Você está na página 1de 17

Tugas Mata Kuliah Wacana

Analisis Kritis Wacana Suara Merdeka dan Kompas


Edisi Selasa, 8 Juni 2016

Disusun Oleh:
Nuzul Amalia Palupi

(13201244014)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kridalaksana (2008: 259) juga mengemukakan bahwa wacana adalah
satuan bahasa terlengkap, tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal.
Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, parageaf, kalimat,
atau kata yang membawa amanat yang utuh. Purwo (1993) mengemukakan
bahwa wacana sebagai peristiwa wicara, yaitu apa yang terjadi antara
pembicara dengan fenomena. Kridalaksana (2008: 259) secara pragmatik
mengemukakan bahwa wacana adalah seluruh peristiwa bahasa yang
membawa ujaran dari pembicara sampai ke pendengar, termasuk ujaran dan
konteksnya.
Wacana dibedakan menjadi dua macam yaitu wacana lisan dan wacana
tulis. Wacana lisan adalah perwujudan satuan bahasa baik berupa kata, frasa,
klausa, dan kalimat yang dilisankan. Sedangkan untuk wacana tulis hampir
sama dengan wacana lisan tetapi wacana tulis ini lebih dominan akan kaidahkaidah dalam tata tulis, seperti ejaan, kohesi, bahkan koherensi. Wujud
wacana tulis tentunya berupa tulisan seperti yang tercetak dalam sebuah buku,
koran, majalah, dan lain sebagainya. Sebuah wacana memiliki cakupan yang
sangat luas yaitu telah melingkupi adanya kata, frasa, klausa, kalimat, dan
paragraf.
Analisis wacana pada umumnya menarget language use atau bahasa yang
digunakan sehari-hari, baik yang berupa teks lisan maupun tertulis, sebagai
objek kajian atau penelitiannya. Jadi, objek kajian atau penelitian analisis
wacana adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan
dan konteks, bisa berupa naskah pidato, rekaman percakapan yang telah
dinaskahkan, percakapan langsung, dan sebagainya yang tidak artifisial dan
memang eksis dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam makalah ini menganalisis wacana berita dari media surat kabar
Kompas dan Suara Merdeka mengenai Rantai Pasokan Pangan berita
menggunakan analisis kritis Fairloughg.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis wacana kritis wacana berita Suara Merdeka dan
Kompas menggunakan pendekatan karakteristik Fairclouhg?
2. Bagaimana analisis wacana kritis wacana berita Suara Merdeka dan
Kompas menggunakan pendekatan yang memfokuskan representasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui hasil analisis wacana kritis wacana berita Suara Merdeka
dan Kompas menggunakan pendekatan karakteristik Fairclouhg.
2. Mengetahui hasil analisis wacana kritis wacana berita Suara Meredeka
dan Kompas menggunakan pendekatan yang memfokuskan
representasi.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Analisis Wacana Kritis


1. Pengertian Analisis Wacana Kritis
Jorgensen dan Philips (2007: 114) menjelaskan analisis wacana
kritis (sering disebut AWK) menyediakanteori dan metode yang bisa
digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubunganhubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam
dominan-dominan sosial yang berbeda. Ciri-ciri umum di dalam
analisis wacana kritis menurut Fairclough dan Wodak (via Jorgensen
dan Philips, 2007: 115) yaitu:
a. Sifat struktur dan proses kuktural dan sosial merupakan sebagian
linguistik-kewacanaan
b. Wacana itu tersususn dan bersifat konstitutif
c. Penggunaan bahasa hendaknya dianalisis secara empiris dalam
konteks sosialnya
d. Fungsi wacana secara ideologis
e. Penelitian kritis
Analisis wacana kritis menggunakan pendekatan kritis yang
digunakan untuk menganalisis bahasa namun tidak hanya dari segi
kebahasaan, namun juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks
yang dimaksud adalah untuk tujuan dan praktik tertentu. Fairlough
mengemukakan bahwa wacana merupakan sebuah praktik sosial.
Untuk memperoleh pemahaman teks utuh, analisismya harus
diletakkan dalam sebuah konteks sosial kultural dan latar belakang
aktor pembuat teks.
2. Analisis wacana kritis Fairclough
Jorgensen dan Philips (2007: 122) menyebutkan bahwa
pendekatan Fairclogh intinya menyatakan wacana merupakan bentuk
penting praktik sosial yang mereproduksi dan mngubah pengetahuan,
identitas dan hubungan sosial yang mencakup hubungan kekuasaan
dan sekaligus dibentuk oleh struktur dan praktik sosial yang lain
Analisis wacana kritis melihat wacana (pemakaian bahasa dalam
tuturan dan tulisan) sebagai bentuk dari praktik sosial (Fairclough dan

