Você está na página 1de 5

UJI Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP), Lethal Dosis 50

(LD50), beserta Study Kasus


Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji penentuan
karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji sub-kronis.
a. Uji TCLP
Uji TCLP Uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) merupakan uji
perlucutan yang digunakan sebagai penentuan salah satu sifat berbahaya atau
beracun suatu limbah dan juga dapat digunakan dalam mengevaluasi produk
pretreatment limbah sebelum di landfill (ditimbun dalam tanah) dalam proses
stabilisasi/solidifikasi (S/S). Setelah dilakukan solidifikasi, selanjutnya terhadap
hasil olahan tersebut dilakukan uji TCLP untuk mengukur kadar/konsentrasi
parameter dalam lindi (extract/eluate). Tujuan dari uji TCLP ini adalah membatasi
adanya lindi (leaching) berbahaya yang dihasilkan dari penimbunan (landfilling)
setelah limbah di solidifikasi.
Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
1. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika Limbah memiliki konsentrasi zat
pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
2. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki konsentrasi zat
pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini.

Contoh Study kasus

STUDI PEMANFAATAN LIMBAH B3 KARBIT DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN CAMPURAN
BETON SIAP PAKAI (BSP) (STUDI KASUS : PT. VARIA USAHA BETON)
Fly ash banyak digunakan sebagai pembangunan beton karena mengandung silika cukup tinggi
(SiO2) sekitar 58,20%. Fly ash dapat meningkatkan tekanan kekuatan beton dan berisi karakteristik

seperti semen. Fly ash mengandung rendah CaO sekitar 3,30% sehingga perlu bahan lain untuk
meningkatkan CaO pada beton. CaO ditemukan di karbit buang itu berisi CaO sekitar 56,5%. Metode
pembuatan beton dan uji kelayakan teknis penggunaan penelitian standar SNI ini (SNI 03-28342000). kelayakan lingkungan menggunakan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedur (TCLP)
menurut PP Nomor 101 Tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan limbah
karbit dan fly ash dapat meningkatkan tekanan listrik beton pada umur perendaman 28 hari. tekanan
listrik beton dengan 25% Selain fly ash dan karbida buang 2,5%; 5%; 10%; dan 15% adalah 22,05
MPa, 19,43 MPa, 18,59 MPa, 16,09 MPa. kekuatan beton Tekanan meningkat 34,2%; 18,25%; Dan
13,14%. konsentrasi logam berat pada beton dengan fly ash 25% dan karbida limbah 2,5%; 5%; 10%
berada di bawah standar. Komposisi terbaik adalah pencampuran antara 25% fly ash dan10 limbah%
karbida yang memiliki tekanan kekuatan beton 18,59 MPa.
Analisa Uji TCLP
Pada pengujian kuat tekan beton campuran limbah dengan umur 28 hari, diperoleh hasil yakni
beton campuran dengan penambahan fly ash sebanyak 25% serta limbah karbit berturut-turut sebesar
2,5% ; 5% ; 10% mengalami peningkatan kuat tekan sebesar 34,2% ; 18,25% ; dan 13,14%
dibandingkan dengan beton normal. Beton yang mempunyai nilai kuat tekan lebih tinggi dari beton
normal digunakan sebagai sampel dalam analisa TCLP untuk kandungan logam berat Cu, Cr, Pb dan
dibandingkan dengan baku mutu pada Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2014. Hasil kandungan
logam berat pada fly ash dan limbah karbit sebelum dimanfaatkan menjadi beton terdapat pada Tabel
7 dan 8 berikut.
Tabel 7:
Parameter
Cu
Cr
Pb
Sumber : Hamidi, 2011.

Hasil Analisa (ppm)


7,978
5,735
8,9

Tabel 8.
Parameter
Cu
Cr
Pb
Sumber : Analisa Data, 2015

Hasil Analisa (ppm)


Tidak terdeteksi
Tidak terdeteksi
0,861

b. Uji Toksikologi LD50


Uji LD50 adalah suatu pengujian untuk menetapkan potensi toksisitas akut
LD50, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik, dan mekanisme
kematian. Tujuan Uji LD50 adalah untuk mendeteksi adanya toksisitas suatu zat,
menentukan organ sasaran dan kepekaannya, memperoleh data bahayanya
setelah pemberian suatu senyawa secara akut dan untuk memperoleh informasi
awal yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat dosis yang diperlukan.

Contoh Study Kasus

Kajian Histologis Infeksi LD50 SLNPV terhadap Kerusakan Membran


Peritrofik Larva Spodoptera litura Fabricius
Pengaruh infeksi SlNPV pada membran peritrophic Spodoptera litura telah dilakukan.
Kerusakan struktur histologis disebabkan oleh SlNPV (0, 315, 390, 465, 540 dan 615 PIB/ml) telah
diamati setelah 0,12 24,72 dan 96 jam pasca infeksi. Materi histologis dibuat dengan metode parafin
setelah fiksasi dengan Solusi Bouin, kemudian diiris menjadi 7 mm dan diwarnai dengan
Hematoxilin-Eosin. Hasilpengamatan deskriptif struktur histologi utuh pada membran peritrofik
disebabkan oleh infeksi SlNPV menunjukkan kecenderungan menurun, sedangkan pada kontrol, tidak
ada kerusakan sama sekali Semakin lama pemaparan virion di dalam lumen usus, kerusakan lebih
banyak terjadi pada membranperitrofik. Kerusakan terparah terjadi pada 96 jam setelah infeksi. Hasil
penelitian membuktikan bahwa virion HaNPV dapat menghancurkan struktur histologis dari usus
tengah.
c. Sub-kronis
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis pada
hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-kronis, berdasarkan
hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon
antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.

Contoh Study Kasus

Derajat Toksisitas Letal Akut Leachate Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio)
(Studi Kasus di TPA Jatibarang Semarang)
Hasil dari Study Kasus tersebut
Derajat toksisitas (LC50 96 jam) leachate terhadap Ikan Mas (Cyprinus
carpio) sebesar 2,1% ketika musim kemarau yang setara dengan komposisi
leachate antara lain alumunium (Al) 0,006 ppm; besi (Fe) 0,191 ppm; kadmium
(Cd) 0,001 ppm; magnesium (Mg) 4,250 ppm; mangan (Mn) 0,093 ppm; nikel (Ni)
0,006 ppm; seng (Zn) 0,007 ppm; tembaga (Cu) 0,001 ppm; timbal (Pb) 0,002
ppm; amonia (NH4) 15,573 ppm; dan sulfat (SO4) 143,780 ppm. LC50 96 jam
saat musim penghujan sebesar 2,5% yang setara dengan komposisi leachate
antara lain alumunium (Al) 0,008 ppm; besi (Fe) 0,094 ppm; kadmium (Cd) 0,001
ppm; magnesium (Mg) 4,915 ppm; mangan (Mn) 0,013 ppm; nikel (Ni) 0,007
ppm; seng (Zn) 0,006 ppm; tembaga (Cu) 0,001 ppm; timbal (Pb) 0,001 ppm;
amonia (NH4) 526,596 ppm; dan sulfat (SO4) 182,979 ppm dan 2,5% ketika
musim penghujan.

Nama : febian Mahendra Dito


Npm : 09.2015.1.00510

Tugas 2 B3

Você também pode gostar