Você está na página 1de 9

Menghindari Ketergantungan Minyak dimasa Depan

Mahendra Adi Pratama


(113140072)
Korektor : Jerry Maryadi (113140058 )
A. Pendahuluan
Menghindari ketergantungan akan minyak dimasa depan amat penting
untuk dibahas dan diinformasikan kepada khalayak ramai karena sumber minyak
pasti akan habis suatu saat . Sudah saatnya kita mempersiapkan dengan matang .
Habisnya minyak dikarenakan sifat manusia sebagai makhluk konsumtif , dan
minyak sudah menjadi komoditi utama sebagai sumber energi . Oleh karena sifat
minyak yang tidak dapat diperbaharui kita sudah seharusnya berubah untuk lebih
bijak dalam menggunakannya .
Kita sebagai manusia

harus membuka mata kita untuk tidak terlalu

bergantung pada minyak bumi dan berusaha tidak terlalu mengandalkannya


karena masih ada sumber energi pengganti lain selain minyak bumi .
Dengan membaca artikel ini kita sebagai manusia yang bijak harus
memiliki pandangan yang lebih baik dari sebelumnya . Bersikap hemat dan
menggunakan bahan bakar untuk kendaraan disaat yang dibutuhkan saja .
Perjalanan jarak dekat bisa kita tempuh menggunakan sepeda , selain hemat juga
kita dituntut untuk menjadi pribadi dengan pola hidup yang sehat . Bisa juga kita
menggunakan kendaraan umum untuk menggurangi kemacetan juga menghemat
pengeluaran sehari-hari khususnya bagi saya sebagai seorang mahasiswa .
Tahun 2003 adalah pertama kalinya diIndonesia mengalami defisit minyak
dimana tingkat konsumsi minyak dalam negeri melebihi tingkat produksi yang
mampu dikelola, hingga pada tahun 2010 tercatat produksi minyak hanya 986
kbpd (thousand barrels per day), sedangkan kebutuhan dalam negeri menembus
angka 1,304 kbpd atau defisit 318 kbpd . Pemerintah telah beberapa kali

menaikkan harga minyak sebagai dampak kenaikan harga minyak dunia dan
rendahnya daya produksi dalam negeri. Permasalahan energi khususnya minyak
menjelaskan bahwa Indonesia bukanlah negara dengan cadangan minyak yang
cukup besar, maka perlu alternatif lain yang harus pemerintah tetapkan untuk
prioritas pengembangan energi tak terbarukan dalam jangka panjang, sebagai
penyeimbang ketergantungan kebutuhan energi terhadap minyak, salah satunya
adalah gas bumi. Juga ada shale gas sebagai pengganti bahan bakar yang cukup
menjanjikan dimasa depan
. Selain sumber energi dari minyak bumi dan gas konvensional, inovasi
harus terus dilakukan untuk mengembangkan metode produksi gas non
konvensional dan mewujudkannya menjadi sebuah sumber energi murah yang
bisa dikembangkan untuk saat ini hingga masa depan. Seperti pemanfaatan
batubara yang masi belum maksimal .
Pengelolaan minyak dan gas bumi (migas) serta batubara khususnya gas
non konvensional dengan cerdas dan efisien merupakan bagian penting untuk
terlaksananya pembangunan nasional berkelanjutan.
B. Minyak semakin langka
Menurut BP supply minyak dunia akan mengalami penurunan akibat
penemuan minyak di dunia semakin menurun. Sehingga produksi lapanganlapangan raksasa sudah mencapai puncak sekitar tahun 80-an dan saat ini
cenderung menurun terus. Dan diperkirakan pada tahun 2035 secara proporsi tiga
sumber energi utama minyak bumi, batubara dan gas akan setara sekitar 25%,
sedangkan 25% sisanya akan dipenuhi oleh sumber energi lain yaitu hydro, nuklir
dan sumber energi terbarukan.
Berdasarkan dari pemapaparan pendapat diatas penulis menyimpulkan
bahwa dapat dipastikan harga minyak akan cenderung meningkat. Apabila tidak
ada usaha diversifikasi bauran energi (energy mix), maka minyak bumi akan
membebani negara.