Wadok via Eryanto, 2001: 7). Karakteristik penting dari analisis


wacana kritis dari tulisan Teun A. Van Djik, Fairclough, dan Wadok
(Eriyanto, 2001: 8):
a. Tindakan
Tindakan (action) dalam wacana mengasosiasikan wacana
sebagai bentuk intteraksi. Seseorang berbicara, menulis, dan
menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan
orang lain. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah
untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, dan lain-lain. Wacana
juga dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar,
terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali.
b. Konteks
Konteks dari wacana yaitu seperti latar, situasi, peristiwa, dan
kondisi. Jadi, wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan
dianalisis pada suatu konteks tertentu.
c. Historis
Wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat
dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu
aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan
wacana tersebut dalam konteks historis tertentu.
d. Kekuasaan
Wacana juga dianalisis dengan mempertimbangkan elemen
kekuasaan di dalamnya. Artinya, di setiap wacana biasanya muncul
dalam teks, percakapan, atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu
yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan
kekuasaan. Misalnya dominasi laki-laki terhadap perempuan.
e. Ideologi
Teks atau percakapan biasanya adalah bentuk dari praktik
ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu.
3. Pendekatan Analisis Wacana yang Menfokuskan pada Representasi
Istilah representasi mengacu pada bagaimana seseorang , kelompok, atau
gagasan atau endapa tertentu ditampilkan sebagaimana mestinya.
a. Bahasa

Seseorang ditampilkan baik ketika dengan ditampilkan dengan baik


maupun tidak baik pertama-tama menggunakan bahasa. Bahasa yang
digunakan oleh media dapat menciptakan realitas tertentu kepad
khayalak. Kata-kata yang ddigunakan dapat membatasi sesorang
melihat perspektif lain, menyediakan aspek tertentu dari suatu
peristiwa dan mengarahkannya untuk memahami suatu peristiwa.
b. Misrepresentasi
Misrepresentasi yaitu ketidakbenaran penggambaran, kesalahan
penggambaran. Seseorang, suatu kelompok, suatu pendapat, sebuah
gagasan tidak ditampilka sebagaimana mestinya. Tetapi digambarkan
secara buruk.
c. Pemarginalan
Praktik pemarginalan mengimplikasikan adanya pembagian antara
pihak kita di satu sisi dan pihak mereka di sisi lain yang berakibat
padda penggambaran yang buruk kepada pihak atau kelompok lain.
Ada 4 stratergi wacana pemarginalan, yaitu eufimisme (penghalusan
makna), disfemisme, labelisasi, dan stereotip (menunjuk sifat negatif).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Wacana Kritis Fairlough
Dilihat dari aspek kebahasaan berita dari Suara Merdeka yang berjudul
Rantai Suplai Terlalu Panjang menandai representasi tema yang terlibat
dalam pemberitaan tersebut. Pemilihan narasumber pada kutipan langsung
dari Suara Merdeka lebih dominan menyuarakan pendapat yang menuding
kesalahan rantai suplai pangan terletak pada distributor dan pedagang.
Dibawah ini adalah analisis dari aspek kebahasaan tersebut.

