Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
by Mr Pk | in Makalah at 5:55 AM
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status
Asmatikus adalah asma
yang
berat dan peristen
yang
tidak merespons terapikonvensional. Serangan dapat berlangsung 24 jam. Infeksi,
kecemasan, penggunaan tranquiliserberlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi,
peningkatan blok adrenergic, dan iritannonspesifik dapat menunjang episode ini.
Episode akut mungkin dicetuskan olehhipersensitivitas terhadap penisilin (Smeltzer dan
Bare 2002)
Status
Asmatikus merupakan kedaruratan
yang
dapat berakibat kematian,
oleh karena itu :
1. Apabila terjadi serangan,
harus ditanggulangi secara tepat dan
di
utamakan terhadapusaha menanggulangi sumbatan saluran pernafasan
2. Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor
yang
merangsangtimbulnya serangan
(debu,
serbuk,
makanan tertentu,
infeksi saluran pernafasan, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin dan lainlain).
Asma adalah penyakit saluran udara
yang
di
tandai oleh peradangan saluran nafas dan hyperreactivity
(meningkat terhadap berbagai pemicu).
Hyper reactivitas mengarah kesaluran napaskarena
onset
akut kejang otot pada otot polos dari tracheobronchial obstruksi pohon,
sehinggamengarah ke
lumen
menyempit.
Selain kejang otot,
terdapat pembengkakan mukosa,
yang
menyebabkan
edema.
Terakhir,
kalenjar lendir peningkatan jumlah, hipertrofi, dan mengeluarkan lender tebal.
B.
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Status Asmatikus?
Bagaimana etiologi dari Status Asmatikus ?
Bagaimana patofisiologi dan Phatway dari Status Asmatikus?
Bagaimana manifestasi klinis dari Status Asmatikus ?
Tujuan
Mengetahui definisi Penyakit Status Asmatikus?
Untuk mengetahui etiologi dari Penyakit Status Asmatikus?
Untuk mengetahui patofisiologi dan Pathway dari Penyakit Status Asmatikus?
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Penyakit Status Asmatikus?
Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit Status Asmatikus?
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Penyakit Status Asmatikus?
Dapat mengetahui penatalaksanaan dan asuhan keperawatan penyakit
Asmatikus?
Status
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996).
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :
2001).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons
terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi,
ansietas, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi,
peningkatan blokadrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini.
Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin.
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medic berupa seranganasam berat
kemudian bertambah berat yang refrakter bila serangan 1 2 jam pemberian obat
untuk serangan asma akut seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau
antagonis 2 tidak ada perbaikan atau malah memburuk.
.
B. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2. Pembengkakan membran bronkus.
3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
C. Patofisiologi
Karakteristik dasar dari asma ( konstriksi otot polos bronchial, pembengkakan
mukosa bronchial, dan pengentalan sekresi ) mengurangi diameter bronchial dan nyata
pada status asmatikus. Abnormalitas ventilasi perfusi yang mengakibatkan
hipoksemia dan respirasi alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respiratori asidosis.
Terhadap penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO 2 dan
peningkatan pH. Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus, PaCO 2 meningkat
dan pH turun, mencerminkan respirasi asidosis.
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot
polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi
pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi
penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam
sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi),
distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas
di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik
seperti eksim, dermatitis (radang kulit), demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.
Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktorfaktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi
(stress) dapat memacu serangan asma.
Pathway
Ig E
Respirasi Asidosis
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat
pada asma hebat pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena
leher, mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan.
Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi
pertanda bahaya gagal pernapasan.
Mengenal suatu serangan suatu asma akut pada dasarnya sangat mudah. Dengan
pemeriksaan klinis saja diagnosis sudah dapat ditegakkan, yaitu dengan adanya sesak
napas mendadak disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan paru. Namun
yang sangat penting dalam upaya penganggulangannya adalah menentukan derajat
serangan terutama menentukan apakah asam tersebut termasuk dalam serangan asma
yang berat.
Asma akut berat yang mengancam jiwa terutama terjadi pada penderita usia
pertengahan atau lanjut, menderita asma yang lama sekitar 10 tahun, pernah
mengalami serangan asma akut berat sebelumnya dan menggunakan terapi steroid
jangka panjang. Asma akut berat yang potensial mengancam jiwa, mempuyai tanda dan
gejala sebagai berikut.
1. Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan
satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.
2. Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit
3. Denyut nadi lebih dari 110x/menit
4. Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang
pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit
5. Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari
10 mmHg.
Menurut Brunner & Suddart. 2002.hal 614.