C. Selain pertimbangan menghindari ketergantungan juga kesiapan


(readiness)
Dari sisi readiness, batubara dan gas jauh lebih siap untuk dipergunakan.
Produksi batubara melimpah tapi 80% di eksport sedangkan infrastruktur
memanfaatkan gas belum mencukupi, daya serap di dalam negeri rendah, hanya
20% dari total produksi. .
. Berdasarkan pemaparan pendapat sumber diatas penulis menyimpulkan
bahwa dari sisi readiness gas dan batubara lebih pas juga untuk ke depannya.
D. Ketersediaan Gas bila harus import.
Menurut IEA (International Economy Assosiation)dunia saat ini memiliki
sumber daya gas yang mampu menyediakan hingga 200 tahun.
Dari sumber IEA diatas penulis simpulkan bahwa gas lebih melimpah,
sedangkan liquid (minyak) cenderung terus menurun, sehingga saya perkirakan
harga minyak akan cenderung terus meningkat dalam beberapa tahun kedepan,
karena langka.
E. Perlu dibuka dan dibantu kesempatan menghasilkan listrik mandiri untuk
smelter.
Saat ini produksi batubara Indonesia diperkirakan sudah mendekati 500
juta ton pertahun. Namun pemanfaatan didalam negeri hanya 20%, sisanya di
eksport. Dengan melihat kenyataan bahwa kebutuhan listrik terus meningkat
terutama bila akan membangun smelter, maka perlu ada sebuah keputusan untuk
membuka kesempatan kilang smelter ini menghasilkan sendiri listrik yang
dibutuhkannya dengan menggunakan batubara yang tersedia di dalam negeri.
Sehingga dua hal akan terpenuhi, meningkatkan daya serap batubara dan mengisi
kebutuhan listrik untuk smelter.
Dari pendapat sumber diatas penulis simpulkan jika pemerintah
mempunyai dana saya kira lebih bijaksana bila memprioritaskan membangun
infrastruktur gas dan memanfaatkan batubara ketimbang membangun kilang
BBM.

F. Optimisasi Shale Gas


Tersedia cukup banyak reservoar gas non konvensional yang terpendam di
bawah permukaan bumi Indonesia. Sumber daya gas non konvensional yang telah
diketahui adalah sumber daya gas yang berasal dari batubara dan sumber daya
minyak dan gas bumi yang terjebak di dalam batuan serpih (shale gas) tertentu.
Khusus yang terakhir, keberadaannya dianggap banyak karena di Indonesia
sedikitnya telah terbukti memiliki lebih dari 20 cekungan hidrokarbon dan 15
cekungan diantaranya telah diklasifikasikan sebagai cekungan prolific untuk
produksi migas .
Data Ditjen Migas menunjukkan potensi shale gas di Indonesia mencapai
570 triliun kaki kubik (TCF). Bila dibandingkan dengan potensi gas alam atau
disebut gas konvensional hanya 153 TCF dan coal bed methane (CBM) 453,30
TCF, potensi shale gas bisa dikatakan yang paling besar . Potensi shale gas itu
berada di 8 cekungan di Indonesia, yakni 3 cekungan di Sumatera, sedangkan di
Jawa dan Kalimantan terdapat 2 cekungan dan diindikasikan juga terdapat potensi
shale gas 1 cekungan di Papua, Untuk mendapatkan gas pada kedalaman 6,000 7,000 ft (sekitar 2000-an meter), kita tidak perlu lagi repot-repot mencari
reservoir, perangkap, jalur migrasi atau lapisan

penutup. Cukup dengan

mendapatkan langsung batuan induknya (shale) yang

berkualitas dan

mengindikasikan gas, kemudian bor dan lakukan fracturing

(melakukan

perekahan lapisan batuan dengan pompa hidraulik yang bertekanan tinggi), lalu
diproduksikan .
Dari sisi produksi gas non konvensional,shale gas pun unggul diantara
jenis gas non konvensional lainnya seperti CBM. Pengekstraksian gas metana dari
batubara dilakukan dengan mengurangi tekanan pada batubara sehingga harus
mengalirkan kandungan air dalam batubara keluar. Jumlah air yang terproduksi
semakin lama semakin berkurang sedangkan jumlah gas yang ikut terproduksi
bertambah. Proses ini disebut dewatering . Proses dewatering ini memakan