Menurut Syarkawi, KPPU menjumpai praktik-praktik kecurangan


yang dilakukan oleh para pedagang yang membuat harga
beberapa komoditas naik tidak wajar.
Contohnya harga ayam hidup dipertenak masih sekitar Rp 15
ribu per kilogram. Tapi dipasar sudah Rp 35 ribu, bahkan Rp 40
ribu perkilogram. Ini mengindikasikan ada persoalan ditengah
peternak dan end user yakni di distributor. Idealnya paling mahal
Rp 28.000 dipasar kata Syarkawi.
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action) yang mana tidak
hanya memberikan informasi yang memiliki tujuan. Berita dari Suara
Merdeka yang berjudul Rantai Suplai Terlalu Panjang dan berita Kompas
yang berjudul Rantai Pasok Pangan Diselidiki sama-sama memiliki tujuan
untuk menyudutkan distributor dan pedagang. Akan tetapi, dalam berita
Kompas terlihat lebih menyudutkan daripada berita pada Suara Merdeka.
Konteks yang berhubungan dengan kedua berita tersebut jika dilihat
dari latar, situasi, peristiwa, dan kondisi saat ini yaitu sedang maraknya
kenaikan harga komoditas pangan di Indonesia atau dengan kata lain,
terdapat anomali dalam perdangan komoditas pangan di Indonesia yang
berdampak perekonomian masyarakat Indonesia yang semakin sulit.
Suatu wacana tidak dapat dimengerti tanpa konteks yang
menyertainya. Sebuah wacana selalu sambung menyambung dengan
wacana yang lain. Berita Kompas dan Suara Merdeka ini merupakan
perkembangan dari berita-berita sebelumnya. Berita tersebut adalah berita
ernyataan Presiden terkait pengendalian harga dan pasokan.
B. Analisis Wacana Kritis Pendekatan yang Memfokuskan pada Representasi
1. Analisis Judul
Judul Wacana Berita
Suara Merdeka
: Rantai Suplai Terlalu Panjang
Kompas
: Rantai Pasok Pangan Diselidiki
Berdasarkan judul dalam kedua berita tersebut, jika ditinjau dari
KBBI, kata diseliki berarti memeriksa dengan teliti, menelaah, mematamatai; meluluk:mengintai, menggeledah. Judul berita pada Kompas
cenderung telah berkata apabila terdapat kesalahan dalam pendistribusian
pasokan pangan ke masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan makna dari

kata diselidiki yang seakan-akan dimaknai sebagai kesengajaan


pemerintah turun tangan untuk menyelidiki kasus tersebut. Namun pada
judul berita Suara Merdeka, makna kata Terlalu Panjang lebih
menekankan pada birokrasi pemerintah yang seakan membiarkan
pendistribusian pangan berlangsung secara berbeli-belit.
Berdasarkan judul dalam kedua berita tersebut, pemarjinalan aktor
lebih terlihat pada berita Suara Merdeka daripada Kompas. Hal tersebut
juga diperjelas melalui sub judul. Sub judul dalam Suara Merdeka
berbunyi (Rantai Suplai Terlalu Panjang) Pemicu Kenaikan Harga
Pangan, sedangkan sub judul Kompas berbunyi Kenaikan Harga Dinilai
Anomali. Pemaginalan aktor dalam hal ini adalah distributor atau
pedagang, hal tersebut terlihat dari adanya kata anomali yang berarti
ketidaknormalan, penyimpangan dari normal, kelainan. Sub judul tersebut
bermaksud untuk mengatakan bahwa terdapat ketidaknormalan atau
penyimpangan dalam rantai pangan yang terdapat di Indonesia yang harus
segera diselidiki. Sedangkan pada Suara Merdeka jelas-jelas dikatan
apabila rantai pangan di Indonesia terlalu panjang dan itu memicu
kenaikan harga pangan.
2. Analisis Isi
Pada isi berita Suara Merdeka, ada pemarginalan yang menunjuk
pada distributor atau pedagang yang ditandai pada kalimat berikut.
Menurut Syarkawi, KPPU menjumpai praktik-praktik kecurangan
yang dilakukan oleh para pedagang yang membuat harga
beberapa komoditas naik tidak wajar.
Contohnya harga ayam hidup dipertenak masih sekitar Rp 15 ribu
per kilogram. Tapi dipasar sudah Rp 35 ribu, bahkan Rp 40 ribu
perkilogram. Ini mengindikasikan ada persoalan ditengah
peternak dan end user yakni di distributor. Idealnya paling mahal
Rp 28.000 dipasar kata Syarkawi.

Hal yang sama menurut dia terjadi untuk minyak goreng.


