan JFC dan bagaimana bentuk
pertunjukan JFC. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Analisis data menggunakan analisis domain
dan analisis taksonomi.
Hasil penelitian ini memberikan deskripsi tentang asal-usul terbentuknya JFC yang
berawal dari sebuah peragaan fashion dan bentuk pertunjukan dari JFC yang merupakan
sebuah bentuk genre seni pertunjukan baru.
Kata Kunci
Pendahuluan
Saat ini Jember telah dikenal di mata dunia karena telah memiliki sebuah produk
budaya yang mengikon dan telah dikenal oleh masyarakat dunia, pertunjukan tersebut
bernama Jember Fashion Carnaval (JFC). Jember Fashion Carnaval merupakan sebuah
pertunjukan peragaan busana hasil kreativitas putra-putri daerah Jember yang dilakukan di
luar ruangan dan dikemas dalam bentuk karnaval yang diadakan setiap satu tahun sekali.
JFC pada awalnya digagas oleh seorang desainer busana putra daerah Jember yang
bernama Dynand Fariz. Dynand Fariz sebagai seorang kreator mencoba menyelenggarakan
event peragaan busana hasil karya desain para putra-putri daerah Jember tidak di atas
panggung, melainkan di jalanan dalam bentuk karnaval. Uji coba peragaan busana (fashion
show) dalam bentuk karnaval tersebut diselenggarakan pertama kali pada tahun 2003,
tepatnya pada bulan Januari. Jalan yang dipilih sebagai arena pergelaran yakni antara alunalun sampai Gedung Olahraga Kaliwates di Kota Jember yang berjarak kurang lebih 3,6
kilometer.1 Ternyata penyelenggaraan fashion show dalam bentuk karnaval itu dapat menjadi
pertunjukan yang spektakuler dan menarik perhatian masyarakat Kota Jember. Atas
keberhasilan dalam penyelenggaraan event fashion karnaval yang perdana tersebut, Dynand
Fariz semakin bersemangat untuk terus mengembangkan kreativitasnya. Selanjutnya, melalui
semangat juang dan kreativitas Dynand Fariz yang terus diasahnya, maka fashion show dalam
bentuk karnaval itu diselenggarakan ulang oleh pada tahun yang sama yaitu pada bulan
Agustus tahun 2003. Penyelenggaraan ulang fashion show dalam bentuk karnaval yang
dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2003 tersebut berhasil mencuri perhatian masyarakat
yang luar biasa, tidak saja masyarakat dari Kota Jember, namun juga masyarakat dari luar
Jember, terutama para wartawan media massa juga banyak tertarik untuk meliput dan
memberitakan event tersebut.
Suatu hal yang menarik dari JFC, selain peragaan busana hasil desain putra-putri daerah
Jember itu dipergelarkan di jalan, JFC tidak hanya sekedar peragaan busana berjalan saja,
tetapi dalam JFC peragaan busana dilakukan dengan menari dan bermain teatrikal. Pada
umumnya peragaan busana hanya dilakukan dengan runway yang dilakukan oleh seorang
model dengan berjalan di atas catwalk, akan tetapi pada JFC berbeda, yakni runway yang
dilakukan sepanjang jalan lebih memberikan sentuhan estetika sebagai sebuah produk seni
pertunjukan dalam bentuk karnaval yang dapat dinikmati penonton secara umum dan dalam
jumlah yang sangat banyak di sepanjang jalan yang dilalui oleh para peraga fashion show.
