Você está na página 1de 5

ANALISA KASUS

ANALISA KASUS

O
TEORI
1

KASUS

ANAMNESIS
Definisi
Menurut Sir Wiliam Gower (1988) tetanus Pada kasus terdapat
adalah penyakit pada susunan saraf yang
ditandai dengan spasme tonik persisten Pasien mengeluh leher kaku dan sakit sejak
disertai serangan yang jelas dan keras. 4 hari SMRS.
Spasme hampir selalu terjadi pada otot
leher dan rahang, menyebabkan penutupan Pasien memiliki riwayat luka trauma yaitu
rahang (trismus, lockjaw), dan melibatkan terkena parang sejak 1 minggu yang lalu
otot-otot batang tubuh melebihi otot sebelum masuk rumah sakit.
ekstremitas. Onsetnya selalu akut dan
menyebabkan kematian yang tinggi.
Tetanus

disebabkan

oleh

kuman

Clostridium tetani, kuman biasanya masuk


langsung ke dalam jaringan host manusia
melalui luka trauma, jaringan nekrosis, dan
jaringan yang kurang vaskularisasi.
Masa inkubasi kuman C. tetani dari mulai
terjadinya luka hingga menimbulkan gejala
klinis yang pertama berkisar antara 7-14
hari. Periode onset adalah waktu yang
dibutuhkan dari mulai terjadinya gejala
klinis pertama hingga timbulnya spasme
otot berkisar antara 1-7 hari.
18

ANAMNESIS

&

PEMERIKSAAN ANAMNESIS

FISIS

Pada

kasus,

ditemukan

gejala

klinis

Gambaran klinis tetanus :

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

Arus inhibisi tidak terkontrol dari saraf fisik:


motorik

eferen

menyebabkan

di

rigiditas

batang

otak

muskuler

dan

spasme otot secara episodik. Tonus otot


menjadi

meningkat

diselingi

dengan

spasme otot secara episodik. Spasme otot


dapat terjadi secara spontan maupun akibat
stimulus

rangsang

raba,

visual,

dan

Leher kaku dan sakit


Pasien tidak bisa berjalan, tidak bisa

menggerakkan kaki dan tangannya


Pasien sulit membuka mulut

sehingga tidak bisa bicara


Pasien
mengalami
kesulitan

menelan
Memberat dan menyebar ke mulut,

auditori. Spasme otot dapat berupa :

punggung dan perut sehingga pasien

Rigiditas

seringkali

tidak bisa membuka mulutnya dan

disebut sebagai perut papan


Kontraksi otot wajah menyebabkan

perut kencang seperti papan.


Pasien juga mengeluh seluruh tubuh

abdomen,

ekspresi wajah yang khas disebut


dengan

rhisus

sardonicus

atau

rhisus smile
Kontrkasi otot rahang dan leher

menyebabkan retraksi kepala


Trismus atau disebut juga lockjaw,

terasa nyeri, sulit menelan dan nafas

terasa sesak.
Selain itu pasien juga mengaku
spasme yang terjadi secara tiba-tiba
tanpa ada rangsangan

disebabkan oleh kontraksi berat PEMERIKSAAN FISIK


dari otot masseter
Trismus (+) <1
Spasme
otot
menelan
Rhisus sardonikus (+)
menyebabkan disfagia
Spasme otot pada batang tubuh Opistotonus (+)
disebut
opistotonus
dapat Defans muscular (+)
menyebabkan kesulitan bernapas Tanda vital
akibat berkurangnya komplians Suhu : 37,90C
otot dinding dada

Nadi

: 98x/menit, reguler

Otot ekstermitas terpengaruh terakhir kali, Nafas


namun biasanya tidak melibatkan otot Tekanan darah

: 24 x/menit, reguler
: 140/90 mmHg

19

tangan dan kaki


GRADING
Derajat

penyakit

tetanus

menurut

Pada kasus merupakan Tetanus Grade

modifikasi dari klasifikasi Abletts :

III (berat) Trismus berat, otot spastis,

spasme spontan, takipneu, apnoeic

Grade I (ringan)
Trismus ringan

sampai

sedang,

kekakuan umum, spasme tidak ada,

spell, disfagia berat, takikardia dan


peningkatan aktivitas sistem otonomi

disfagia tidak ada atau ringan, tidak

ada gangguan respirasi.


Grade II (sedang)
Trismus sedang dan kekakuan jelas,
spasme hanya sebentar, takipneu dan

disfagia ringan
Grade III (berat) Trismus berat, otot
spastis, spasme spontan, takipneu,
apnoeic

spell,

disfagia

berat,

takikardia dan peningkatan aktivitas

sistem otonomi
Grade IV (sangat berat)
Derajat
III
disertai

gangguan

otonomik yang berat meliputi sistem


kardiovaskuler, yaitu hipertensi berat
dan takikardi atau hipotensi dan
bradikardi,
hipotensi

hipertensi
berat.

berhubungan

berat

Hipotensi
dengan

atau
tidak
sepsis,

hipovolemia atau penyebab iatrogenik.


4

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Temuan laboratorium :
-

Pada kasus ditemukan :

Lekositosis ringan
Hemoglobin
Trombosit sedikit meningkat
Hematokrit
Glukosa dan kalsium darah normal
Cairan serebrospinal normal tetapi Eritrosit

14,1

tekanan dapat meningkat

9.4

Leukosit

43.0
4.84

20

Enzim otot serum mungkin meningkat Trombosit


326
EKG dan EEG biasanya normal
Kultur anaerob dan pemeriksaan
Lab : dalam batas normal
mikroskopis nanah yang diambil dari
luka

dapat

membantu,

tetapi

Clostridium tetani sulit tumbuh dan


batang gram positif berbentuk tongkat
penabuh

drum

seringnya

tidak

ditemukan. - Kreatinin fosfokinase


dapat

meningkat

karena

aktivitas

kejang (> 3U/ml)


6

TATALAKSANA
Penatalaksanaan tetanus berupa :

Pada kasus telah ditatalaksana dengan :

1. Eradikasi bakteri kausatif :


Medikamentosa
Penggunaan
antibiotic

Oksigen 3 L
metronidazole 500mg per oral atau

Pemasangan
IV selama setiap 6 jam selama 7-10
hari.
2. Netralisasi

toksin

yang

unit atau ATS dengan dosis 10.000


IU diberikan IM
3. Terapi suportif selama fase akut:
Diazepam 0,5-10 mg/kg untuk

Folley

Kateter
Infus RL : D5% 2:2 20 tetes per

menit
Injeksi metronidazol 3 x 500mg
Injeksi
iv
diazepam
V

ampul/drip
Intramuskular ATS 20.000 IU
Injeksi ceftriaxon 1x2 gram
Debridement Luka

belum

terikat :
Imunisasi pasif dengan HTIG 500

NGT,

dewasa atau sebagai berikut


Non-Medikamentosa
Spasme ringan : 5-20 mg po setiap

Menghindari tindakan/perbuatan
8 jam bila perlu
Spasme sedang 5-10 mg i.v bila
yang
bersifat
merangsang,
perlu, tidak melebihi dosis 80-

termasuk

rangsangan

120mg dalam 24 jam atau dalam

cahaya

bentuk drip
Spasme berat 50-100mg dalam 500

bersifat intermitten.

yang

suara,

intensitasnya

ml dextrose 5% dan diinfuskan


21

dengan

kecepatan

10-15mg/jam

diberikan/24 jam
4. Rehabilitasi
5. Imunisasi

22

Você também pode gostar