Pihaknya mendapati produsen minyak goreng yang justru
menurunkan harga minyak sekitar 5,5 persen
Berdasarkan kata yang dicetak tebal di atas, tuduhan terhadap distributor
dan pedagang terlihat dengan jelas. Jika dalam judul dan subjudul tuduhan
terhadap distributor maupun pedagang tidak terlalu terlihat, dalam isi
berita justru sangat terlihat ditandai dengan penggunaan kata-kata tertentu.
Selain itu terdapat penjelasan yang berulang mengenai dugaan yang
menyeret distributor dan pedagang dalam kasus tersebut. Namun dalam
wacana isi berita Suara Merdeka ini cukup seimbang. Meskipun isi judul
dan isi berita memfokuskan pada distributor dan pedagang yang dinilai
nakal, namun Suara Merdeka juga memaparkan hal apa yang menjadi
penyebabnya dan memberikan saran kepada pemerintah sebagai koreksi
atas aturan yang dikeluarkan pemerintah terkait pembatasan
pendistribusian. Isi dalam wacana berita tidak semata-mata menjustifikasi
dugaan keterkaitan distributor dan pedagang namun juga memberitakan
saran untuk regeluasi pemerintah yang lebih baik. Kalimat penyeimbang
dalam wacana berita Suara Merdeka adalah sebagai berikut.
Namun, dipasar harganya justru mengalami kenaikan. Mengenai
impor daging sapi, KPPu menyarankan pemerintah menghapus
system kuota impor sapi dan menggantinya dengan skema
pengenaan tarif. Cara tersebut diharapkan mampu maningkatkan
pasokan daging sapi untuk masyarakat dan menghindari terjadinya
tindakan kartel yang pada 2015 terbukti dilakukan sebanyak 32
perusahaan penggemukan sapi feedloter.
Dalam wacana berita Kompas pemarginalan dapat ditemukan pada
beberapa kalimat dibawah ini.
Meski sudah dipasok berlebih, harga tetap naik juga. Ini terjadi
anomali pasar. Presiden telah meminta Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia untuk menyelidiki rantai pasok, ujarnya.

Secara terpisah, Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional


Soetrisno Bchir menyebutkan, pemerintah harus mengurangi mata
rantai distribusi pangan. Hal ini berlaku pada komoditas daging
sapi yang rantai distribusinya terlalu panjang.
Berdasarkan kalimat-kalimat di atas, isi berita yang disampaikan
pada koran Kompas cenderung memojokkan sistem birokrasi
pendistribusian pangan di Indonesia. Kedua surat kabar, baik Kompas
maupun Suara Merdeka memiliki pemelihan kata yang dalam
beritanyapun frontal dan menunjukan bahwa kedua surat kabar tersebut
ingin menggiring opini publik pada kesimpulan bahwa kesalahan rantai
pangan di Indonesia dalam kondisi yang buruk saat ini dan tidak dapat
ditolerir. Munculnya anomali kenaikan harga pangan seolah-olah
digunakan oleh Suara Merdeka untuk menunjukkan bahwa birokrasi
penyaluran pangan di Indonesia sudah tidak bersih.
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan
Analisis Wacana Kritis Fairlough dari Suara Merdeka yang berjudul
Rantai Suplai Terlalu Panjang dan berita Kompas yang berjudul Rantai
Pasok Pangan Diselidiki sama-sama memiliki tujuan untuk menyudutkan
birokrasi penyaluran pangan di Indonesia. Akan tetapi, dalam berita Suara

Merdeka terlihat lebih menyudutkan daripada berita pada Kompas.