1. Asma hebat
2. Perpanjangan ekhalansi
3. Pembesaran vena leher
4. Mengi
Menurut Hudak & gallo 1997. hal 566 adalah:
1. Asietas akut
2. Usaha bernapas dengan keras
3. Takikardi
4. Berkeringat
Menurut Corwin 2001. hal 431. adalah:
1. Dipsnea berat
2. Retraksi dada
3. Napas cupin hidung
4. Whizzing
D. Komplikasi
1. Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi).
2. Kontraksi otot polos.
3. Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan) mukusa.
4. Hipersekresi (sekresi yang berlebih).
5. Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi).
6. Hipoventilasi (keadaan nafas yang lambat dan dangkal).
7. Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
8. Gangguan difusi gas di alveoli
9. Hipoxemia (keadaan kadar oksigen yang menurun dalam darah).
10. Hiperkarpia
E. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
1. Spirometri (pengukuran kapasitas udara paru) :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2. Tes provokasi :
Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
a) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
b) Tes provokasi bronkial seperti :
c) Tes provokasi histamin (suatu senyawa amin depressor yang didapat dengan
dekarboksilasi histidin), metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi (keadaan
nafas yang cepat) dengan udara dingin dan inhalasi (penghirupan) dengan aqua
destilata.
3. Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E (kependekan immunoglobulin,
protein penting dalam mekanisme imunologis) yang spesifik dalam tubuh.
4. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
5. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
6. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
7. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
8. Pemeriksaan sputum.
9. Pemeriksaan fungsi paru adalah cara yang paling akurat dalam mengkaji obstruksi
jalan napas akut. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas
darah ( respirasi asidosis ), mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan
akan membutuhkan ventilasi mekanis, adalah criteria lain yang menandakan kebutuhan
akan perawatan di rumah sakit. Meskipun kebanyakan pasien tidak membutuhkan
ventilasi mekanis, tindakan ini digunakan bila pasien dalam keadaan gagal napas atau
pada mereka yang kelelahan dan yang terlalu letih oleh upaya bernapas atau mereka
yang kondisinya tidak berespons terhadap pengobatan awal.
10. Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver
fungsi pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak
berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO 2 rendah ) adalah temuan yang
paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar normal
atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya
serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO 2 < 60 mmHg serta nilai pH darah
rendah.
11. Arus puncak ekspirasi APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter
dan merupakan data yang objektif dalam menentukan derajat beratnya penyakit.
Dinyatakan dalam presentase dari nilai dungaan atau nilai tertinggi yang pernah
dicapai. Apabila kedua nilai itu tidak diketahui dilihat nilai mutlak saat pemeriksaan.
12. Pemeriksaan foto thoraks
Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal hal yang ikut memperburuk
atau komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan seperti atelektasis,
pneumonia, dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis
thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan diagfragma
yang meurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring dengan hilangnya serangan
asma tersebut.
13. Elektrokardiografi
Tanda-tanda abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi perbaikanklinis
adalah gelombang P meninggi ( P pulmonal ), takikardi dengan atau tanpa aritmea
supraventrikuler, tanda tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan.
F. Penatalaksanaan medis
Semua penderita yang dirawat inap di rumah sakit memperlihatkan keadaan
obstruktif jalan napas yang berat. Perhatian khusus harus diberikan dalam perawatan,
sedapat mungkin dirawat oleh dokter dan perawat yang berpengalaman. Pemantauan
dilakukan secara tepat berpedoman secara klinis, uji faal paru ( APE ) untuk dapat
menilai respon pengobatan apakah membaik atau justru memburuk.
Perburukan mungkin saja terjadi oleh karena konstriksi bronkus yang lebih hebat lagi
maupun sebagai akibat terjadinya komplikasiseperti infeksi, pneumothoraks,
pneumomediastinum yang sudah tentu memerlukan pengobatan lainnya. Efek samping
obat yang berbahaya dapat terjadi pada pemberian drips aminofilin. Dokter yang
merawat harus mampu dengan akurat menentukan kapan penderita meski dikirim ke
unit perawatan intensif.
Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah dikirim dari UGD
dilakukan penatalaksaanan sebagai berikut.
1. Pemberian terapi oksigen dilanjutkan
Terapi oksigen dilakukan megnatasi dispena, sianosis, danhipoksemia. Oksigen aliran
rendah yang dilembabkan baik dengan masker Venturi atau kateter hidung diberikan.
Aliran oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai nilai gas darah.
PaO2dipertahankan antara 65 dan 85 mmHg. Pemberian sedative merupakan
kontraindikasi. Jika tidak terdapat respons terhadap pengobatan berulang, dibutuhkan
perawatan di rumah sakit.
2. Agonis 2
Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis tiap jam, kemudian dapat
diperjarang pemberiannya setiap 4 jam bila sudah ada perbaikan yang jelas. Sebagian
alternative lain dapat diberikan dalam bentuk inhalasi dengan nebuhaler /volumatic atau
secara injeksi. Bila terjadi perburukan, diberikan drips salbutamol atau terbutalin.