1 www.jemberfashioncarnival.com (diakses tanggal 29 Januari 2014)
Hal tersebut dapat melahirkan sebuah genre seni pertunjukan baru yang berbasis peragaan
busana. Sebagaimana diungkapkan oleh Sal Murgianto, bahwa yang disebut seni pertunjukan
tidak terbatas pada tontonan di atas panggung saja, tetapi juga yang di luar panggung seperti
olahraga, permainan, sirkus, karnaval, perjalan ziarah, nyekar dan ritual.2
Secara visual Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan seni pertunjukan yang
berbentuk karnaval (pawai atau arak-arakan) yang bersifat modern. Dalam konteks seni
tradisional biasanya pawai atau arak-arakan dilakukan dengan mengarak benda-benda pusaka
atau tokoh-tokoh tertentu yang dispesialkan atau diagungkan, sedangkan JFC merupakan
sebuah genre seni pertunjukan modern yang menampilkan keindahan hasil kreativitas desain
rias busana yang disajikan secara teatrikal didukung oleh berbagai unsur dan cabang seni di
antaranya adalah: seni tari, seni teater, seni musik, dan seni rupa. Sebagai produk seni
pertunjukan. JFC memiliki berbagai elemen pendukung pertunjukan, meliputi tema dan
cerita, karakter tokoh, gerak tari, dan musik dalam bentuk marching band. Semua elemen
tersebut tergabung dalam satu kesatuan bentuk pertunjukan yang sangat khas dan memiliki
karakteristik gaya yang spesifik sebagai identitas JFC.
Dalam perspektif dunia kreativitas budaya, JFC merupakan pelopor karnaval modern
bagi daerah-daerah dan kota-kota di Indonesia. Dalam kurun waktu 12 tahun, JFC telah
memperoleh berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, karena
kepeloporannya dalam dunia karnaval modern. Salah satu prestasi yang diperoleh JFC adalah
meraih predikat karnaval terbaik Indonesia dan dapat menduduki peringkat keempat untuk
karnaval terunik dan terheboh di dunia, setelah Mardi Grass di Amerika Serikat, Rio De
Janeiro Brazil, dan The Fastnacht di Jerman.3 Melalui JFC yang memiliki popularitas
mendunia tentunya hal tersebut dapat membuktikan bahwa genre seni pertunjukan ini
memiliki kualitas yang layak untuk di apresiasi. Bahkan pada saat pergelaran JFC yang setiap
tahunnya dilaksanakan, dapat dipastikan berlangsung meriah dan selalu dinanti para
wisatawan dan media. Terbukti bahwa tidak hanya media massa dalam negeri saja yang
meliput event JFC, tetapi media massa luar negeri juga tak mau kalah turut ikut berpartisipasi
meliput peristiwa budaya tersebut. Berbagai keunikan, keindahan, dan kemegahan dari JFC
diberitakan secara menarik, mengagumkan, dan spektakuler.
2 Sal Murgianto, Kajian Pertunjukan dalam Pudentia MPSS (editor) Metodologi Kajian tradisi Lisan (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1998), hal. 6-23.
3 Cakwigi, Jember Fashion Carnaval 2013 dari Rakyat Untuk Indonesia dalam
cakwigi@blogdetik.com (diakses 21 Januari 2013).
JFC telah membentuk genre seni pertunjukan baru, sehingga hal tersebut menjadi
landasan peneliti dalam melakukan pengkajian lebih dalam terhadap pertunjukan fashion
carnaval tersebut. Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan asal-usul dan perkembangan JFC serta bentuk pertunjukan
dari JFC.
Asal-usul dan Perkembangan Jember Fashion Carnaval
Kabupaten Jember saat ini namanya sudah dikenal oleh masyarakat dunia dengan
keberadaan ikon pariwisata Jember Fashion Carnaval (JFC). Dalam perjalanan administrasi
kepemerintahan, secara historis Jember pada abad ke-19 (jaman kolonial Belanda) dahulu
merupakan bagian dari Distrik Bondowoso atau merupakan sebuah afdeling, yakni bagian
dari Kabupaten Bondowoso4. Oleh karena kondisi topografi Jember yang subur, maka
pemerintah kolonial pada waktu itu melakukan pengembangan bidang perkebunan di wilayah
Jember. Berbagai tanaman perkebunan dibudidayakan di sekitar lereng pegunungan
Argopuro. Dalam perkembangannya, akhirnya Jember dipisahkan dari wilayah Kabupaten
Bondowoso dan berdiri menjadi wilayah kabupaten tersendiri.5
Dalam Majalah Halo Jember disebutkan bahwa, pada sekitar tahun 1850 George
Birnie seorang berkebangsaan Belanda keturunan Skotlandia membuka perkebunan tembakau
di Jember dan hasilnya dipasarkan ke Eropa. Andreas Harsono menyebutkan bahwa, Birnie
dalam mengelola perkebunan mendatangkan pekerja dari luar Jember seperti Tulungagung,
Blitar, dan Pulau Madura. Selain itu, Birnie juga menikahi Rabina yaitu seorang perempuan
Jawa, dan mengirim anak-anak mereka ke Belanda untuk belajar. Birnie tak hanya menanam
tembakau yang menjadi bahan baku cerutu, tetapi juga menanam kopi, karet, dan kakao. Atas
keberhasilan Birnie dalam tata kelola perkebunan, maka menjadikan Jember sebagai pusat
penelitian kopi dan kakao.6 Hal tersebut terbukti dengan adanya pusat penelitian kopi dan
kakao Indonesia (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) yang masih aktif hingga
sekarang. Pusat penelitian tersebut terletak di jalan PB. Sudirman 90 Jember.