Analisis Wacana Kritis Pendekatan yang Memfokuskan pada Representasi
o Analisis judul
Berdasarkan judul dalam kedua berita, pemarjinalan aktor lebih
terlihat pada berita Suara Merdeka daripada Kompas. Hal tersebut
juga diperjelas melalui sub judul. Sub judul dalam Suara Merdeka
berbunyi Rantai Suplai Terlalu Panjang Pemicu Kenaikan Harga
Pangan, sedangkan sub judul Kompas berbunyi Kenaikan Harga
Dinilai sebagai anomali.

o Analisis Isi
Isi berita kedua surat kabar ini cukup seimbang. Meskipun isi
judul dan isi berita memfokuskan pada birokrasi penyaluran
pangan, namun Suara Merdeka juga memaparkan hal apa yang
yang harus dilakukan pemerntah untuk menanggulanginya.
Sedangkan koran Kompas cenderung memojokkan sistem birokrasi
penyaluran pangan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada
Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Jorgensen, Marianne W. Dan Louise J. Phillips. 2007. Analisis Wacana Teori dan
Metode (Editor Abdul Syukur Ibrahim). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LkiS.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Suara Merdeka. 2016. Rantai Suplai Terlalu Panjang. (Artikel). Jakarta: Republika
Kompas. 2016. Rantai Pasok Pangan Diselidiki. (Artikel). Jakarta: Kompas

LAMPIRAN
Berita terkait Pasokan Pangan yang Bermasalah

Rantai Distribusi Pangan Bermasalah


Selasa, 07 Jun 2016 06:38 WIB

MedanBisnis - Jakarta. Harga bahan pangan selalu naik selama puasa


dan Lebaran. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai ada
masalah di rantai distribusi. "Persoalannya itu di tingkat tengah, di
distribusinya. Ke depan, ini yang menjadi pekerjaan berat pemerintah,"
ujar Ketua KPPU Syarkawi Rauf di Istana Negara, Senin (6/6).
Dia mencontohkan, di Jambi KPPU menemukan harga daging ayam naik
di tingkat pedagang. Padahal, permintaan tidak bertambah dan harga di
peternak juga tak naik.
Contoh lain, harga bawang merah di Nganjuk, Jawa Timur, naik. Padahal,
pasokan bawang merah banyak karena sedang panen. "Di Nganjuk,
bawang merah sedang panen. Tapi di pasar malah ada kenaikan. Ini yang
rantai distribusinya bermasalah," tutur Syarkawi.
Syarkawi juga mengemukakan persoalan daging sapi yang tinggi hingga
di atas Rp 100.000/kg. Pemerintah pun bergerak untuk menekan harga
dengan mengimpor daging sapi beku yang dibanderol antara Rp 70.000Rp 90.000/kg.
Lantas, kenapa daging sapi di Indonesia kerap bermasalah? Menurutnya,
ada dua faktor yang memicu masalah daging sapi.
Pertama, data konsumsi daging sapi antar-kementerian berbeda.
Syarkawi mengatakan data konsumsi daging di Kementerian Koordinator
Perekonomian 2,61 kilogram (kg) per kapita per tahun.
Namun, di Kementerian Pertanian menyebutkan konsumsinya hanya 1,75
kg per kapita per tahun."Data ini kan implikasinya pada data kebutuhan
daging sapi nasional. Kalau di situ saja ada perbedaan, menentukan kuota
bagaimana dasarnya," ujarnya.
Kedua, rantai distribusi daging sapi yang cukup panjang. "Selama ini kan,
sapi masuk ke feedloter, lalu ke RPH (Rumah Potong Hewan), ke ritel,