waktu yang cukup lama . Berbeda dengan shale yang kebanyakan mengandung
sedikit air sehingga dapat mempersingkat waktu produksi gas bumi.
Shale gas bukan barang baru dalam industri minyak dan gas, sejak tahun
1825 Amerika Serikat telah mengekstrak shale gas sebagai sumber daya, namun
baru pada 1970-an diproduksi secara besar. Cadangan shale gas Amerika Serikat
menurut US Energy Information Administratio (EIA) mencapai 827 TCF, hal itu
menyumbang 33

persen dari total gas alam yang dimiliki Amerika Serikat

Produksinya sendiri terus mengalami peningkatan yang sampai akhir 2009 sebesar
60,6 TCF.
Shale gas yang dapat meningkatkan dan memperkuat ketahanan energi
suatu negara cukup beralasan dikarenakan proses produksi mulai dari hulu sampai
hilir tidak sulit dan cukup ramah lingkungan, serta energi yang dihasilkan lebih
besar dibanding energi tak terbarukan lainnya. Mengacu pada keberhasilan
Amerika Serikat dalam mengembangkan shale gas, Indonesia dengan cadangan
sebesar 570 TCF dapat mengembangkan potensi shale gas yang ada di Indonesia.
Shale gas di Indonesia sendiri diatur dalam Permen ESDM No 05 Tahun
2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Penawaran Wilayah Kerja Minyak dan Gas
Bumi Non Konvensional, namun cadangan Shale gas di Indonesia yang mencapai
570 TCF ini hingga saat ini masih belum dikembangkan secara optimal sebagai
sumber energi alternatif. Guna mempercepat pemanfaatan shale gas, diperlukan
pengembangannya secara komprehensif. Selain eksplorasi dan pengembangan,
secara bersamaan harus dilakukan pembuktian secara komersial di beberapa
daearah eksplorasi yang di indikasikan memiliki potensi shale gas yang cukup
besar untuk dilakukan tahap eksploitasi. Dalam perspektif teknis pemerintah
melalui ESDM dan beberapa instansi yang ditunjuk untuk melakukan joint study
dapat menempatkan perwakilan ahlinya pada

perusahaan-perusahaan yang

sebelumnya pernah melakukan pengembangan shale gas seperti di Amerika


Serikat terkait ahli operasi, engineering produksi dan procurement ,sehingga dapat
terjadi transfer wawasan dan sarana belajar bagi tenaga ahli Indonesia yang pada

saatnya nanti ketika pemerintah telah siap untuk memproduksi shale gas secara
mandiri.
Selanjutnya adalah bagaimana agar produksi shale gas semakin
meningkat. Salah satu langkah strategis jangka panjang yang dapat mendukung
tercapainya tujuan tersebut yaitu meningkatkan kualitas SDM dalam hal
eksplorasi, eksploitasi, serta teknis

pelaksanaannya yang ditargetkan pada

generasi muda penerus bangsa, diharapkan Negeri ini akan memiliki SDM yang
berkualitas dalam teknis eksplorasi dan eksploitasi migas non konvensional
khususnya pada shale gas yang notebenenya adalah solusi bagi ketahanan energi
yang sangat efektif di Indonesia.
Berdasarkan beberapa sumber dan pendapat diatas dapat penulis
simpulkan informasi optimalisasi shale gas ini harus dijadikan sebagai isu
nasional sehingga yang pada akhirnya akan membuat warga Indonesia bersamasama ikut mengikuti perkembangannya dan sekaligus menjadi media kontrol
terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Indonesia juga harus
meningkatkan kerjasama dengan kontraktor migas luar negeri yang sudah
berpengalaman dalam bidang shale gas. Hal ini perlu dilakukan karena shale gas
di Indonesia masih baru dan diperlukan pedoman serta tata cara yang baik guna
mencapai hasil produksi shale gas yang diinginkan terutama dalam pengadaan
teknologi yang dibutuhkan.