4 Pemkab Jember, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Perkembangan Kabupaten Jember,
(Jember : Pemkab Jember), hal.21.
5 Tim Redaksi, Djember Tempo Doeloe, Seboeah Kota Pada Satoe Masa, dalam Majalah Halo
Jember edisi IV : (Jember: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2010), hal.4.
6 Tim Redaksi, Berawal Dari Birnie, dalam Majalah Halo Jember edisi II : (Jember: Dinas
Pariwisata Kab. Jember, 2009), hal.14-22.
(doreng/baju tentara).7 Seluruh karyawan dari Dynand Fariz International High Fashion
Center pada acara Pekan Mode tersebut diwajibkan memakai busana army pada saat bekerja
selama satu minggu dan harus dipakai dari rumah.8
Dalam mempersiapkan pelaksanaan Fashion Week tahun berikutnya yaitu tahun 2003,
timbul gagasan dari para karyawan untuk menyelenggaran pekan mode Dynand Fariz ini
ditampilkan berkeliling kampung dan alun-alun kota Jember. Hal itu dimaksudkan agar
nantinya lebih banyak masyarakat yang mengetahui dan mengapresiasinya. Pelaksanaan
pekan mode yang pertama kali dilakukan di muka umum ini diikuti oleh 50 karyawan yang
terdiri dari karyawan rumah mode Dynand Fariz, karyawan Salon Karisma yang merupakan
salon milik Suyanto, dan Salon Dyfa yang merupakan salon milik Dynand Fariz.9
Pelaksanaan pekan mode yang pertama kali dilaksanakan di muka umum ini, tanpa
disangka sangat menyedot banyak perhatian masyarakat pada saat itu. Melihat adanya reaksi
positif dari masyarakat, kemudian Dynand Fariz berserta Suyanto mempunyai ide untuk
mengemas acara pekan mode tersebut lebih profesional hingga tercetus adanya ide membuat
sebuah pertunjukan karnaval yang dikemas secara profesional dan modern. Dalam proses
mewujudkan ide membuat pertunjukan karnaval ini Dynand Fariz bersama Suyanto dan
timnya melakukan analisis, identifikasi, dan melakukan research terlebih dahulu terhadap
kondisi sosial budaya masyarakat Jember untuk dapat mempersiapkan dengan sangat matang.
Akhirnya terbentuklah sebuah pertunjukan Fashion Carnaval pertama di Indonesia dengan
nama Jember Fashion Carnaval (JFC) dengan konsep 4E (education, entertainment,
exhibition, dan economi) serta visi-misi yang sudah direncanakan. Konsep dan visi-misi yang
direncanakan tentunya sangat positif dan sejalan dengan ketetapan dan peraturan
pemerintahyang sedang berlaku.
Setelah terbentuk sebuah nama dengan konsep pertunjukan yang matang, maka
Dynand Fariz dan timnya menentukan kapan pertunjukan karnaval ini dilakukan. Setelah
mengadakan diskusi beberapa kali dengan tim maka disepakati bahwa Jember Fashion
Carnaval (JFC) akan tampil perdana pada tanggal 1 Januari 2003 yang bertepatan dengan
HUT Kota Jember. Penempatan tanggal yang bersamaan ini dilakukan dengan tujuan agar
pelaksanaan JFC nantinya didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Jember.
