Você está na página 1de 12

SPERMATOGENESIS

A. PENGERTIAN
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon)
yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis di tubulus seminiferus dan diatur oleh
hormon gonadotropin dan testosteron.
Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis
melewati sebuah proses kompleks. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke
sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung
secara berurutan.
B. TEMPAT TERJADI SPERMATOGENGESIS
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang
disebut spermatogonia (jamak). Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruangruang testis (lobulus testis).
Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri
dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (tunggal =
spermatogonium). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi

makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus
berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogonia terletak didua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.

C. PROSES SPERMATOGENESIS

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi tiga tahap, yaitu :


1. Tahapan Spermatocytogenesis

Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali


yang akan menjadi spermatosit primer.Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi
dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan),
berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia
tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois

Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma semakin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat
buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan
spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase
golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa
(sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti selsel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk
yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi
umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama

cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi,
seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 400 juta sel spermatozoa.
D. HORMON YANG BERTINDAK DALAM SPERMATOGENESIS
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
a.

Kelenjer hipofisis
Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon/FSH)

dan hormonlutein (Luteinizing Hormon/LH).


b. LH (Luteinizing Hormone)
LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormone testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosterone memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
E. STRUKTUR SPERMA
Sperma diproduksi di testis. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih
usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua.
Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah
ditempatkan di dalam vagina wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5
sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.
Struktur sperma :

1. Kepala (caput)

Kepala (caput) terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti
(nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan di ujung
kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
2. Leher (cervix)
Leher (cervix) menghubungkan kepala (caput) dengan badan.
3. Badan (corpus)
Badan (corpus) banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma.
4. Ekor (cauda)
Ekor (cauda) berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferens dan ductus
ejakulotoris.

F. JENIS SPERMA

Sperma terbagi menjadi dua yaitu, Sperma X dan Sperma Y. Pada manusia, jenis kelamin
anak ditentukan oleh sel sperma. spermatozoa yang membawa kromosom Y akan menghasilkan
keturunan (XY) laki-laki, sementara spermatozoa dengan kromosom X akan menghasilkan
keturunan (XX) perempuan (ovum selalu memberikan kromosom X).
Sperma X dan Y dapat dibedakan berdasarkan perbedaan bentuk dan ukuran, variasi
ukuran kromosom Y, kemampuan bergerak, serta umur sel, dan juga elektrisitas dan sifat
kimiawinya. Namun yang akan dibahas kali ini adalah dalam beda bentuk ukuran, kemampuan
bergerak, dan umur sel.
Sperma Y (pria) bergerak lebih cepat, ukurannya relatif lebih kecil, namun umurnya lebih
pendek. Sebaliknya, sperma X lebih kurang 3% lebih gemuk, bentuknya lebih bulat, dengan
bentuk dan ukuran yang demikian, sperma X bergerak lebih lambat. Namun mereka memiliki

daya tahan hidup yang lebih lama. Sperma Y dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi
wanita selama 12 hingga 24 jam, sedangkan sperma X sanggup bertahan hingga 2 hari.

G.

KECACATAN PADA SPERMATOGENESIS

1. Nondisjunction
Misalnya pada SyndromTurner. Penyebab kelainan sindrom turner iniadalah tidak
mendapatkan kromosom Y; terjadi karenaada nondisjunction pada spermatogenesis sehingga
sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan sperma O. Sperma O (tidak mempunyai
kromosom kelamin) kemudian membuahi ovum X, maka terbentuklah individu 44 A + X.
2. Sperma berkepala dua
Ancaman lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma normal. Sebagai
contoh, beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin dapat menekan pembentukan
sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja, tembakau, dan alkohol yang berlebihan dapat
menyebabkan produksi sperma yang abnormal (dua berkepala, dll beberapa ekor).
3. Sperma tanpa akrosom
4. Oligospermia
Oligospermia adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam cairan semen .
Paling sering oligospermia disebabkan oleh karena varicocele , diet yang terlalu ketat , merokok ,
minum alkohol , menggunakan obat-obat psikotropika , menggunakan pakaian dalam yang
terlalu ketat , stress , terlalu sering melakukan hubungan seksual sehingga kuaalitas sperma
kurang baik (normalnya seminggu 1-2 kali terutama pada saat wanita sedang masa subur ) ,
hindari menggunakan pelumas pada saat berhubungan karena dapat mempengaruhi kondisi
sperma.
5. Azoospermia
Azoospermia adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi (semen). 1-5
Azoospermia ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.1,3,4 Azoospermia terjadi karena
adanya obstruksi saluran reproduksi atau vas deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya
kegagalan testis memproduksi spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).

