Você está na página 1de 28

Abstract

Indonesia merupakan Negara yang memiliki cadangan mineral dan


batubara yang besar. Apabila indonesia dapat mengelola pertambangan
dengan baik dengan teknologi yang memadai maka tidak mustahil sektor
pertambangan akan sangat mendongkrak laju perekonomian di Indonesia.
Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan naik turunnya harga
komoditi mineral dan batubara yang berpengaruh pada produksi hingga
penjualan. Faktor politik, ekonomi global, dan keamanan dunia menjadi
beberapa faktor yang menyebabkan harga dan permintaan di dunia
pertambang bersifat fluktuatif. Dalam review kali ini akan diuraikan
tentang perkembangan pertambangan timah, nikel, bauksit, emas dan
perak, tembaga, dan batubara.

Timah
Timah di Indonesia dipegang oleh Pemerintahan Hindia Belanda Pada tahun 1815.
Penambangan di Belitung dimulai pada tahun ini dan 9 tahun kemudian Biliton Maatschappij
memperoleh konsesinya. Sejak saat itu penambangan Indonesia di ambil alih oleh Biliton
Maatschappij.
Penjualan Hasil timah Bangka dilakukan oleh Kantor Penjualan Hasil Tambang
Negeri yang menjual hasil tambang batubara dari Bukit Asam dan Ombilin.Pada tanggal 16
Oktober 1971 pemerintah menandatangani Kontrak Karya dengan PT Koba Tin untuk
mengadakan eksplorasi pengembangan endapan timah, baik sekunder maupun primer. Di
samping itu perusahaan melakukan pencucian ulang terhadap tailing sisa tambang lama.
Geologi
Endapan timah primer umumnya terdapat pada batuan granit, daerah sentuhannya
dan pada batuan endapan malih. Endapan ini pernah dilakukan dengan cara penambangan
dalam. Selain yang di Mangkubang, kadar timahnya tidak merata seperti di Garumedang 1,0
2,5 %, Selumar 0,8 1,0%, sedangkan di Mangkubang dapat mencapai 4,5 %. Di Bangka,
jenis endapan primer yang terpenting berada di Pemali dan Tempilang.

Endapan sekunder berasal dari endapan primer yang telah mengalami pelapukan dan
hasil perombakannya kemudian diendapkan di suatu tempat. Endapan sekunder ini secara
umum disebut alluvial.

Eksplorasi
Eksplorasi dan penambangan timah sekunder di darat telah berlangsung lebih dari
200 tahun, maka pencarian cadangan baru di darat sudah semakin sulit dan kadarnya makin
menurun. Kemungkinan penemuan cadangan baru diharapkan

berupa

alluvial dalam

Sedang endapan timah primer, yang penambangannya lebih sulit, belum banyak dicari dan
diusahakan, kecuali Pemali di Bangka dan Kelapa Kampit di Belitung, karena
kecenderungan

harga

jual timah yang rendah. Kemungkinan menemukan cadangan

sekunder baru terletak di lautan, mengingat dua pertiga daerah jalur granit mengandung
timah berada di laut mulai dari laut Malaysia Selatan sampai Pulau Belitung.
Eksplorasi pendahuluan di lepas pantai menggunakan metode penyelidikan geofisika
dangkal dengan seismic terusan untuk daerah luas secara terperinci. Tujuannya ialah untuk
memetakan

penyebaran lapisan alluvial, sekaligus memetakan sungai sungai purba.

Kegiatan pengeboran dilakukan pada sungai sungai purba dengan mengoperasikan Bor
Banka, Bucket Drill, Bor Ponton, dan Kapal Bor untuk lepas pantai.
Penambangan
Penambangan oleh PT Timah, PT Koba Tin, dan PT Riau Tin Mining (RITIN)
umumnya dilakukan endapan alluvial. Endapan alluvial dikerjakan secara tambang terbuka
(kolong) dengan penyemprot air (monitor) yang kadang kadang dibantu oleh alat alat
berat, dragline, truk dan lain lain untuk membantu menggali dan memindahkan tanah.
Lumpur dari penyemprot diisap dengan pompa ke tempat pencucian berupa palong (sluice
box) dan jig sebagai pencucian pendahuluan (sampai kadar Sn 30 - 40 %).
Untuk menambang endapan alluvial di lembah lembah purba, baik yang di darat
maupun di dasar laut, dipergunakan kapal keruk dengan mangkok ( Bucket chain dredge)
maupun kapal keruk isap (cutter suction dredge) yang masing masing mempunyai alat
pencuci jig.
Pada tahun 1979 Adit 22 Nam Salu yang tadinya ditambang secara tambang dalam
lalu menjadi tambang terbuka pada tahun tersebut. Kemudian karena adanya pembatasan
ekspor tahun 1982 dan rendahnya harga maka tambang dalam yang berada di bawah
permukaan air tanah ditutup pada tahun 1983.

Peleburan
Perusahaan mengoperasikan 12 tanur, 10 tanur berada di daerah Mentok, Bangka dan
2 tanur berada di daerah Kundur. Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah
menjadi logam timah. Untuk mendapatkan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan
proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut
crystallizer.
Pemasaran
Logam timah Indonesia sebagian besar untuk diekspor. Permintaan pasar yang
sebagian besar berada pada industri maju. Selain dipengaruhi oleh turun-naiknya kegiatan
ekonomi dunia, juga dipengaruhi oleh faktor spekulasi dan penyimpanan uang (investasi)
terutama ketika terjadi gangguan ekonomi moneter, politik, dan keamanan dunia. Turun-naik
ini ikut dipertajam pula oleh sifat peleburan produsen kecil (custom smelter). Karena proses
peleburan memerlukan jangka waktu, jika harga cenderung naik, perusahaan pelebur lebih
dahulu menaikkan harga penjualannya ke pasar. Sedangkan jika harga turun, pelebur lebih
dahulu menurunkan harga pembelian konsentrat dari penambang-penambang kecil.
Pemakaian di dalam negeri umumnya adalah untuk logam campuran, seperti solder
(60% Sn), babit (20% Sn), dan lainnya, rata-rata 400 m ton setahun hingga tahun 1983. Pada
tahun 1962 terjadi peningkatan pemakaian yang mencolok di dalam negeri sebesar 1.302,5 m
ton. Dan pada tahun 1967 terjadi pemakaian terendah sekitar 103,6 m ton karena menurunnya
kegiatan perekonomian dalam negeri. Pada tahun 1984 terjadi peningkatan kembali hingga
mencapai 1.495,4 m ton.
Produksi Timah Indonesia
Komodita
s
Timah