7 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 2014
8 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 2014
9 Wawancara dengan Fefi selaku Senior Talent JFC 1-13, 8 Maret 2014
Pada awal pelaksaan pergelaran JFC banyak sekali kendala yang dialami, salah
satunya adalah mengenai surat perijinan dari pemerintah. Pada waktu itu Pemerintah Daerah
Kabupaten Jember belum menyutujui proposal yang sudah diajukan sejak bulan Agustus
2002. Sulitnya pemberian surat ijin tersebut dengan alasan bahwa tema yang dibawakan pada
saat itu adalah tentang Amerika, yang pada saat itu masih hangatnya konflik Amerika dan
Irak, selain itu rute yang digunakan untuk karnaval merupakan rute yang melawan arus lalu
lintas.10 Tetapi dengan berbagai usaha yang dilakukan, pihak Jember Fashion Carnaval
Council (JFCC) berhasil meyakinkan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dengan
menjelaskan konsep dan visi misi dari JFC, akhirnya dua hari sebelum hari pelaksanaan baru
mendapatkan ijin penyelenggaraan dan ditandatangani oleh bupati tertanggal 31 Desember
2002. Akhirnya karnaval dapat terlaksana dengan baik pada tanggal 1 Januari 2003.
Jember Fashion Carnaval (JFC) perdana pada tahun 2003, sangat menarik perhatian
masyarakat, karena menampilkan sebuah pertunjukan karnaval yang berbeda dari biasanya
yaitu menampilkan hasil kreativitas desain busana. Jember Fashion Carnaval (JFC) yang
pertama berhasil dilaksanakan dengan sukses, tidak dapat dipungkiri bahwa ternyata antusias
masyarakat kota Jember sangat baik sekali, sehingga hal ini dapat menarik perhatian dan
mendapatkan respon para penonton. Melihat keberhasilan event tersebut, pemerintah daerah
dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Jember sangat mengapresiasi dan mendukung
pelaksanaan Fashion Carnaval tersebut. Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember
dibuktikan dengan pemberian fasilitas sarana dan perijinan pergelaran. Oleh sebab itu pada
tahun yang sama Pemerintah Daerah Kabupaten Jember mengagendakan event JFC ke-2
dalam acara peringatan Hari Proklamasi Republik Indonesia bersamaan dengan diadakannya
Gerak Jalan TAJEMTRA (Tanggul-Jember Tradisional). Pada pergelaran ke dua ternyata juga
lebih banyak mendapatkan perhatian dari masyarakat bahkan dari luar daerah Jember dan
para
wartawan
media,
sehingga
Pemerintah
Daerah
mulai
memperhatikan
dan
mengagendakan event JFC untuk diselenggarakan setiap tahun dan menjadi agenda wisata
tahunan.
JFC sebagai sebuah pertunjukan fashion Carnaval pertama di Indonesia ini sudah
menunjukkan kualitas dan prestasinya baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut
membuktikan bahwa JFC merupakan sebuah produk seni pertunjukan modern yang
mempunyai standart estetika pertunjukan dan memang layak untuk diapresiasi. sehingga hal
ini dapat menambah genre seni pertunjukan yang sudah ada sebelumnya.
10 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 2014
Tema
Tema merupakan sebuah hal dimana menjadi pijakan dalam merencanakan bagaimana
nantinya pertunjukan ini berlangsung. Secara intrinsik tema berarti inti, esensi atau pokok ide
suatu ceritera/penceritaan yang berfungsi menentukan titik tolak cerita. 12 Berdasarkan tema
inilah ditentukan defile (sub tema) apa saja yang ditampilkan pada JFC, dan bagaimana
batasan-batasan desain busana, bagaimana pengemasan pertunjukannya, serta pesan-kesan
apa yang disampaikan kepada masayarakat.
Tema yang diambil untuk Jember Fashion Carnaval (JFC) selama 12 tahun setiap
tahunya selalu berganti, dan pastinya memberikan pesan yang berbeda. Pemilihan tema
dilakukan dengan me-research trend fashion yang populer pada tahun berikutnya, sehingga
tema yang dikemas merupakan sebuah fenomena baru. Dari trend fashion yang sudah
ditemukan dilakukan pemilihan trend yang sesuai dengan konsep karnaval dan lokal kearifan,
sehingga terbentuk tema yang dapat terbagi menjadi berbagai macam sub tema/defile yang
menarik, penuh kreativitas dan tentunya membawa pesan moral yang baik.
