Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tujuan Investigatif:
Dibawah ini disajikan bermacam-macam alternative mengenai tujuan investigasi:
1. Memberhentikan manajemen. Tujuan utamanya adalah sebagai teguran
keras bahwa manajemen tidak mampu mempertanggung jawabkan
kewajiban fidusiernya. Kewajiban fidusier ini termasuk mengawasi
dan mencegah terjadinya kecurangan oleh karyawannya.
2. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya
bukti. Tujuan ini akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti
sebagai alat bukti untuk meyakinkan hakim di pengadilan. Konsepnya
adalah forensic evidence, dan bukan sekedar bukti audit.
bahwa
pelaku
kejahatan
tidak
bisa
lolos
dari
pesan kepada seluruh karyawan dan pihak luar, bahwa perusahaan atau
lembaga itu serius dalam mengejar si penjahat. Kedua, kejar si
penjahat untuk mengembalikan dana atau asset yang dicurinya, dan
kemudian
minta
dia
mengundurkan
diri
atau
diberhentikan.
bagaimana
investigasi
akan
dilanjutkan.
Apakah
investigasi
dilakukan
secara
gencar,
investigasinya
dan
terhentinya
kegiatan
perusahaaan
seminimal
cenderung
memaafkan
perbuatannya
dan
tidak
investigasi
(harus
seorang
professional)
dan
bagaimana
tindaklanjutnya.
16. Mendalami tuduhan (baik oleh orang dalam atau luar perusahaan, baik
lisan maupun tertulis baik dengan nama terang atau dalam bentuk surat
kaleng)
untuk menanggapinya
secara
tepat.
Investigasi
yang
praktek
manajemen
yang
tidak
dapat
kemudian
seringkali
rawan
terhadap
kemungkinan
perusahaan dituntut. Karena itu, tujuan investigasi ini harus jelas dan
ditegaskan sebelum investigasi dilakukan.
Investigatif
Pengertian investigasi dan pemeriksaan fraud digunakan silih berganti sebagai
sinonim. Idealnya ada kesamaan makna konsep-konsep auditing dan hukum;
namun, dari ssegi filsafat auditing dan filsafat hukum,hal itu tidaklah mungkin.
Ada sebab lain kenapa harmonisasi antara konsep-konsep hukum dan
auditing tidak dapat berjalan. Hukum Indonesia, khususnya hukum pidana dan
hukum secara pidana, masih berasal dari hukum Napoleonic. Sedangkan konsepkonsep akuntansi dan auditing kita adopsi dari Amerika Serikat. Karena
7
secara
sederhana
dapat
didefinisikan
sebagai
upaya
Metodologi Investigatif
Kembali ke contoh pembobolan bank diatas. Dalam pembobolan oleh
perampok, identitas perampok tidak diketahui dan ini yang ingin diungkapkan.
Dalam penjarahan bank oleh pejabatnya yang bersekongkol dengan pelanggan,
identitas mereka bukan masalahnya. Masalahnya adalah membuktikan apakah
perbuatan mereka dapat dianggap fraud.
10
(secara
benar
atau
menyimpang)
akan
membantunya
dalam
11
12
Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana guna
menentukan dapat/tidaknya penyelidikan dilakukan.
Penyelidikan tidaklah berdiri sendiri atau terpisah dari penyidikan,
melainkan merupakan satu rangkaian yang mendahului tindakan penyidikan
lainnya, yakni penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
Penyelidik mempunyai wewenang sebagai berikut:
tempat, penggeledahan
dan
penyitaan;
Pemeriksaan dan penyitaan surat;
Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.
Wewenang penyelidik seperti mencari keterangan dan barang bukti sudah
memasuki ruang lingkup pembuktian. Kalau keterangan yang diperoleh dari
beberapa orang saling bersesuaian satu sama lain, apalagi kalau ada keterkaitan
dengan barang bukti yang ditemukan, maka penyelidik dapat menduga telah
terjadi suatu tindak pidana. Selanjutnya penyidikan dapat dilakukan.
Apabila Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyelidikan
dan dari penyelidikan itu tidak ditemukan sekurang-kurangnya dua bukti, maka
penyelidik melaporkan kepada KPK untuk menghentikan penyelidikan.