baru masuk ke end user. Ternyata, dari feedloter ke RPH itu ada
perantaranya, dan dari RPH ke ritel juga ada perantaranya," tutur
Syarkawi.
Dia mengatakan, KPPU telah memberikan sanksi berupa hukuman denda
terhadap 32 perusahaan penggemukan sapi (feedloter)."Kami di KPPU,
untuk daging sapi itu, kami sudah berikan hukuman kepada 32 feedloter
dengan denda totalnya Rp107 miliar," katanya.
Dia menegaskan, KPPU memperketat pengawasan terhadap persaingan
usaha terutama di bidang pangan menjelang hari-hari besar.
Menurut dia, data yang tidak sesuai dan simpang siur antar-pemangku
kepentingan menyebabkan persoalan ketersediaan dan pasokan daging
akan tetap bermasalah. "Kalau dasar penentuan kuota masih simpang siur
pasti besaran akan sama juga," katanya.
Syarkawi menambahkan, permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
agar harga daging di bawah Rp 80.000/kg seharusnya bisa tercapai. Satu
upayanya adalah dengan membuat kapal ternak untuk mengangkut sapi
dari NTT dan NTB ke Jakarta.
Sementara daging sapi impor beku asal Australia di DKI Jakarta diketahui
dijual Rp 70.000-Rp90.000 per kg. Sebaliknya, harga sapi lokal dijual Rp
120.000-Rp 125.000 per kg. "Sapi lokal kita jual Rp 120.000-Rp 125.000
per kg," kata Andi, pedagang daging di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur.
Daging lokal ini merupakan sapi-sapi asal Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dari daging lokal yang dijual, pedagang mengambil untung antara Rp
10.000-15.000 per kg.
"Modal kita antara Rp 110.000-Rp 115.000," sebutnya.
Andi menambahkan, dirinya tak bisa menurunkan harga di bawah Rp
100.000 per kg seperti permintaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
karena harga dari rumah potong atau distributor sudah tinggi atau Rp
110.000 per kg. "Pemda DKI suruh jualnya Rp 95.000 sampai Rp 99.000
tapi modalnya sendiri Rp 110.000 jadi nggak ada untung, maka nggak bisa
dibuat harga segitu (di bawah Rp 100.000 per kg)," sebutnya.
Namun, Andi bisa saja menjual rendah namun dipastikan tak begitu
disukai konsumen karena daging masih bercampur dengan lemak. "Kalau
sapi lokal habis dipotong itu modalnya Rp 95 ribu - Rp 99 ribu. Sementara
masyarakat lebih sukanya daging bersih tinggal masak. Kalau masih ada
lemaknya nggak mau. Karena ada pembersihan, kita tambah modal Rp 10
ribu jadi 110 ribu (beli dari distributor)," sebutnya. (dtf/ant)

Kemendag Harus Pangkas Rantai


Distribusi Pangan
Ilustrasi Beras (Antara)

Rabu, 24 Februari 2016 | 06:15

Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus memperbaiki tata


niaga produk hasil pertanian di dalam negeri dengan memangkas rantai
distribusi dari petani ke pasar. Dengan demikian, kebijakan harga di
tingkat petani tidak berdampak atau mengganggu terhadap harga di
pasar. Untuk setiap barang komoditas yang masuk ke pasar, Kemendag
seharusnya turun tangan.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron mengatakan, pemangkasan
jalur distribusi atau memperpendek mata rantai dari petani ke pasar
bertujuan agar harga pembelian pemerintah (HPP) produk pertanian yang
tinggi itu tidak dinikmati pedagang melainkan petani. Untuk setiap barang
komoditas yang masuk ke pasar, Mendag seharusnya turun tangan.
Jangan cuma hanya melihat kertas, melihat berita, langsung
keputusannya impor. Mendag harus melihat, di tingkat petani berapa,
tingkat pasar berapa. Baru, memperbaiki mata rantai dan tata niaga agar
lebih pendek sehingga bisa menstabilkan harga di tingkat pasar," kata
Herman usai pembukaan Kongres Asosiasi Perbenihan Indonesia
(Asbenindo) 2016 di Jakarta, Selasa (23/2).
Dia menuturkan, penaikan HPP beras misalnya, sangat dibutuhkan karena
biaya input produksi yang ditanggung petani juga naik. Selain itu,
pemerintah telah menunjuk Perum Bulog untuk memperkuat perannya
dalam menjaga kestabilan beras di dalam negeri. Jika HPP tidak
dinaikkan, sementara harga di pasar naik, Bulog akan kesulitan
melakukan pembelian gabah dari petani. Pemerintah seharusnya memiliki
instrumen untuk mengukur daya beli masyarakat. Jika naik, harus ada
peningkatan harga di produsen atau petani. Kalau harga komponen lain
tidak naik, masa harga kebutuhan pangan sehari-hari tidak naik. Saya
mendukung HPP dinaikkan. Menaikkan HPP tidak akan mengintervensi
harga di pasar, ini harus dilakukan. Dan ini bukan tanggung jawab Menteri
Pertanian tapi Menteri Perdagangan," kata Herman
Herman menambahkan, meski penentuan HPP dengan Inpres, namun hal
itu harus melalui diskusi dengan berbagai pihak. Apabila Menteri
Pertanian ingin menaikkan HPP karena sejalan dengan kenaikan input

