Você está na página 1de 50

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :
HIDRODINAMIKA REAKTOR

Disusun oleh:
Atiqoh Sabrina Dewi

21030112140166

Bagus Muliajaya Lutfi

21030112120001

Rezza Taqwa Pradana

21030112110058

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
i

HIDRODINAMIKA REAKTOR

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Proses Kimia berjudul Hidrodinamika Reaktor ini telah disahkan pada:
Hari, tanggal

: Rabu, 11 Juni 2014

Nama / NIM

: 1. Atiqoh Sabrina Dewi

21030112140166

2. Bagus Muliajaya Lutfi

21030112120001

3. Rezza Taqwa Pradana

21030112110058

Kelompok

: 21/ Rabu

Judul materi

: Hidrodinamika Reaktor

Semarang,11 Juni 2014


Dosen pembimbing,

Asisten pembimbing,

Luqman Buchori, S.T., M.T.

Luthfi Kurnia Dewi

NIP. 19710501197021001

NIM. 21030110120052

ii
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil alamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Proses Kimia berjudul
Hidrodinamika Reaktor dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan
Praktikum Proses Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Resmi Praktikum Proses Kimia ini
adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan
untuk melengkapi tugas dari Praktikum Proses Kimia. Penulisan laporan ini didasarkan pada
hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari
buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, penyusun juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual.
2. BapakLuqman Buchori, ST., MT.sebagai dosen pembimbing materi praktikum
Hidrodinamika Reaktor.
3. Asisten Pengampu Hidrodinamika Reaktor, Luthfi Kurnia Dewi.
4. Teman-teman 2012 yang membantu dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan
laporan ini. Maka kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan dalam tujuan
menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir
kata, selamat membaca dan terimakasih.

Semarang, Juni 2014

Penyusun

iii
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.. ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vii
INTISARI ............................................................................................................................ viii
SUMMARY......................................................................................................................... ix
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan Percobaan ......................................................................................... 1
1.4. Manfaat Percobaan ....................................................................................... 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reaktor Kolom Gelembung dan Air-Lift ..................................................... 3
2.2. Hidrodinamika Reaktor. ............................................................................... 4
2.3. Perpindahan Massa. ..................................................................................... 7
2.4. Kegunaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri. ..................................... 11
2.5. Tahap Penentuan Koefisien Perpindahan Massa (KLa). ............................. 11

BAB III PELAKSANAAN PERCOBAAN


3.1. Bahan dan Alat yang digunakan .................................................................. 13
3.2.Gambar Rangkaian Alat ................................................................................ 14
3.3. Variabel Operasi .......................................................................................... 14
3.4. Respon Uji Hasil .......................................................................................... 15
3.5. Prosedur Percobaan ...................................................................................... 15
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan............................................................................................ 16
4.2. Pembahasan .................................................................................................. 17
BAB V

PENUTUP
5.1.Kesimpulan ................................................................................................... 26
5.2.Saran.............................................................................................................. 26
iv

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 27


LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN .............................................................................. 28
LEMBAR PERHITUNGAN ............................................................................................... 29
LAPORAN SEMENTARA
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

v
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tipe Reaktor Air-Lift ........................................................................................ 4
Gambar 3.1. Rangkaian Alat Utama Hidrodinamika Reaktor ............................................... 14
Gambar 4.1 Hubungan Laju Alir dengan Hold Up Gas ........................................................ 18
Gambar 4.2 Hubungan Laju Alir dengan LajuSirkulasi ........................................................ 20
Gambar 4.3 Hubungan Laju Alir dengan KoefisienPerpindahan Massa............................... 22
Gambar 4.4 Hubungan Waktu dengan KoefisienPerpindahan Massa Gas-Cair ................... 24

vi
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Hold Up Gas................................................ 16


Tabel 4.2. Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Laju Sirkulasi .............................................. 16
Tabel 4.3. Pengaruh Laju Alir Udara terhadap kLa Rata-rata ............................................... 16
Tabel 4.4. Pengaruh Waktu terhadap kLa Rata-rata .............................................................. 17

vii
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

INTISARI
Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses kimia yaitu
mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dibagi berdasarkan cara operasi, fase, dan
geometrinya. Tujuan dari percobaan hidrodinamika reaktor adalah menghitung hold up gas dari
variabel perbedaan laju alir udara, menghitung laju sirkulasi dari variabel perbedaan laju alir udara,
dan menghitung koefisien massa gas-cair.
Hidrodinamika reaktor mempelajari kelakuan dinamis cairan dalam reaktor. Faktor yang
mempengaruhi ialah hold up gas dan laju sirkulasi. Kecepatan sirkulasi cairan sangat dipengaruhi
hold upa gas sedangkan hold up gas dipengaruhi oleh turbulensi. Koefisien perpindahan massa dan
panas serta energi. Perpindahan massa terjadi karena adanya beda konsentrasi. Metode perpindahan
massa antara lain OTR-cd, dinamik, serapan kimia, kimia OTR-col, dan sulfit
Pada percobaan ini, variabel berubah yaitu laju alir udara (3 m/s ; 4 m/s; 5m/s). Variabel
terikat yaitu Na2S2O3.5H2O 0,1 N, t=3 menit, konsentrasi Na2SO3, hc=91,5 cm dan Lc=40cm.
Pelaksanaan percobaan, pertama merakit alat percobaan, lalu mengisi reaktor air lift dengan air
sampai tinggi 91,5 cm, kemudian mengatur laju alir sesuai variabel hingga konstan. Memasukkan
Na2SO3 ke dalam reaktor,lalu mencatat ketinggian fluida pada inverted manometer. Setelah itu
mengambil sampel tiap 5 menit (10 ml) lalu titrasi dengan Na2S2O3.5H2O 0,1 N sampai volume titran
3 kali konstan. Selanjutnya mengukur densitas fluida, lalu memasukkan zat warna pada downcomer
dan mencatat waktu alir zat warna pada panjang lintasan 40 cm. Lalu melakukan pada setiap
variabel.
Hasil percobaan menunjukkan nilai hold up gas semakin tinggi dengan bertambahnya laju
alir dikarenakan semakin bertambah laju alir maka fraksi gas dalam sistem semakin bertambah dan
laju reaksi semakin besar. Semakin besar laju alir maka laju sirkulasi semakin kan besar. Hal ini
disebabkan karena peningkatan laju alir udara menyebabkan daya dorong yang diakibatkan oleh gas
menjadi lebih besar. Semakin besar laju alir pula menyebakan harga KLa akan semakin bertambah
karena laju alir yang besar mengakibatkan mol O2 yang bereaksi semakin besar. Semakin lama waktu
operasi, maka, nilai KLa semakin berkurang karena jumlah Na2SO3 yang bereaksi dengan O2 semakin
sedikit.
Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi laju alir maka harga hold up gas,laju sirkulasi dan
koefisien transfer massa gas-cair akan semakin besar, sedangkan koefisien perpindahan massa
semakin berkurang seiring dengan bertambahnya waktu. Saran untuk percobaan hidrodinamika
reaktor ialah teliti dalam mengamati perbedaan tinggi manometer dan dalam menentukan titik akhir
titrasi.