Sedangkan apabila Kejaksaan dan Kepolisian yang melakukan penyelidikan, tidak
dikenal penghentian penyelidikan. Dalam hal penyelidik (Kejaksaan dan
Kepolisian) berpendapat perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana maka
penyelidikan tidak dilanjutkan, tanpa proses.
13
Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian kegiatan penyidik untuk mencari dan
mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang
terjadi untuk menemukan tersangkanya. Untuk mencari dan mengumpulkan bukti,
undang-undang memberi wewenang kepada penyidik untuk:
satu dengan yang lainnya, dan dari persesuaian itu diyakini bahwa memang telah
terjadi tindak pidana dan tersangka itulah yang melakukannya, maka penyidik
menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum. Hasil penyidikan ini
tertuang dalam berkas perkara yang didalamnya terdapat bukti-bukti.
Dalam hal Penyidik (Kepolisian atau Kejaksaan) berpendapat bahwa dari
bukti-bukti yang dikumpulkan secara maksimal ternyata tidak cukup bukti atau
terbukti tapi bukan merupakan tindak pidana (korupsi) maka mereka berwenang
menghentikan penyidikan. KPK tidak dibenarkan menghentikan penyidikannya,
karena kewenangannya ada pada penghentian penyelidikan.
Prapenuntutan
Prapenuntutan adalah tindakan jaksa (Penuntut Umum) untuk memantau
perkembangan
penyidikan
setelah
menerima
pemberitahuan
dimulainya
14
dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut
dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.
Penuntut Umum tidak akan menerima berkas perkara hasil penyelidikan
yang buktinya tidak lengkap. Karena bukti ini akan dijadikan alat bukti di sidang
pengadilan untuk membuktikan tindak pidana yang didakwakan. Di tahap
prapenuntutan, pembuktian merupakan focus utama dalam meneliti berkas perkara
hasil penyidikan.
Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum yang melimpahkan perkara
ke Pengadilan Negeri yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam
hukum acara pidana, dengan permintaan agar diperiksa dan diputus oleh Hakim di
sidang pengadilan.
Setelah Penuntut Umum menerima atau menerima kembali hasil
penyidikan yang lengkap dari penyidik, ia segera menentukan apakah berkas
perkara itu sudah/ belum memenuhi syarat untuk dilimpahkan ke pengadilan.
Pemeriksaan di pengadilan
Seperti pada tahap-tahap sebelumnya, acara pemeriksaan di sidang
pengadilan utidak lain berkenaan dengan pembuktian. Bukti-bukti yang diperoleh
di tingkat penyidikan diperiksa kembali di sidang pengadilan untuk dijadikan alat
bukti:
15
Surat dan barang bukti yang telah disita oleh penyidik diajukan ke sidang
pengadilan untuk dijadikan alat bukti surat dan petunjuk.
Itulah cara memperoleh alat bukti di sidang pengadilan. Hanya alat bukti
yang sah yang diperoleh di sidang pengadilan, yang dapat meyakinkan hakim
tentang kesalahan terdakwa. Alat bukti yang sah ini terdiri atas:
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Keterangan terdakwa
Petunjuk
Pemeriksaan di sidang pengadilan mempunyai satu tujuan saja, yaitu
mencari alat bukti yang membentuk keyakinan hakim tentang bersalah atau
tidaknya terdakwa.
Putusan Pengadilan Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah. Kesalahan terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan
itu harus didasarkan atas sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, yang harus
ada persesuaian satu dengan yang lain.
Berdasarkan alat bukti yang diperoleh di sidang pengadilan, hakim
menjatuhkan putusan:
16
terdakwa
tidak
dapat
dipertanggung
jawabkan
terhadap
perbuatannya.
Upaya Hukum
Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak
menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi,
atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali, atau hak
Jaksa Agung untuk mengajukan kasasi demi kepentingan hukum dalam hal seta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
Upaya hukum ada dua macam, yaitu Upaya Hukum Biasa dan Upaya
Hukum Luar Biasa. Upaya Hukum Biasa terdiri atas Pemeriksaan Tingkat
Banding dan Pemeriksaan Kasasi. Upaya Hukum Luar Biasa Terdiri atas
Pemeriksaan Kasasi Demi Kepentingan Hukum dan Peninjauan Kembali putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
17
Tabel 12.1
Comparative Classification of Evidence In Two Fields
Significant
Law
Auditing
Characteristics
Special purpose of area to Maintenance of justice
Protection of statement
which
readers
evidence
is
pertinent
Subject matter to which Occurrences
evidence is pertinent
at
given Financial
Statement
propositions
parties
by independent party
Rationalization
collection
or
development
Nature of rules governing Logical presumptions
the study of evidence
Rules
of
Professional standards
admissibility
and relevance
Importance of time in A controlling factor
A controlling factor
of Persuasive
evidence in judgement
persuasive
formation
18
Dalam bidang mereka sendiri para akuntan dan auditor di Indonesia sering
terkecoh dengan bukti dan sesuatu yang mengandung unsur-unsur pembuktian
(evidential matter).