Uni
t
Ton

200
4
60

200
5
68

200
6
65

200
7
91

200
8
72

200
9
60

201
0
48

2011
42

201
2
95

201
3
88

2014*
)
88

Sumber: http://kip.esdm.go.id/pusdatin/index.php/data-informasi/data-mineral

Nikel
Pada tahun 1935, Bone Tolo Maatschappij. Anak perusahaan Oost Borneo
Maatschappij, melakukan eksplorasi di daerah sekitar Pomalaa (Kolaka), Pulau Maniang, dan
4

Pulau Lemo, berhasil menemukan endapan bijih nikel yang cukup kaya. Endapan ini terdapat
di dekat Tanjung Pakar yang tak berapa jauh dari pantai, mempunyai kadar Ni rata-rata 3
3,5%.
Pada tanggal 27 Juli 1968 ditandatanganinya kontrak karya antara Pemerintah dengan
PT International Nickel Indonesia (Inco), anak perusahaan Inco Limited yang berkedudukan
di Kanada. Pada 17 Desember 1973, PN Aneka Tambang memancangkan tiang pertama
pendirian feronikel di Pomalaa. Pada 14 April 1976 mulai produksi dan pengaspalan pertama
ke Jepang dilakukan pada 17 Juni 1976. Pada 1973, PT Inco membangun pabrik nikel kasar
(nikel matte) dan berproduksi pada 31 Maret 1976. Mulai Desember 1978, PT Aneka
Tambang (Persero) membuka tambang baru di Pulau Gebe, Maluku. Ekspor bijih nikel
pertama dari tambang ini dilakukan pada April 1979.
Geologi
Bijih nikel di Indonesia terdapat di Pomalaa dan sekitarnya (Sulawesi Tenggara), Soroako
( Sulawesi Selatan) dan Pulau Gebe (Halmahera Tengah, Maluku). Bijih nikel disini termasuk
laterit nikel dan nikel silikat (garnierit krisopras) yang terjadi akibat pelapukan dan pelindian
batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit atau endapan bertipe molasa yang terdiri dari
rombakan batuan ultrabasa.
Batuan dasarnya adalah peridotit dan serpentinit, dan sebaran bijih sangat tidak
merata. Selain pengaruh morfologi, pembentukan endapan bijih laterit nikel terpengaruh juga
oleh keadaan tektonik setempat. Proses pelapukan batuan dipermudah dengan adanya
rekahan, retakan, sesar, dan sebagainya.
Secara struktur geologi, Pulau Gebe terletak pada jalur oregen lingkar Pasifik. Batuan
dasar jalur ini terdiri atas batuan Mesozoikum Atas sampai Tersier Bawah. Melalui retakan
pada batuan dasar ini terjadilah terobosan batuan ultrabasa. Oleh pengaruh iklim tropika,
terjadilah proses pelapukan batuan basa dan ultrabasa tersebut, dan dalam proses selanjutnya
timbullah endapan laterit nikel.
Penambangan dan Peleburan Bijih Nikel
Saat ini penambangan bijih nikel dilakukan oleh dua perusahaan, yaitu PT Aneka Tambang
(Persero) dan PT Inco. Untuk penambangan bijih nikel PT ANTAM mempunyai dua unit
produksi, yaitu Unit Pertambangan Nikel Pomalaa dan Unit Pertambangan Nikel Gebe.

Perluasan Usaha di Unit Pertambangan Nikel Pomalaa sudah sampai produksi Feronikel
dengan kadar 22-25%..

UNIT PERTAMBANGAN NIKEL POMALAA


Penambangan bijih nikel di Pomalaa dengan cara penambangan terbuka. Bijih nikel
digali menggunakan power-shovel dan diangkut ke tempat penimbunan untuk di ekspor dan
ke tempat penimbunan untuk pengolahan ferronikel. Untuk memenuhi persyaratan ekspor,
bijih nikel dari beberapa daerah penambangan dicampur sehingga kandungan nikel paling
rendah 2,1%.
Bijih nikel yang diekspor, dimuat ke dalam tongkang yang selanjutnya ditarik dengan
kapal tunda ke kapal samudra yang berlabuh 1,5 km dari pantai. Pemuatan ke kapal sangat
dipengaruhi oleh cuaca. Saat ini kemampuan muat kapal adalah sekitar 4.000 ton per hari.
Peleburan bijih nikel memiliki kapasitas peleburan sebesar 5.500 ton kandungan nikel
dalam feronikel per tahun. Dalam tahun 1995 produksi Feronikel ditingkatkan menjadi
11.000 ton per tahun. Hal tersebut karena pada akhir tahun 1994, pabrik feronikel kedua telah
selesai dibangun. Tahap peleburan bijih nikel Pomalaa dan Pulau Gebe adalah

Pencampuran bijih dilakukan untuk memenuhi persyaratan peleburan, terutama nilai

kebasaan sekitar 0,58.


Penghancuran dan pengayakan untuk mendapatkan diameter bijih nikel sekitar 50

mm.
Kalsinasi, yaitu proses untuk menghilangkan kadar air, baik dari bijih nikel maupun

antrasit sebagai reduktornya.


Peleburan dengan menggunakan dapur listrik berkekuatan 20 MVA.
Pemurnian untuk menghilangkan unsur belerang, silika, karbon, dan fosfor.
PT ANTAM memiliki Feronikel yang mengandung 22-25% Ni + Co dengan proses
Elkem dalam suatu tanur listrik.
Produksi feronikel dimulai sejak tahun 1976 dan semua hasil produksinya
diekspor ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Pemasaran feronikel meluas ke
Korea Selatan sejak tahun 1994 dan ke Taiwan sejak tahun 1995.

Pengolahan Ferronikel
Salah satu strategi utama ANTAM adalah bergerak ke arah hilir untuk
menghasilkan

produk-produk

bernilai

tambah.