viii
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

SUMMARY
Reactor is the main tool used in the industry for the chemical processes that transform raw
materials into products. The reactor was divided based on the mode of operation, phase, and
geometry. The purpose of the reactor hydrodynamics experiment are to calculate the reactor gas holdup of a variable air flow rate differences, calculate the rate of circulation of the air flow rate
difference variable, and calculate the coefficient of the gas-liquid mass.
Reactor hydrodynamics study thedynamicbehavior of liquidin the reactor. Factorsthat
influenceare hold upgasandthe rate ofcirculation. Liquid circulationvelocityis strongly influenced by
hold up while hold upgasis affectedbyturbulence, heatandmass transfercoefficients, as well asenergy.
Mass transferoccursdue tothe presence ofdifferentconcentrations. Anothermethod ofmass
transferbetweenOTR-cd, dynamical, chemicalabsorption, chemicalOTR-col, andsulfite.
Inthisexperiment, the variablethat ischangingthe airflow rate(3 m/s, 4 m/s; 5m/s). Dependent
variable isNa2S2O3.5H2O 0.1N, t=3min, the concentration ofNa2SO3, hc=91.5cmandLc=40cm.
Implementation ofthe experiment, firstassembleexperimentaltool, thenfill thereactorwithwateruntil
thewaterliftheightof 91.5cm, thenset theflow ratecorrespondingtoa constantvariable. Na2SO3insertinto
the reactor, and thenrecord theheight ofthe fluidin theinvertedmanometer. After thattake a
sampleevery5minutes(10 ml) andtitratewith0.1NNa2S2O3.5H2Oto3timesthe volume oftitrantconstant.
Furthermore,measuring thedensity ofthe fluid, then putthe dyein thedowncomerandrecord the
timeonthe dyeflowpath length of40cm. Thenperformon eachvariable.
The experimental resultsdemonstratethe value ofthe highergashold-up with increasingflow
ratedue to theincreasingflow rate ofthegas fractionin the systemandincreasingthe reaction
rateincreases.The greater theflow rate ofthecirculation rateis gettingso big. This is becausean
increase inair flow ratecauses thethrustcausedbythe gasbecomes larger. The greater theflow
ratewillalso causethe priceKLaincreasing becauselargeflow rateresulted inmolesof O2reactgreater.
The longeroperating time, then, the value ofKLaon the wanebecause ofthe amount
ofNa2SO3whichreactswithO2less.
It can be concludedthatthe higher theflow rate, the price of gashold-up, the
ratecoefficientcirculatoryandgas-liquidmass
transferwill
be
even
greater,
whereasthe
moremasstransfer
coefficientdecreased
with
increasingtime.
Suggestions
forexperimentalreactorhydrodynamicsisscrupulous inobserving themanometerheightdifferenceandin
determining theend point ofthe titration.

ix
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaktor merupakan alat utama dalam industri yang digunakan dalam proses kimia
yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dapat diklasifikasikan atas dasar
cara operasi, fase maupun geometrinya. Bedasarkan cara operasinya dekenal reaktor batch,
semi batch, dan kontinyu, berdasarkan fase reaksi yang terjadi di dalam reaktor
diklasifikasikan menjadi reaktor homogen dan rektor heterogen, sedangkan ditinjau dari
geometrinya dibedakan reaktor tangki berpengaduk, reaktor kolom, reaktor fluidisasi dan lainlain.
Dan berbagai macam reaktor yang digunakan untuk kontak fase gas-cair diantaranya
dikenal reaktor kolom gelembung (bubble colomn reactor) dan reaktor air-lift. Reaktor jenis
ini banyak digunakan pada proses industri kimia dengan reaksi yang sangat lambat, proses
produksi yang menggunakan mikroba (bioreaktor) dan juga pada unit pengolahan limbah
secara biologis menggunakan lumpur aktif.
Pada perancangan reaktor fenomena hidrodinamika yang meliputi hold up gas dan
cairan, laju sirkulasi merupakan faktor penting yang berkaitan dengan laju perpindahan
massa. Pada percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika pada reaktor kolom gelembung
dan reaktor air-lift, terutama berkaitan dengan pengaruh laju alir udara, viskositas, dan
densitas terhadap hold up dan laju sirkulasi pada sistem sequantial batch.

1.2. Perumusan Masalah


Pada penelitian terdahulu, salah satu faktor yang penting dalam perancangan reaktor
adalah fenomena hidrodinamika yang meliputi hold up gas dan cairan serta laju sirkulasi. Hal
ini dikarenakan kedua faktor tersebut berhubungan dengan laju perpindahan massa. Hold up
gas dan sirkulasi cairan dipengaruhi oleh laju alir gas, luas gelembung gas dan pola aliran.
Oleh karena itu percobaan ini akan mempelajari pengaruh laju alir terhadap hold up gas dan
sirkulasi cairan beserta hubungannya dengan koefisien perindahan massa.

1
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

1.3. Tujuan Percobaan


1. Menentukan pengaruh laju alir udara terhadap hold up gas () .
2. Menentukan pengaruh laju alir udara cairan terhadap laju sirkulasi (UL).
3. Menentukan pengaruh laju alir udara cairan terhadap koefisien perpindahan massa
gas-cair (KLa).
4. Menentukan pengaruh waktu operasi terhadap koefisien perpindahan massa gas-cair
(KLa)

1.4. Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh laju alir udara terhadap hold up gas ().
2. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh laju alir udaraterhadap laju sirkulasi (UL).
3. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh laju alir udaraterhadap koefisien transfer
massa gas-cair (KLa).
4. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh waktu operasi terhadap koefisien perpindahan
massa gas-cair (KLa).

2
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Reaktor Kolom Gelembung dan Air-Lift


Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya suatu reaksi kimia untuk mengubah suatu
bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Reaktor Air-lift yang
berbentuk kolom dengan sirkulasi aliran merupakan kolom yang berisi cairan atau slurry yang
terbagi menjadi 2 bagian dan pada salah satu dari kedua daerah tersebut selalu disemprotkan
lagi. Perbedaan hold up gas () pada daerah yang dialiri gas maupun tidak dialiri gas
merupakan akibat dari perbedaan viskositas fluida pada kedua daerah tersebut. Perbedaan itu
mengakibatkan terjadinya sirkulasi fluida pada reaktor. Bagian reaktor yang mengandung
cairan dengan aliran ke atas disebut zona riser dan bagian reaktor yang mengandung aliran
fluida turun adalah zona downcomer. Pada zona downcomer atau riser memungkinkan
terdapat plate penyaringan dan baffle pada dinding. Jadi banyak sekali kemungkinan bentuk
reaktor dengan keuntungan penggunaan dan tujuan yang berbeda-beda.
Secara teoritis reaktor air-lift digunakan untuk beberapa proses kontak gas-cairan atau
slurry. Reaktor ini sering digunakan untuk beberapa fermentasi aerob, pengolahan limbah,
dan operasi-operasi sejenis. Secara umum reaktor air-lift dikelompokkan menjadi 2, yaitu
reaktor air-lift dengan internal loop dan eksternal loop(Christie, 1998 ;

William,2002).

Reaktor air-lift dengan internal loop merupakan kolom bergelembung yang dibagi menjadi 2
bagian, riser dan downcomer dengan internal baffle. Reaktor air-lift dengan eksternal loop
merupakan kolom bergelembung dimana riser dan downcomer merupakan 2 tabung yang
terpisah dan dihubungkan secara horizontal antara bagian atas dan bawah reaktor. Selain itu
reaktor air-lift juga dikelompokkan berdasarkan sparger yang dipakai, yaitu statis dan
dinamis. Pada reaktor air lift dengan sparger dinamis, sparger ditempatkan pada riser dan atau
downcomer yang dapat diubah-ubah letaknya.
Parameter yang penting dalam perancangan reaktor air-lift adalah hold up gas. Hold
up gas pada bagian riser dan downcomer yang besarnya dipengaruhi oleh laju sirkulasi cairan
dan koefisien disperse cairan dalam berbagai daerah. Dalam aplikasi reaktor air-lift terdapat 2
hal yang mendasari mekanisme kerja dari reaktor tersebut, yaitu hidrodinamika dan transfer
gas-cair.
3
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor sebagai


akibat laju alir yang masuk reaktor dan karakterisik cairannya. Hidrodinamika reaktor
meliputi hold up gas (rasio volume gas terhadap volume gas cairan dalam reaktor) dan laju
sirkulasi cairan disperse dalam fase tersebut.

