Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Topik Kasus :
Keberagaman dan persepsi sosial di lingkungan kerja yang
menimbulkan diskriminasi terhadap kelompok LGBT.
2. Rumusan Masalah
2.1. Apakah diskriminasi tidak langsung terhadap Kelompok LGBT dapat
mempengaruhi kinerja Lisa di perusahaan?
2.2. Apakah Lisa harus mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya
bahwa dia merupakan kelompok LGBT? Apa kemungkinan yang terjadi
setelah itu?
2.3. Bagaimana sebuah organisasi menangani masalah Diversity
agar tidak terjadi diskriminasi terhadap kelompok tertentu,
dalam hal ini kelompok LGBT.
3. Pembahasan :
Jika dikaitkan dengan teori Diversity (chapter 4, hal 97) yang digagas oleh
Lee Gardenswartz dan Anita Rowe, terdapat 4 layer diversity yang dapat
membantu membedakan identitas personal:
1. Layer pertama adalah personality yang mencerminkan karakteristik
dan identitas seseorang.
2. Layer kedua adalah internal dimensions yang mengacu pada dimensi
primer pada sebuah diversity, dan ini adalah hal yang tidak dapat
dikontrol tetapi sangat kuat mempengaruhi kita terhadap tingkah laku,
ekspektasi dan asumsi kita kepada orang lain yang akan berujung pada
perilaku
kita
atau
lebih
dikenal
dengan
stereotype,
termasuk
didalamnya adalah sexual orientation, gender, usia, suku dan ras dan
physical ability.
3. Layer ketiga dikenal dengan secondary dimensions dari diversity
dimana ini lebih dapat dikontrol, termasuk didalamnya lokasi geografi,
status pernikahan, status orang tua, pengalaman kerja, latar belakang
pendidikan, kepercayaan/agama, kebiasaan dan income.
4. Layer keempat adalah organizational diversity termasuk didalamnya
senioritas, jabatan dan lokasi kerja.
Dalam teori diversity tersebut maka kasus Lisa Sherman sebagai seorang
lesbian termasuk dalam layer kedua yaitu sexual orientation yang memicu
pada stereotype negatif.
3.1.
KULIAH
KERJA
SMA
SMP
NORMA
L
SD
LISA
PEMICU LISA MENEMUKAN
LGBT
IDENTITAS DIRI
SBG LESBIAN
DISKRIMINASI LGBT
TIDAK NYAMAN
TRAUMA : KEPUTUSAN ORANG TUANYA UNTUK MENYURUH LISA SEKOLAH SEDANGKAN ADIKNYA BERBISN
KEBIASAAN
Dengan mengacu pada Journal terkait Lisa Sherman, maka dapat dibentuk
flow chart pemicu Lisa menjadi LGBT yaitu sebelumnya ada Trauma yang
membekas
disaat
lisa
harus
melanjutkan
studi
nya
dan
Adiknya
GOAL
INTENSI
MOTIVASI
3.2.
DEEP LEVEL
SURFACE LEVEL
Apabila melihat dari Konsep dasar dari sebuah organisasi untuk mencapai
tujuan. Yang menjadi hal paling fundamental yaitu Individu-Individu yang
berada dalam organisasi. Individu tersebut memiliki kepuasan yang ingin
dicapai dalam berlangsungnya kegiatan organisasi yang diharapakan
dapat beriringan dengan tujuan organisasi.
Kepuasan individu di dalam organisasi dapat terbagi menjadi surface level
(Nampak : Promosi, Reward, Salary) dan deep level ( Tidak Nampak :
Confidence, Social). Pada kasus Lisa Sherman, terdapat kepuasan yang
tidak dicapainya dalam aktivitas organisasi yaitu pengakuan dirinya
sebagai LGBT.
Apabila menelaah pada jurnal, ada suatu sesi workshop dimana lisa
meminta hadirin untuk menulis pendapatnya tentang Status manusia di
dunia seperti Orang amerika merupakan..., Orang afrika merupakan...
dan Orang Gay merupakan.. disanalah Lisa menemui kekecewaan yang
mempengaruhi deep levelnya, dikarenakan walau saat ini A.S. merupakan
negara yang sudah melegalkan LGBT namun pandangan masyarakat
tersebut tetap buruk, terbukti dari banyaknya hadirin yang menuliskan,
immoral dan kelainan saat mengisi pertanyaan terkait orang gay.
Hal ini menjadi diskriminasi tidak langsung terhadap Lisa, walau semua
hadirin diruang tersebut tidak ada yang mengetahui Lisa Lesbian, dan
dapat mempengaruhi kinerjanya di perusahaan.
INDIVIDU
GROUP
ORGANISASIONAL
ATTITUDE
STRUKTUR ORGANISASI
Apabila LGBT tidak dilegalkan di A.S. Maka Lisa akan tetap merasa
nyaman pada persembunyianya sebagai seorang Lesbian. Namun ketika
LGBT sudah dilegalkan, maka kelompok tersebut akan terus berusaha
untuk menyuarakan eksistensi dan keberadaanya sebagai seorang LGBT.
Pada buku Organization Behaviour Mc.Graw-Hill, Chapter 1 Hal. 13.
Dijelaskan bahwa terdapat dimensi agar organisasi dapat menjadi Positive
Organisasi. Dijelaskan oleh Luthans pada CHOSE model, yaitu :
Lisa
Lisa
Lisa
Lisa
Maka apabila Lisa terus berada dalam kondisi seperti ini, hal terburuk
yang akan terjad yaitu Lisa Resign dari pekerjaanya atau Dipecat karena
Kinerjanya kian memburuk. Apabila Lisa memilih dua diantara hal tersebut
maka dia tidak mendapat jaminan bahwa akan ada perusahaan yang bisa
sepenuhnya menerima kelompok tersebut.
Diperlukan adanya emotional stability (chapter 5, hal 130) bagi Lisa untuk
mengurangi tekanan yang dihadapi mengenai status seksualnya. Dengan
adanya emotional stability pada level yang lebih tinggi akan membuat Lisa
mampu
menghadapi
tekanan
dari
lingkungan
kerjanya
dan
dapat
Setidaknya
ini
akan
mempengaruhi
banyak
pihak
didalam
demikian
affirmative
action
ini
dipandang
seringkali
diversity
yang
berfokus
pada
Education,
Enforcement
dan
Exposure.
Menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh R Roosevelt Thomas Jr
mengenai action option untuk mengatasi berbagai masalah diversity:
Option 7: Build Relationship berdasarkan premise good relationships can
overcome diffrences. Diawali dengan membina hubungan baik yang
dilanjutkan dengan mengungkapkan orientasi seksualnya termasuk edukasi
mengenai diversity, LGBT advokasi at Verizon. Selanjutnya secara aktif dan
persuasif melakukan kampanye simpatik mengenai LGBT dan kesetaraan
(enforcement) dimana hal ini dilakukan secara rutin (exposure).
Option 8: Foster Mutual Adaptation, hal penting lain adalah menjadikan
individu di Verizon beradaptasi dan merubah cara pandang dalam hal
menciptakan pandangan pentingnya membina relationship, menciptakan
kondisi that everyone and everything is open for change culture. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbicara kepada CEO Verizon Ray Smith mengingat peran
CEO akan sangat penting untuk mengubah budaya sebuah perusahaan yang
dapat me-manage diversity dengan baik dan akan meningkatkan value
Verizon
di
komunitas/masyarakat
sebagai
sebuah
perusahaan
yang
seperti
didisriminasikan.
Lisa
dapat
merasa
diterima
dan
tidak
merasa