G. Simpulan dan Saran


Simpulan
Pertumbuhan penduduk tiap tahunnya sangatlah pesat, kita lihat saja di
Indonesia, saat ini jumlah penduduknya sudah lebih dari 250 juta jiwa. Setiap
penduduk pasti melakukan aktifitas yang memanfaatkan berbagai sumber energi .
Memang terlihat dari hukum kekekalan energi yang mengatakan bahwa energi
tidak bisa di musnahkan. Namun bukan berarti kita bersikap komsutif dalam
pemanfaatan energi di bumi. Menurut pandangan saya, penghematan energi
sangatlah di perlukan . Bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk anak cucu kita di
masa depan. Tetapi jika kebutuhan akan energi juga banyak bagaimana cara
mengatasinya.
Saran
Saran saya langkah yang harus kita ambil dalam mengatasi kecenderungan
kita terhadap minyak adalah, dengan pencarian energi alternatif lainnya. Energi
alternatif artinya energi pengganti . Dengan adanya energi pengganti , kita akan
merasa sedikit lebih tenang . Karena apabila suatu energi telah menipis masih
ada energi lain untuk menggantikan nya. Juga perlu diperhatikan pengembangan
shale gas dengan beberapa hasil joint study yang mengemukakan potensi shale
gas di Indonesia ternyata cukup besar, perlu menjadi perhatian khusus baik dari
pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menyikapi
peluang ini secara bijak, dengan tidak hanya melihat dari satu sudut pandang
negatif saja atau pesimis terhadap kemampuan bangsa sendiri, dimana pada
akhirnya kita akan memerlukan alternatif sumber daya tak terbarukan selain
minyak sebagai produk utama di masa depan yang lebih ramah lingkungan,
pemerintah pun harus siap dengan segala tantangan dari asing yang akan gencar
masuk menduduki pengelolaan shale gas di Indonesia, cita-cita untuk
mensejahterakan rakyat dan menjadi negara maju dapat dimulai dari ketahanan
energi Nasional. Kita bisa dan kita memiliki tekad itu bersama kita bisa
menghindari ketergantungan akan minyak dimasa depan .

DAFTAR PUSTAKA
Fredonia, N.Y. 2010. US Energy information Administration, "Summary: US
Crude Oil, Natural Gas, and Natural Gas Liquids Proved Reserves 2009",
diunduh melalui
http://www.eia.gov/pub/oil_gas/natural_gas/data_publications/crude_oil_nat
ural_ga s_reserves/current/pdf/arrsummary.pdf ( diakses pada tanggal 16
November 2015)
Hermantoro, A. Edy. Opportunities, Challenges and Strategies in Monetizing
Indonesias Shale Gas : Kementrian ESDM, diunduh melalui
http://dc303.4shared.com/download/_YBQnKd8/PD_3__Ditjen_Migas.pdf?
tsid=20130215-141700-230c73db (Diakses pada tanggal 16 November
2014)
Kussuryani, Y, dkk. Lemigas. Lembar Publikasi Minyak Dan Gas Bumi. Volume
46, No. 2 Agustus 2012, diunduh melalui
http://www.lemigas.esdm.go.id/id/pdf/lembar_publikasi/LP%20Minyak
%20dan%20Gas%20Bumi%20Volume%2046,%20No.%202,%20Agustus
%202012.pdf (Diakses pada tanggal 17 November 2014)
Mariana, D & Paskarina,C 2005 ,. Cadangan Minyak Indonesia
www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/02/m4xqtpCadangan_Minyak_Indonesia_277-juta-barel (Diakses pada tanggal 16
November 2014)
Mengaa.BP. Migas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia No. 05 tahun 2012. Di unduh melalui
http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/website/files/37/File/Permen
%20ESDM%2021%202012(1).pdf (Diakses pada tanggal 16 November
2014)
Rahman,Afif. 2008 .Batubara,Shale Gas dan Minyak Bumi
http://geologi.iagi.or.id/2010/01/11/gas-shale-batu-bara-gas_bumi/ (diakses
pada tanggal 16 November 2014)

Você também pode gostar