Internal Loop

Eksternal Loop
Gambar 2.1 Tipe Reaktor Air-lift

Keuntungan penggunaan reaktor air-lift dibanding reaktor konvensional lainnya,


diantaranya :
1. Perancangannya sederhana, tanpa ada bagian yang bergerak
2. Aliran dan pengadukan mudah dikendalikan
3. Waktu tinggal dalam reaktor seragam
4. Kontak area lebih luas dengan input yang rendah
5. Meningkatkan perpindahan massa
6. Memungkinkan tangki yang besar sehingga meningkatkan produk

Kelemahan rekator air lift antara lain :


1. Biaya investasi awal mahal terutama skala besar
2. Membutuhkan tekanan tinggi untuk skala proses yang besar
3. Efisiensi kompresi gas rendah
4. Pemisahan gas dan cairan tidak efisien karena timbul busa (foaming)

2.2 Hidrodinamika Reaktor


Di dalam perancangan bioreaktor, faktor yang sangat berpengaruh adalah
hidrodinamika reaktor, transfer massa gas-cair, rheologi proses dan morfologi produktifitas
organisme. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (fraksi gas saat penghamburan) dan
4
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

laju sirkulasi cairan. Kecepatan sirkulasi cairan dikontrol oleh hold up gas, sedangkan hold up
gas dipengaruhi oleh kecepatan kenaikan gelembung. Sirkulasi juga mempengaruhi
turbulensi, koefisien perpindahan massa dan panas serta tenaga yang dihasilkan.
Hold up gas atau fraksi kekosongan gas adalah fraksi volume fase gas pada disperse
gas-cair atau slurry. Hold up gas keseluruhan ().

= +

dimana :

....(1)

= hold up gas

V = volume gas (cc/s)


VL = volume cairan (cc/s)
Hold up gas digunakan untuk menentukan waktu tinggal gas dalam cairan. Hold up
gas dan ukuran gelembung mempengaruhi luas permukaan gas cair yang diperlukan untuk
perpindahan massa. Hold up gas tergantung pada kecepatan kenaikan gelembung, luas
gelembung dan pola aliran. Inverted manometer adalah manometer yang digunakan untuk
mengetahui beda tinggi cairan akibat aliran gas, yang selanjutnya dipakai pada perhitungan
hold up gas () pada riser dan downcomer. Besarnya hold up gas pada riser dan downcomer
dapat dihitung dengan persamaan :

=
dimana :

= hold up gas

= hold up gas riser

= hold up gas downcomer

....(2)

....(3)
....(4)

L = densitas cairan (gr/cc)


= densitas gas (gr/cc)
= perbedaan tinggi manometer riser (cm)
= perbedaan tinggi manometer downcomer (cm)
Z

= perbedaan antara taps tekanan (cm)


5

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

Hold up gas total dalam reaktor dapat dihitung dari keadaan tinggi dispersi pada saat
aliran gas masuk reaktor sudah mencapai keadaan tunak (steady state). Persamaan untuk
menghitung hol up gas total adalah sebagai berikut :
=
dimana :

....(5)

= hold up gas
ho = tinggi campuran gas setelah kondisi tunak (cm)
hi =tinggi cairan mula-mula dalam reaktor (cm)

Hubungan antara hold up gas riser (r) dan donwcomer (d) dapat dinyatakan dengan
persamaan 6 :
=
dimana :

+
+

....(6)

Ar = luas bidang zona riser (cm2)


Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)

Sirkulasi cairan dalam reaktor air-lift disebabkan oleh perbedaan bulk densitas fluida,
riser dan downcomer. Sirkulasi fluida ini dapat dilihat dari perubahan fluida, yaitu naiknya
aliran fluida pada riser dan menurunnya aliran pada downcomer. Besarnya laju sirkulasi
cairan (Uld) dinyatakan dengan persamaan 7:
=
dimana :

....(7)

Uld = laju sirkulasi cairan downcomer (cm/s)


Lc

= panjang lintasan dalam reaktor (cm)

tc

= waktu (s)

Laju sirkulasi tidak dihitung pada semua bagian, rata-rata laju sirkulasi cairan dihitung
hanya pada satu daerah. Sedang hubungan antara laju aliran cairan pada riser dan downcomer
ditunjukan oleh persamaan 8 oleh Coulson &Richardson, 1997:
Ulr.Ar = Uld.Ad
dimana :

....(8)

Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)


Uld = laju sirkulasi cairan downcomer (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)

Kecepatan permukaan harus dibedakan dari kecepatan linear cairan yang


sesungguhnya dengan kecepatan interstifial sebab dalam kenyataannya cairan hanya
6
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

menempati sebagian aliran air, sedangkan lainnya ditempati oleh gas. Hubungan kecepatan
interstifial (VL) dan kecepatan permukaan (VL) dapat ditunjukkan pada persamaan 9 dan 10 :

= 1

= 1
dimana :

....(9)
....(10)

VLr = kecepatan interstifial cairan riser (cm/s)


VLd = kecepatan interstifial cairan downcomer (cm/s)

2.3 Perpindahan Massa


Perpindahan massa antar fase gas-cair terjadi karena adanya beda konsentrasi antara
kedua fase. Perpindahan massa yang terjadi yaitu oksigen dari fase gas ke fase cair.
Kecepatan perpindahan massa ini dapat ditentukan dengan koefisien perpindahan massa.
Koefisien perpindahan masssa volumetric (KLa) adalah kecepatan spesifik dari
perpindahan massa (gas teradsobsi per unit waktu, per unit luas kontak, per beda konsentrasi).
KLa tergantung pada sifat fisik dari sistem dan dinamika fluida. Terdapat 2 istilah tentang
koefisien transfer massa volumetric, yaitu:
1. Koefisien transfer massa KLa, dimana tergantung pada sifat fisik dari cairan dan
dinamika fluida yang dekat dengan permukaan cairan.
2. Luas dari gelembung per unit volum dari reaktor
Ketergantungan KLa pada energi masuk adalah kecil, dimana luas kontak adalah
fungsi dari sifat fisik design geometri dan hidrodinamika.
Luas kontak adalah parameter gelembung yang tidak bisa ditetapkan. Di sisi lain
koefisien transfer massa pada kenyataannya merupakan faktor yang proposional antara fluks
massa dan substrat (atau bahan kimia yang ditransfer), Ns, dan gradient yang mempengaruhi
fenomena beda konsentrasi. Hal ini dapat dirumuskan dengan persamaan 11 :
N = KLa (C1-C2)
dimana :

....(11)

= fluks massa

KLa = koefisien transfer massa gas-cair (1/detik)


C1

= konsentrasi O2 masuk (gr/L)

C2

= konsentasi O2 keluar (gr/L)

Untuk perpindahan massa oksigen ke dalam cairan dapat dirumuskan sebagai kinetika
proses, seperti di dalam persamaan 12 :
7
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

dimana:

= (1 )

....(12)

C = konsentrasi udara (gr/L)

Koefisien perpindahan massa dinyatakan sebagai bilangan Sherwood mengikuti


persamaan 13:
= 124 0,5 1,070,5 1/2 3/4 7/60 3/3
dimana :

....(13)

Nsh = bilangan Sherwood


Sc = bilangan Schmid
Reg = bilangan Reynold
Fr

= bilangan Frandh

Bo = bilangan Bodenstein
Propovic dan Robinson (1989) memperoleh hubungan KLa setelah melakukan
penelitian dalam bioreaktor air-lift dengan eksernal loop dengan larutan CMC (Carboxyl
Methyl Cellulosa) seperti disajikan dalam persamaan 14 :
= 1,911 104 ()0,525 (1 +
dimana :

