Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Adab-adab Berteman
Nov 20, 2011 | Asy Syariah Edisi 059 |
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak)
Islam sangat memerhatikan masalah adab. Bahkan semua persoalan adab dijelaskan
secara sempurna dalam Islam. Ketika seorang Yahudi berkata kepada Salman z, Apakah
Nabi kalian mengajari kalian sampaipun masalah buang hajat? Beliau z berkata, Ya.
Beliau mengajari kami .1
Inilah Islam. Semua yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat telah ada di
dalam Islam, termasuk adab berteman.
Banyak dalil dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang menjelaskan adab-adab berteman.
Diantaranya:
Berteman hanya karena Allah l
Rasulullah n menyatakan:
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan pada saat dimana tidak ada naungan kecuali
naungan Allah l: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah l,
seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, dua orang yang saling cinta karena
Allah l, bersatu dan berpisah di atasnya, seseorang yang diajak berzina oleh seorang wanita yang
memiliki kedudukan dan kecantikan namun pemuda tersebut berkata, Aku takut kepada Allah l,
seseorang yang bershadaqah dan ia menyembunyikan shadaqahnya hingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta seseorang yang berdzikir kepada Allah l
sendirian hingga meneteskan air mata. (HR. Al-Bukhari no. 660, Muslim no. 1031)
Rasulullah n berkata:
:
Tiga hal, jika ketiganya ada pada seseorang dia akan merasakan lezatnya iman: Allah l dan
Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, cinta kepada seseorang semata-mata hanya
karena Allah l, dan dia tidak senang kembali kepada kekufuran sebagaimana dia tidak ingin
dilemparkan ke dalam api. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah n berkata:
Barangsiapa yang ingin merasakan lezatnya iman hendaknya dia tidak mencintai seseorang
kecuali karena Allah l. (HR. Ahmad, dihasankan Asy-Syaikh Albani dalam Shahihul Jami no.
6164)
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (Al-Fath: 29)
Rasulullah n bersabda:
Sikap lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan memperindahnya dan tidaklah
dicabut dari sesuatu kecuali akan membuatnya jelek. (HR. Muslim)
Rasulullah n berkata kepada Aisyah x:
Tenanglah wahai Aisyah. Sesungguhnya Allah l mencintai kelembutan dalam segala urusan.
(HR. Al-Bukhari)
Sedang-sedang (tidak berlebihan) dalam mencintai teman
Dari hadits Abu Hurairah z, Rasulullah n bersabda:
Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu
hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu
hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai. (HR. At-Tirmidzi no. 1997 dan
dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 178)
Umar bin Al-Khaththab z berkata, Wahai Aslam, janganlah rasa cintamu berlebihan dan jangan
sampai kebencianmu membinasakan. Aslam berkata, Bagaimana itu? Umar z berkata, Jika
engkau mencintai seseorang, janganlah berlebihan seperti halnya anak kecil yang menyenangi
sesuatu dengan berlebihan. Jika engkau membenci seseorang, jangan sampai kebencian
menimbulkan keinginan orang yang kamu benci celaka atau binasanya.
Al-Hasan Al-Bashri t berkata, Hendaknya kalian mencintai jangan berlebihan dan membenci
tidak berlebihan. Telah ada orang-orang yang berlebihan dalam mencintai satu kaum akhirnya
binasa. Ada pula yang berlebihan dalam membenci satu kaum dan mereka pun binasa. (Lihat
Nimatul Ukhuwah hal. 41)
Menerima kekurangan teman
Rasulullah n bersabda:
Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Jika dia tidak senang satu akhlaknya niscaya
dia akan senang dengan akhlaknya yang lain.
Asy-Syaikh Muhamad bin Shalih Al-Utsaimin t menyatakan, Walaupun hadits ini berkaitan
tentang suami istri, namun juga berlaku dalam adab berteman. (Lihat Syarah Riyadhish
Shalihin)
Ibnu Qudamah t berkata: Ketahuilah, jika engkau mencari seseorang yang bersih dari
kekurangan, niscaya engkau tak akan mendapatkannya. Barangsiapa yang kebaikannya lebih
mendominasi daripada kejelekannya, itulah yang dicari. (Mukhtashar Minhajil Qashidin hal.
101)
Jangan mencerca teman
Mencerca teman mengesankan bahwa engkau tidak sabar dalam bersahabat dengannya. Tidak
sepantasnya engkau mencerca temanmu dalam semua masalah, yang besar dan kecil. Bahkan
tidak semua orang pantas untuk dicerca.
Allah l berfirman:
Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (Al-Hijr: 85)
1 HR. An-Nasai, Kitab Ath-Thaharah, Bab An-Nahyu an al-iktifa fil istithabah bi aqalla min
tsalatsati ahjar.