Salah

satu

produk

pegolahan yang telah diproduksi ANTAM adalah feronikel yang memiliki


kandungan besi sekitar 80% dan nikel sebesar 20%. Komoditas feronikel
ANTAM yang dibedakan dari kandungan karbon tinggi atau rendah, dijual
dalam bentuk buliran (pellets) ke produsen baja nirkarat di Eropa dan
Korea. Sekitar 70% dari konsumsi nikel dunia berasal dari industri baja
nirkarat, sementara sisanya digunakan untuk beragam industri seperti
baterai, elektronik, industri antariksa dan turbin gas.
Proses Produksi Ferronikel
Untuk memproduksi feronikel, bijih nikel feronikel yang memiliki
kadar nikel minimum 1,8% dan kadar besi maksumum 25%, diolah untuk
menjadi calcine melalui proses penghancuran, pengeringan, pemanasan,
dan penambahan beberapa material untuk mengurangi tingkat keasaman
melalui beberapa alat. Bijih nikel yang telah diolah kemudian dilebur
dengan rasio antara 70-80 wmt bijih nikel, tergantung dari kadar bijih
nikel, untuk setiap ton feronikel yang dihasilkan. Teknologi phyrometalurgi
yang digunakan membutuhkan energi yang besar dan suplai listrik yang
konsisten.
ANTAM memiliki tiga pabrik feronikel yakni pabrik FeNi I, FeNi II dan
FeNi III. Kapasitas terpasang ketiga pabrik tersebut adalah 26.000 TNi
dengan mengasumsikan beban puncak 42MW serta menggunakan umpan
bijih nikel dengan kadar 2,38%. Meski demikian, untuk konservasi
cadangan, ANTAM umumnya menggunakan umpan bijih dengan kadar
rata-rata 1,8%-2,0% dan beban pabrik sekitar 38-40MW, sehingga total
produksi ketiga pabrik feronikel berada di kisaran level 18.000-20.000 TNi.
Jumlah produksi dan ekspor nikel
Produksi nikel indonesia

Tahun

Nickel cobalt in

Nickel ore (saprolite &

malte
limonite)
2007
72.780,40
7.112.870.00
2008
77.928,00
6.571,764,00
2009
68,228,35
5.802.260,00
2010
77.185,88
7.522.759,00
2011
68.000,04
15.973.336,00
2012
72.899,00
50.087.747,19
2013
78.073,80
13.903.115,00
2014
74,564,47
178.459,00
Status : 2013 (data s.d. 10 juli 2013/ angka sementara)

Ferro nickel
18.532,00
17.566,00
12.550,00
18,688,00
19.690,00
19.578,00
18.249,00
3.393,00

2014 masih sementara (angka TW I data s.d. bulan juni)


Sumber:
http://kip.esdm.go.id/pusdatin/images/pusdatin/pengolahan_data_mineral/statistik_
mineral/produksi_mineral_per_komoditas.pdf
Ekspor nikel indonesia
Tahun

Nickel cobalt in

Nickel ore (saprolite

malte
77.838,66
74.029,62
60.700,58
77.035,37

& limonite)
2007
6.715.177,00
2008
5.342.924,00
2009
4.901.691,00
2010
6.393.145,00
2011
13.458.070,85
2012
72.899,00
50.087.747,19
2013
77.293,61
9.711.081,00
2014
37.835,01
215.400,00
Status : 2013 (data s.d. 10 juli 2013/ angka sementara)

Ferro nickel
17.584,00
17.025,00
14.191,00
18.235,00
22.154,00
19.578,00
14.440,00
5.523,00

2014 masih sementara (angka TW I data s.d. bulan juni)


Sumber:
http://kip.esdm.go.id/pusdatin/images/pusdatin/pengolahan_data_mineral/statistik_m
ineral/ekspor_mineral_per_komoditas.pdf

Pemasaran
Ciri khas industri nikel Indonesia adalah bergantung kepada pasar
luar negeri. Pemasaran bijih nikel Indonesia merupakan mata dagang
terlemah, pemasarannya sampai saat ini hanya bergantung kepada satu
negara konsumen, yaitu Jepang. Usaha untuk memperluas pasar bijih
9

nikel

terus

dilakukan

tapi

sampai

sekarang

belum

terlihat

hasil

signifikannya, sambil melakukan perluasan dilakukan pula peningkatan


kapasitas pengolahan dalam negeri untuk melepaskan diri dari konsumen
tunggal.
Pemasaran Nikel matte dan feronikel dapat dilakukan lebih luas.
Seperti pada feronikel yang dapat langsung digunakan pada industri
stainless steel atau alloy baja lainnya. Sedangkan nikel matte harus
diproses lagi sebelum digunakan di industri, meskipun demikian mobilitas
nikel matte 75% lebih besar dibandingkan bijih nikel.

Tembaga
Pada tahun 1967 dilakukan usaha penemuan dan pengusahaan
tembaga secara besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan Freeport
Indonesia Incorporated, yang menandatangani Kontrak Karya dengan
pemerintah pada tanggal 7 April 1967. Sampai dengan tahun 1968
eksplorasi terinci yang dilakukan di daerahGunung Bijih, Irian Jaya,
menunjukkan endapan dengan cadangan yang sangat besar dan bernilai
ekonomis.
Pada tanggal 30 Desember 1991 ditandatangani Kontrak Karya baru
yang merupakan perpanjangan kontrak generasi pertama. Wilayah kerja
perusahaan ini yang semula seluas 100 km2, dalam perpanjangan kontrak
kedua menjadi 2,6 juta ha. Bersamaan dengan itu, Freeport Indonesia Inc.
berubah menjadi PT Freeport Indonesia Company.
Geologi Pertambangan
Bijih tembaga pada umumnya mengandung seng, timbel, ernas, dan
perak. Pada umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara
magmatik yang terbentuk oleh proses metasomatik. Endapan hidrotermal
urnurnnya berupa urat-urat kecil yang kurang ekonomis untuk ditambang.
Jika proses hidrotermal bertemu dengan lapisan sedimen laut ataupun
sedimen gunung api akan menghasilkan cebakan bijih jenis kuroko yang
masif dan kompleks.

10

Daerah mineralisasi di Gunung Bijih merupakan daerah intrusi


batuan bersifat granodiorit bertekstur porfir yang menerobos batu
gamping Formasi Faumi yang berumur Eosen. Gunung Bijih itu sendiri
merupakan masa batuan bersifat gampingan yang telah berubah karena
proses

metamorfosis

dan

metasomatis,

sedangkan

tubuh

bijihnya

merupakan masa berbentuk sumbat seperti gigi pada rahang yang


mempunyai akar yang panjang.
Penambangan
Penambangan yang diterapkan di Tembagapura dapat dibedakan
dalam tiga cara, yaitu tambang terbuka tanpa pengupasan, tambang
terbuka dengan pengupasan, dan tambang dalam.
Tambang terbuka tanpa pengupasan diterapkan pada singkapan
bijih berbentuk bukit yang muncul di permukaan dengan sedikit atau
tanpa tanah penutup.
Tambang terbuka dengan pengupasan diterapkan pada endapan
yang terdapat dekat permukaan, atau merupakan lanjutan dan cara
pertama.
Tambang dalam diterapkan untuk endapan yang terdapat cukup
jauh dan permukaan, dan ditinjau dan faktor ekonomis serta keamanan
sudah tidak memungkinkan untuk ditambang secara tambang terbuka.
Pengolahan
Proses pengolahan bijih tembaga, pertama kali, bijih dalam bentuk
bongkahan diperkecil ukurannya hingga menjadi tepung dengan alat
peremukan (crushing), penggilingan (grinding), dan penggerusan (milling)
yang dikombinasikan dengan penyaringan (screening) dan klasifikasi
dengan siklon. Tepung bijih tembaga kemudian dirnasukkan ke dalam unit
pengapungan (flotasi) yang dilakukan secara bertingkat dan banyak
menggunakan reagen kimia. Hasil pengapungan merupakan hasil akhir
dan pengolahan yang dinamakan konsentrat.