0,553
)
0,89

....(14)

Jg = laju alir udara atau kecepatan superfitial gas (cm/s)


= viskositas (cp)

Koefisien perpindahan gas-cair merupakan fungsi dari laju alir udara atau kecepatan
superfitial gas, viskositas, dan luas area riser dan downcomer/geometric alat.
Pengukuran konstanta perpindahan massa gas-cair dapat dilakukan dengan metode
sebagai berikut :
1. Metode OTR-Cd
Dasar dari metode ini adalah persamaan perpindahan massa (persamaan 12) semua
variabel kecuali K0A dapat terukur. Ini berarti bahwa dapat digunakan dalam sistem
kebutuhan oksigen, konsentrasi oksigen dari fase gas yang masuk dan meninggalkan
bioreaktor dapat dianalisa. Dengan data ini OTR (Oxygen Transfer Rate) dapat dihitung
dengan neraca bioreaktor :

Vi OTR = Fg (C0gi C0g0) = Vi K0i A [

dimana :

] (mol s-1)

....(15)

OTR = laju perpindahan oksigen (mol/m3s)


Vi

= koefisien transfer massa

Fg

= laju alir volumetric fluida gas (m3/s)


8

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

K0i

= konstanta transfer massa oksigen

= luas perpindahan massa (m2)

C0 i

= konsentrasi oksigen masuk (mol/m3)

C0g0 = konsentrasi oksigen udara keluar (mol/m3)

2. Metode Dinamik
Metode ini berdasarkan pengukuran C0i dari cairan, deoksigenasi sebagai fungsi
waktu, setelah aliran udara masuk. Deoksigenasi dapat diperoleh dengan mengalirkan oksigen
melalui cairan atau menghentikan aliran udara, dalam hal ini kebutuhan oksigen dalam
fermentasi. Hal ini dapat dilihat dari neraca massa dibawah ini :
()

dimana:

= ( ()) ( 3 1 ) ....(16)

C*0i = konsentrasi oksigen sisa fungsi t


K0i

= konstanta transfer massa oksigen

OTR = laju perpindahan oksigen (mol/m3s)


t

= waktu (s)

dengan asumsi bahwa K0i.A dan C0i konstan, tidak terpengaruh waktu. Hal ini juga
berlaku :
C0i () = konsentrasi keseimbangan pada kondisi tetap
OTR

= K0i.A (C0i C0i ()) (. 3 . 1 )

....(17)

Persamaan 16 dan 17 dapat dikombinasikan menjadi persamaan18.


. =
dimana :

ln[

()(1 )
]
()(2 )

2 1

( 1 )

....(18)

t1 = waktu (s)
t2 = waktu (s)

Persamaan ini dapat diaplikasikan dalam model sistem tanpa konsumsi oksigen
dimana C0i ()= C0i (OTR=0) sama baiknya dengan konsumsi oksigen pada fermentasi.

3. Metode Serapan Kimia


Metode ini berdasarkan reaksi kimia dari absorbsi gas (O2, CO2) dengan penambahan
bahan kimia pada fase cair (Na2SO3, KOH). Reaksi ini sering digunakan pada reaksi bagian
9
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

dimana konsentrasi bulk cairan dalam komponen gas = 0 dan absorpsi dapat mempertinggi
perpindahan kimia.

4. Metode Kimia OTR-C0i


Metode ini pada dasarnya sama dengan metode OTR-Cd. Namun, seperti diketahui
beberapa sulfit secara terus-menerus ditambahkan pada cairan selama kondisi reaksi tetap
dijaga pada daerah dimana nilai C0i dapat diketahui. C0i dapat diukur dari penambahan sulfit.
Juga reaksi konsumsi oksigen yang lain dapat digunakan.

5. Metode Sulfit
Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit. Mekanisme reaksi yang
terjadi :
Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0,5 O2 Na2SO4 + Na2SO3(sisa)
Reaksi saat analisa :
Na2SO3(sisa) + KI + KIO3 Na2SO4 + 2KIO2 + I2(sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI
Mol Na2SO3 mula-mula (a)
=

N Na2SO3

v reaktor

eq

Mol I2 excess (b)


=

N KI
eq

v KI

Mol Na2SO3 sisa (c)


1

=b- 2 (

N Na2SO3
eq

) v Na2S2O3

Mol O2 yang bereaksi (d)


1

= 2 ( )
O2 yang masuk reaktor (e)
=

d BM O2
t.60

Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)

KLa = 0,008

10
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

2.4 Kegunaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri


Berikut ini beberapa proses yang dasar dalam perancangan dan operasinya
menggunakan prinsip hidrodinamika reaktor :
1. Bubble Column Reactor
Contoh aplikasi bubble column reactor antara lain :
a. Absorbsi polutan dengan zat tertentu (misal CO2 dengan KOH)
b. Untuk bioreactor
2. Air-lift Reactor
Contoh aplikasi air-lift reactor antara lain :
a. Proses produksi laktase (enzim lignin analitik yang dapat mendegradasi lignin)
dengan mikroba
b. Proses produksi glukan (polisakarida yang tersusun dari monomer glukosa
dengan ikatan 1,3 yang digunakan sebagai bahan baku obat kanker dan tumor)
menggunakan mikroba
c. Water treatment pada pengolahan air minum
d. Pengolahan limbah biologis

2.5. Tahap Penentuan Koefisien Perpindahan Massa (KLa)


Reaksi yang terjadi saat proses

Reaksi yang terjadi saat analisa

a. Menentukan mol Na2SO3 mula mula


2 3

Mol Na2SO3 mula mula (a) =

b. Menentukan mol I2excess


Mol I2excess (b)=

c. Menentukan mol Na2SO3 sisa


1 2 3

Mol Na2SO3 sisa(c)= (


2

2 2 3 .52 )

d. Menentukan mol O2bereaksi


1

Mol O2bereaksi(d)= 2 ( )
11
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

e. Menentukan mol O2yang masuk kereaktor


O2 yang masuk kereaktor (e) =

2
. 60

f. Menentukan koefisien perpindahan massa (L/s)

Kla = 0,008

12
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakanan


3.1.1Bahan yang digunakan

Na2S2O3.5H2O 0,1 N

KI 0,1 N

Na2SO3 0,025 N

Larutan amylum

Zat Warna

Aquadest

3.1.2Alat yang digunakan

Buret, statif, klem

Beaker glass

Erlenmeyer

Gelas ukur

Pipet tetes

Kompresor

Sendok reagen

Gelas arloji

Rotameter

Inverted manometer

Sparger

Tangki cairan

Reaktor

Picnometer

13
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

3.2 Gambar Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Hidrodinamika Reaktor


Keterangan :
A. Kompresor
B. Sparger
C. Rotameter
D. Tangki Cairan
E. Pompa
F. Reaktor
G. Inverted manometer daerah riser
H. Inverted manometer daerah downcomer