Salah satu contoh defile tersebut adalah defile Madura (Madurese) dalam tema
Extremagination pada JFC ke 11 tahun 2012. Sesuai dengan pesan dan kesan yang ingin
disampaikan kepada masyarakat pada tema besar JFC 11 pada waktu itu, yaitu setiap orang
memiliki imajinasi yang luar biasa. Defile Madura membawa pesan bahwa Indonesia
memiliki banyak suku bangsa yang masing masing mempunyai ciri khas tersendiri, dan salah
satunya adalah Madura. Dalam hal ini defile Madura memperlihatkan desain busana dengan
karakter masyarakat Madura melalui balutan warna khas Madura yaitu merah, hijau dan
kuning serta properti lain seperti pecut khas Madura yang semuanya dikreasikan membentuk
sebuah busana yang megah, spektakuler dan penuh kreativitas.
12 Autar Abdillah, Dramaturgi 1, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), hal. 40.
dasarnya setiap defile sama, para talent dibebaskan dalam menentukan ukuran volume
busana, namun harus disesuaikan dengan proporsi tubuh masing-masing talent.
dan batasan kepada para talent nantinya agar mengetahui bagaimana bentuk gerak tari yang
akan dibawakan sesuai dengan defile dan bentuk busana masing-masing serta bagaimana
gerak-gerak baku yang wajib untuk ditarikan pada saat pertunjukan nanti.
Salah satu contoh gerak tari dalam defile Bali, maka setiap talent dari defile Bali
mempelajari dasar-dasar dari tari bali, seperti Agem, Adeg Tri Bangga, dan Sleded. Semua
gerak dasar tersebut harus dapat dikuasai oleh para talent. Setelah menguasai gerak dasar
tersebut, maka kemudian para talent bebas dalam mngkreasikan gerak dasar tersebut sesuai
dengan busana yang telah mereka desain dan proses tersebut dipandu serta mendapatkan
pemantauan oleh senior talent.
2) Fashion Runway
Sesuai dengan namanya bahwa fashion merupakan peragaan busana sedangkan runway
berasal dari dua kata bahasa inggris yaitu run yang artinya berlari dan way yang artinya
jalan. Dalam hal ini runway diartikan berjalan di jalan, jadi fashion runway adalah peragaan
peragaan fashion yang sedang berlangsung dengan tanpa pause (berhenti). Dimana dalam
runway para talent hanya berjalan dengan ekspresi yang sesuai karakter dan berjalan sesuai
aturan fashion tanpa berhenti.
Fashion runway biasanya digunakan para talent pada saat mengatur formasi barisan
dalam setiap defile. Hal ini dimaksudkan untuk memperindah perpindahan formasi yang
dilakukan. Fashion runway harus dengan ekspresi yang sesuai dengan karakter yang sedang
diperagakan. Pada fashion runway gerak tari tidak banyak dilakukan karena pada dasarnya
fashion runway yang dilakukan hanya mengutamakan perpindahan formasi.
3) Fashion Dance
Jember Fashion Carnaval (JFC) bukan hanya sekedar peragaan fashion dengan
berjalan tetapi juga dengan menari (dance). Oleh karena itu materi fashion dance diberikan
untuk mendukung performa para talent pada saat pertunjukan berlangsung. Fashion dance
merupakan gerak-gerak tari yang dilakukan pada saat peragaan busana, jadi gerak tari yang
dilakukan disini dilakukan sambil berjalan. Dimana dalam hal ini para talent diharuskan bisa
menari sambil berjalan memperagakan busana mereka.
Fashion dance biasanya dilakukan pada saat para talent menyelesaikan atraksi perdefile yang kemudian dilanjutkan dengan cathwalk menuju GOR Kaliwates. Jadi Fashion
dance merupakan sebuah gerakan penghubung dari atraksi yang kemudian dilanjutkan
dengan cathwalk. Gerakan-gerakan dalam Fashion dance biasanya lebih mnegarah pada
gerakan tari modern yang sifatnya lebih bebas, yaitu sesuai dengan kreativitas para talent.