2) OOGENESIS

A. PENGERTIAN
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan.
Oogenesis terjadi di semua spesies dengan reproduksi seksual dan itu mencakup semua
tahap belum matang sel telur.
Reproduksi terjadi ketika sel telur dibuahi oleh gamet jantan atau sperma. Sperma juga berisi
setengah bahan genetik dari individu yang matang, sehingga embrio yang dibentuk oleh
fertilisasi akan berisi set lengkap materi genetic. Setengah dari sel telur dan setengah dari
sperma.
B. PROSES OOGENESIS

Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih did dalam kandungan, yaitu pada
saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan,
oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini
tidak dilanjutkan sampai bayi perempuaan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami
pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta
oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak permepuan hanya memiliki sekitar 200.000 oosit
primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertama. Oosit yang mengalami meiosis I
akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang
berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil
disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selan jutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II. Namun, pada tahap oosit
sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi
ovulasi. Jika tidak terjadi ovulasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun, jika ada
sperma yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid
dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga
membelah menjadi dua badan polar kedua. Akkhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang
akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.

Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel)
merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi untuk
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan oosit primer
menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk
menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang
menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi Folikel De Graaf
(folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus
luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
C. Hormon - Hormon yang Berperan dalam Proses Oogenesis

Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormone yang dihasilkan
aksi dari hypothalamus, hipofisis, dan ovarium.
Hormon-hormon yang berperan dalam oogenesis diantaranya :
1. GnRH (gonadotropin releasing hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan. GnRH menstimulasi hipofisis mensekresi
hormon FSH (folicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone).
2. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormone progesterone dan meransang
ovulasi.
3. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu
perkembangan folikel.
4. Estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
5. HCG (Human Chorionic Gondaotropin)
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum.

D. STRUKTUR OVUM

Selayaknya spermatozoon, ovum juga didesain khusus untuk memuat muatan genetis
berupa 23 kromosom, dan merupakan gamet dari wanita. Untuk melindungi muatan genetis
tersebut, ovum harus memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:
1. Membran Vitellin
Membran Vitellin adalah lapisan transparan di bagian dalam ovum. Membran plasma dari
sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki fungsi yang sama seperti pada sel lain,
terutama untuk mengontrol apa yang masuk dan keluar dari mereka.
2. Zona Pellusida
Zona Pellusida adalah lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian tengah.
Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Zona pelusida, lebih dikenal
sebagai jelly mantel. Hal ini juga terlibat dalam pengikatan sperma selama pembuahan dan
mencegah lebih dari satu sperma memasuki sel telur.
3. Korona Radiata
Korona Radiata merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar oosit dan
merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Lapisan terluar ini terdiri dari beberapa baris
sel granulosa yang mrmbiarkan telur menempel setelah dikeluarkan dari folikel. Korona radiata
menyediakan sel telur dengan protein esensial dan bertindak seperti pembungkus gelembung,
melindunginya saat berjalan menuruni tuba falopi.
3) PERBEDAAN SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
a.

Spermatogenesis adalah produksi sel sperma laki-laki, sedangkan Oogenesis adalah produksi

ovum wanita.

b. Spermatogenesis dimulai di spermatosit primer, sedangkan Oogenesis dimulai dari Oosit


Primer.
c.

Spermatogenesis menghasilkan empat spermatozoa fungsional dari spermatosit primer.

Sedangkan Oogenesis menghasilkan ovum tunggal dari 3 badan polar Oosit primer.
d. Pada Spermatogenesis, hasil sitokinesis dalam dua sel berukuran sama, sedangkan, pada
Oogenesis, menghasilkan dua sel yang sangat tidak setara.
e.

Sel sperma tidak mengandung makanan, misalnya ovum (sel telur).

f.

Sel-sel sperma jauh lebih kecil dari ovum (sel telur).

g. Sel-sel sperma yang motil, sedangkan pada ovum adalah immotile.


h. Spermatogenesis selesai sementara di testis. Sedangkan devisi pematangan sekunder
Oogenesis terjadi di luar Ovarium atau saluran telur.
i.

Spermatogenesis dimulai di masa pubertas, sedangkan pada Oogenesis dimulai dari sebelum

kelahiran, pada tahap perkembangan embrio.


j.

Spermatogenesis menghasilkan sel sperma pada satu waktu, sedangkan pada hasil Oogenesis

hanya satu ovum per bulan.


k. Spermatogenesis melibatkan fase pertumbuhan pendek, sedangkan Oogenesis melibatkan fase
yang panjang.
l.

Spermatogenesis terjadi secara terus menerus setelah pubertas, sedangkan pada Oogenesis

terjadi dalam pola siklik.


m. Spermatogenesis dengan hasil akhir 4 spermatozoid, sedangkan oogenesis hanya
menghasilkan 1 ovum.

Você também pode gostar