3.3 Variabel Operasi


a. Variabel tetap

Tinggi cairan

: 91,5 cm

Konsentrasi Na2SO3.5H2O

: 0,1 N

Konsentrasi Na2SO3

: 0,025 N

Panjang lintasa

: 40 cm

b. Variabel berubah

Laju alir gas masuk

: 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s

14
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

3.4 Respon Uji Hasil


1. Tinggi riser dan downcomer

3. Densitas Cairan

2. Volume titran Na2S2O3.5H2O

4. Kecepatan sirkulasi

3.5Prosedur percobaan
1. Menentukan hold-up pada riser dan downcomer
a. Mengisi reaktor dengan air dan menghidupkan pompa, setelah reaktor terisi air
91,5 cm maka pompa dimatikan.
b. Menambahkan Na2SO3 0,025 N ke dalam reaktor, ditunggu 5 menit agar larutan
Na2SO3 larut dalam air.
c. Melihat ketinggian inverted manometer.
d. Hidupkan kompressor kemudian melihat ketinggian inverted manometer setelah
kompresor dihidupkan. Ambil sampel untuk titrasi dan menghitung densitasnya.
e. Menghitung besarnya hold up gas.
2. Menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair
a. Mengambil sampel sebanyak 10 ml.
b. Menambahkan KI sebanyak 5 ml ke dalam sampel.
c. Menitrasi dengan Na2SO3.5H2O 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari coklat
tua menjadi kuning jernih.
d. Menambahkan 3 tetes amilum.
e. Menitrasi sampel kembali dengan larutan Na2SO3.5H2O 0,1 N.
f. TAT didapat setelah warna putih keruh.
g. Mencatat kebutuhan titran.
h. Ulangi sampai volume titran tiap 5 menit konstan.
3. Menentukan kecepatan sirkulasi
a. Merangkai alat yang digunakan.
b. Mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3 0,01 N.
c. Menghidupkan kompresor.
d. Memasukkan zat warna pada reaktor downcomer.
e. Mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat warna tertentu
untuk mencapai lintasan yang telah digunakan.
f. Menghitung besarnya kecepatan sirkulasi.

15
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan


1. Hold Up Gas
Tabel 4.1 Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Hold Up Gas
Laju Alir Udara

Larutan

(m/s)

(g/ml)

total

0,984

1,31 103

2,62 103

1.84 103

0,986

2,62 103

2,62 103

2,62 103

0,991

6,54 103

3,93 103

5,48 103

2. Laju Sirkulasi
Tabel 4.2 Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Laju Sirkulasi
Laju Alir Udara (m/s)

Ulr (cm/s)

Uld (cm/s)

5,06

7,41

7,38

10,81

13,66

20

3. kLa Rata-Rata
Tabel 4.3 Pengaruh Laju Alir Udara terhadap kLa Rata-rata
Laju Alir Udara (m/s)

kLa rata-rata (L/s)

559,394

612,475

734,959

16
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

4. Perubahan kLa terhadap waktu


Tabel 4.4 Pengaruh waktu terhadap kLa
Laju Alir Udara (m/s)

Waktu (menit)

kLa (L/s)

1469,875

10

735

15

490

20

367,5

25

294

1469,875

10

735

15

490

20

367,5

1469,875

10

735

4.2. Pembahasan
4.2.1. Hubungan Laju Alir Udara dengan Hold Up Gas
Dalam percobaan, salah satu faktor penting yang berkaitan dengan laju perpindahan
massa gas-cair adalah hold up gas. Hold up gas merupakan rasio volum gas terhadap rasio
volum gas-cair dalam reaktor yang dipengaruhi oleh kecepatan gas dan pola aliran.
Gambar 4.1 menunjukkan hubungan antara laju alir udara dengan hold up gas di dalam
sistem. Dari Gambar tersebut diperoleh bahwa variabel dengan hold up gas yang paling besar
adalah laju alir udara 5 m/s sedangkan variabel dengan hold up gas yang paling rendah adalah
laju alir 3 m/s. Hal ini disebabkan karena kenaikan laju alir menyebabkan semakin banyaknya
fraksi volum yang terisi dengan gas pada waktu yang sama. Selain itu peningkatan laju alir
menyebabkan laju reaksi menjadi lebih besar sehingga jumlah produk yang terbentuk semakin
banyak. Peningkatan jumlah produk yang semakin banyak menyebabkan jumlah partikel
dalam volum tertentu semakin banyak sehingga rapat massa atau densitas larutan pun juga
semakin besar. peningkatan densitas menyebabkan banyak udara yang terjebak didalam
sistem sehingga fraksi volum gas menjadi lebih besar. fraksi volum gas yang semakin besar
17
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

menyebabkan peningkatan hold up gas. Hal ini sesuai dengan persamaan yang menyatakan
hubungan antara hold up gas dengan kecepatan aliran gas dan densitas larutan sebagai berikut

Dimana :

= hold up gas

= kecepatan aliran gas

= kecepatan aliran cairan

Dimana

= hold up gas

= densitas aliran gas


= densitas aliran cairan
= perbedaan tekanan (dalam ketinggian air)
(Christi dan Mooyoung, 1988)
0,007

0,006
Hold Up Gas

0,005
0,004
r

0,003

d
0,002

total

0,001

0
3

Laju Alir (m/s)

Gambar 4.1 Hubungan antara laju alir udara dengan hold up gas pada sistem
Pada persamaan, diperoleh bahwa hold up gas dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu densitas
larutan dan perubahan ketinggian inverted manometer pada raiser dan downcomer (hr dan
hd) yang bekerja bedasarkan perbedaan tinggia cairan pada reactor. Perbedaan tinggi
tersebut dihasilkan karena masuknya gas ke dalam cairan. Pada percobaan, peningkatan laju
alir gas menyebabkan densitas larutan menjadi lebih besar. hal ini disebabkan karena
18
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

peningkatan laju alir gas membuat laju reaksi menjadi lebih besar sehingga semakin banyak
produk yang terbentuk. Selain itu, peningkatan laju alir gas menyebabkan perbedaan
ketinggian inverted manometer semakin besar. Hal ini disebabkan karena peningkatan laju
alir gas membuat perbedaan tekanan hidrostatik didalam sistem menjadi lebih besar. Oleh
karena itu, semakin besar laju alir maka densitas dan perbedaan ketinggian inverted
manometer menjad lebih besar sehingga hold up gas dalam sistem tersebut menjadi lebih
besar (Widayat dan Kristinah, 2011).
Hold up gas pada raiser dan downcomer dipengaruhi oleh kecepatan kenaikan
gelembung. Sirkulasi juga mempengaruhi turbulensi, koefisien perpindahan massa dan panas
serta tenaga yang dihasilkan. Hold up gas pada raiser lebih besar dibandingkan hold up gas
pada downcomer. Hal ini disebabkan karena laju sirkulasi pada area raiser lebih besar
dibandingkan laju sirkulasi pada zona downcomer. semakin besar laju sirkulasi menyebabkan
peningkatan derajat turbulensi sehingga gas semakin mudah keluar reaktor dan hold up gas
menjadi lebih kecil (Chisti et al., 1995). Hal ini sesuai dengan persamaan sebagai berikut :

(Miyahara et al., 1986)


Pada percobaan, untuk laju alir udara 3 m/s hold up gas raiser lebih kecl dibandingkan
hold up gas downcomer hal ini disebabkan karena reaksi antara oksigen dalam udara dengan
natrium sulfat membentuk natrium sulfat. Keberadaan natrium sulfat menyebabkan ruang
antar molekul pada zona downcomer semakin rapat sehingga gas yang terkurung didalam
zona downcomer semakin banyak. Untuk laju alir udara 4 m/s, hold up gas pada zona raiser
dan downcomer cenderung sama hal ini disebabkan karena pada zona raiser terdapat sparger
yang berfungsi untuk tempat masuknya gas sehingga fraksi volume gas pada zona raiser
mengalami kenaikan. . Untuk laju alir udara 5 m/s, hold up gas pada zona raiser lebih besar
dibandingkan hold up gas pada zona downcomer. Hal ini disebabkan karena peningkatan laju
alir gas membuat perbedaan tekanan hidrostatik didalam raiser menjadi lebih besar. sehingga
menyebabkan perbedaan ketinggian inverted manometer semakin besar.
4.2.2. Hubungan Laju Alir Udara dengan Laju Sirkulasi
Dalam percobaan, laju sirkulasi mempengaruhi turbulensi, koefisien perpindahan massa
dan panas serta tenaga yang dihasilkan sehingga merupakan salah satu faktor yang penting.
19
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

Laju sirkulasi Sirkulasi cairan disebabkan oleh perbedaan bulk densitas fluida, riser dan
downcomer dan hold up gas.
25