11

Pemasaran
Produsen tembaga dunia terbesar pada saat ini aclalah Chili,
Amerika Serikat, Kanada, Zambia, Peru, Australia, Rusia, Polandia,
Kazakhstan,

dan

indonesia.

Kontribusi

produksi

tambang

tembaga

Indonesia, yang berupa konsentrat tembaga, terhadap produksi dunia


sekitar 3,4%. Sejak tahun 1993, produksi beberapa tambang tembaga di
Polandia, Amerika Serikat, Chili, Filipina, dan Indonesia mengalami
peningkatan, sebaiknya produksi tambang-tambang tembaga di Zaire,
Yugoslavia, Zambia, Kanada, Australia, dan CIS mengalami penurunan.
Dalam 10 tahun terakhir, harga rata-rata tembaga LME (spot price)
relatif mengalami peningkatan. Puncak harga tembaga terjadi pada bulan
Desember 1994 sebesar US$ 2.985,30 per ton, dan pada bulan Februari
1995 harga turun menjadi US$ 2.877,65 per ton.
titik terendah pada tahun 2013.
Produksi Logam Tembaga di Indonesia
Komoditas

Unit

Logam
Tembaga

Juta
Ton

200
4
840

200
5
106
4

200
6
818

200
7
798

200
8
655

200
9
999

201
0
878

2011
543

201
2
448

2013
450

Sumber: http://kip.esdm.go.id/pusdatin/index.php/data-informasi/data-mineral
Ekspor Logam Tembaga
TAHUN
EKSPOR (TON)
2007
497.704
2008
450.499
2009
701.861
2010
612.368
2011
336.419
2012
8.653.408
2013
257.665
Sumber: http://kip.esdm.go.id/pusdatin/images/pusdatin/pengolahan_data_mineral

Bauksit
12

2014
640

Pada tanggal 17 November 1959, Kementerian Perindustrian Dasar dan


Pertambangan mendirikan PT Pertambangan Bauksit Kijang (Perbaki). Dengan berlakunya
Undang-Undang No. 19/Prp. Tahun 1960, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 89
Tahun 1961, Perbaki dijadikan Perusahaan Negara Tambang Bauksit Indonesia (PN TBI), dan
dimasukkan ke dalam Iingkungan BPU PERTAMBUN. Akhirnya, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 22 Tahun 1968, perusahaan ini bersama berbagai perusahaan dan proyek
dalam Iingkungan BPU PERTAMBUN, dilebur dalam PN Aneka Tambang, dan selanjutnya
pertambangan bauksit dikelola oleh Unit Pertambangan Bauksit Kijang.
Terhitung mulai tanggal 30 Desember 1974 dengan berubahnya status PN Aneka
Tambang menjadi PT Aneka Tambang (Persero), maka Unit Pertambangan Bauksi Kijang
menjadi bagian dan PT Aneka Tambang (Persero). Sebuah perusahaan asing, PT Alcoa
Minerais of indonesia (Alcomin) menandatangani kontrak karya dengan Pemerintah.pada
tanggal 2 April 1969. Akan tetapi setelah melakukan eksplorasi secara intensif di Kalimantan
Barat, pada tahun 1975 perusahaan ini menghentikan kegiatannya karena kesulitan keuangan.

Geologi
lstilah bauksit digunakan orang untuk batuan yang berkadar aluminium nisbi tinggi,
kadar besi rendah, dan tidak atau seclikit mengandung kuarsa (Si02) bebas. Dengan
demikian, bauksit benupa bahan heterogen, yang dapat berupa mineral boehmit (Al H) atau
mineral gibsit (A120 3H20). Bauksit yang terdiri dari mineral boehmit disebut bauksit
monohidrat, dan yang terdiri dan mineral gibsit disebut trihiclrat. Sebagian besar yang ada
didunia ditemukan dalam bentuk trihidrat, hanya sebagian kecil yang monohidrat.
Batuan yang memenuhi persyaratan itu di antaranya ialah syenit dan nefelin yang
berasal dan batuan beku, batu lempung, lempung, dan serpih.
Batuan-batuan di atas akan mengalami proses latenisasi, yaitu proses yang terjadi
karena perubahan suhu secara terus-menerus sehingga batuan mengalami pelapukan dan
terpecah-pecah. Pada musim hujan, air memasuki rekahan-rekahan dan menghanyutkan unsur
yang mudah larut sementara unsur unsur yang sukar/tidak larut tertinggal dalam batuan
induk. Setelah unsur-unsur yang mudah larut dan batuan induk, seperti Na, K, Mg, dan Ca
dihanyutkan oleh air, residu yang ditinggalkan (disebut laterit) menjadi kaya dengan
13

aluminium hidroksida [Al (OH)3] yang kemudian oleh proses dehidrasi akan rnengeras
menjadi bauksit.
Penambangan
PT Aneka Tambang (Persero) semula melakukan penambangan
bauksit di Kijang dan Tembeling (Pulau Bintan), Pulan Kelong, dan Pulan
Dendang. Masing-masing tempat dilengkapi dengan instalasi pencucian.
Penambangan bauksit dilakukan mula mula dengan menyingkirkan
tumbuh- tumbuhan penutup, disusul dengan pengupasan lapisan tanah
penutup setebal 20-100 cm. Lapisan bijih bauksit yang mempunyai
ketebalan 2-5 m kemudian digali dengan singkup mesin, sekaligus
memuatnya ke dalam truk ungkit. Selanjutnya, truk ungkit rnengangkut
hijih ke tempat pencucian. Bijih dari tambang tersebut dicuci di tempat
pencucian dengan maksud untuk menghilangkan tanah dan lumpur dan
meningkatkan kualitas bijih.
Dari setiap ton bijih yang digali diperoleh konkresi bauksit sebanyak
0,6 ton. Bauksit yang telah dicuci ini dimasukkan ke tempat penimbunan
untuk

dimuat

ke

dalam

kapal

di

pelabuhan

curah

Kijang.