3. Aminofilin
Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 0,9 mg/kg BB / jam. Pemberian per
drip didahului dengan pemberian secara bolus apabila belum diberikan. Dosis drip
aminofilin direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung, atau bila
penderita menggunakan simetidin, siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi diberikan
pada perokok. Gejala toksik pemberian aminofilin perlu diperhatikan. Bila terjadi mual,
muntah, atau anoreksia dosis harus diturunkan. Bila terjadi konfulsi, aritmia jantung drip
aminofilin segera dihentikan karena terjadi gejala toksik yang berbahaya.
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi intraveni diberikan setiap 2 8 jam tergantung beratnya
keadaan serta kecepatan respon. Preparat pilihan adalah hidrokortison 200 400 mg
dengan dosis keseluruhan 1 4 gr / 24 jam. Sediaan yang lain dapat juga diberikan
sebagai alternative adalah triamsiolon 40 80 mg, dexamethason / betamethason 5
10 mg. bila tidak tersedia kortikosteroid intravena dapat diberikan kortikosteroid per oral
yaitu predmison atau predmisolon 30 60 mg/ hari.
5. Antikolonergik
Iptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam kombinasi dengan agonis
2secara inhalasi nebulisasi terutama penambahan penambahan ini tidak diperlukan
bila pemberian agonis 2 sudah memberikan hasil yang baik.
6. Pengobatan lainnya
a) Hidrasi dan keseimbangan elektrolit
Dehidrasi hendaknya dinilai secara klinis, perlu juga pemeriksaan elektrolit serum, dan
penilaian adanya asidosis metabolic. Ringer laktat dapat diberikan sebagai terapi awal
untuk dehidrasi dan pada keadaan asidosis metabolic diberikan Natrium Bikarbonat.
b) Mukolitik dan ekpetorans
Walaupun manfaatnya diragukan pada penderita dengan obstruksi jalan berat
ekspektorans seperti obat batuk hitam dan gliseril guaikolat dapat diberikan, demikian
juga mukolitik bromeksin maupun N-asetilsistein.
c) Fisioterapi dada
Drainase postural, fibrasi dan perkusi serta teknik fisioterapi lainnya hanya dilakukan
pada penderita hipersekresi mucus sebagai penyebab utama eksaserbasi akut yang
terjadi.
d) Antibiotic
Diberikan kalau jelas ada tanda tanda infeksi seperti demam, sputum purulent dengan
neutrofil leukositosis.
e) Sedasi dan antihistamin
Obat obat sedative merupakan indikasi kontra, kecuali di ruang perawatan intensif.
Sedangkan antihistamin tidak terbukti bermanfaat dalam pengobatan asma akut berat
malahan dapat menyebabkan pengeringan dahak yang mengakibatkan sumbatan
bronkus.
BAB III
ASKEP TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian khusus :
Kaji ABCDE terlebih dahulu pada pasien yang mengalami kegawat daruratan
Pengkajian lengkap Head to toe hanya dilakukan jika masalah ABC telah tertangani
only after.
1. Airway
Tanyakan pada pasien bagaimana keadaannya?
2. Breathing
a. Minta pas5ien untuk bernafas dan batuk
b. Observasi pergerakan dada
c. Observasi kedalaman dan kecepatan nafas
d. Catat pengunaan otot-otot bantu pernafasan
e. Auskultasi
3. Circulation
a. Kaji warna kulit / temperature / capilary reffil
b. Pulse (kecepatan, kekuatan dan irama)
Pengkajian umum
Dapatkan riwayat:
1) Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat pasien tentang disfungsi
pernafasan sebelumnya; bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen atau iritan
lain, trauma. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru.
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak
terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan pasien. Masalah ini akan menjadi
stresor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan Asma.
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri yang salah juga
akan menjadi stresor dalam kehidupan pasien.
j. Pola mekanisme dan koping
Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan Asma
maka prlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh terhadap
kehidupan pasien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
k. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai dapat meningkatkan
kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
pendekatan diri pada-Nya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif
(Perry, 2005 & Asmadi 2008).
B.
1.
2.
3.
4.
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama atau imunitas
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
C. Diagnosa Prioritas Menurut Prioritas
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan
7. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama atau imunitas
D. Rencana Keperawatan
No
Perancanaan keperawatan
Dx
Tujuan(NOC)
Rencana tindakan
keperawatan(NIC)
Rasional
1.
a.
b.
c.
d.
7. Menurunkan
kekentalan sekret dan
mengeluarkan sekret
2.