4) Pose
Materi pose merupakan materi dimana para talent mempelajari tentang berpose. Pose
merupakan gerakan dimana pada saat cathwalk kemudian talent berhenti di beberapa titik
dengan sengaja untuk memamerkan detail desain busana yang sedang dipakai. Tentunya
dalam JFC pose sering sekali digunakan untuk memperlihatkan detail desain busana yang
memang dibuat dengan penuh kreativitas. Pada saat pose selain ekspresi tubuh juga harus
memperlihatkan detail-detail terhadap busana yang sedang dipakai oleh talent.
Terdapat beberapa jenis pose yang harus dikuasai oleh talent yaitu:
Pose 90
Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 90 kearah kanan dari
posisi semula.
Pose 180
Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 180 kearah kanan dari
posisi semula.
Pose 360
Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 360 kearah kanan dari
posisi semula.
Untuk pose 360 boleh dilakukan langsung sekaligus berputar sampai 360 atau
dilakukan dengan melakukan dua kali pose 180 sekaligus.
5) Attraction dance
Attraction dance merupakan materi yang diberikan per-defile, karena setiap defile
akan mempunyai atraksi tersendiri pada saat pertunjukan. Dalam hal ini atraksi yang
dimaksud adalah atraksi yang dilakukan dengan menari pada saat memperagakan kostum
yang sesuai dengan defilenya. Atraksi ini dilakukan selain untuk memberikan sentuhan
pertunjukan yang manarik, atraksi bertujuan untuk menyampaikan pesan dan kesan yang
ingin disampaikan dari tema kostum kepada penonton.
Salah satunya adalah atraksi pada defile Octopus, penampilan atraksi defile Octopus
ini menampilkan atraksi dance yang menceritakan perburuan liar gurita yang saat ini banyak
dilakukan oleh masyarakat, sehingga dalam hal ini pesan yang disampaikan adalah mengenai
perburuan gurita yang tidak dibatasi yang bisa merusak ekosistem laut Indonesia.
Gambar 4 Attraction Dance defile Octopus JFC ke12 (Dok. Chandra, 2013)
6) Freestyle dance
Freestyle dance merupakan tarian dimana tari tersebut dilakukan secara bebas oleh
para talent. Bebas yang dimaksud adalah sesai dengan karakter busana yang dipahami
masing-masing talent. Freestyle dance dalam JFC digunakan untuk menarik perhatian
penonton pada saat cathwalk menuju GOR Kaliwates.
Dalam freestyle dance, gerak-gerak tari yang dilakukan adalah bebas, namun harus
sesuai dengan karakter busana masing-masing tokoh defile yang sedang dibawakan. Dalam
freestyle dance ini tidak terdapat gerakan baku, karenakan dalam hal ini yang paling utama
adalah bagaimana menarik perhatian penonton sehingga terdapat interaksi antara penonton
dan para talent. Oleh karena itu kepekaan para talent dalam memahami kondisi penonton
yang sedang mengapresiasi di pinggiran cathwalk sangat diperlukan.
7) Stamina
Stamina merupakan latihan fisik dalam in house training JFC. Latihan stamina akan
diberikan secara berkala dengan tujuan fisik para talent pada saat pertunjukan dilaksanakan
akan tetap sehat dan bugar. Sehingga dapat melewati cathwalk sepanjang 3,6 kilometer
disertai berbagai dance dan atraksi dengan lancar.
Latihan stamina biasanya diawali dengan pemanasan dasar olah tubuh agar tubuh para
talent siap untuk bergerak. Setalah pemanasan maka akan dilanjutkan dengan fashion dance
yang diiringi dengan musik tempo cepat. Namun apabila 3 bulan sebelum hari pelaksanaan,
latihan stamina akan diawali dengan make-up terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar para
talent terbiasa melakukan atraksi fashion dengan menggunakan kostum. Dan satu bulan
sebelum hari pelaksanaan maka latiahan stamina akan menggunakan busana dan make-up
lengkap dan dilakukan diluar ruangan.
b.
