Você está na página 1de 4

ARTHRITIS RHEUMATOID

1. Pengertian
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani, yaitu arthron (sendi) dan
itis (peradangan). Secara harafiah, arthritis berarti radang sendi.
Pengertian arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Menurut
Engram (1998). Arthritis rheumatoid merupakan penyakit jaringan
penyambung sistemik dan kronis yang dikarakteristikkan oleh
inflamasi dari membrane synovial dari sendi diartroidial. 1
Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik
adanya inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi
sistemik seperti anemia, kelelahan, dan osteoporosis. 2 Rheumatoid
arthritis merupakan penyakit autoimun dimana pelapis sendi
mengalami peradangan sebagai bagian dari aktivitas sistem imun
tubuh.3
2. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan arthritis rheumatoid menjadi 4 tipe, yaitu: 1
a. Arthritis rheumatoid klasik. Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda
dan gejala sendi yang berlangsung terus-menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
b. Arthritis rheumatoid defisit. Pada tipe ini, harus terdapat 5 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
c. Probable arthritis rheumatoid. Pada tipe ini, harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlansung terus-menerus, paling
sedikit dalam waktu 6 minggu.
d. Possible arthritis rheumatoid. Pada tipe ini, harus terdapat 2 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.
3. Indikator
Indikator American College of Rheumatology (ACR) / European League
Against Rheumatism (EULAR) 2010 untuk arthritis rheumatoid mulai
diperkenalkan dengan menitikberatkan pada gambaran klinis tahap awal
penyakit. Arthritis rheumatoid ditegakkan berdasarkan adanya sinovitis pada
paling sedikit 1 sendi, tidak adanya diagnosis alternative lain yang dapat
menjelaskan penyebab sinovitis, serta skor total individu dari 4 kriteria
(keterlibatan sendi, pemeriksaan serologis, peningkatan acute-phase
reactant, dan durasi gejala 6.2
Indikator Rheumatoid Arthritis berdasarkan American College of
Rheumatology (ACR) / European League Against Rheumatism (EULAR) 2010

Sko
r
Populasi target (Siapa yang harus dites?): Pasien yang
1. Paling sedikit memiliki 1 sendi dengan sinovitis klinis definitif
(bengkak)
2. Dengan sinovitis yang tidak lebih baik dijelaskan dengan
penyakit lain
Kriteria klasifikasi RA (algoritme berdasarkan skor)
A. Keterlibatan sendi
1 sendi besar
2-10 sendi besar
1-3 sendi kecil (dengan atau tanpa keterlibatan sendi besar)
4-10 sendi kecil (dengan atau tanpa keterlibatan sendi besar)
Lebih dari 10 sendi (paling sedikit 1 sendi kecil)
B. Serologis (paling sedikit 1 hasil tes dibutuhkan untuk klasifikasi)
RF negative dan anti-CCP negative
RF positif rendah atau anti-CCP positif rendah
RF positif tinggi atau anti-CCP positif tinggi
C. Acute-phase reactant (paling sedikit 1 hasil tes dibutuhkan untuk
klasifikasi)
CRP normal dan LED normal
CRP abnormal dan LED abnormal
D. Durasi gejala
< 6 minggu
6 minggu

0
1
2
3
5
0
2
3
0
1
0
1

Keterlibatan sendi ditandai dengan adanya sendi nyeri atau bengkak pada
saat pemeriksaan, yang dapat dikonfirmasi dengan bukti gambaran sinovitis.
Yang termasuk sendi besar adalah sendi bahu, siku, panggul, lutut, dan tumit,
sedangkan yang termasuk sendi kecil adalah sendi metacarpophalangeal,
interphalangeal distal,sendi metatarsophalangeal kedua sampai kelima, sendi
interphalangeal ibu jari dan pergelangan tangan. Antibody anti-CCP lebih
spesifik dibandingkan Rheumatoid Factor (RF) untuk menegakkan diagnosis
rheumatoid arthritis secara dini dan lebih baik dalam memprediksi
progresivitas penyakit secara radiologis serta prognosis penyakit. 2
4. Penilaian Aktivitas Penyakit Rheumatoid Arthritis
Terdapat berbagai macam cara penilaian aktivitas penyakit, seperti Disease
Activity Score (DAS), DAS 28, Simplified Disease Activity Index (SDAI). Clinical
Disease Activity Index (CDAI), Rapid Assessment of Disease Activity in
Rheumatology (RADAR), Rheumatoid Arthritis Disease Activity Index (RADAI),
Health Assessment Questionnaire-A (HAQ-A), dan sebagainya.2
DAS dan DAS 28 paling sering digunakan untuk mengukur aktivitas penyakit
rheumatoid arthritis. DAS 28 meliputi perhitungan 28 sendi nyeri, 28 sendi
bengkak, ESR, dan penilaian kesehatan umum dengan VAS. DAS 28
merupakan kombinasi pengukuran tunggal dengan pengukuran kontinu
aktivitas penyakit rheumatoid arthritis. Skor DAS 28 berkisar dari 0 9,4

dimana interpretasi kadar aktivitas penyakit rheumatoid arthritis dikatakan


rendah bila DAS 28 3,2, sedang bila > 3,2 dan 5,1, dan tinggi bila > 5,1.
Dikatakan remisi bila DAS 28 < 2,6. Formula yang digunakan: 2
DAS 28-4 (4 variabel) = 0,56 x sqrt (28TJC) + 0,28 x sqrt (28SJC) + 0,70 x ln
(ESR) + 0,014 x VAS
DAS 28-3 (3 variabel) = 0,56 x sqrt (28TJC) + 0,28 x sqrt (28SJC) + 0,70 x ln
(ESR) x 1,08 + 1,06
Dimana:
28TJC = 28 tender joint count (skor 0-28)
28SJC = 28 swollen joint count (skor 0-28)
ESR = Erythrocyte Sedimentation Rate (skor 1-150)
VAS = Visual Analog Scale (skor 0-100)
5. Epidemiologi
Prevalensi RA relatif konstan pada banyak populasi, sekitar 0,5-1%. Prevalensi
tinggi RA dilaporkan pada suku Indian Pima sebesar 5,3% dan Indian
Chippewa sebesar 6,8%. Sebaliknya prevalensi rendah dilaporkan pada
populasi dari Cina dan Jepang. Di Jawa Tengah, Indonesia, prevalensinya
sebanyak 0,2% di desa dan 0,3% di kota.
6. Etiologi
Penyebab RA belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya
adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi
virus.1
7. Patofisiologi
Pada RA, reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim tersebut akan memecah
kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan
sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.1
8. Manifestasi Klinis
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah mulai dari persendian
kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai
persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang
serviks, dan temporomandibular. Onset biasanya akut, bilateral, dan simetris.
Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung
selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal umum. 1
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat 3 stadium, yaitu: 1
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak
maupun istirahat, bengkak, dan kekakuan.

b. Stadium destruksi
Pada stadium ini, selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi
pada lansia yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan
pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,
mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat,
terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat
menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.1
9. Cara Menegakkan Diagnosis
10.Diagnosis Banding
11.Pemeriksaan Penunjang
12.Prognosis
13.Komplikasi
14.Terapi
15.Rehabilitasi Medik pada Penderita Arthritis Rheumatoid
1. RA
2. Chapter II
3. Pharmaceutical care

Você também pode gostar