produksi, tapi apabila Menteri Perdagangan ingin agar HPP tidak naik dulu
karena risiko pasar, hal itu tentu sangat sulit. Karena itu, tugas Kemendag
adalah agar harga naik di petani tidak berimplikasi ke pasar yaitu dengan
memangkas rantai distribusi," kata Herman.
Pemerintah menetapkan,HPP gabah dan beras tahun ini tidak berubah,
yakni masih mengacu Inpres No 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan
Pengadaan Gabah/Beras oleh Pemerintah. Dalam peraturan itu
ditetapkan, HPP gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 3.750 per
kilogram (kg), HPP GKG sebesar Rp 4.600 per kg, dan HPP beras senilai
Rp 7.300 per kg.

Rantai Pasokan yang Panjang Bikin


Harga Pangan Naik
Oleh Ilyas Istianur Praditya
pada 26 Jan 2016, 18:51 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan RI Thomas Lembong


mengakui bahwa tengah terjadi kenaikan harga pangan di pasaran.
Kenaikan harga beberapa komoditas pangan tersebut menjadi pekerjaan
rumah dan tantangan yang harus segera diselesaikan.
Diceritakannya, keluhan mengenai lonjakan harga pangan ini bukan
berasal dari masyarakat saja, melainkan dari jajaran menteri dalam
Kabinet Kerja, seperti salah satunya Menteri Politik Hukum dan
Keamanan.
"Bahan saya bisa berbagi bahwa tim Polhukam ikut prihatin tingkat harga
pangan, tentunya akan berdampak pada sosial dan keamanan cukup
besar dari perkembangan harga pangan," cerita Lembong di Hotel
Borobudur, Jakarta, Selasa (26/1/2016).
Tingginya harga pangan itu diidentifikasi awal oleh Lembong karena rantai
pasokan pangan di Indonesia saat ini yang terlalu panjang. Kerumitan
rantai pasokan ini ditegaskannya sudah terjadi sejak 10 tahun lalu.

Untuk itu target dalam jangka waktu dekat baginya bagaimana


menyederhanakan rantai pasokan bahan pangan tersebut sehingga
mengurangi biaya logsitik dan otomatis akan mengurangi harga bahan
pangan itu sendiri. Untuk itu dirinya meminta masyarakat bersabar dan
prihatin.

"Kalau soal rantai pasok yang panjang memang tentunya menjadi


keprihatinan saya. Tapi tantangan itu sudah ada sejak 10 tahun lalu,
alhasil sementara harga pangan baru melonjak mendadak di 2015 dan
awal 2016, ini harus menjadi perhatian kita semua," terang dia.
Untuk diketahui, harga daging sapi masih belum melandai di awal pekan
terakhir Januari 2016 ini. Harga daging sapi masih berada di kisaran Rp
120 ribu per kilogram (kg) di pasar tradisional.
Antono (41), salah seorang pedagang saging sapi di Pasar Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan, mengatakan, harga daging sapi terpantau tinggi
dalam beberapa pekan terakhir. Dia menghitung, harga daging sapi mulai
menanjak naik menjelang hari raya Natal 2015 dan tahun baru 2016
kemarin.
"Kami jual kemarin di Rp 110 ribu per kg. Sekarang tidak bisa. Sekarang
dari pemotongan saja sudah Rp 99 ribu per kg, sebelum kenaikan harga
standar Rp 84 ribu per kg. Kemarin terakhir Rp 91 ribu per kg," ujarnya
saat berbincang dengan Liputan6.com.
Ia melanjutkan, kenaikan harga daging sapi terjadi karena minimnya
pasokan dari pemotongan. Dia menuturkan, karena berkurangnya
pasokan di pemotongan sedangkan permintaan tetap tinggi maka
membuah garga melonjak.

Berdasarkan informasi yang Antono terima, di pemotongan hewan


memang sedang kekurangan pasokan dari feedloter. Alhasil, terdapat
beberapa pemotongan yang memutuskan untuk berhenti operasi. "Untuk
sementara jagal tutup, cari jagal lain. Biasanya motong buat sama-sama,"
paparnya. (Yas/Gdn)

Você também pode gostar