19
Tehnik-Tehnik Audit
Ada tehnik audit yang lebih dekat kepada praktek investigasi perpajakan
dan organized crime(seperti Net Worth Method dan Expenditure Method); Ada
juga tehnik audit seperti Follow the Money, yang mempunyai unsure pencucian
uang dalam tindak pidananya yang berkaitan erat dengan naluri penjahat dan
sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi dalam pengungkapannya.
Meskipun semua(tujuh) tehnik audit yang disebutkan pembahasan akan
berfokus pada reviu analitikal.
20
21
Memeriksa Dokumen
Tehnik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak ada investigasi
tanps pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi
dokumen menjadi luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan dan
dipindahkan secara elektronis/digital.
Reviu Analitikal
Dalam reviu analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya, tetapi
semangatnya, Pada dasarnya seorang invvestigator secara intuitif terobsesi dengan
sesuatu yang melenceng dan bahwa something must be wrong because it
appears so. Karena itu ia memerlukan patokan atau benchmark untuk
membandingkannya dengan apa yang dihadapinya. Patokan inilah yang
dirumuskan Stringer dan Stewart sebagai results that may reasonably be expected.
Misalnya kita sedang menginvestigasi suatu bank yang berkewajiban
memungut pajak penghasilan atas bunga yang diperoleh nasabahnya. Apakah
bank menyetorkan pajak penghasilan ini sesuai ketentuan, baik dalam jumlah
maupun waktu penyetoran? Apakah investigasi ini harus dimulai di cabangcabang atau kantor-kantor perwakilan? Menurut reviu analitikal,tidak.
Kita mulai dengan mencocokkan angka-angka agregat. Pertama, kita
tentukan jumlah pajak penghasilan yang sudah disetorkan untuk bank secara
keseluruhan (Kantor Pusat dan Cabang-cabang), menurut pembukuan bank itu.
Selanjutnya, ini adalah hasil perkalian antar tarif pajak (misal 10 %) dengan
jumlah bunga yang dibayarkan bank itu kepada kepada para nasabahnya.
Perbedaan antara data A dengan data B bisa merupakan perbedaan waktu
(timming difference) saja. Yakni, perbedaan antara saat memotong dan saat
menyetor pajak penghasilan. Timming difference ini juga mudah dialokasi.
Tetapi mungkin juga ada perbedaan yang bersifat tetap (permanent
difference) misalnya dalam hal deposan dalam negeri yang mendapat pembebasan
pajak penghasilan dan deposan di cabang-cabang luar negeri dimana bank tidak
berkewajiban memungut pajak penghasilannya. Perbedaan ini mudah diketahui
karena umumnya jumlah deposan dalam negeri yang dibebaskan, tidak banyak.
22
barang secara besar-besaran pada akhir tahun merupakan indikasi mengenai hal
itu. Pengembalian barang sesudah akhir tahun memperkuat indikasi adanya fraud.
24
Regresi atau Analisis Trend Dengan data historikal yang memadai(makin banyak makin baik, ceteris
paribus), reviu analitikal dapat mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak
mempermudah hitungan dan grafiknya, misalnya STAR.
MENGHITUNG KEMBALI
Menghitung kembali atau repeform tidak lain dari mencek kebenaran
perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat
lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai
bekerja sebagai auditor; seorang junior auditor di kantor akuntan.
Dalam investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks,
didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi
perubahan dan renegoisasi berkali-kali dengan pejabat(atau kabinet) yang
25
umum
(public
Service
Obligation).