Laju Sirkulasi (cm/s)

20
15
ULd

10

ULr

5
0
3

Laju Alir (m/s)

Gambar 4.2 Hubungan laju alir dengan laju sirkulasi


Gambar 4.2 menunjukkan hubungan antara laju alir dengan laju sirkulasi. Dari gambar
tersebut dapat bahwa variabel dengan laju sirkulasi yang paling besar adalah laju alir udara 5
m/s sedangkan variabel dengan laju sirkulasi yang paling rendah adalah laju alir 3 m/s. Hal ini
disebabkan karena peningkatan laju alir menyebabkan daya dorong yang diakibatkan oleh gas
semakin besar. Pada konsentrasi yang tetap, peningkatan daya dorong menyebabkan waktu
yang dibutuhkan untuk mensirkulasikan sejumlah massa yang sama dengan jarak yang sama
menjadi lebih sedikit sehingga laju sirkulasi dalam sistem menjadi lebih besar sehingga
dengan konsentrasi larutan yang tetap maka laju sirkulasi akan semakin cepat (Widayat dan
Kristinah, 2011). Hal ini sesuai dengan persamaan yang menyatakan hubungan antara laju
sirkulasi dengan waktu yang dibutuhkan sesuai berikut :
=

Dengan :

= laju sirkulasi downcomer

= laju sirkulasi raiser

= jarak lintasan

= waktu yang dibutuhkan


20

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

= luas downcomer

= luas raiser
(Blanke, 1979)

Pada percobaan, laju sirkulasi pada area downcomer lebih besar dibandingkan laju
sikulasi pada area raiser. Hal ini disebabkan karena luas area downcomer lebih kecil
dibangdingkan dengan luas area raiser yaitu 78,4 cm2dan 114,8 cm2. Luas area merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pada luas area yang besar menyebabkan laju
sirkulasi dalam area tersebut menjadi lebih kecil, sedangkan pada luas area yang kecil
menyebabkan laju sirkulasi dalam area tersebut menjadi lebih besar. Oleh karena itu, luas
permukaan downcomer yang lebih kecil menyebabkan laju sirkulasi dalam area downcomer
menjadi lebih besar.
4.2.3. Hubungan Laju Alir Udara dengan Koefisien Perpindahan Volumetrik Gas-Cair

Dalam percobaan, terdapat perpindahan massa antar fasa gas-cair terjadi karena
adanya beda konsentrasi antara kedua fasa. Perpindahan massa yang terjadi yaitu oksigen dari
fase gas ke fase cair. Kecepatan perpindahan massa ini dapat ditentukan dengan
koefisienperpindahan massa. Koefisien perpindahan masssa volumetric (kLa) adalah
kecepatan spesifik dari perpindahan massa (gas teradsobsi per unit waktu, per unit luas
kontak, per beda konsentrasi). Koefisien perpindahan massa tergantung pada dari laju alir
udara atau kecepatan superficial gas, viskositas, dan luas area riser dan downcomer. Oleh
karena itu, hubungan antara laju alir udara dengan koefisien perpindahan volumetrik (KLa)

dapat dinyatakan pada gambar 4.3 sebagai berikut :


800
700

KLa (L/s)

600
500
400
KLa

300
200
100
0
3

Laju Alir (m/s)

Gambar 4.3 Hubungan laju alir dengan koefisien perpindahan massa


21
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara laju alir dengan koefisien perpindahan
massa. Dari gambar tersebut dapat bahwa variabel dengan koefisien perpindahan massa
volumetrik yang paling besar adalah laju alir udara 5 m/s sedangkan variabel dengan koefisien
perndahan massa volumetrik yang paling rendah adalah laju alir 3 m/s. Pada percobaan,
koefisien perpindahan volumetrik (Kla) dianalisa dengan metode sulfit. Metode sulfit
merupakan salah satu metode untuk menganalisa koefisien perpindahan massa volumetrik
(Kla) dengan mereaksikan oksigen dalam udara dan natrium sulfit. Peningkatan laju alir udara
menyebabkan laju reaksi oksigen dengan natrium sulfat semakin besar. Reaksi antara oksigen
dengan natrium sulfat terjadi di film cairan. Sebelum terjadi proses reaksi antara udaradengan
natrium sulfat terdapat proses perpindahan massa volumetrik gas dan cairan. Dengan
konsentrasi cairan yang tetap, laju reaksi yang semakin besar menyebabkan keberadaan
konsentrasi udara di di film cairan semakin besar. Perbedaan konsentrasi gas di fase gas dan
fase cair yang besar menyebabkan kecenderungan udara untuk mengalami perpindahan massa
dari fase gas ke fase cair semakin besar. Selain itu, laju alir udara yang semakin besar maka
udara yang dapat dipindahkan ke dalam larutan akan semakin besar sehingga mengakibatkan
laju perpindahan oksigen semakin besar. Dengan demikian koefisien perpindahan massa
volumetrik (Kla) menjadi lebih besar (Widayat dan Kristinah, 2011). Hal ini sesuai dengan
persamaan empiris sebagai berikut :
Mol Na2SO3 mula mula (a) =

2 3

Mol I2excess (b)

Mol Na2SO3 sisa(c)

= 2(

Mol O2bereaksi(d)

= 2 ( )

1 2 3

22 3 .52 )

O2 yang masuk kereaktor (e) =


KLa

2
. 60

= 0,008
(Ground, 1982)

Pada percobaan, perhitungan kLa menggunakan metode sulfit yaitu dengan cara
mereaksikan natrium sulfit dengan oksigen yang ada dalam udara yang dinyatakan sebagai
berikut :

22
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

Natrium sulfit bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk natrium sulfat. Karena tidak
semua natrium sulfit bereaksi dengan oksigen maka terdapat terdapat natrium sulfit sisa.
Kemudian natrium sulfit sisa dianalisa dengan titrasi iodometri yang dinyatakan sebagai
berikut :

Natrium sulfit yang sisa direaksikan dengan KI yang berlebih membentuk natrium sulfat dan
iodida. Untuk mengetahui konsentrasi natrium sulfit sisa, maka konsentrasi iodida yang
terbentuk harus dianalisa terlebih dahulu. Iodida yang terbentuk dapat dianalisa dengan
mereaksikan iodida dengan natrium tiosulfat yang titik akhir titrasinya ditandai dengan
perubahan warna kuning menjadi kuning hampir hilang. Reaksi antara natrium tiosulfat
dengan iodida dinyatakan sebagai berikut :

(Ground, 1982)
4.2.4. Hubungan antara waktu terhadap Koefisien Perpindahan Volumetrik Gas-Cair

Dalam percobaan, terdapat perpindahan massa antar fasa gas-cair terjadi karena
adanya beda konsentrasi antara kedua fasa. Perpindahan massa yang terjadi yaitu oksigen dari
fase gas ke fase cair. Proses perpindahan massa mengalami perubahan kondisi dari steady
state menjadi steady state sehingga membutuhkan waktu tertentu untuk mencapai kondisi
steady state. Kecepatan perpindahan massa ini dapat ditentukan dengan koefisienperpindahan
massa.Oleh karena itu terdapat hubungan antara waktu dengan koefisien yang dinyatakan
Gambar 4.2 sebagai berikut:
1600
1400

KLa (L/s)

1200
1000
800

Laju Alir 3 m/s

600

Laju Alir 4 m/s

400

Laju Alir 5 m/s

200
0
0

10

15

20

25

t (menit)

