Você está na página 1de 13

Asuhan Keperawatan Kista Ovarium

A. DEFINISI
Cystoma ovarii adalah pertumbuhan yang
berlebihan pada ovarium oleh karena suatu sebab jadi
membesar dan berisi cairan kadang berlendir, sehingga
tumor tersebut membentuk suatu kantong yang besar
dinamakan kista. (Syaifudin, 2000)
Cystoma ovarii adalah suatu benjolan yang berada
di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada
abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang
disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan
ruang bila kehamilan mulai membesar. (Sarwono, 1999)
B. KLASIFIKASI
Ovarium mempunyai kemungkinan untuk
berkembang menjadi tumor jinak maupun tumor ganas.
Pembagian tumor adalah sebagai berikut :
1. Tumor kistik ovarium
Merupakan jenis yang paling sering terutama yang
non-neoplastik seperti kista retensi yang berasal dari
korpus luteum, tetapi disamping itu ditemukan pula jenis
yang betul merupakan neoplasma.
2. Tumor solid ovarium
Tumor solid ovarium ini terdiri dari beberapa jenis,
antara lain:
a. Fibroma
b. Leiomioma
c. Fibroadenoma
d. Papiloma
e. Angioma
f. Limfangioma
(Manuaba, 2004)
C. ETIOLOGI
Etiologi dari kista ovary belum diketahui secara
pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan tumor
ovarium diantaranya :
1. Faktor genetik
2. Wanita yan menderita kanker payudara
3. Riwayat kanker kolon
4. Gangguan hormonal
5. Diet tinggi lemak
6. Merokok
7. Minum alkohol
8. Pengunaan bedak talk perineal
9. Sosial ekonomi yang rendah
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab.
Penyebab inilah nantinya yang akan menentukan tipe dari

kista. Diantara beberapa kista ovarium , tipe folikuler


merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah
yang keluar dari akibat perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista
dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti
rambut dan gigi.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan
tanda, terutama pada tumor yang kecil, sebag ian besar
terdapatnya gejala dan tanda adalah akibat dari
pertumbuhan aktifitas endokrin atau komplikasi tumortumor tersebut.
2. Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering
ditemukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala
klinik yang berarti, tetapi pertumbuhan tumor ovarium
dapat memberikan gejala karena besarnya, tetapi terdapat
perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi.
3. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin didapatkan saat
melakukan pemeriksaan rutin. Tumo dengan diameter
sekitar 5 cm dianggap belum berbahaya kecuali bila
dijumpai pada ibu yang telah mati haid (menopause atau
setelah menopause). Besarnya tumor dapat memberikan
gejala pendesakan ke segala arah dengan gangguan
berkemih dan buang air besar, terasa berat di bagian
bawah perut, dan teraba tumor di perut.
4. Gejala gangguan hormon, indung telur merupakan
sumber hormon wanita yang paling utama sehingga bila
terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu
pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu
berhubungan dengan pola menstruasi yang menyebabkan
gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi dan gejala
karena tumor mengeluarkan hormon.
5. Gejala klinis yang terjadi oleh karena komplikasi tumor.
Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksio kista
indung telur (demam, perut sakit, tegang dan nyeri lepas,
penderita tampak sakit). Mengalami torsi oada tangkai
(dengan gejala perut mendadak sakit tidak tertahan,
memeriksakan diri karena sakit, keadaan umum penderita
cukup baik kecuali sakitnya).
(Sarwono, 1999)
E. PATOFISIOLOGI
Cystoma ovari berkembang sebagai hasil
hiperstimulasi ovari yang disebabkan oleh tingginya
kadar LH. Kadar LH lebih tinggi daripada normalnya
tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. LH yang terus

menerus tinggi meningkatkan pembentukan androgen


dan estrogen oleh folikel dan kelenjaradrenal. Folikel
anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista. Tumor ini
dapat bertangkai dan meluas ke dalam rongga panggul
atau rongga abdomen. Tumor ini dapat berdegenerasi
karena perubahan dalam aliran darah yang menuju tumor
akibat pertumbuhan, kehamilan atau atrofi uterus pada
menopause. Torsi atau berputarnya tumor bertangkai
dapat juga terjadi. Tumor kadang-kadang dapat dipalpasi
pada abdomen, tumor ini paling seringterdiagnosis jika
teraba massa pada pemeriksaan panggul bimanual.
Kebanyakan tumor tidak menimbulkan gejala, sehingga
tidak memerlukan penanganan. Tetapi, masalah dapat
timbul jika terjadi perdarahan abnormal yang berlebihan
sehingga menimbulkan anemia; penekanan pada kandung
kemih yang menyebabkan sering berkemih dan urgensi,
serta potensial untuk terjadinya sistitis; penekanan pada
rektum menyebabkan konstipasi; dan nyeri jika tumor
berdegenerasi atau jika terjadi torsi dari tumor
bertangkai.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laparoskopi
Pemerikasaan ini untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari oarium atau tidak dan untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak dan batas
tumor. Apakah tumor berasal dari uterus oarium dan
kandung kemih, apakah tumor kisti dan solid dapat
dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
ebas dan yang tidak
3. Foto Rongten
Untuk menentukan hidrotoraks, selanjutnya pada kista
dermoid kadang-kadang dapt dilihat adanya gigi dalam
tumor penggunaan foto rongten pada pielogram intra ena
dan pemasukan bubur barium dalam kolon
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna untuk
menentukan sebab asites perlu diangkat bahwa tindakan
tersebut dapa mencemarkan kaum peritosi dengan isi
kista bila dinding kista berbusuk
(Prawirihardjo, 2005:350)
F. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya tumor ovarium neoplastik perlu