Keterlambatan
26
Net Worth Method untuk Perpajakan Di Amerika Serikat di mana Net Worth Method diterima sebagai cara
pembuktian tidak langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban wajib pajak
untuk melaporkan semua penghasilannya (sebagaimana didefinisikan oleh
undang-undangnya) dalam tax returns mereka. Ketentuan serupa juga berlaku di
Indonesia di mana wajib pajak diwajibkan penghasilannya secara lengkap dan
benar dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan, dalam hal ini SPT PPh).
Pemeriksa pajak menetapkan net worth atau kekayaan bersih pada awal
tahun. Ini diperoleh dari pengurangan seluruh assets seseorang dengan seluruh
liabilities-nya. Jadi di awal tahun tertentu,sebutlah Tahun-1, net worth = assetslialibilities. Hal yang sama dilakukan untuk menentukan net worth Tahun-2.
Selanjutnya, net worth Tahun-1 dibandingkan dengan net worth tahun-2.
perbandingan ini akan menghasilkan kenaikan net worth (net worth increase) yang
seharusnya sama dengan PKP untuk tahun-2. Karena itu kenaikan net worth ini
dibandingkan dengan penghasilan yang dilaporkan dalam SPT PPh tahun-2.
27
Net Worth Method untuk organized crime Dengan rumus yang hampir sama, kita dapat menentukan illegal income.
Seperti disebutkan tadi, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam
memerangi organized crime. Di Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk
memerangi korupsi. Ketentuan perundang-undangannya sudah ada, yakni laporan
mengenai kekayaan pejabat.
Legal income adalah semua penghasilan yang dilaporkan yang
bersangkutan. Inilah yang dibandingkan dengan net worth increase (sesudah diadjust dengan personal expenses) untuk menentukan illegal income.
EXPENDITURE METHOD
Sebagaimana halnya dengan Net Worth yang dijelaskan, penerapan
Expenditure Method juga dipelopori IRS. Expenditure Method yang merupakan
derivasi atau turunan dari net worth method digunakan IRS sejak tahun 1940an.
Ketika RICO Act diundangkan dalam tahun 1970, Expenditure Method
dimanfaatkan sebagai petunjuk organized crime. Expenditure Method juga
merupakan cara pembuktian tidak langsung.
Seperti Net Worth Method, Expenditure Method juga dimaksudkan untuk
menentukan unreported taxable income. Expenditure Method lebih cocok untuk
para wajib pajak yang tidak mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai
pengeluaran-pengeluaran besar (mewah).
Expenditure Method lebih populer dari Net Worth Method, karena
Expenditure Method lebih mudah dibuat atau dihitung, dan juga lebih mudah
dimengerti oleh orang awam. Mahkamah Agung di Amerika Serikat tidak
menetapkan Expenditure Method secara khusus sebagai alat pembuktian, karena
Expenditure Method dianggap derivasi atau turunan dari Net Worth Method.
Seorang akuntan harusnya mampu menghitung unreported taxable income
berdasarkan Net Worth Method akan mengkonversikannya ke Expenditure
Method.
28
29
Naluri Penjahat
Dalam setiap kejahatan pada umumnya, dan fraud khususnya, ada suatu
gejala yang sangat lumrah, yakni pelaku berupaya memberi kesan bahwa ia tidak
terlibat fraud. Untuk itu, pelaku harus jauh dari fraud itu sendiri dan harus
jauh dari uang yang merupakan hasil kejahatan. Itulah sebabnya, salah satu
aksioma dalam fraud ialah fraud is hidden atau fraud itu tersembunyi.
Di lain pihak, motive dari perbuatan fraud itu sendiri pada umumnya,
adalah mendapatkan uang. Kalaupun bukanitu motive-nya ada aliran uang ke diri
pelaku(atau keluarganya).pada akhirnya ada arus uang atau dana dari tempat
persembunyian atau tempat penitipan yang mengalir ke alamat sipelaku utama.
Jejak-jejak kejahatan, dalam hal ini, berupa arus uang. Karena itu, dalam
mencari pelaku, investigator menelusuri jejak-jejak uang ini. Tehnik investigatif
yang menelusuri arus dana dan mencari muaranya, disebut Follow The Money.
30
diperlakukannya
pencucian
uang
sebagai
tindak
pidana
31
Dalam hal itu currency of crime- nya bisa berupa intan berlian, minyak
bumi, pasir laut, kayu bundar (logs), ganja, dan lain sebagainya. Di sini ada dua
arus yang bisa diikuti investigator, yakni arus dana dan arus fisik barang. Arus
fisik barang sering memberikan indikasi kuat, karena adanya anomali. Contoh:
data statistik resmi mengenai impor-ekspor yang menunjukkan kesenjangan yang
besar, antara data negara pengimpor dan negara pengekspor.