Gambar 4.4 Pengaruh waktu terhadap koefisien perpindahan massa gas-cair

23
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

Gambar 4.4 menunjukkan hubungan antara waktu terhadapa koefisien perpindahan


massa gas-cair. Dari gambar tersebut diperoleh bahwa semakin lama waktu operasi maka
koefisien perpindahan massa gas semakin kecil. Hal ini disebabkan karena dengan konsentrasi
natrium sulfit yang tetap, semakin lama waktu operasi menyebabkan konsentrasi natrium
sulfit dalam larutan semakin kecil. Penurunan konsentrasi natrium sulfit menyebabkan
penurunan kebutuhan oksigen dalam reaksi sehingga keberadaan oksigen di fase film cairan
semakin kecil. Salah satu faktor yang mempengaruhi koefisien perpindahan massa adalah
perbedaan konsentrasi. Oleh karena itu, perbedaan konsentrasi yang semakin kecil
menyebabkan harga koefisien perpindahan massa volumetrik menjadi lebih kecil. Hal ini
sesuai dengan persamaan empiris sebagai berikut :
O2 yang masuk kereaktor (e) =
Kla

2 2
. 60
2
0,008

Pada percobaan, semakin lama waktu operasi maka oksigen yang masuk kereaktor menjadi
lebih kecil. Hal ini disebabkan karena jumlah oksigen yang bereaksi menjadi lebih kecil
seiring bertambahnya waktu. Penurunan jumlah oksigen yang masuk kereaktor menyebabkan
penurunan harga koefisien perpidahan massa. Oleh karena itu semakin bertambahnya waktu
maka harga koefisien perpindahan massa (kLa) menjadi lebih kecil.
Dengan waktu yang sama harga kLa semakin besar seiring dengan kenaikan laju alir udara
karena koefisien perpindahan massa merupakan fungsi dari fluks massa dan perbedaan
konsentrasi gas yang masuk dan gas yang keluar sesuai dengan persamaan empiris sebagai
berikut :
N = kL (C1 - C2)
Dengan :
N

= fluks massa

kLa

= Koefisien perpindahan massa

C1

= konsentrasi oksigen masuk

C2

= konsentrasi oksigen keluar


(Gronund, 1982)

Pada percobaan, dengan waktu yang sama harga kLa pada variabel yang berbeda cenderung
sama. Hal ini disebabkan karena pengaruh peningkatan laju alir udara menyebabkan
peningkatan laju reaksi antara natrium sulfit dengan oksigen didalam udara tidak signifikan.
Peningkatan laju alir udara yang tidak signifikan menyebabkan perbedaan perubahan
24
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

konsentrasi pada waktu yang sama untuk laju alir yang berbeda sangat kecil. Oleh karena itu,
pengaruh peningkatan laju alir udara terhadap koefisien perpindahan massa pada waktu yang
sama tidak terlalu signifikan untuk interval yang kecil.

25
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimplulan
1. Semakin besar laju alir udara maka jumlah hold up gas semakin besar.
2. Semakin besar laju alir udara maka laju sirkulasi dalam larutan semakin besar.
3. Semakin besar laju alir udara maka koefisien perpindahan massa volumetrik gas-cair
semakin besar
4. Semakin lama waktu operasi maka koefisien perpindahan massa gas-cair volumetrik
semakin kecil.

5.2 Saran
1. Pembuatan amylum harus sesuai dengan prosedur karena amylum menjadi
indikator dalam analisis titrasi.
2. Pengamatan inverted manometer harus benar-benar teliti.
3. Laju alir gas harus selalu diperhatikan agar tidak berubah-ubah selama proses
(dalam 1 variabel).
4. Titrasi harus dilakukan dengan teliti hingga mencapai warna yang diinginkan.
5. Kompresor harus dalam keadaan menyala selama proses berlangsung.

26
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

DAFTAR PUSTAKA

Blenke, H. 1979.Loop Reactor.Adv Biochem Eng 13:121-124


Chisti, Yusuf, Wenge, Fu, dan Moo-Young, Murray. 1995. Relationship Between Riser and
Downcomer Gas Hold Up In Internal-Lopp Airlift Reactors without Gas-Liquid
separators. Canada, J. Chem. Eng, 37, B7-B13.
Christi, M.Y. 1989. Air Lift Bioreaktor. El Sevier Applied Science : London
Christi, M.Y. and M. Mooyoung. 1988. Prediction of Liquid Circulation Velocity in Air-Lift
Reactor with Biological Media. J. Chem. Technol. Biotechnol
Christi, M.Y. and M. Mooyoung. 1988. Relationship Between Riser and Downcomer Gas
Hold Up in Internal Loop Air-Lift Reactor with Gas-Liquid Separators. Chem.Eng.
Coulson, J.M., dan Richardson, J.I. 1997. Chemical Engineering 3rd ed. Pergamon Press :
Oxfrod.
Ground, G.A, Schumple and W.D. Decker. 1982. Gas-Liquid Mass Transfer in Bubble
Column with Organic Liquids. Chemical Engineering Science page 3509 3516.
Pergamon Press Ltd.
Kristinah Haryani dan Widayat. 2011. Pengaruh Viskositas Dan Laju Alir Terhadap
Hidrodinamika Dan Perpindahan Massa Dalam Proses Produksi Asam Sitrat Dengan
Bioreaktor Air-Lift Dan Kapang Aspergilus Niger. Jurnal Reaktor, Vol 13Universitas
Diponegoro, Semarang.
T. Miyahara, M. Hamaguchi, Y. Sukeda and T. Takehashi. 1986. Size Of Bubbles and Liquid
Circulation In A Bubble Column with Draught Tube And Sieve Plate. Canada, J.
Chem. Eng., 64, 718-725.
Propovic, M.dan Robinson, C. W. 1988. xternal Circulation Loop Air Lift Bioreactors :
study of the liquid circulating velocity in highly viscous nonnewtonian liquids.
Biotechnol. Bioeng., 32, 301-312.
Williams, J.A., (2002), Keys To Bioreactor Selections, Chem. Eng. Prog., pp. 34-41.

27
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

A. Dimensi Reaktor
Tinggi Cairan

= 91,5 cm

Luas Area Riser (Ar)

= 8,2 cm x 14 cm
= 114,8 cm2

Luas Area Downcomer (Ad) = 5,6 cm x 14 cm


= 78,4 cm2

Volume Reaktor

= Luas alas total x tinggi cairan


= (114,8 cm + 78,4 cm) x 91,5 cm
= 17677,8 cm3
= 17,6778 dm3

B. Na2SO3.5H2O 0,1 N ( basis 500 ml )


Rumus :
=


1000
gr

0,1 248,15 mol 500


1000 2

= 6,2

C. Na2SO30,025 N ( basis Vreaktor )


Rumus :
=


1000
gr

0,025 126 mol 17677,8 2


1000

= 27,84

28
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

LEMBAR PERHITUNGAN

A. Hold Up Gas ()

= 23,316 gr

= 25 ml

= 91,5 -15

= 0,0012 gr / ml

= 76,5 cm

1. Variabel 1 ( Laju alir udara3 m/s)


+
=

47,916 23,316
25

= 0,984 gr/ml

0,984
0,1

0,984 0,0012 76,5

= 1,31 103

0,984
0,2

0,984 0,0012 76,5

= 2,62 103

+
+
= 1.84 103

29
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

2. Variabel 2 ( Laju alir udara4 m/s)


+
=

47,975 23,316
25

= 0,986 gr/ml

0,986
0,2

0,986 0,0012 76,5

= 2,62 103

0,986
0,2

0,986 0,0012 76,5

= 2,62 103

+
+
= 2,62 103

3. Variabel 3 ( Laju alir udara5 m/s)


+
=
2,62 103

48,08 23,316
25

= 0,991 gr/ml

0,991
0,5

0,991 0,0012 76,5


= 6,54 103
30

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

0,991
0,3

0,991 0,0012 76,5

= 3,93 103

+
+
= 5,48 103

B. Laju Sirkulasi
1. Variabel 1 ( Laju alir udara3 m/s)
=

40
5,4

= 7,41

78,4

114,8

= 5,06

= 7,41

2. Variabel 2 ( Laju alir udara4 m/s)


=

40
3,7

= 10,81

31
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

78,4

114,8

= 7,38

= 10,81

3. Variabel 3 ( Laju alir udara5 m/s)


=

40
2

= 20

78,4

114,8

= 13,66

= 20

C. Harga Kla
Reaksi yang terjadi saat proses

Reaksi yang terjadi saat analisa

Mol Na2SO3 mula mula (a) =

2 3

Mol I2excess (b)