operasi sedangkan nonneoplastik tidak.


Tumor ovarium yang tidak memberi gejala atau
keluhan pada penderita dan besarnya tidak melebihi jeruk
nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan
besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista corpus
luteum (tumor nonneoplastik). Tumor tersebut
mengalami pengecilan secara spontan menghilang, pada
pemeriksaan ulang setelah beberapa minggu dapat
ditemukan ovarium kembali normal. Oleh sebab itu
diambil sikap menunggu selama 2-3 bulan sambil
dilakukan periksa ginekologi ulang
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik
yang tidak ganas adalah pengangkatan tumor dengan
mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium. Pada
operasi ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk
mengetahui adanya keganasan atau tidak. Jika terdapat
keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan
salpingo ooforektomi bilateral.
G. KOMPLIKASI
1. Torsi
Komplikasi yang sering terjadi, terutama pada tumor
dengan ukuran sedang. Tumor bertangkai sering terjadi
putaran tangkai, secara berlahan sehingga tidak banyak
menimbulkan nyeri, perputaran tangkai yang mendadak
menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan segara
memerlukan tindakan.
2. Ruptur dari kista
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat
trauma. Jika kista hanya mengandung cairan serus rasa
nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera
berkurang, tetapi jika disertai perdarahan yang timbul
secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus
kedaslam rongga peritoneum.
3. Suppurasi kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat
pula berdiri sendiri, yaitu secara hematogen atau
limfogen. Kista dermoid lebih sering terkena radang.
4. Perubahan keganasan
Biasanya bila terjadi keganasan berupa CA epidermoid,
kadang berbentuk sarcoma.

DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo,Sarwono.2005.Ilmu Kandungan .Jakarta :
YBPSP
---------.2005. Ilmu Kebidanan .Jakarta : YBPSP
Manuaba ,I Gede Bagus.2004,Kapita Selekta Kedokteran
dan KB .Jakarta : EGC

1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan


dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor
(Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan nyeri
berkurang sampai hilang sama sekali)
Intervensi
a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
(R/ mengidentifikasi lingkup masalah)
b. Atur posisi senyaman mungkin.
(R/ Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri)
c. Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.
(R/menghilangkan rasa nyeri)
d. Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.
(Merelaksasi otot otot tubuh).
2. Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya. (Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi
tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas) berkurang.
Intervensi
a. Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.
(R/ mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai
pedoman tindakan selanjutnya )
b. Berikan kesempatan tentang apa yang dia rasakan
(R/ memberikan minat dan memperbaiki kesalahan
konsep)
c. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan
yang berkaitan dengan penyakitnya.
(R/ Informasi yang tepat menambah wawasan klien
sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya )
d. Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
(R/ Hubungan yang terapeutuk dapat menurunkan tingkat
kecemasan klien.
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan
perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual
(Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperwatan
menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi
perubhan pada citra tubuh.
Intervensi

a. Kaji stress emosi klien


(R/ untuk melakukan tindakan selanjutnya)
b. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya terhadap perubahan status kesehatannya
(R/ Memberikan minat dan perhatian serta memperbaiki
kesalahan konsep)
c. Berikan informasi yang akurat
(R/ memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
dan mengasimilasi informasi)
d. Berikan dukungan spiritual kepada klien
(R/ agar klien tetap bersemangat dan tidak berputus asa
terhadap perubahan status kesehatannya)
4. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan
perawatan luka
operasi yg kurang adequat.
(Tujuan : Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi
tidak terjadi)
Intervensi
a. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka
operasinya.
(R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih
berat )
b. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan
antiseptik.
(R. menekan sekecil mungkin sumber penularan
eksterna )
c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.
(R/ Membunuh mikro organisme secara rasional )
3.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan
menunjukkan postur rileks
2. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang
dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang
situasi
3. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa
bukti penyebaran infeksi endogen
4. Pasien menerima terhadap perubahan/ citra tubuh
terhadap diriny
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta :
EGC

Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Womens Health


Care. Seventh edition. Philadelphia : Mosby.
netsains.com/2009/08/tips-praktis-mengatasi-kistaovarium
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch)
yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara,
cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan
atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium
1
.
B. ANGKA KEJADIAN
Kistadenoma ovarii musinosum terbanyak ditemukan bersama-sama dengan
kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh
ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh
kelompok neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan
Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan
Djaswadi
15,1%
2
.
Sedangkan untuk kistadenoma ovarii serosum ditemukan dalam frekuensi
yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan
umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10 20%); Hariadi
(1970) 10,9% dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, di Surabaya Hariadi dan
Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan
28,5%; di
Jakarta Sapardan mencatat angka 20,0%; dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat
angka 36,1%
2
.
Frekuensi kista dermoid dijumpai 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang
kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25%
dari
semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun
kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai
ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai
berikut; Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan

masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium.


Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista
dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di NederlandsIndisch
Kanker Instituut di Bandung, di antaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun
2
.
C. KLASIFIKASI
Terdapat berbagai macam tumor yang dapat tumbuh pada ovarium. Ada yang
neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak
(noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah
maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebat ke bagian-bagian tubuh
lainnya.
Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor
kistik
dan tumor solid. Kista ovarium termasuk tumor neoplastik yang bersifat jinak dan
diklasifikasikan menjadi:
1
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi bersar. Dinding kista tipis tampak lapisan
epitel
jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel
kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan
gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum,
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan
berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar,
lebihlebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi
dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan
tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi
torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
akan tetapi dapat pula berbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk

multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.


Isi
kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang
kistanya sendiri kecil, tetapi permuukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler
(solid papilloma).
4. Kista Endometroid
Kista ini biasanya unilateral dangan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
5. Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi
bila
dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya tedapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang
menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal dan entodermal. Maka dapt
ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat
otot
jaringan ikat (mesodermal) dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran
pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga
kista
ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur
dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula
merupakan
gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak
di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum
2
.
D. TANDA DAN GEJALA
Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian
gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau
komplikasi
tumor tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Dapat juga terjadi
peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau
nyeri pada saat bersenggama. Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung
kemih
mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut)
dan

organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati.


Penumpukan
cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga
dada
yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas
1
.
Pada umumnya gejala yang timbul dan patognomonik adalah:
Penekanan terhadap vesika dan rektum.
Perut terasa penuh
Pembesaran perut
Perdarahan (jarang)
Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)
3
.
E. DIAGNOSIS
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah
dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya,
lokalisasi,
permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan
jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri,
terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga
perut
bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya
kehamilan
atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan
disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium
dapat menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini
kadangkadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor
atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti,
kesukaran
ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium,
maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik.
Tumor
nonneoplastik akibat peradangan umumya dalam anamnesis menunjukkan gejalagejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik
umumnya tidak menjadi besar dan diantaranya pada suatu waktu biasanya
menghilang sendiri
2
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian


sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis
yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
diferensial diagnosis
2
.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
adalah:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid,
dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks. Selanjutnya,
pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum peritonei dengan isi kista bila dinding
kista tertusuk
2
.
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat memberikan
gambaran kantung dengan banyak ruang-ruang dan terlihat pertumbuhan sel-sel
yang
menonjol dari dinding dalam kista. Ini membuat permukaan kista menjadi
bergerigi
atau tidak mulus. Dan tidak seperti kista fungsional yang hanya terisi cairan, kista
abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid
4
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat
neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif
2
.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba
(salphyngooogorektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah

histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda


yang
masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang
rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan
operasi yang tidak seberapa radikal
2
.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya
2
:
Torsi
Ruptur
Perdarahan
Menjadi keganasan: potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas sudah
dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas,
akan tetapi dalam persentase yang relatif kecil.
I. PROGNOSIS
Wiliam Helm, C dkk (2005) mengatakan:
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral
Kematian disebabkan karena karsinoma ovarii ganas berhubungan dengan
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41,6% bervariasi antara 86,9%
untuk stadium FIGO Ia dan 11,1% untuk stadium IV.
Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma
sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang
buruk.
Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal
memiliki
prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan
dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor
nondisgerminoma.
Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah
mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi berhubungan dengan angka kematian
yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah
86,2%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyana, Salim. (2007), Kistoma Ovarii, (medlinux.blogspot), Available from:
http://medlinux.blogspot.com. (Acessed: 2012, April 15).
2. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. (2005), Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
3. Moeloek, Farid Anfasa. (2003), Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta.

4. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari. (majalah farmasia),


Available from: http://www.majalahfarmasia.com. (Acessed: 2012, April 15).
5. William Helm, C. (2005), Ovarian Cysts, (emedicine), Available from:
http://emedicine.com (Acessed: 2012, April 15)

Você também pode gostar