Cara

penambangan di atas cukup sulit, karena cadangan bijih itu besar dan
kualitasnya tidak sama besar. Bijih bauksit untuk kualitas ekspor harus
memenuhi persyaratan tertentu. Pencampuran antara kualitas bijih
bauksit yang baik dengan yang kurang baik, dimulai pada saat melakukan
penambangan yang diambil dan beberapa tempat; terakhir pencampuran
kualitas dilakukan pada saat pemuatan ke dalam kapal.
Produksi dan Ekspor Bijih Bauksit
Produksi awalnya dilakukan oleh NV NIBEM dan PN Perbaki. Naik-turunnya
produksi bijih bauksit karena permintaan di pasar luar negeri. Ekspor
bauksit masih bergantung ke pembeli terbesar yaitu Jepang dikarenakan
sampai tahun 1981 belum ada industri peleburan dan pengolahan
alumunium di Indonesia. Penjualan dan ekspor didasarkan kontrak jangka
panjang. Penurunan produksi alumunium primer di Jepang dan kondisi
14

perekonomian dunia makin lesu (1981) menyebabkan menurunnya ekspor


bauksit Indonesia.
Produksi dan eksspor bauksit dalam negri
Produksi bauksit
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Produksi
1.251.147,00
1.152.322,00
783.097,00
15.295.048,83
17.634.896,94
30.218.149,92
450.214,00
115.340,00

Status : 2013 (data s.d. 10 juli 2013/ angka sementara)


2014 masih sementara (angka TW I data s.d. bulan juni)
Sumber:
http://kip.esdm.go.id/pusdatin/images/pusdatin/pengolahan_data_mineral/statistik_
mineral/produksi_mineral_per_komoditas.pdf
Ekspor bauksit
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Ekspor
964.282,00
893.088,00
447.662,00
15.236.491,66
16.785.677,15
30.281.149,92
112.150,00
Tidak ada data

Status : 2013 (data s.d. 10 juli 2013/ angka sementara)


2014 masih sementara (angka TW I data s.d. bulan juni)
Sumber:
http://kip.esdm.go.id/pusdatin/images/pusdatin/pengolahan_data_mineral/statistik_mineral/ek
spor_mineral_per_komoditas.pdf
15

PENGARUH KRISIS ENERGI TERHADAP BAUKSIT INDONESIA


Biaya angkut alumina yang mahal serta dibutuhkannya energy yang
besar untuk peleburan alumina akhirnya tempat pengolahan tersebut
dipindahkan ke negara yang memenuhi syarat investasi dan murah
energy ( daerah dekat sumber bauksit) seperti Brazil, Australia, dan
sebagainya.
Di Indonesia sendiri terasa dampaknya karena Jepang mengurangi
import bijih bauksit sehingga perkembangan pabrik-pabrik alumina
menjadi tersendat. Selama pabrik alumina belum dibangun Indonesia
tetap menimpor alumina dari Australia.
Proyek Alumina
PT Aneka Tambang (Persero) telah merintis pendirian pabrik alumina
(aluminium oksida) dengan bantuan konsultan asing, yaitu Kaiser
Engineering dan Arnerika Serikat. Pada tahun 1980, dilakukan evaluasi
lokasi pabrik, memilih antara Tayan di Kalimantan Barat, Bintan di Riau,
dan Kuala Tanjung di Sumatra Utara.
Pabrik pengolahan alumina di Pulau Bintan direncanakan dapat
menghasilkan

sebanyak

600.000

ton

alumina

per

tahun,

dengan

kandungan chemical alumina rata-rata 5 1,5% dan faktor perolehan 93%.


Berdasarkan perkiraan tahun 1978, biaya pengolahan alumina
sebesar US$ 98,81 per ton. Dan pada tahun 1985, yaitu pada saat pabrik
mulai berproduksi, biaya menjadi US$129,60. Dengan memperhitungkan
biaya tak langsung, maka biaya dalam tahun 1983 diperkirakan dapat
mencapai US$ 172,68 per ton. Di samping itu perlu diteliti lagi beberapa
hal, yaitu harga beberapa bahan baku dan harga bahan bakar yang
mendapat subsidi biaya lainnya. Dengan rnemasukkan faktor eskalasi dan
lainnya, biaya pengolahan alumina dapat melonjak sampai US$ 135-190
per ton.
Keterbatasan keuangan negara telah menyebabkan ditempuhnya
kebijaksanaan skala prioritas pembangunan. Berbagai proyek mengalami
penjadwalan kembali, termasuk proyek alumina ini.

16

Pabrik Peleburan Aluminium Asahan di Kuala Tanjung


Pada tahun 1960, rencana pembangunan PLTA Asahan dan pabrik
peleburan aluminium diteruskan dengan bantuan Rusia. Pembangunan
terhenti setelah peristiwa G3OS/ PKI.
Proyek Asahan mencakup pembangunan pembangkit listrik tenaga
air Siguragura dan Tangga, saluran transmisi tegangan tinggi yang
rnenghantarkan daya listrik dan PLTA ke pemakai, dan pabrik aluminium di
Kuala Tanjung.
Pabrik peleburan aluminium itu terdiri atas bagian tungku pereduksi,
bagian karbon, bagian penuangan dan bagian pembersih gas. Pabrik itu
berkapasitas produksi sebesar 225.000 ton per tahun. Pembangunannya
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama, 75.000 ton/tahun
(1982); kedua 150.000 ton/ tahun (1983); dan ketiga 225.000 ton/tahun
(1984).
Untuk menghasilkan logam aluminium sebanyak 225.000 ton
dibutuhkan alumina sebagai bahan baku sebanyak 500.000 - 600.000 ton.
Pabrik aluminium Asahan telah mulai produksi pada thun 1982 dengan
menggunakan bahan baku dari Australia.