Mol Na2SO3 sisa(c)

= 2(

Mol O2bereaksi(d)

= 2 ( )

1 2 3

O2 yang masuk kereaktor (e) =

22 3 .52 )

2
. 60

32
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

HIDRODINAMIKA REAKTOR

Kla

= 0,008

1. Variabel 1 ( Laju alir udara 3 m/s)


t
(menit)
0
5
10
15
20
25

V titran
(ml)
2,5
2,7
3,0
2,8
2,7
2,6

a
b
c
(mmol) (mmol) (mmol)
220,97
0,5
0,4844
220,97
0,5
0,4831
220,97
0,5
0,4813
220,97
0,5
0,4825
220,97
0,5
0,4831
220,97
0,5
0,4838
Kla rata-rata (L/s)

d
(mmol)
110,2428
110,2435
110,2443
110,2438
110,2435
110,2431

e
(mgr/s)
0
11,759
5,880
3,920
2,940
2,352

Kla
L/s
0
1469,875
735
490
367,5
294
559,394

d
(mmol)
110,2431
110,2435
110,2428
110,2425
110,2428

e
(mgr/s)
0
11,759
5,880
3,920
2,940

Kla
L/s
0
1469,875
735
490
367,5
612,475

d
(mmol)
110,2425
110,2425
110,2425

e
(mgr/s)
0
11,759
5,880

Kla
L/s
0
1469,875
735
734,959

2. Variabel 2 ( Laju alir udara 4 m/s)


t
(menit)
0
5
10
15
20

V titran
(ml)
2,6
2,7
2,5
2,4
2,5

a
b
c
(mmol) (mmol) (mmol)
220,97
0,5
0,4838
220,97
0,5
0,4831
220,97
0,5
0,4844
220,97
0,5
0,485
220,97
0,4844
Kla rata-rata (L/s)

3. Variabel 3 ( Laju alir udara 5 m/s)


t
(menit)
0
5
10

V titran
(ml)
2,4
2,4
2,4

a
b
c
(mmol) (mmol) (mmol)
220,97
0,5
0,485
220,97
0,5
0,485
220,97
0,5
0,485
Kla rata-rata (L/s)

33
LABORATORIUM PROSES KIMIA 2014

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :
HIDRODINAMIKA REAKTOR
Disusun oleh:
Atiqoh Sabrina Dewi

21030112140166

Bagus Muliajaya Lutfi

21030112120001

Rezza Taqwa Pradana

21030112110058

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan pengaruh laju alir udara terhadap hold up gas () .


2. Menentukan pengaruh laju alir udara cairan terhadap laju sirkulasi (VL).
3. Menentukan pengaruh laju alir udara cairan terhadap koefisien perpindahan massa
gas-cair (KLa).
4. Menentukan pengaruh waktu operasi terhadap koefisien perpindahan massa gas-cair
(KLa)

II. PERCOBAAN

2. 1. Bahan yang digunakan

Na2S2O3.5H2O 0,1 N

KI 0,1 N

Na2SO3 0,025 N

Larutan amylum

Zat Warna

Aquadest

2.2. Alat yang digunakan

Buret, statif, klem

Beaker glass

Erlenmeyer

Gelas ukur

Pipet tetes

Kompresor

Sendok reagen

Gelas arloji

Rotameter

Inverted manometer

Sparger

Tangki cairan

Reaktor

Picnometer

2.3. Variabel Operasi


a. Variabel tetap

Tinggi cairan

: 91,5 cm

Konsentrasi Na2SO3.5H2O

: 0,1 N

Konsentrasi Na2SO3

: 0,025 N

Panjang lintasa

: 40 cm

b. Variabel berubah

Laju alir gas masuk

: 3 m/s, 4 m/s, 5 m

2.4. Cara Kerja


1. Menentukan hold-up pada riser dan downcomer
a. Mengisi reaktor dengan air dan menghidupkan pompa, setelah reaktor
terisi air 91,5 cm maka pompa dimatikan.
b. Menambahkan Na2SO3 0,025 N ke dalam reaktor, ditunggu 5 menit
agar larutan Na2SO3 larut dalam air.
c. Melihat ketinggian inverted manometer.
d. Hidupkan

kompressor

kemudian

melihat

ketinggian

inverted

manometer setelah kompresor dihidupkan. Ambil sampel untuk titrasi


dan menghitung densitasnya.
e. Menghitung besarnya hold up gas.
2. Menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair
a. Mengambil sampel sebanyak 10 ml.
b. Menambahkan KI sebanyak 5 ml ke dalam sampel.
c. Menitrasi dengan Na2SO3.5H2O 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
dari coklat tua menjadi kuning jernih.
d. Menambahkan 3 tetes amilum.
e. Menitrasi sampel kembali dengan larutan Na2SO3.5H2O 0,1 N.
f. TAT didapat setelah warna putih keruh.
g. Mencatat kebutuhan titran.
h. Ulangi sampai volume titran tiap 5 menit konstan.

3. Menentukan kecepatan sirkulasi


a. Merangkai alat yang digunakan.
b. Mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3 0,01 N.
c. Menghidupkan kompresor.
d. Memasukkan zat warna pada reaktor downcomer.
e. Mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat
warna tertentu untuk mencapai lintasan yang telah digunakan.
f. Menghitung besarnya kecepatan sirkulasi.

2.4. Hasil Percobaan


Tinggi Cairan

= 91,5 cm

Luas Area Riser (Ar)

= 8,2 cm x 14 cm
= 114,8 cm2

Luas Area Downcomer (Ad) = 5,6 cm x 14 cm


= 78,4 cm2

Volume Reaktor

= Luas alas total x tinggi cairan


= (114,8 cm + 78,4 cm) x 91,5 cm
= 17677,8 cm3
= 17,6778 dm3

BM Na2 SO3

= 128 gr/mol

BM Na2 S2 O3 . 5H2 O

= 248,15 gr/mol

A. Na2SO3.5H2O 0,1 N ( basis 500 ml )


Rumus :
=


1000
gr

0,1 248,15 mol 500

= 6,2

1000 2

B. Na2SO30,025 N ( basis Vreaktor )


Rumus :
=


1000
gr

0,025 126 mol 17677,8 2


1000

= 27,84

Volume Titran
1. Laju Alir 3 m/s
t (menit) V titran (ml)
0
2,5
5
2,7
10
3,0
15
2,8
20
2,7
25
2,6
tc = 5,4 s
2. Laju Alir 4 m/s
t (menit) V titran (ml)
0
2,6
5
2,7
10
2,5
15
2,4
20
2,5
tc = 3,7 s
3. Laju Alir 5 m/s
t (menit) V titran (ml)
0
2,4
5
2,4
10
2,4
tc = 2 s

Semarang, 16 April 2014


Praktikan

Atiqoh Sabrina D, Bagus M L, Rezza T P

Asisten Pembimbing

Luthfi Kurnia Dewi

LEMBAR ASISTENSI

Diperiksa
No.

Tanggal

12 Juni 2014

Keterangan
Perbaiki cover, daftar pustaka BAB I,
BAB III, BAB IV

12 Juni 2014

ACC

Tanda Tangan

Você também pode gostar