No.
Pasal
No.
Pasal
No. Pasal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2
3
5 ayat (1) huruf a
5 ayat (1) huruf b
6 ayat (1) huruf a
6 ayat (1)huruf b
7 ayat (1) huruf a
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
7 ayat (2)
8
9
10
11
12 huruf a
12 huruf b
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
32
12 huruf f
12 huruf g
12 huruf h
12 huruf i
12 B
12 C
13
8.
9.
10.
18.
19.
20.
12 huruf c
12 huruf d
12 huruf e
28.
29.
30.
14
15
16
Pidana mati
Nullum delictum
Concursus idealis
Concursus realis
Perbuatan berlanjut
33
34
padanya karena jabatan atau kedudukan, yang langsung atau tidak langsung dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Menarik sekali apa yang dikatakan Andi Hamzah mengenai putusan
Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung dalam kasus Samadikun Hartono, serta
tragedi pada akhirnya:
Didalam pertimbangan Pengadilan Negeri perbuatan terdakwa tidak dapat
dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum karena itu, terdakwa
dibebaskan dari segala dakwaan baik yang primair maupun yang subsidiair.
Nyata sekali kekeliruan hakim karena pada dakwaan subsidiair yang
terdakwa juga dibebaskan, tidak ada bagian inti (bestandeel) melawan hukum,
sehingga tidak perlu dibuktikan.
Investigatif Pengadaan
35
Standar
Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Karena itu dalam pekerjaan
audit, para auditor ingin menegaskan standar mereka. Dengan standar ini pihak
yang diaudit (auditee), pihak yang memakai laporan audit, dan pihak-pihak lain
dapat mengukur mutu kerja si auditor. Hal yang sama juga ingin dicapai para
investigator dan forensic accountant.
Standar tersebut adalah:
1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui
2. kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti-bukti
tadi dapat diterima dipengadilan.
3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi, dalam keadaan aman, terlindungi
dan diindeks; dan jejak audit tersedia.
4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan
senatiasa menghormatinya.
36
Standar 1
Seluruh investigasi harus dilandasi praktek-praktek terbaik yang diakui
(accepted best practices).istilah best practices sering dipakai dalam penetapan
standar. Dalam istilah ini tersirat dua hal. Pertama,adanya upaya membandingkan
antara praktek-praktek yang ada dengan merujuk kepada yang terbaikpada saat
itu. Upaya ini disebut benchmarking. Kedua,upaya benchmarking dilakukan terus
menerus untuk mencari solusi terbaik.
Standar-2
Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga
bukti-bukti tadi dapat diterima dipengadilan. Bandingkan standar ini dengan
nasehat kedua dari daviadi atas.
Standar-3
Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi,
dan diindeks; dan jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai
referensi apabila ada penyelidikan di kemudian hari untuk memastikan bahwa
investigasi sudah dilakukan dengan benar. Referensi ini juga membantu
37
Standar-4
Pastikan bahwa investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan
senantiasa menghormatinya. Kalau investigatif dilakukan dengan cara yang
melanggar hak azasi pegawai, yang bersangkutan dapat menuntut perusahaan dan
investigatornya. Bukti-bukti yang sudah dikumpulkan dengan waktu dan biaya
yang banyak, menjadi sia-sia.
Standar-5
Ingatlah bahwa beban pembuktian ada pada perusahaan yang menduga
pegawainya melakukan kecurangan, danpada penuntut umumyang mendakwa
pegawai tersebut, baik dalam kasus hukumadminstratif dan pidana. Dalam kasus
pidana di Amerika Serikat, beban pembuktian ini harus beyond reasonable doubt
atau melampaui keraguan yang layak.
Standar-6
Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang
sangat kritis ditinjau dari segi waktu.
Dalam melaksanakan investigatif, kita menghadapi keterbatasan waktu.
Dalam menghormati azaspraduga tidak bersalah, hak dan kebebasan seseorang
harus dihormati.
Standar-7
Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigatif, termasuk
perencanaan, pengumpulan bukti, dan barang bukti, wawancara, kontak
denganpihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata
cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlobatan polisi,
kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
38