Emas dan Perak


Geologi
Potensi emas di Indonesia masih sangat besar, juga persebarannya
cukup luas. Cara mengetahui potensi emas di suatu lokasi pertambangan
adalah dengan adanya cebakan emas aluvial di daerah tersebut.
Cebakan emas aluvial atau endapan emas aluvial merupakan emas
yang terendapkan bersama dengan material sedimen yang terbawa oleh
arus sungai atau gelombang laut. Cebakan emas aluvial ini di Indonesia
banyak di jumpai di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Emas

17

aluvial dengan sumber daya yang lebih kecil juga dijumpai juga di P. Jawa,
yaitu di Banyumas, Jawa Tengah.
Di daerah-daerah mineralisasi Kalimantan Barat di samping emas
dan perak ditemukan juga mineral-mineral sulfida yang lain. Umumnya,
daerah-daerah emas dan perak dapat dibagi menjadi dua, yaitu endapan
primer dan endapan sekunder.
a) Endapan Primer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Urat kuarsa mengandung emas pada formasi sabak sebelum
Tersier seperti Bulangsi, Cikotok, dan lain-lain.
2) Urat Tersier muda andesit, dasit, trakhit dan riolit seperti
daerah emas Lebong dan daerah emas Sumatra Barat.
3) Endapan kontak metamorfosa yang berhubungan dengan
sulfida pirit, kalkopirit, galena, dan spalerit yang terjadi dalam
urat di daerah kontak seperti Muara Sipongi.
b) Endapan Sekunder, ciri-cirinya adalah:
1 Endapan diluvial plistosin pada lapisan lapisan sungai tua
ditutupi oleh aglomerat dan tufa
2 Endapan aluvial yang berasal dari urat-urat kuarsa yang
mengandung emas lebih tua tetapi berasal juga dari urat-urat
tersier.

Pengembangan Pengusahaan
Umumnya dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1970-an usaha
pertambangan emas hanyalah melanjutkan atau memperbaiki kembali
sisa perusahaan tambang emas sebelum perang. Prasarana usaha
pertambangan emas, seperti undang-undang/peraturan, kebijaksanaan
pemerintah tentang emas, harga, dan lain-lain, pada waktu itu kurang
mendorong pencarian dan pembukaan tambang emas baru.
Beberapa bekas tambang sebelum perang banyak pula yang
dikerjakan secara pertambangan rakyat, seperti di Bengkulu, Kalimantan,
Sulawesi Utara, dan lain-lain. Minat swasta untuk penambangan emas

18

baru meningkat sesudah tahun 1970-an dan mulai membaiknya harga


emas sejak tahun 1974-1975.
Kondisi pada bulan April 1994, KP bahan galian golongan A dan B
berjumlah 543 DU, dan 151 DU di antaranya merupakan KP emas. KP
emas tersebut terdiri dari KP eksplorasi yang berjumlah 21 DU dengan
luas wilayah 13 ribu ha dan KP eksploitasi berjumlah 130 DU dengan luas
wilayah 534 ribu ha. Pada umumnya KP emas yang ditangani oleh swasta
nasional berjalan kurang lancar karena kekurangan modal, keterampilan,
dan teknologi.

Usaha Penyelidikan Baru dan Penyelidikan Bekas


Tambang
A. Tobongan dan Totok, Sulawesi Utara
Endapan emas daerah ini merupakan pengisi retakan dalam batuan andesite dan
andesite porfiri yang mengandung 19 g Au/m ton. Daerah ini merupakan daerah
pertambangan rakyat secara sederhana
B. Kalimantan Tengah
Tahun 1964, diadakan penyelidikan di hulu Sungai Tewah, Sungai Kayan, Gunung
Emas Kunyi dan antara Sungai Lahang dan Sungai Gula di Kalimantan Tengah.
Endapan primer di Tewah berupa urat kuarsa dalam serisit schist pratersier.
Sedangkan emas placer di Sungai Kahayan berupa lapisan kerikil dan kerikil alluvium
di tepi sungai. Di Gunung Emas Kunyi terdiri atas urat kuarsa dan propilit yang
mengandung mineral sulfide. Lalu di Sungai Lahang dan Sungai Gula terdapat lapisan
lempung yang mengandung intan dan kerikil leucocratic. Daerah ini merupakan
daerah KP Eksploitasi PT Tambang Tewah Perkasa.
C. Cikondang, Jawa Barat
Tambang emas Cikondang berproduksi pada tahun 1940 dengan produksi 33 gram Au
dan 7,7 kg Ag. Endapan bijih terdapat dalam urat kuarsa pada andesit yang melapuk
dengan mineral galena, kalkopirit, spalerit dll.
D. Manggani, Sumatera Barat
Tambang ini dibuka pada 1939 dengan penemuan endapan baru 1.277.650 m ton
dengan kadar 3,55 g Au dan 102,8 g Ag/m ton. Lalu pada tahun 1961, endapan ini
merupakan proyek Direktorat Pertambangan dan KP dipegang oleh Bulangsi Andalas
Mining.
E. Meulaboh, Aceh
19

Endapan alluvial terdapat di sepanjang Sungai Woyla. Batuan yang ditemukan adalah
batuan konglomerat dan terdapat endesit dan kwarsit. Cadangan tercatat sebanyak
110,8 kg Au dan 2.797,3 kg Ag. Eksplorasi dipegang oleh PT Ara Tutut pda tahun
1983.
F. Lebong Tandai, Bengkulu
Terdapat 10 urat emas dengn cadangan 357.200 m ton bijih dengan kandungan 2,4 g
Au/m ton. Daerah KP ini dipegang oleh PT Ketaun Mining dan PT Lusang Mining.
G. Tambang Cikotok, Jawa Barat
Batuan terdiri atas endapaan andesit dengan urat mineral sulfide yang mengandung
emas, perak, timbal, seng dsb. Cadangan yang teruji adalah 569.041 ton dengan kadar
8,4 g Au/m ton Au dan 481 g Ag/m ton Ag. Penambangan dilakukan dengan cara
Gali-Isi dan metode pengolahan cara sianidasi. Daerah ini dikendalikan oleh
pengelolaan PT Aneka Tambang (Persero).
H. Tambang Gunung Pongkor, Jawa Barat
KP untuk daerah Gunung Pongkor dan KP Eksplorasi diperoleh pada 9 Maret 1983.
Anomali emas terdapat dalam urat kuarsa dalam zona ubahan hidrotermal. Zona urat
kuarsa yaitu Urat Ciguha, Kubang Cicau dan Ciurug. Urat disusun oleh kuarsa, kalsit,
adularia dll.
Geologi dan Cadangan Bijih
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan
epitermal. Endapan emas tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk
urat, baik dalam urat kuarsa maupun dlam urat bentuk karbonat yang
terbentuk dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau mendekati
netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang
berada di sekitar endapan porfiri. Dimana emas, perak, tembaga,
wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini (Sukandarrumidi, 2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi
dengan Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluidafluida dengan pH mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam
alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam
vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau
stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline). Dalam
zone ubahan ini ditemukan beberapa urat kuarsa yang berpola saling
sejajar dengan jurus umum barat laut-tenggara. Tiga zona urat kuarsa
20