Tujuan : pola napas1. Kaji frekuensi kedalaman1. Kecepatan biasanya
kembali efektif
pernapasan dan ekspansi mencapai kedalaman
Kriteria hasil :
dada
pernapasan bervariasi
a. Pola napas efektif
tergantung
derajat
b. Bunyi napas normal2. Auskultasi bunyi napas
gagal napas
kembali
2. Ronchi dan mengi
c. Batuk berkurang
menyertai
obstruksi
3. Tinggikan kepala dan jalan napas
bentuk mengubah posisi 3. Memudahkan dalam
6. Palpasi Fremirus
6.
7. Evaluasi tingkat toleransi
aktivitas
7.
8. Kolaborasi
:
Berikan
oksigen tambahan sesuai
indikasi
8.
4
Tujuan
:
aktivitas1.
normal
Kriteria hasil :
2.
a. Pasien
dapat
berpartisipasi
dalam
aktivitas
3.
b. Pasien dapat memenuhi
kebutuhan pasien secara
mandiri
4.
redup
karena
penurunan aliran udara
atau area konsolidasi.
Penurunan
getaran
vibrasi diduga ada
pengumpulan cairan
atau udara terjebak
Selama
distress
pernapasan berat atau
akut atau refraktori
pasien secara total
tidak
mampu
melakukan
aktivitas
sehari-hari
karena
hipoksemia
dan
dispnea
Dapat memperbaiki
memburuknya
hipoksia
Mengetahui
tingkat
aktivitas pasien
Membantu
pasien
dalam
memenuhi
kebutuhan
pasien
sehari-hari
Membantu
pasien
untuk
memenuhi
kebutuhan
pasien
secara mandiri
Jelaskan
pentingnya
istirahat
dan
aktivitas
dalaam
proses
penyembuhan
4. Menambah
pengetahuan
pasien
dan keluarga
5
Tujuan : pola tidur1. Kaji pola tidur setiap hari 1. Mengetahui
terpenuhi
perubahan pola tidur
Kriteria hasil :
2. Beri posisi yang nyaman
yang terjadi
a. Pola tidur 6-7 jam per
hari
3. Berikan lingkungan yang2. Memudahkan dalam
b. Tidur tidak terganggu nyaman
beristirahat
karena batuk
4. Anjurkan kepada keluarga3. Menciptakan suasana
yang tenang
Menciptakan suasana
yang tenang
Menambah
pengetahuan
6
Tujuan : kecemasan1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui
skala
pasien berkurang
kecemasan pasien
Kriteria hasil :
2. Berikan
pengetahuan
a. Pasien terlihat tenang
tentang penyakit yang2. Menambah
tingkat
b. Cemas berkurang
diderita
pengetahuan
pasien
c. Ekspresi wajah tenang
dan mengurangi cemas
3. Berikan dukungan pada3. Mengungkapkan
pasien
untuk perasaan
dapat
mengungkapkan
mengurangi
rasa
perasaannya
cemas
yang
dialaminya
4. Ajarkan
teknik
dalam pada pasien
7
napas4. Mengurangi
rasa
cemas yang dialami
pasien
Monitor tanda-tanda vital 1. Demam dapat terjadi
karena infeksi atau
Observasi warna, karakter, dehidrasi
jumlah sputum
2. Kuning atau kehijauan
Berikan
nutrisi
yang menunjukan
adanya
adekuat
infeksi paru
Tujuan
:tidak1.
mengalami
infeksi
noskomial
2.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda
infeksi
3.
b. Mukosa mulut lembab
c. Batuk berkurang
4. Berikan antibiotik sesuai3. Nutrisi yang adekuat
indikasi
dapat meningkatkan
daya tahan tubuh
4. antibiotik
dapat
mencegah masuknya
kuman ke dalam tubuh
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Status
Asmatikus adalah asma
yang
berat dan peristen
yang
tidak merespons terapikonvensional. Serangan dapat berlangsung 24 jam. Infeksi,
kecemasan, penggunaan tranquiliserberlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi,
peningkatan blok adrenergic, dan iritannonspesifik dapat menunjang episode ini.
Episode akut mungkin dicetuskan olehhipersensitivitas terhadap penisilin (Smeltzer dan
Bare 2002).
Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat
pada asma hebat pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena
leher, mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan.
Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi
pertanda bahaya gagal pernapasan.
B. Saran
Saat melaksanakan pengkajian pada klien status asmatikus untuk mempertahankan
keluhan yang dirasakan oleh klien, dan yang paling penting adalah terbinanya
hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dan keluarga klien. Dan sebelum
membuat perencanaan hendaknya perawat memperhatikan aspek perawatan yaitu bio,
psiko, sosio, dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
(Online) http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-sitiistian-67152-babii.pdf. (diakses 22 Oktober 2015)
(Online) http://dwidclimbing.blogspot.co.id/2012/07/askep-asmatikus.html
(diakses 22
Sistem