Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SE
TJ
EN
2006
30,393.30
440,032.10
6.9
2007
33,073.50
504,623.30
6.6
2008
83,906.50
693,356.00
12.1
2009
49,546.50
628,812.40
7.9
2010
57,601.60
697,406.40
8.3
2011
65,565.10
908,243.40
7.2
2012
44,960.20
964,997.30
4.7
AN
D
AP
2.5
KS
AN
AA
N
361,155.20
LA
8,850.60
PE
2005
BN
PR
Proporsi subsidi listrik terhadap belanja pemerintah pusat cenderung meningkat dari
hanya 2,5% pada tahun 2005 menjadi 4,7% pada APBN tahun 2012. Secara rata-rata
subsidi listrik menghabiskan sekitar 7% belanja pemerintah pusat.
Kondisi ini
menunjukkan bahwa subsidi listrik cukup membebani anggaran pemerintah pusat.
IS
A
AN
AR
AN
Secara nominal, dalam delapan tahun terakhir besarnya subsidi listrik juga cenderung
meningkat. Kenaikan yang cukup tajam terjadi di tahun 2006 dan 2008 masing-masing
sebesar 243% dan 153%. Faktor utama yang mengakibatkan besarnya subsidi listrik
tersebut adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dimana pembangkit PLN masih
banyak yang menggunakan BBM.
Dalam laporan hasil pemeriksaannya (IHPS II tahun 2011), BPK mengemukakan bahwa
porsi terbesar biaya pokok penyediaan tenaga listrik (BPP TL) PLN adalah biaya bahan
bakar atau energi primer yang mencapai 56% - 66% dari total BPP TL. Selanjutnya, dari
biaya bahan bakar atau energi primer tersebut, biaya bahan bakar minyak atau BBM
merupakan biaya bahan bakar dengan porsi terbesar yaitu mencapai 63% - 81%. Hal
ini menunjukkan bahwa penyediaan tenaga listrik yang dilaksanakan oleh PLN masih
sangat mengandalkan pada BBM. Selisih antara BPP TL dan harga jual menyebabkan
pemerintah harus memberikan subsidi kepada PLN.
BI
R
AN
AL
Dengan asumsi biaya bahan bakar merupakan 55% biaya operasi dan menggunakan
harga jual PLN yang sama, maka PLN akan dapat menghemat sekitar 70% biaya bahan
bakarnya jika kebutuhan gas PLN untuk PLTG dan PLTGU dapat terpenuhi secara
maksimal.
Penghematan biaya bahan bakar sekitar 70% akibat terjaminnya
ketersediaan gas akan menghasilkan sekitar 40% pengurangan subsidi listrik.
BN
SE
TJ
EN
PR
KS
AN
AA
N
AP
Box 1.
Analisa Sensitivitas
(Hasil audit BPK terhadap PT PLN)
AN
PE
LA
AN
AN
AR
BI
R
AN
AL
IS
A
Sumber : hasil audit BPK dalam Strategi dan Kebijakan Pengurangan Subsidi
Listrik dan Temuan BPK Atas Perhitungan Subsidi Listrik, Syariffuddin
Mahmudsyah
Pasal 22 ayat (1) Undang-undang No 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi mengamanatkan
pembatasan penyerahan hasil eksplorasi minyak dan gas bumi dari kontraktor untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri (DMO) maksimal 25%.
EN
PR
(Syariffuddin Mahmudsyah)
SE
TJ
Asumsi : menggunakan data tahun 2010 dengan perkiraan kenaikan 10%, data lain
bersifat cateris paribus
AP
Perkiraan 2011
1197.845
692.76/kwh
162,027.217 Gwh
8%
KS
AN
AA
N
2010
1088.95
692.76/kwh
147,297.47 Gwh
5%
BN
AN
PE
LA
AN
AR
AN
IS
A
AL
BI
R
AN
Syariffuddin Mahmudsyah, Ada apa dengan ketenagalistrikan Indonesia??? Kebijaka PSO dan politisasi ketenagalistrikan
TDL
RUMAH
TANGGA
(Rp/kwh)
TDL
INDUSTRI
(Rp/kwh)
GDP per
kapita,
2009
(US$)
GNP
per
kapita
(US$)
602
529-615
4000
599
Indonesia
782
812
8100
1838
829
699
14800
3312
Vietnam
848
537
2900
392
Filipina
1449
1551
3300
920
Singapura
1453
1143
48500
20066
EN
PR
Thailand
Malaysia
SE
TJ
Sumber : CIA-World Fact Book-2009, NationMaster.com-2010 dalam Strategi dan Kebijakan Pengurangan
Subsidi Listrik dan Temuan BPK Atas Perhitungan Subsidi Listrik, Syariffuddin Mahmudsyah
Kurs US$ 1 = Rp9.500
Hasil perhitungan berdasarkan GDP per kapita, maka TDL rumah tangga yang
termurah diantara Negara-negara ASEAN adalah Singapura dengan Rp285/kwh
sementara Indonesia Rp1.430/kwh.
Hasil perhitungan berdasarkan GNP per kapita, maka TDL rumah tangga yang
termurah diantara Negara-negara ASEAN adalah Singapura dengan Rp684/kwh
sementara Indonesia Rp9.548/kwh.
KS
AN
AA
N
AP
BN
PE
LA
AR
AN
AN
Hasil kajian Badan Kebijakan Fiskal, Departemen Keuangan menunjukkan bahwa 56%
subsidi listrik tahun 2007 dinikmati oleh kelompok pelanggan rumah tangga dan sisanya
terbagi antara industri, bisnis, pemerintah dan lain-lain. tidak seluruh subsidi dinikmati
oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah. Hasil perhitungan menunjukkan sekitar 30
40% subsidi listrik dinikmati kalangan menengah ke atas.
Kecil 450 VA
418
1.163
Kecil 900 VA
AN
Harga jual
PLN
(Rp/Kwh)
Hasil
perhitun
gan
13,13
17,624,161,073.8
715.25
Negatif
AL
IS
A
Jenis pelanggan
Volume penjualan
(Kwh)
Subsidi
(Rp
triliun)
AN
Rumah tangga
1.163
9,48
17,111,913,357.4
715.25
Negatif
675
1.163
3,94
8,073,770,491.8
715.25
Negatif
679
1.163
2,48
5,123,966,942.1
715.25
Negatif
797
1.163
1,37
3,743,169,398.9
715.25
Positif
1.33
1.163
715.25
0.00
BI
R
609
Sedang I (1.300VA)
Bisnis
Bisnis besar
811
839
1,91
68,214,285,714.3
515.99
Positif
805
1,163
1,22
3,407,821,229.1
715.25
Positif
641
839
10,92
55,151,515,151.5
515.99
Positif
Industri
Sedang
(2.200 VA)
Menengah (>2.200
VA)
PR
BI
R
AN
AL
IS
A
AN
AR
AN
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
SE
TJ
EN