yang telah dihitung cadangan bijihnya dalam studi ini berturut-turut dari
timur laut ke barat daya ialah urat Ciguha, Kubang Cicau, dan Ciurug.
Ketiga urat ini disusun oleh kuarsa, kalsit, adularia, mineral lempung,
barit, dan 1% pirit. Secara megaskopis tidak terlihat adanya mineral
sulfida logam dasar. Urat kuarsa bertekstur berlapis, breksi, membulat,
dan masif berbutir halus. Lebar maksimum 1 m di Ciguha, 24 m di Kubang
Cicau, dan 15 m di Ciurug.
Urat bijih ditemukan sampai kedalaman 750 m dari permukaan dan titik
terendah urat bijih tersebut terletak pada ketinggian 480 m di atas
permukaan laut. Cadangan bijih dihitung berdasarkan metode poligon
dengan jarak pengaruh radius 50 m. Cadangan bijih yang ditambang
dengan klasifikasi tereka di atas level 515 m seperti tabel di bawah ini.
Penambangan
Penambangan endapan mineral logam emas (bijih emas) bergantung
pada keadaan geologi dan bentuk endapan. Endapan bijih emas sekunder
(alluvial atau eluvial) yang

potensinya lebih kecil dari pada emas di

tambang secara sederhana dengan tamabang terbuka dengan system


pendulangan atau dengan tambang semprot (di Kalimantan) yang
melibatkan

banyak pekerja, tanpa menggunakan alat-alat besar dan

teknologi padat modal; kecuali kalau endapan bijih.emasnya sangat luas


maka ditambang dengan kapal keruk.
Untuk endapan bijih emas primer umunya potensinya lebih besar
dibandingkan

endapan

bijih

emas

sekunder;

penambangannya

memerlukan padat modal dan teknologi yang lebih canggih disbanding


dengan penambangan bijih emas sekunder. Namun tetap menguntungkan
walaupun menyerap modal yang besar. Tambang bijih emas primer dapat
ditambang secara tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.

Pengolahan
21

Berdasarkan model penambangan dan uji metalurgi awal disimpulkan


bahwa percontoh bijih yang representatif cukup diambil dari contoh
campuran ketiga urat bijih dengan tambahan 30% batuan samping.
Sifat pelarutan emas-perak tidak terpengaruh oleh adanya tambahan 30%
batuan samping. Sebaliknya, adanya tambahan 30% dari batuan samping
ini mempengaruhi pada sifat penyaringan dan pengendapan.
Meskipun secara umum sifat penyaringan dan pengendapan untuk ketiga
urat bijih adalah buruk, namun yang terburuk adalah bijih Ciurug, baru
kemudian bijih Kubang Cicau.
Dengan sifat bijih yang relatif berkadar perak tinggi (perbandingan antara
kadar

perak

terhadap

emas

sekitar

10-12),

serta

sifat

penyaringan/pengendapan yang jelek, maka dipilih proses konvensional


sianidasi, yaitu kombinasi antara proses Merril Crowe dan Carbon In Pulp
(CIP), atau disebut juga proses hibrida dengan perolehan emas dan perak
masing-masing dan 87%.
Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses
MacArthur-Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas
dari bijih kadar rendah dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi
yang larut dalam air. Ini adalah proses yang paling umum digunakan
untuk ekstraksi emas. Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk
memulihkan emas, tembaga, seng dan perak mewakili sekitar 13% dari
konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa sianida yang digunakan
dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida.
Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan
penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.
Pengolahan

bijih

emas

Gunung

Pongkor

melalui

unit-unit

proses

peremukan, penggerusan, sianidasi, carbon in pulp, desorpsi karbon,


presipitasi,

dan

pemurnian.

Pada

tahun

1979

alat

ditambahkan untuk mengambil logam timbel dan seng.

PROYEK TAMBANG EMAS


22

flotasi

mulai

PT FREEPORT INDONESIA CO.


Pada tanggal 7 April 1967 PT Freeport Indoneia Co. (FIC) menandatangani
kontrak karya dengan Pemerintah RI untuk mengembangkan deposit
Gunung Bijih di Irian Jaya yang mengandung tembaga, emas, dan perak.
Gunung Bijih, Gunung Bijih Timur, dan Gresberg ditaksir mengandung
cadangan 1.074 juta ton bijih dengan kandungan tembaga 1,3%, emas
1,47 g/ton, dan perak 4,04 g/ton (lebih lanjut lihat uraian tentang
Tembaga).
Kontrak Karya
Ketika harga logam lainnya di pasaran internasional tidak begitu menarik
dengan adanya resesi beberapa tahun terakhir ini, maka banyak
perusahaan asing mengalihkan perhatiannya pada emas yang harganya
masih cukup baik. Sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah tentang
pembentukan

perusahaan

patungan

pertambangan,

perusahaan

ini

mengadakan kerja sama dengan pemegang KP swasta nasional dan


mengajukan permohonan Kontrak Karya Pertambangan Emas.
Sampai dengan bulan April 1994, jumlah KK yang telah ditandatangani
sebanyak 132 KK, namun yang masih tetap aktif hanya 44 KK. Dari jumlah
tersebut terdapat 10 KK yang telah memasuki tahap produksi, dan 6 di
antaranya merupakan KK emas. Sedangkan tahap kegiatan KK emas
lainnya adalah Penyelidikan Umum sebanyak 6 KK, Eksplorasi sebanyak 2
KK, Studi Kelayakan sebanyak 24 KK, dan Konstruksi sebanyak 2 KK.
Sebagai contoh, kontrak Karya yang melibatkan pemerintah Indonesia dan
Freeport McMoRan ditenggarai sangat merugikan kepentingan negara.
Potensi kerugian disebabkan oleh rendahnya royalti yang hanya 1%
3,5% serta berbagai pelanggaran hak adat masyarakat sekitar maupun
pencemaran lingkungan. Sejak beroperasi di tahun 1967, Freeport
McMoRan berhasil menjadi perusahaan pertambangan kelas dunia dengan
mengandalkan hasil produksi dari wilayah Indonesia.
Pengolahan dan Pemurnian Emas
23

Pabrik emas Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia merupakan


bagian dari kegiatan usaha PT Aneka Tambang (Persero) dan merupakan
satu-satunya unit pengolahan dan pemurnian emas di Indonesia. Sejak
1989, kapasitas pemurnian pabrik ini yang berlokasi di Pulogadung,
Jakarta Timur, ditingkatkan dari 30 ton emas dan 70 ton perak per tahun
menjadi 50 ton emas dan 120 ton perak per tahun, yakni untuk mengolah
presipitat

emas

produksi

Unit

Pertambangan

Emas

Pongkor

dan

perusahaan-perusahaan kontrak karya.