Teatrikal (Drama)
Teatrikal merupakan hal yang penting dalam menyampaikan pesan kesan yang ingin
disampaikan kepada penonton, karena hal ini berhubungan dengan interaksi dengan
penonton. Dimana penonton merupakan unsur penting dalam pertunjukan, yaitu sebagai
penikmat dan pengapresiasi petunjukan. Berikut beberapa hal yang perlu dikuasai oleh para
talent agar dapat melakukan interaksi denga penonton.
1) Eye Contact
Eye contact wajib dilakukan dalam JFC karena interaksi ini merupakan interaksi yang
paling dasar yang harus dilakukan karena hanya interaksi menggunakan mata. Setiap talent
wajib melakukan eye contact kepada penonton, hal ini dilakukan untuk mendapatakan kesan
dimana penonton akan merasa mendapatkan perhatian dan dapat berinteraksi dengan talent
meskipun hanya dengan pandangan mata.
2) Penokohan
Penokohan yang dimaksudkan dalam JFC adalah bagaimana setiap talent dapat
mendalami karakter yang di bawakan baik karakter busana yang meliputi bentuk dan volume
atau tokoh yang sedang dia bawakan apakah itu manusia, hewan dan benda. Apabila semua
talent berhasil dalam mendalami karakter tokoh yang mereka bawa, maka secara tidak sadar
mereka akan mudah mengekplorasi gerakan yang sesuai dengan karakter masing-maisng
defile. Sehingga hal ini dapat membuat masyarakat antusias dalam mengapresiasinya. Karena
dapat menyampaikan pesan-kesan terhadap penonton dengan baik sesuai dengan standart
pertunjukan pada umumnya.
Musik Pengiring
Dalam sebuah peragaan fashion karnaval seperti JFC tentunya musik pengiring
menjadi elemen yang penting dalam mendukung pertunjukannya. Musik pengiring dalam
JFC yang dipilih bukan hanya sekedar memilih sebagai musik ilustrasi melainkan musik
yang dipilih haruslah sesuai dengan tema defile. Sehingga nantinya musik tersebut dapat
mendukung penampilan talent dan membantu dalam menyampaikan kesan dan pesan yang
disampaikan.
Setiap defile mempunyai musik pengiring yang berbeda-beda karena menyesuikan
temanya. Tempo, dinamika, dan irama musik sangatlah menentukan bagaimana para talent
bergerak baik itu gerak fashion, tari dan atraksi. Musik pengiring yang dipilih biasanya
berbentuk sebuah intsrumen yang diaransemen ulang. Salah satunya adalah musik pengiring
defile Borobudur. Musik pengiring defile Borobudur merupakan hasil aransemen dari
perpaduan alat musik gamelan Jawa dan alat musik modern.
6.
sambutan-sambutan dan langsung dibuka dengan JFC Marching Band. Dalam sesi acara ini
JFC marching Band melakukan atraksi yang sudah dipersiapakan.
d. Cathwalk
Setelah pause on main stage dan parade maka seluruh talent baik itu talent JFC atau
talent dari JFC marching band maka berjalan/ melakukan cathwalk disepanjang jalan 3,6
kilometer garis akhir yang sudah ditentukan yaitu bertempat di GOR Kaliwates Jember. Di
sepanjang cathwalk para talent harus bisa memperagakan busanannya sesuai dengan karakter
tokoh defile yang sedang diperagakan.
Daftar Pustaka
Abdillah, Autar. 2008. Dramaturgi 1. Surabaya: Unesa University Press.
Cakwigi. 2013. Jember Fashion Carnaval 2013 dari Rakyat Untuk Indonesia, (Online),
(cakwigi@blogdetik.com, diakses 21 Januari 2013).
Eco, Umberto. 1976. Teori Semiotika, Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori
Produksi-Tanda. Terjemahan Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Murgianto, Sal. 1998. Kajian Pertunjukan dalam Pudentia MPSS (editor) Metodologi
Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Supriyono. 2011. Tata Rias Panggung, Teori, Dasar, Teknik. Malang: Bayumedia.
Tim Redaksi. 2009-2013. Majalah Halo Jember Edisi I - 10. Jember : Kantor Pariwisata
Kabupaten Jember.
www.jemberfashioncarnival.com, (Online), (diakses tanggal 29 Januari 2014)