Produksi emas dalam negeri
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Produksi
89.282,14
118.750,29
128.844,28
104.550,22
76.763,73
54.107,65
65.390,53
18.800,00

Status : 2013 (data s.d. 10 juli 2013/ angka sementara)


2014 masih sementara (angka TW I data s.d. bulan juni)
Sumber:http://kip.esdm.go.id/pusdatin/images/pusdatin/pengolahan_data_
mineral/statistik_mineral/produksi_mineral_per_komoditas.pdf

Ekspor emas dalam negeri


Tahun
Ekspor
2007
83.239,67
2008
56.818,09
2009
104.132,76
2010
81.208,52
2011
59.302,96
2012
54.107,65
2013
54.421,40
2014
10.836,53
Status : 2013 (data s.d. 10 juli 2013/ angka sementara)
24

2014 masih sementara (angka TW I data s.d. bulan juni)


Sumber:http://kip.esdm.go.id/pusdatin/images/pusdatin/pengolahan_data_
mineral/statistik_mineral/ekspor_mineral_per_komoditas.pdf

Penjualan emas domestik


Tahun

Realsisasi

2007
2008
2009
2010
2011
2012

penjualan
41.774,24
20.349,62
33.201,55
22.068,69
22.507,75
Tidak ada

penjualan
2013
14.119,50
2014
9.302,90
: 2013: (data s.d. 10 Juli 2013 / angka sementara)

Status

2014: masih sementara (angka TW I data s.d. bulan Juni)


Sumber

:http://kip.esdm.go.id/pusdatin/index.php/data-

informasi/data-mineral/penjualan-domestik-mineral

Batubara
Batubara dalah salah satu sector strategis dalam dunia pertambangan karna
kegunaanya dibidang energi dapat menggantikan fungsi dari bahan bakar minyak. Pada
tahun 1892 tambang batubara ombilin mulai beroprasi di Sawahlunto, Sumatra Barat. Dan
pada tahun 1919 muali beroprasinya tambang batubara bukit asam. Selain tambang tersebut
banyak tambang tambang lain yang berdiri namun hanya memiliki umur tambang yang
sedikit. Sehingga hanya tambang batubara Ombilin, Bukit Asam, dan Mahakam.
Pada masa berakhirnya pendudukan jepang, kondisi pertambangan batubara sanagn
memprihatinkan. Faktor lain yang memperburuk keadaan adalah harga bahan bakar minyak
yang lebih murah, sehingga peluang penggunaan batubara semakin kecil.
pada tahun 1970, unit pertambangan ombilin ditutup dengan mempertimbangan
faktor ekonomi. Sejak saat itu hanya tambang Bukit Asam dan Ombilin yang masih
25

beroprasi. Pada tahun 1973 perkembangan terhadap batubara meningkat dikarnakan krisis
energi. Beberapa tahun setelah itu batubara menjadi peranpenting karna menggantikan
fungsi dari minyak bumi.
Batubara adalah kekuatan dominan di dalam pembangkitan listrik. Paling sedikit 27
persen dari total output energi dunia dan lebih dari 39 persen dari seluruh listrik dihasilkan
oleh pembangkit listrik bertenaga batubara karena kelimpahan jumlah batubara, proses
ekstrasinya yang relatif mudah dan murah, dan persyaratan-persyaratan infrastruktur yang
lebih murah dibandingkan dengan sumberdaya energi lainnya.
Geologi
Cadangan batubara terbesar umumnya terletak pdi Sumatra yang mencangkup ampi
68% dari cadangan, dan 22% tersebar di timur dan selatan pulau Kalimantan. Batubara
Indonesia termasuk dalam golongan bituminous sampai lignit yang memiliki kisaran kadar
4000-7500 kcal/kg, dengan kandungan air antara 9-25% dengan kandungan abu antara 19%, kandunagn gas terbang antara 38-43% dan kandungan belerang kurang dari 1%.
Batubara terdapat dalam cekungan ombilin di Sumatra barat. Batubara ombilin
memiliki 2 sratigrafi. yaitu formasi sawah lunto dan formasi sawah tambang. Batubara
ombilin termasuk dalam jenis bituminous dengan kadar 6500-7500 kcal/g. namun formasi
sawah tambang tidak di produksi karna memiliki kualitas yang rendah.
Batubara di Sumatra selatan yang ditambang bukit asam saat ini terdiri dari 3 lapisan
batubara. Lapisab batubara petai, lapisan suban, dan lapisan mangus. Lapisan tersebut
masuk dalam golongan lignit hingga bituminous.
Produksi dan ekspor dan penggunaan dalam negeri.
Produksi batubara Indonesia dipengaruhi oleh konsumsi dalam negeri yang umumnya
digunakan sebagai bahan bakar untuk Pembakit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pada jamaan
dahulu batubara juga digunakan sebagai bahan bakar untuk lokomotif dan kapal laut, untuk
menggerakan mesin. Berikut produksi batubara dari beberapa perusahaan di Indonesia

26

Kesimpulan
Indonesia adalah negara yang kaya akan mineral dan batubara. Namun
Indonesia masih harus meneksplorasi cadangan baru untuk menggantikan
cadangan yang sudah ada yang nantinya akan habis karena masih banyak
daerah diindonesia yang masih tidak tereksplorasi.
Harga komoditas mineral dan batubara Indonesia dipengaruhi banyak
faktor seperti politik dan ekonomi dunia dan yang paling berpengaruh
adalah kondisi keamanan dunia terbukti banyak harga mineral yang turun
akibat Perang Dunia.
mineral dan batubara sampai saat ini dinilai masih menjadi
komoditi sebagai penghasil devisa Negara terbesar setelah minyak bumi
dan gas.

27

Daftar Pustaka

http://www.antam.com/index.php?

option=com_content&task=view&id=47&Itemid=52
http://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/commodity/copper/mcs-2015-coppe.p
http://ptfi.co.id/id
http://kip.esdm.go.id/pusdatin/index.php/data-informasi/data-statistik/data-statistik-

esdm/data-sektor-esdm
http://kip.esdm.go.id/pusdatin/index.php/data-informasi/data-mineral/data-mineral-

dunia
http://www.lme.com/metals/non-ferrous/copper/
https://www.minerba.esdm.go.id/public/38477/produksi-batubara/.ekspor-

perusahaan/
http://www.vale.com/indonesia/EN/Pages/default.aspx
http://www.ptba.co.id/en/about/business#marketing
http://www.ptba.co.id/en/about/business#production

28

Você também pode gostar